Proposal Ta Fix Analisis Perhitungan.docx

  • Uploaded by: Sigit Pangestu
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Ta Fix Analisis Perhitungan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,586
  • Pages: 20
PROPOSAL TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN JUMLAH CADANGAN BIJIH TIMAH DENGAN METODE TRIANGULAR GROUPING UNTUK MERENCANAKAN RENCANA KERJA TAHUNAN DI TAMBANG BESAR 1.42 PEMALI PT TIMAH TBK PROVINSI BANGKA BELITUNG.

Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh Muhammad Dheo Alviansyah 03021281520148

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul

: ANALISIS PERHITUNGAN JUMLAH CADANGAN BIJIH TIMAH DENGAN METODE TRIANGULAR GROUPING UNTUK MERENCANAKAN RENCANA KERJA TAHUNAN DI TAMBANG BESAR 1.42 PEMALI PT TIMAH TBK PROVINSI BANGKA BELITUNG.

1. Pengusul a. Nama

: : Muhammad Dheo Alviansyah

b. Jenis Kelamin

: Laki-laki

c. NIM

: 03021281520148

d. Semester

: VI (Enam)

e. Fakultas/Jurusan

: Teknik / Teknik Pertambangan

f. Alamat e-Mail

: [email protected]

g. Contact Person

: 081958125917

2. Waktu Penelitian

: 9 Juli 2018 – 20 Agustus 2018

3. Lokasi Penelitian

: Tambang Besar 1.42 Pemali UPDB PT Timah (Persero)Tbk Bangka Belitung

Pembimbing Proposal,

Inderalaya, Mei 2018 Pengusul,

Ir. Mukiat, M.S NIP. 195811221986021002

Muhammad Dheo Alviansyah NIM. 03021281520148

Menyetujui: Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Dr. Hj. Rr. Harminuke Eko H, ST.,MT. NIP. 196902091997032001

A. JUDUL Analisis Perhitungan Jumlah Cadangan Bijih Timah Dengan Metode Triangular Grouping Untuk Merencanakan Rencana Kerja Tahunan Di Tambang Besar 1.42 Pemali PT Timah Tbk Provinsi Bangka Belitung. B. BIDANG ILMU Teknik Pertambangan C. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya mineral. Salah satu sumberdaya mineral yang banyak keterdapatannya di Indonesia, khususnya kepulauan Bangka Belitung adalah kasiterit (SnO2)‒mineral utama penghasil logam timah (Sn). Mineral kasiterit yang berada pada kepulauan Bangka Belitung merupakan endapan aluvial yang tersebar di darat dan di laut. Timah merupakan salah satu unsur logam yang kegunaannya sangat penting bagi kehidupan manusia. Penyebarannya di alam atau di dunia lebih terkenal dengan istilah sabuk timah (tin belt), dimana tin belt ini membentang dari daratan China, Myanmar, Thailand, Malaysia sampai berlanjut ke Indonesia melewati Kepulauan Karimun, Kundur, Singkep, Pulau Bangka, Belitung, dan sebagiannya berada di daerah Kalimantan Barat. PT Timah melakukan operasi penambangan timah di darat maupun di laut. Kegiatan penambangan darat dilakukan perusahaan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan yang berlokasi di sebagian besar Pulau Bangka dan Belitung serta Kepulauan Riau. Proses penambangan timah darat (alluvial) menggunakan metode pompa semprot (gravel pump) dimana pengoperasiannya sesuai dengan pedoman atau prosedur penambangan yang baik (Good Mining Practices). Informasi eksplorasi mengenai endapan mineral dibutuhkan dalam rangka pengusahaan mineral secara komersil (Widodo, 2015). Informasi tersebut dihasilkan dari aktivitas yang dilakukan untuk menemukan endapan-endapan ekonomis dan menetapkan ukuran, komposisi, bentuk, dan kadar. Metode eksplorasi meliputi geologi, geokimia, geofisika, pemboran, sumur pemboran, sumur percobaan, dan bukaan-bukaan bawah tanah. Adapun permodelan geologi

juga merupakan bagian yang penting dalam estimasi sumberdaya karena akan memberikan perkiraan bentuk atau dimensi endapan dan distribusi ruang dari suatu endapan yang selanjutnya akan digunakan untuk penentuan jumlah sumberdaya atau cadangan dan umur tambang (Syaripudin, 2010). Proses estimasi ini meliputi domain geologi, statistik dan atau analisis geostatistik dari contoh data. Pada saat ini Tambang Besar 1.42 Pemali PT Timah akan melakukan penambangan lanjutan dimana kedalaman yang telah ditembus akan lebih dari 60 meter dengan cadangan yang masih kaya. Kendala yang dihadapi oleh Tambang Besar 1.42 Pemali ialah perlu adanya analisis perhitungan lanjutan mengenai estimasi jumlah cadangan endapan yang ada di PT Timah khususnya di Tambang Besar 1.42 Pemali. Salah satu metode untuk mengestimasikan jumlah cadangan tersebut ialah metode Triangular Grouping (Sujoko, 2009). Setiap blok dibentuk oleh tiga titik lubang bor terdekat, sehingga secara tiga dimensi blok tersebut berbentuk prisma terpancung dengan sisi prisma adalah kedalaman ketiga titik bor tersebut. Pembentukan setiap blok harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga pemakaian setiap titik bor kurang lebih sama. Berdasarakan uraian diatas, maka perlu diadakan penelitian terhadap analisis perhitungan cadangan dengan metode triangular grouping agar bisa digunakan untuk merencanakan rencana kerja tahunan untuk mencapai target produksi yang diinginkan.

D. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah pada penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah analisis perhitungan cadangan bijih timah dengan menggunakan metode triangular grouping? 2. Bagaimana arah persebaran bijih timah di Tambang Besar 1.42 Pemali menggunakan metode triangular grouping? 3. Bagaimana merencanakan rencana kerja tahunan menggunakan hasil perhitungan cadangan bijih timah dengan menggunakan metode triangular grouping pada Tambang Besar 1.42 Pemali agar target produksi tercapai?

E. TUJUAN PENELITIAN 1. Menganalisis jumlah cadangan bijih timah berdasarkan metode triangular grouping di Tambang Besar 1.42 Pemali PT Timah Tbk. 2. Menganalisis arah persebaran bijih timah dengan metode triangular grouping di Tambang Besar 1.42 Pemali PT Timah Tbk. 3. Menganalisis rencana kerja tahunan berdasarkan analisis metode triangular grouping di Tambang Besar 1.42 Pemali PT Timah Tbk.

F. PEMBATASAN MASALAH Ruang lingkup pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah lokasi yang terletak di Unit Penambangan Darat Tambang Besar 1.42 Pemali PT Timah (Persero) Tbk; jenis endapan berupa endapan sekunder dan endapan tersier; dan data pengeboran yang meliputi persebaran lubang bor, jumlah lubang bor, jarak antar lubang bor, kedalaman lubang bor, dan kadar sampel lubang bor.

G. MANFAAT Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk PT Timah Tbk dalam mengestimasikan jumlah cadangan bijih timah di Tambang Besar 1.42 Pemali. 2. Penelitian ini dapat meningkatkan keyakinan terhadap keberadaan endapan timah di Tambang Besar 1.42 Pemali PT Timah Tbk sehingga dapat menjadi dasar untuk melakukan penambangan dan menarik investor. H. TINJAUAN PUSTAKA 1. Bijih Timah Sebagai Sumberdaya Mineral Penghasil Logam Timah Logam dan persenyawaannya di alam tersedia dari tiga sumber. Sumber utama dari logam adalah deposit bijih pada kerak bumi. Sumber logam yang kedua adalah air di lautan. Air di lautan menyelimuti hampir sekitar 70% permukaan bumi dan mengandung sekitar 3,5% padatan tidak terlarut. Sebagai tambahan, beberapa wilayah lautan diketahui mengandung deposit logam dalam jumlah besar seperti mangan dan logam lainnya. Sumber terakhir adalah logam bekas yang juga dianggap sebagai sumber logam (Ray dan Ghosh, 1991)

Wilayah Asia Tenggara sepanjang Thailand, Malaysia dan Indonesia (Sumatera) merupakan daerah mineralisasi endapan timah placer. Kemenerusan daerah mineralisasi ini, membentuk Sabuk Timah Asia Tenggara yang terbagi menjadi dua zona yaitu West Belt dan East Belt (Hosking, 1977). Endapan timah primer terbentuk akibat terjadi mineralisasi yang terbentuk pada jalur kontak antara tubuh granit dengan batuan sedimen atau metasedimen yang diintrusi (Sujoko, 2009).

Gambar 1. Jenis Endapan Timah (Sujoko, 2009)

Adapun mineral-mineral yang terdapat pada bijih timah, yaitu sebagai berikut: a) Mineral Utama Mineral utama yang diproses di Pengolahan Mineral (BPM) Unit Metalurgi Mentok adalah kasiterit (SnO2). Mineral ini memiliki warna yang beragam yakni kecoklatan, kehitaman, dan kemerahan. Mineral ini juga memiliki kandungan Sn sekitar 78,8% dengan berat jenis 6,8-7,1 (Kelly dan Spottiswood, 1982).

b) Mineral Ikutan Berharga Mineral ikutan berharga umumnya terbawa dengan mineral kasiterit yang diproses di Pengolahan Mineral (BPM) yaitu sebagai berikut: 

Mineral Ilmenit Mineral ilmenit umumnya memiliki warna logam besi kehitaman atau

hitam keabu-abuan yang berbentuk persegi pipih dan memiliki berat jenis berkisar antara 4,5-5,0 serta bersifat konduktor dan bersifat magnetik kuat (Kelly

dan Spottiswood, 1982). Mineral ini juga memiliki kandungan Ti sebesar 31,6% sehingga biasa digunakan sebagai bahan baku Rutil (TiO2) pada industri keramik, pigmen dan konsentrat logam Titanium. Rumus kimia mineral ilmenit yaitu FeTiO3. 

Mineral Monazit Mineral ini umumnya memiliki warna kuning dan kecoklatan. Pada

mineral ini terkandung ThO2 sebesar 9% dengan berat jenis yang berkisar antara 4,9-5,3 bersifat magnetik dan non-konduktor dengan rumus kimia (Ce, La, Y, Th)PO4 (Kelly dan Spottiswood, 1982). 

Mineral Zirkon Mineral zirkon memiliki warna kuning dan keabu-abuan dengan berat

jenis yang berkisar antara 4,2-4,7 dan mengandung 67,2% ZrO2. Mineral ini memiliki sifat non-konduktor dan non-magnetik yang digunakan sebagai bahan baku Zirconia untuk industri keramik (Kelly dan Spottiswood, 1982). Mineral zirkon memiliki rumus kimia ZrSiO4.

c) Mineral Ikutan Lainnya 

Mineral Rutil Mineral rutil memiliki warna seperti merah kehitaman, kuning tua, dan

coklat dengan berat jenis 4,2 dan juga rumus kimia TiO2 yang mengandung 60% unsur Ti (Kelly dan Spottiswood, 1982). 

Mineral Xenotim Mineral xenotim memiliki warna coklat kekuningan, kemerahan, dan abu-

abu. Mineral ini juga memiliki berat jenis 4,4-5,1 dengan rumus kimia yaitu Y(PO4) (Palache et al., 1951). 

Mineral Pirit atau Mineral Marcassit Mineral pirit atau mineral marcassit memiliki warna beragam seperti

kuning keemasan, kehijauan, dan abu-abu. Mineral ini memiliki bentuk tidak teratur dengan permukaan yang tidak rata dengan berat jenis 5,0 mengandung unsur Fe sebesar 46,7% (Kelly dan Spottiswood, 1982). Rumus kimia mineral pirit atau mineral marcassit adalah FeS2.



Mineral Topaz Mineral topaz memiliki warna seperti putih bening, biru, merah jambu,

dan ungu. Mineral ini berbentuk persegi atau potongan lidi tajam dengan goresan pipih pada bagian pinggir. Mineral topaz memiliki berat jenis 3,4-3,6 rumus kimia (AlF)2.SiO4 (Kelly dan Spottiswood, 1982). 

Mineral Tourmalin Mineral tourmalin berwarna hijau kehitaman atau hitam arang dengan

bentuk yang tidak teratur dan permukaan berserat seperti asbes dengan pecahan seperti

kaca

serta

memiliki

berat

jenis

3,0-3,2.

Rumus

kimia

HgAl3(BOH)2Si4O19 (Kelly dan Spottiswood, 1982).

2. Metode Perhitungan cadangan Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam perhitungan cadangan, mulai dari metode yang paling sederhana yaitu dengan cara manual dan yang paling rumit dengan memnggunakan bantuan software. Penggunaan masing-masing metode dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tipe dan model endapan (jebakan) ukuran dan bentuk geometri jebakan dan factor lainnya (Sujoko, 2009). 2.1. Metode Perhitungan Cadangan Metode Penampang (Cross Section) Perhitungan cadangan menggunakan metode ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Membuat irisan penampang melintang 2. Menghitung luas masing-masing penampang 3. Mengguanakan rumus-rumus yang ada untuk menghitung jumlah cadangan pada blok tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut: a. Rumus Mean Area Rumus ini digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri teratur dengan luas masing-masing penampang tidak jauh berbeda dinyatakan dalam Gambar 2 (Sujoko, 2009).

Gambar 2. Mean Area (Sujoko, 2009)

Rumus Mean Area dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: V=L

(𝑆1+𝑆2) …………………………………………………...........................(1) 2

Keterangan: S1 dan S2

: Luas Penampang

L

: Jarak antar penampang

V

: Volume

b. Rumus Prismoda Rumus ini digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri tidak teratur dengan luas masing-masing penampang perbedaan yang mencolok dinyatakan dalam Gambar 3 (Sujoko, 2009).

Gambar 3. Prismoda (Sujoko, 2009)

Rumus prismoda dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: V =

L ( S1 + 4m + S2 )………………………………....................................(2)

Keterangan: S1 dan S2 : Luas Penampang Ujung m

: Luas Penampang Tengah

L

: Jarak antara S1 dan S2

V

: Volume

c. Rumus Kerucut Terpancung Rumus ini digunakan untuk endapan yang mempunayi geometri seperti kerucut yang terpancung pada bagian puncaknya dinyatakan pada Gambar 4 (Sujoko, 2009).

Gambar 4. Kerucut Terpancung (Sujoko, 2009)

Rumus kerucut terpancung dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: V =

L

(𝑆1+𝑆2 𝑆1 𝑆2) …………………………………....................................(3) 3

Keterangan: S1 dan S2

: Luas Penampang Atas dan Bawah

L

: Jarak antar penampang

V

: Volume

d. Rumus Obelick Rumus ini digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri membaji, contohnya pada batuan pneumalitik dinyatakan pada Gambar 5 (Sujoko, 2009).

. Gambar 5. Obelick (Sujoko, 2009)

Rumus Obelick dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: 𝑎2+𝑏1) 𝑆1+𝑆2+((𝑎1+𝑏2)( ) 2 V = L …………………………...........................(4) 3

Keterangan: S1 dan S2

: Luas Penampang 1 dan 2

L

: Jarak antar S1 dan S2

V

: Volume

d. Rumus Trapesoidal Rumus ini digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri pada gambar dibawah dengan jarak antar lintasan adalah L dinyatakan pada Gambar 6 (Sujoko, 2009).

Gambar 6. Trapesoidal (Sujoko, 2009)

Rumus Trapesoidal dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: V=L

( (𝑆1+𝑆𝑛) + S2 + S3 + …. + Sn-1 )……………….............................…….(5) 2

Keterangan: S1 dan S2

: Luas Penampang 1 dan 2

L

: Jarak antar S1 dan S2

V

: Volume

2.2. Metode Perhitungan Cadangan Isoline Metode ini digunakan pada endapan bijih dengan ketebalan dan kadar mengecil dari tengah ke tepi endapan, atau dapat pula dikatakan cara ini dilakukan untuk menghitung volume dengan memanfaatkan kontur. Unuk membuat kontur ini digunakan cara interpolasi dari titik-titik yang telah diketahui nilainya. Sebagai

contoh teknik interpolasi yang mempertimbangkan faktor volume dinyatakan pada Gambar 7 (Sujoko, 2009).

Gambar 7. Isoline (Sujoko, 2009)

Berdasarkan pengukuran tiap luas daerah di dalam interval kontur, volume dihitung dengan prosedur seperti yang telah dibahas. Kadar rata-rata dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: ) 𝑔0 𝐴0+𝑔 ((𝐴0+2𝐴1+2𝐴2+⋯.+𝐴𝑛 ) 2 g = …………………...........................(6) 𝐴0

Keterangan: g0 : kadar minimum g : harga interval kadar yang konstan antar kontur A0 : luas kontur dengan kadar ≥ g0 A1 : luas kontur dengan kadar ≥ g0 + g A2 : luas kontur dengan kadar ≥ g0 + 2g An : luas kontur dengan kadar ≥ g0 + ng

Metode isoline sebaiknya digunakan pada endapan–endapan teratur yang hanya bervariasi pada ketebalan dan kadar saja, terutama yang mempunyai ketebalan dan kadar yang membesar ke arah tengah. Untuk endapan–endapan yang sangat kompleks dan diskontinu, metode ini tidak dapat digunakan.

2.3. Metode Perhitungan Cadangan Poligon (Area Influence) Penentuan kadar cadangan eksplorasi suatu daerah, yaitu dari hasil pemboran pada kegiatan eksplorasi yang dianalisis di laboratorium kimia. Kemudian hasil analisis kadar tersebut dirata-ratakan mulai dari kadar di bawah sampai di atas cutoff grade. Prinsip daerah pengaruh ada dua bentuk daerah pengaruh titik bor, yaitu: daerah pengaruh ke luar (extended area) adalah batas luar dari daerah pengaruh suatu titik bor dan daerah pengaruh ke dalam (included area) adalah batas ke dalam dari daerah pengaruh suatu titik bor yang merupakan setengah dari spacing titik bor (Widodo et al., 2015). Metode poligon didasarkan pada penentuan batas dari daerah pengaruh di sekeliling suatu lubang bor yang mencakup setengah dari daerah yang terletak di antara lubang yang berada di sekelilingnya. Daerah pengaruh suatu lubang bor dapat digambarkan dengan menentukan batas-batas luas daerah pengaruh, yaitu ditentukan dari batas daerah pengaruh di sekeliling suatu lubang bor yang mencakup setengah lubang yang berdekatan di sekelilingnya, dimana penyebaran bijih yang dianggap relatif sama dengan tubuh yang ditembus titik bor. Metoda poligon ini merupakan metoda perhitungan yang konvensional. Metoda ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai geometri yang sederhana. Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada di tengah-tengah poligon sehingga metoda ini sering disebut dengan metoda poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik conto dengan satu garis sumbu dinyatakan pada Gambar 8 (Sujoko, 2009).

Gambar 8. Poligon (Sujoko, 2009)

Berikut adalah langkah-langkah mengestimasikan jumlah cadangan dengan menggunakan metode daerah pengaruh: a) Menentukan batas-batas daerah pengaruh yang dibentuk oleh garis-garis berat antara titik tersebut dengan titik-titik terdekat di sekitarnya dari masing-masing lubang bor dengan melihat peta penyebaran titik bor. b) Menghitung luas daerah pengaruh masing-masing lubang bor yang dihitung di dalam batas-batas yang ada berdasarkan pembagian cut-off grade. c) Menghitung ketebalan setiap satu meter kedalaman bijih, yaitu dengan menjumlahkan nilai interval bijih pada setiap lubang bor. d) Menghitung jumlah cadangan dengan persamaan berikut: T = A x t x d ..................................................................................... .............(7) keterangan: T = tonnase (ton) A= luas area (m2) t = ketebalan (m) d = density (ton/m3)

Penentuan luas daerah pengaruh untuk menghitung cadangan pada beberapa tipe grade pemboran (Sujoko, 2009): a.

Pola lubang bor teratur dinyatakan pada gambar 9.

Gambar 9. Pola lubang bor teratur (Sujoko, 2009)

b.

Pola lubang bor zig-zag dinyatakan pada gambar 10.

Gambar 10. Pola lubang bor zig-zag (Sujoko, 2009)

c.

Pola lubang bor tidak beraturan dinyatakan pada gambar 11.

Gambar 11. Pola lubang bor tidak teratur (Sujoko, 2009) 2.4. Metode Perhitungan Cadangan Triangular Grouping Pada cara ini setiap blok dibentuk oleh tiga titik lubang bor terdekat, sehingga secar tiga dimrensi blok tersebut berbentuk prisma terpancung dengan sisi prisma adalah kedalaman ketiga titik bor tersebut (Sujoko, 2009). Pembentukan setiap blok harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga pemakaian setiap titik bor kurang lebih sama.

Gambar 12. Triangular Grouping (Sujoko, 2009)

Titik 1, 2, dan 3 merupakan penentu besarnya cadangan jika pembobotan pada titik – titik tersebut sama untuk setiap perhitungan blok (titik 1 akan dipakai 6x). Jika harga titik 1, 2, dan 3 besar maka hasil perhitungan akan membesar, demikian sebaliknya. Volume blok dihitung dengan mengalikan luas penampang prisma terpancung dengan tebal rata-rata blok dengan menggunakan ((t1+t2+t3)) / 3)

(Sujoko, 2009). Sedangkan kadar rata-rata dapat dihitung dengan persamaan berikut:

g=

(𝐺1𝑡1+𝐺2𝑡2+𝑔3𝑡3) ………………………………………………...............(8) 𝑡1+𝑡2+𝑡3

Keterangan: g

: kadar rata-rata

t

: ketebalan

2.5. Metode Perhitungan Cadangan Blok Sistem Metode ini membagi daerah yang akan dihitung cadangannya atas blok yang sama luasnya (Sujoko, 2009). Blok umumnya berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi ½ - 1/3 jarak lubang bor. Cadangan dihitung dengan menjumlahkan tonase masing-masing blok, dan kadar rata-rata blok diperoleh dengan cara perhitungan kadar dengan pembobotan tonase.

2.6. Metode Perhitugan Cadangan Geostatisik Metode ini akan mendapatkan nilai contoh merupakan suatu fungsi dari posisinya dalam cabakan (perubahan teregional) dan posisi relatif contoh akan ikut dipertimbangkan (Sujoko, 2009). Kesamaan nilai-nilai contoh yang merupakan fungsi jarak antar contoh serta yang saling berhubungan.

3. Perencanaan Tambang Perencanaan

adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran

kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan dalam berbagai macam kegiatan yang harus dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan. Perencanaan tambang (mine planning) dapat mencak up kegiatan prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan yang dilengkapi dengan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan), persiapan penambangan dan konstruksi prasaran dan sarana penambangan, K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), serta pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (Fourie, 1992).

Terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan tambang yaitu: proses geologi dan alam, faktor ekonomi, dan faktor teknologi. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan masalah geometri, kebutuhan alat dan tenaga kerja, serta perkiraan biaya kapital dan operasi (Hustrulid, 1979). Berdasarkan waktu dan tujuannya, perencanaan tambang terdiri dari empat kelompok, yaitu (Gafoer, dkk, 1986): a. Perencanaan jangka panjang (long term planning) yaitu perencanaan kegiatan yang jangka waktunya lebih dari 5 tahun. b. Perencanaan jangka menengah (medium term planning) yaitu perencanaan kerja untuk jangka waktu 1-5 tahun. c. Perencanaan jangka pendek (short term planning) yaitu perencanaan aktivitas untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. d. Perencanaan penyanggaan atau alternatif (alternative planning). Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan tambang adalah perancangan (desain) pit tambang. Perancangan pit tambang dilakukan setelah tahap eksplorasi dan studi konseptual. Beberapa elemen yang penting pada perencanaan tambang adalah penentuan batas awal dan batas akhir penambangan (pit limit), bentuk (desain) pit tambang, sequence penambangan, penjadwalan produksi, serta arah kemajuan penambangan (Gafoer, dkk, 1986).

5. Penjadwalan Produksi Perencanaan tambang berdasarkan urutan waktu dengan menggunakan sasaran jadwal produksi yang dihasilkan, gambar atau peta-peta rencana penambangan dibuat untuk setiap periode waktu (biasanya per tahun). Peta-peta ini menunjukkan dari bagian mana di dalam tambang datangnya bijih dan waste untuk tahun tersebut (Basri, dkk, 2009). Rencana penambangan tahunan sudah cukup rinci, di dalamnya sudah termasuk jalan angkut dan ruang kerja alat, sedemikian rupa sehingga merupakan bentuk yang dapat ditambang (Arif dan Gatut, 2002).

I. METODE PENELITIAN Penelitian akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penulisan laporan ini dilakukan dengan 2 (dua) cara, sebagai berikut : a. Studi Pustaka Studi pustaka yang dilakukan dengan mempelajari berbagai literatur maupun tulisan yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Adapun bahan-bahan pustaka yang menunjang diperoleh dari : 

Instansi terkait berupa diktat perusahaan data softcopy, dan hardcopy yang berhubungan dengan penelitian.



Perpustakaan berupa buku-buku, skripsi, jurnal, laporan-laporan penelitian sebelumnya serta data-data penunjang lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Studi Lapangan Dilakukan dengan mencatat semua hal yang diamati di Tambang Besar (TB) 1.42 Pemali khususnya mengenai kolam pengendapan tailing yang digunakan untuk pencucian bijih timah dan melakukan wawancara/diskusi kepada karyawan-karyawan setempat, kemudian mencatat semua hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini. 2. Pengelompokan Data Pengelompokan data dilakukan berdasarkan pada tujuan penelitian, diantaranya studi pustaka, yaitu mempelajari berbagai literatur maupun tulisan yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini diperlukan beberapa data yang diperoleh dari hasil observasi dan orientasi dilapangan (data primer) atau data penunjang (data sekunder) yang diperoleh dari literatur maupun pengamatan terlebih dahulu. 3. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah data primer dan data sekunder yang diperlukan telah didapatkan. Pengolahan data yang dilakukan adalah: a) Perencanaan metode penambangan b) Perhitungan rencana kerja

J. JADWAL PELAKSANAAN Rencana pelaksanaan penelitian Tugas Akhir ini adalah mulai tanggal 9 Juli 2018 sampai dengan 20 Agustus 2018 dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel J.1. Uraian Jadwal Kegiatan Penelitian No

Minggu

Uraian Kegiatan 1

1

Orientasi Lapangan

2

Pengumpulan Referensi dan Data

3

Pengolahan Data, Konsultasi dan Bimbingan

4

Penyusunan dan Pengumpulan Laporan

2

3

4

5

6

K. PENUTUP Demikianlah proposal pengajuan ini dibuat sebagai bahan pertimbangan bagi Bapak/Ibu dalam menerima kami untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT Timah (Persero) Tbk. Selanjutnya kami sangat mengharapkan bimbingan serta arahan dari Bapak/Ibu serta kemudahan dalam mengadakan penelitian (akomodasi dan transportasi) ataupun pengambilan data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini nantinya. L. DAFTAR PUSTAKA Arif, I dan Gatut, S. A. 2002. Perencanaan Tambang. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Basri. 2009. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Batubara. Universitas Hasanuddin : Makassar. Fourie, G. A. 1992. Open Pit Planning and Design. New York Society of Mining Engineering : AIME. Gafoer S, Burhan, G, and Purnomo, J. 1986. “The geology of the Palembang Quadrangle, Sumatera”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) : Bandung.

Gafoer, S., Burhan, G., and Purnomo, J. 1986. The geology of the Palembang Quadrangle, Sumatera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) : Bandung. Hartman, H. L. 1987. Introduction Mining Engineering. Canada: John Wiley & Sons.Inc. Hosking, K. J. 1977. Known Relationships between The Hard-Rock Tin Deposits and The Granites of Southeast Asia. Bulletin of Geological Society of Malaysia, No. 9: 141-157. Hustrulid, W. 1979. Open Pit Mine Planing & Design, Volume 1. Colorado: A.ABalkema Publishers. Kelly, E. G. dan Spottiswood, D. J. 1982. Introduction to Mineral Processing. New York: Wiley. Palache, C.; Berman, H. dan Frondel, C. 1944. The System of Mineralogy, vol 1. New York: John Wiley & Sons. Ray, H. S. dan Ghosh, A. 1991. Principles of Extractive Metallurgy. Edisi Kedua. New Delhi: New Age International (P) Ltd. Sujoko. 2009. Buku Panduan Pelatihan Geologi Dasar, Pemetaan, dan Perhitungan Cadangan. PT.Timah (Persero) Tbk, Pangkalpinang, Bangka Belitung

Related Documents


More Documents from ""