BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Busana mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia, karena menjadi salah satu kebutuhan primer manusia. Sejak jaman dahulu, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa dipisahkan dengan pemakaian busana. Di zaman modern seperti sekarang ini, busana berupa pakaian tidak lagi digunakan hanya sebagai penutup tubuh tapi, melainkan dibuat dengan desain yang menarik, yang membutuhkan daya cipta, rasa, karsa, dan karya. Desain demikianlah hasil kreativitas manusia yang sekarang. Meskipun demikian busana juga harus diperhatikan dalam pembuatannya, agar nyaman ketika dipakai (Soekarno, 2018:1). Agar dapat mewujudkan sebuah busana yang indah dan menarik namun sekaligus juga enak dipakai, perlu diketahui seluk beluk dalam pembuatan busana. Seperti rancangan, pengambilan ukuran, konstruksi pola, teknik memotong, menjahit, hingga finishing (Soekarno, 2018:1). Pembuatan pola busana merupakan bagian yang sangat penting dalam pembuatan suatu busana, dengan menggunakan pola, busana yang dihasilkan akan tepat di badan dan nyaman dipakai. Pola busana dijadikan panduan dalam pembuatan busana. Menurut Porrie Muliawan (1990:2), pengertian pola dalam bidang jahit menjahit maksudnya adalah potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat pakaian. Selanjutnya Tamimi (1982:133), mengemukakan pola merupakan ciplakan bentuk badan yang biasa dibuat dari kertas, yang nanti dipakai sebagai contoh untuk menggunting pakaian seseorang, ciplakan ini disebut pola dasar.
1
Pola sangat penting artinya dalam pembuatan proses pembuatan busana. Baik tidaknya busana yang dikenakan di badan seseorang (kup) sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Tanpa menggunakan pola, suatu pakaian dapat juga dibuat, tetapi hasil tidaklah sesuai dengan yang diharapkan. Dapat pula diartikan bahwa pola-pola pakaian yang berkualitas akan menghasilkan busana yang nyaman dipakai, indah dipandang dan bernilai tinggi, sehingga akan tercipta kepuasan pada sipemakai. Di Indonesia menurut Sarono dalam Prahastuti (2012:24), terdapat beberapa sistem pola dasar pakaian wanita yang berlaku universal, yaitu 1) J.H.C, Meyneke, (2) So-en, (3) Dressmaking, (4) Charmant, (5) Danckaerts, dan (6) Cuppens-Geurs. Pola system Cuppens Geurs merupakan metode menggambar pola yang berasal dari Belanda. Pembuatan pakaian dengan pola Cuppens Geurs termasuk system pola dasar yang rumit bila dibandingkan dengan pola lain yang pada umumnya memiliki satu kupnat depan dan belakang misalnya pola system Soen. Pemilihan pola dalam pembuatan busana harus disesuaikan dengan bentuk tubuh seseorang. Menurut Pratiwi (2001:6), “bentuk tubuh manusia digolongkan menjadi lima macam bentuk tubuh yaitu bentuk tubuh normal atau ideal, gemuk pendek, kurus pendek, tinggi gemuk dan tinggi kurus”. Bentuk tubuh tinggi kurus merupakan salah satu bentuk tubuh yang banyak terdapat di Indonesia. Dengan badan yang tinggi dan berat badan yang ringan atau berat badan dibawah berat badan ideal. Untuk mengetahui berat badan ideal, menurut Roschinky (2004:1819), yang memperbaharui rumus Brocca untuk mengukur berat badan wanita ideal “Perempuan : Berat badan ideal (kg) = {tinggi badan (cm) - 100} - {[tinggi badan (cm) - 100] x 15%}”. Contoh berat bada ideal (kg) = {166 cm – 100 – (166 cm –
2
100 x 15%)} = 56,1 kg. Jadi bentuk badan dengan tinggi 166 cm dengan berat badan dibawah 56,1 kg dinyatakan bentuk badan tinggi kurus. Dalam hal ini pola sistem Cuppens Geurs merupakan metode menggambar pola yang berasal dari Belanda yang terdapat di benua Eropa dengan bentuk tubuh yang cenderung tinggi besar dibanding dengan bentuk tubuh penduduk Indonesia yang termasuk ke dalam benua Asia yang cenderung kecil. Dalam sistem pembuatan pola, untuk mendapatkan metode pola yang tepat dan kesesuaian pola, diperlukan percobaan atau eksperimen. Kesesuaian menurut Alwi (2007: 1093) adalah “kecocokan, keselarasan”. Untuk mendapat pola yang tepat dan bagus, terlebih dahulu dilakukan fitting. Menurut Poespo (2000: 72), “fitting menunjukkan pada sempit dan longgarnya sebuah bentuk busana dalam hubungannya orang yang memakainya. Busana atau pakaian yang enak dipakai adalah yang berukuran tepat dan tidak menyesakkan ataupun kedodoran/longgar bila dikenakan”. Sedangkan menurut Hutton (1973: 3), “fitting adalah mengepas atau mencocokkan antara ukuran dengan pola, kemudian try out pada bahan katun, mengepas pada badan sipemakai, mengevaluasi hasil try out, selanjutnya memperbaiki kesalahan atau kelemahan pola. Dengan demikian, untuk mendapatkan metode pola dan kesesuaian pola dengan betuk badan tinggi kurus, diperlukan percobaan atau eksperimen. Untuk itu peneliti berkeinginan mengujicobakan apakah pola sistem Cuppens Geurs sesuai dengan bentuk tubuh wanita tinggi kurus Indonesia dan melakukan perbaikan hingga pengembangan jika ditemukan kelemahan dari pola dasar Cuppens Geurs pada bentuk tubuh wanita tinggi kurus.
3
Berdasarkan uraian di atas peneliti mengangkat penelitian yang berjudul “Model Pengembangan Pola Dasar Cuppens Geurs Pada Bentuk Tubuh Wanita Tinggi Kurus”. B. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi permasalahan ini hanya pada masalah Model Pengembangan Pola Dasar Cuppens Geurs pada Bentuk Tubuh Wanita Tinggi Kurus. C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut 1. Apakah terdapat kelemahan pola dasar Cuppens Geurs pada bentuk tubuh tinggi kurus ? 2. Bagaiamana memperbaiki pola dasar Cuppens Geurs pada bentuk tubuh tinggi kurus ? 3. Apakah terdapat kesesuaian pola dasar Cuppens Geurs pada bentuk tubuh tinggi kurus ? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui kelemahan pola dasar Cuppens Geurs pada bentuk tubuh tinggi kurus. 2. Dapat memperbaiki kelemahan pola dasar Cuppens Geurs pada bentuk tubuh tinggi kurus.
4
3. Dapat menyesuaikan pola dasar Cuppens Geurs pada bentuk tubuh tinggi kurus. E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah pola dasar Cuppens Geurs yang dikembangkan agar pola tersebut sesuai dengan bentuk badan tinggi kurus. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat menjadi masukan dalam menambah wawasan dalam pembuatan busana wanita. 2. Bagi staf mengajar keahlian tata busana, menambah pengetahuan serta dapat menerapkan pembuatan pola dasar Cuppens Geurs terutama pada mata kuliah pola konstruksi. 3. Bagi masyarakat membuat pakaian, pola dasar Cuppens Geurs yang telah diteliti dapat digunakan untuk membuat pakaian terutama pada wanita bertubuh tinggi kurus.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Dasar Cuppens Geurs a. Pengertian Pola Pola sangat penting artinya dalam membuat busana. Baik tidaknya busana yang dikenakan di badan seseorang (kup) sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Tanpa pola, suatu pakaian memang dapat dibuat tetapi hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dapat pula diartikan bahwa pola-pola yang berkualitas dapat menghasilkan busana yang nyaman dipakai, indah dipandang, dan bernilai tinggi sehingga dapat tercipta kepuasan bagi sipemakai (Ernawati dkk, 2008:245). Kualitas pola pakaian akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah: 1) ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh sipemakai; 2) kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola; 3) ketepatan untuk memilih kertas untuk pola; 4) kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagian-bagian pola; dan 5) kemampua dan ketelitian dalam menyimpan dan mengarsipkan pola (Ernawati dkk, 2008: 245) Dengan adanya pola yang sesuai dengan ukuran, kita dengan mudah dapat membuat busana yang dikehendaki. Menurut Porrie Muliawan (1990: 2), pengertian pola dalam bidang jahit menjahit maksudnya adalah potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat pakaian. Menurut Tamimi (1982: 133), pola merupakan ciplakan bentuk badan yang biasa dibuat dari kertas,
6
yang nanti dipakai sebagai contoh untuk menggunting pakaian seseorang, ciplakan bentuk tubuh ini disebut pola dasar. Sri Rudiati Sunato (1993: 6), mengemukakan fungsi pola sangat penting bagi seseorang yang ingin membuat busana dengan bentuk serasi mengikuti lekuklekuk tubuh, serta membuat potongan-potongan lain dengan bermacam-macam model yang dikehendaki. Maka dari itu jelaslah bahwa dalam membuat suatu busana diperlukan suatu pola, karena dengan adanya pola akan mempermudah para pecinta busana untuk mempraktekkan kegiatan jahit menjahit secara tepat dan benar. Begitu pula sebaliknya jika dalam membuat busana tidak menggunakan pola, hasil yang didapatkan sangat mengecewakan. Hal ini didukung oleh pendapat Porrie Muliawan (1985: 1), tanpa pola, pembuatan busana dapat dilaksanakan tetapi kup dari busana tersebut tidak akan memperlihatkan bentuk feminim dari seseorang. Berdasarkan beberapa pedapat tentang pola dapat disimpulkan bahwa pola merupakan ciplakan atau potongan dari kain atau kertas berbentuk badan yag dibuat sebagai contoh untuk mengguting sebuah pakaian. Dengan demikian pola busana merupakan suatu sistem dalam membuat busana. b. Macam-macam Teknik Membuat Pola 1) Pola konstruksi Pola konstruksi adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran badan seseorang, dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing. Widjiningsih (1994: 3), konstruksi pola adalah pola yang dibuat berdasarkan ukuran dari bagian-bagian badan yang diperhitungkan secara
7
matematis dan digambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok, lengan, kerah dan sebagainya. Macam-macam pola konstruksi yang didasarkan pada penciptaan pola, lembaga, negara, atau benua asal pola dibuat antara lain : pola sistem Dressmaking, pola sistem PSMI, pola sistem So-en, pola sistem Charmant, pola sistem Aldrich, pola sistem Cuppens Geurs, pola sistem Meyneke dan lain sebagainya. 2) Pola baku (standard) Pola baku disebut juga pola standard berbentuk pola dasar. Pola standard adalah pola yang dibuat berdasarkan daftar ukuran umum atau ukuran yang telah distandarkan, seperti ukuran Small (S), Medium (M), Large (L), Extra Large (XL), dan sebagainya. 3) Pola Draping Draping dapat disebut juga dengan “memulir” atau berarti memutar. Teknik draping adalah teknik membuat pola busana dengan memulir atau memutarkan selembar kain pada media dresfrom/boneka jahit, mengepaskan ukuran badan dan menyesuaikan dengan model yang diinginkan. 4) Pola di atas kain Pola di atas kain adalah teknik pembuatan pola secara langsung di atas bahan kain yang akan dibuat busana sesuai dengan model yang diinginkan. Biasanya pola ini diguakan dalam pembuatan pola yang mempunyai model sederhana seperti kemeja, celana pendek atau panjang dan lain-lain. 5) Pola jadi
8
Pola jadi adalah pola yang siap dipakai sesuai dengan model tertentu. Macam- macam pola jadi yaitu: 1) pola rader, adalah lembaran kertas yang berisi macam-macam pola degan model atau desain busana yang digambar secara bertumpukkan dalam satu halaman; dan 2) pola cetak, adalah pola yang dibuat dengan cara dicetak. c. Pola Cuppens Geurs Pola dasar Cuppens Geurs merupakan metode pola dengan teknik konstruksi. Pola dasar Cuppens Geurs merupakan metode membuat pola yang berasal dari Belanda. Pola Cuppens Geurs pada bagian badan depan mempunyai dua kupnat dan satu kupnat pada bagian pola badan belakang. Pola Cuppens Geurs membutuhkan 11 ukuran pada pembuatan pola badan, 5 ukuran pada pembuatan pola lengan dan 5 ukuran pada pembuatan rok. Untuk membuat pola Cuppens Geurs terlebih dahulu mengambil ukuran dengan cermat sesuai dengan ukuran yang diperlukan dalam pembuatan pola Cuppens Geurs tersebut. 1) Cara mengambil ukuran badan wanita dewasa Sebelum mengambil ukuran tubuh seseorang, perhatikan bentuk bahu, badan, pinggang, dan pinggulnya. Ukuran pada bagian tersebut pasti berbeda pada setiap orang. Hal ini membuat setiap pola yang dibuat akan mempunyai ukuran yang berlainan pula. Orang yang akan diukur sebaiknya menggunakan busana yang pas di badan agar ukuran yang akan diambil dapat akurat. Sebelum mulai mengukur, ikatkan seutas veterban atau tali yang lemas di sekelilinng pinggang, untuk menjadi patokan yang dapat membantu proses pengukuran bagian tertentu, misalnya lingkar pinggang, permulaan panjang rok, dan sebagainya (Soekarno, 2018: 12).
9
Ukuran-ukuran yang diperlukan a) Lingkar badan Diukur pada bagian badan belakang, melalui ketiak hingga melingkari payudara, diambil angka pertemuan meteran dalam keadaan pas. Tambahkan 4 cm pada hasil ukurannya. b) Lingkar pinggang Diukur pada bagian pinggag yang terikat veterban, diambil angka pertemuan meteran dalam keadaan pas. Tambahkan 2 cm pada hasil ukurannya. c) Lingkar leher Diukur keliling, diambil angka pertemuan meteran pada lekuk leher depan bagian bawah. d) Lebar dada Di bawah lekuk leher turun ± 5 cm, diukur mendatar dari kerung lengan sebelah kiri sampai kerung lengan sebelah kanan. e) Panjang dada Diukur dari titik lekuk leher sampai dengan batas pinggang (yang terikat veterban). f) Panjang sisi
10
Diukur dari bawah kerung lengan ke bawah sampai batas pinggang.
g) Lebar bahu Diukur dari batas leher sampai bagian bahu yang terendah (pangkal lengan) h) Panjang lengan a) Lengan pendek. Diukur dari ujung bahu/pangkal lengan ke bawah, sampai ± 5 cm di atas siku atau sepanjang yang diinginkan. b) Lengan panjang. Diukur dari ujung bahu/pangkal lengan ke bawah, sampai ± 2 cm di bawah ruas pergelangan tangan atau sepanjang yang diinginkan. i) Lingkar kerung lengan
11
Diukur pada keliling kerung lengan dalam keadaan pas, tambahkan ± 4 cm pada hasil ukurannya. j) Lingkar pangkal lengan Diukur tepat di bawah ketiak pada pangkal lengan dalam keadaan pas, tambahkan ± 4 cm pada hasil ukurannya.
k) Tinggi kepala lengan Meteran tidak dilepas dan diukur dari batas kerung lengan (ujung bahu) sampai pangkal lengan (tepat di tempat lingkar pangkal lengan diukur) l) Lingkar lengan
12
Ukur keliling lengan dalam keadaan pas, tambahkan ± 4 cm pada hasil ukurannya. m) Lingkar pergelangan lengan Ukur keliling pergelangan lengan dalam keadaan pas ditambah ± 2 cm atau sesuai dengan model lengannya. n) Jarak payudara Diukur dari puncak payudara sebelah kiri ke sebelah kanan.
13
o) Tinggi puncak Diukur dari pinggang ke atas sampai kurang 2 cm dari puncak payudara. p) Ukuran pemeriksa Diukur dari pertengahan pinggang bagian depan, serong melalui payudara kbahu terendah, kemudian teruskan ke pertengahan pinggang belakang.
14
q) Panjang punggung Diukur dari bagian punggung. Dari ruas tulang leher yang menonjol di pangkal leher, turun ke bawah sampai batas pinggang bagian belakang. r) Lebar punggung Dari ruas tulang leher turun ± 8 cm, diukur dari kerung lengan sebelah kiri sampai kerung lengan sebelah kanan. s) Panjang rok Diukur dari batas pinggang ke bawah sampai panjang rok yang diinginkan. t) Lingkar pinggul Diukur dari pinggul yang terbesar, dari ukuran pas di tambah ± 4 cm. u) Tinggi pinggul Diukur dari pinggul yang terbesar ke atas sampai batas pinggang. v) Lingkar pinggang rok/celana Diukur pada bagian pinggang yang terikat veterban, diambil angka pertemuan pada pita meteran dalam keadaan pas. (Soekarno, 2018: 12-16) 2) Pola Dasar Badan Ukuran Pola Badan Ukuran yang diperlukan dalam pembuatan pola badan yaitu : 1. Lingkar badan
= 88 cm.
2. Lingkar pinggang
= 68 cm
3. Lingkar leher
= 36 cm
4. Panjang dada
= 32 cm
5. Lebar dada
= 33 cm
15
6. Panjang sisi
= 17 cm
7. Panjang punggung
= 36 cm
8. Lebar punggung
= 34 cm
9. Lebar bahu
= 12,5 cm
10. Tinggi puncak
= 14 cm
11. Jarak payudara
= 18 cm
Keterangan pola badan depan H-K=
A – B = ½ lingkar badan = 44 cm
A – A’ =
2 cm
A’ – O =
O – E = 15 cm : 2 = 17 ½ cm
A’ – L’ =
1/6 lingkar leher + 2 ½ cm = ( 36 cm : 6) + 2 ½ cm = 8 ½ cm
Tariklah garis serong dari A’ melalui titik K terus ke bawah. L’ – M =
panjang dada = 32 cm
Dari M tariklah garis siku-siku. M–N=
¼ lingkar pinggang + 2 cm + kupnat = (68 cm : 4) + 2 cm + 3 cm =
22 cm Hubungkan titik I – N E – E’ =
turun 2 cm
O–Q=
lebar bahu = 12 ½ cm
O – L’ =
kerung leher depan
L’ – Z =
turun 5 cm
Z – Z’ =
½ lebar dada = 33 cm : 2 = 16 ½ cm
16
Q – Z’ – I =
kerung lengan depan
M–X=
K’ – X’ = ½ jarak payudara = 18 cm : 2 = 9 cm
M – K’ =
tinggi puncak = 14 cm
X – M’ =
X – N = ½ lebar kupnat = 1 ½ cm
M’ – N’ =
lebar kupnat = 3 cm
Tinggi kupnat turun 2 cm dari titik X’ I – I’ =
turun ± 7 cm
(I – I’) + (N – U’) = panjang sisi = 17 cm Panjang kupnat sisi kurang 2 cm Keterangan Pola Belakang A–B=
½ lingkar badan = 88 : 2 = 44 cm
A–E=
E – D = D – E = ⅓ A – B = 44 cm : 3 = 14 ⅔ cm (dibulatkan menjadi
15 cm)
17
B–F=
turun 2 cm
B–C=
1/6 lingkar leher + ½ cm = (36 cm : 6) + ½ cm = 6 ½ cm
C–F=
kerung leher belakang
F–G=
panjang punggung = 36 cm
G–H=
panjang sisi = 17 cm
H–I=
¼ lingkar badan – 2 cm = (88 cm : 4) – 2 = 20 cm
G-U=
¼ lingkar pinggang – 2 cm + kupnat = (68 cm : 4) – 2 + 3 = 18 cm
F–Y=
turun 9 cm
Y–W=
½ lebar punggung = 34 cm : 2 = 17 cm
D – D’ =
turun 3 cm
C–R=
melalui D’ adalah lebar bahu = 12 ½ cm
R–W–I=
kerung lengan belakang
G–J=
1/10 lingkar pinggang = 7 cm
18
J – J’ =
lebar kupnat = 3 cm
U – I’ =
panjang sisi = 17 cm
Tinggi kupnat turun 4 cm dari garis H – I. ( Soekarno, 2018: 30-31 ) 3) Pola Dasar Lengan Ukuran pola dasar lengan Ukuran yang diperluka dalam pembuatan lengan adalah : Panjang lengan
= 57 cm
Lingkar kerung lengan
= 44 cm
Panjang siku
= 30 cm
Lingkar siku
= 32 cm
Lingkar pergelangan
= 24 cm
Keterangan pola lengan A–B=
½ lingkar kerung lengan dikurangi 1 – 2 cm = (44 : 2) – 2 = 20 cm
S–W=
A – B = 20 cm
A–S=
B – W = panjang lengan = 57 cm
A–D=
½ A – B = 20 cm : 2 = 10 cm
A–E=
4 cm
19
A–G=
(A – D) + 3 cm = 10 cm + 3 cm = 13 cm
A–M=
panjang siku = 30 cm
A–C=
S – T = 2 cm
Pola lengan bagian bawah: X–I=
turun 1 cm
N–O=
A – C = 2 cm
O–P=
½ lingkar siku – 4 cm = (32 cm : 2) – 4 cm = 12 cm
T–U=
½ lingkar pergelangan – 3 cm = (24 cm : 2 cm) – 3 cm = 9 cm
20
Garis yang menghubungkan titik K – J – I – O – T – U – P – K adalah pola lengan bagian bawah Pola lengan bagian atas: I–H=
2 x A – C = 2 x 2 cm = 4 cm
O–M=
T – R = I – H = 4 cm
U–V=
2 cm
P–Q=
4 cm
Garis yang menghubungkan titik D – H – M – R – V – Q – L – D adalah pola lengan bagian atas. Keterangan
Jumlah lingkar kerung lengan bawah dan kerung lengan bagian atas lebih besar 2 ½ sampai 3 cm dari jumlah kerung lengan depan dan kerung lengan belakang pada badannya.
Garis pola lengan atas dan bawah (H – M – R, L – Q – V dan I – O – T, K – P – U) dapat diubah atau dipindahkan menurut garis model (hias) pada badan depa dan belakang.
21
( Soekarno, 2018: 31-32 ) 4) Pola Dasar Rok Ukuran pola rok Ukuran yang diperlukan dalam pembuatan rok adalah: Lingkar pinggang
= 68 cm
Lingkar pinggul
= 96 cm
Panjang rok
= 58 cm
Tinggi panggul
= 18 cm
Keterangan pola depan A–F=
¼ lingkar pinggang + 2 cm + kupnat = (68 cm : 4) + 2 + 3 = 22 cm
A – A’ =
turun 1 ½ cm
A’ – B =
panjang rok = 58 cm
A’ – D =
tinggi panggul = 18 cm
22
D–E=
¼ lingkar pinggul + 2 cm (96 cm : 4) + 2 cm = 26 cm
B–H=
D – E = 26 cm
H – H’ =
4 sampai 5 cm
F–K=
A’ – B = panjang rok = 58 cm
A’ – G =
1/10 lingkar pinggang + 1 ½ cm = (68 cm : 10) + 1 ½ cm = 8,3 cm
G – G’ =
lebar kupnat = 3 cm
G–L=
panjang kupnat = 12 cm
Keterangan pola belakang A–F=
¼ lingkar pinggang – 2 cm + kupnat = (68 cm : 4) – 2 + 3 = 18 cm
A – A’ =
turun 1 ½ cm
23
A’ – B =
panjang rok = 58 cm
A’ – D =
tinggi pinggul = 18 cm
D–E=
¼ lingkar pinggul – 2 cm = (96 cm : 4 cm) – 2 cm = 22 cm
B–H=
D – E = 22 cm
H – H’ =
4 sampai 5 cm
F–K=
A’ – B panjang rok = 58 cm
A’ – G =
1/10 lingkar pinggang = 68 cm : 10 = 6,8 cm (dibulatkan menjadi 7
cm) G – G’ =
lebar kupnat = 3 cm
24
G–L=
panjang kupnat = 12 cm ( Soekarno, 2018: 28-29 )
2. Bentuk Tubuh Wanita Bentuk tubuh manusia digolongkan menjadi lima macam bentuk tubuh, yaitu normal atau ideal, gemuk pendek, kurus pendek, tinggi gemuk, dan tinggi kurus. 1) Bentuk tubuh ideal Bentuk tubuh normal atau ideal mempunyai ciri-ciri dengan tinggi 160 cm sampai dengan 164 cm dengan perbandingan antara tinggi dan beratnya seimbang. Bentuk tubuh ideal dapat memakai setiap model; mulai dari rancangan atau desainnya, bahkan hingga aksesoris. Hal yang terbaik adalah dengan menonjolkan bagian-bagian yang bagus dari bentuk badan serta menyembunyikan bagian-bagian tubuh yang kurang sempurna. 2) Bentuk tubuh gemuk pendek Bentuk tubuh gemuk pendek berciri-ciri mempunyai tinggi 150 cm sampai dengan 160 cm dengan berat badan lebih berat badan lebih dari berat ideal. Untuk bentuk tubuh gemuk pendek agar terlihat lebih tinggi dan kurus harus memperhatikan hal-hal berikut: a) Rancangan busana sebaiknya memakai garis memanjang atau vertical, misal garis-garis princes. b) Rok agak melebar di bawah, potongan bagian panggul jangan terlalu sempit, lengan yang digunakan lengan licin baik pendek maupun panjang.
25
c) Pakai hiasan atau garniture busana yang membawa mata bergerak dari atas ke bawah, seperti satu deretan kancing. d) Tas, dompet, atau sepatu sebaiknya sewarna atau mendekati warna busana. e) Pilihan bahan yang lemas 3) Bentuk badan kurus pendek Bentuk badan kurus pendek mempunyai ciri-ciri dengan tinggi 150 cm sampai 160 cm dengan berat badan dibawah berat badan ideal. Hal-hal yang diperhatikan dalam memilih bahan busana pada bentuk tubuh kurus pendek agar terlihat tinggi dan berisi adalah: a) Garis rancangan sebaiknya melebar atau horizontal, misalnya garis empire yang memotong badan atas dan bawah, di antara pinggang dan dada. b) Busana yang terlalu pas atau terbuat dari bahan strait sebaiknya dihindari karena membuat seseorang semakin kurus. c) Blus dan rok bawah satu warna d) Perlengkapan busana sebaiknya dipilih dengan ukuran kecil atau sedang dengan model sederhana. e) Pilih motif bahan kecil-kecil dengan tekstur lembut dan tipis. 4) Bentuk tubuh tinggi gemuk Bentuk tubuh tinggi gemuk berciri-ciri mempunyai tinggi 165 cm sampai 170 cm dengan berat badan lebih dari berat badan ideal. Agar tampak pendek dan kurus bentuk tubuh tinggi gemuk harus memperhatikan hal-hal berikut: a) Garis rancangan kombinasi antara vertical dan horizontal dapat dipilih, tetapi harus memperhatikan keseimbangan antara keduanya. b) Busana dibuat dengan potongan yang pas.
26
c) Panjang blus dibuat melebihi garis pinggul, lengan polos. d) Pilih bahan yang halus dengan warna kusam e) Ikat pinggang dan tas model sederhana dengan ukuran sedang. 5) Bentuk tubuh tinggi kurus Bentuk tubuh tinggi kurus mempunyai ciri-ciri dengan tinggi 165 cm sampai 170 cm dengan berat badan dibawah berat ideal. Agar bentuk tubuh tinggi kurus terlihat pendek dan agak berisi sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut: a) Rancangan busana dengan garis melebar atau horizontal. b) Busana dibuat sedikit longgar, misalnya blouson, gaun berimpel atau folk lore. c) Lengan longgar, misalnya lengan poff, bell, dan cape. d) Pilih bahan agak kaku dan bermotif, misal kotak-kotak. e) Tas dan ikat pinggang sebaiknya besar. B. Kerangka Berfikir Berdasarkan ladasan teori di atas dapat dikemukakan kerangka berfikir yang beorientasi pada proses pembuatan busana dengan menggunakan pola dasar Cuppens Geurs yang akan diujicobakan pada bentuk tubuh tinggi kurus. Adapun langkah-langkah atau prosedur dalam penelitian ini adalah dengan 4 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, penyelesaian dan penilaian. Dengan menyesuaikan teori pola dasar Cuppens Geurs dengan bentuk tubuh tinggi kurus perlu dilakukan fitting atau pengepasan. Menurut Poespo (2000: 72), “Fitting menunjukkan pada sempit dan longgarnya sebuah bentuk busana dalam hubungannya dengan orang yang memakainya”. Sedangkan menurut Hutton (1973: 3), “ Fitting adalah mengepas atau mencocokkan antara ukuran dengan pola,
27
kemudian try out pada bahan katun, mengepas pada badan sipemakai, mengevaluasi hasil try out, selanjutnya memperbaiki kesalahan dan kelemahan pola”. Dari pendapat Hutton, fitting dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) membuat pola, 2) mencocokkan antara ukuran dengan pola, 3) menggunting bahan, 4) menjahit untuk uji coba, 5) fitting, 6) mengepas pada badan/figure, 7) mengevaluasi uji coba pola, 8) memperbaiki kelemahan pola. Hal ini bertujuan supaya dapat mewujudkan busana yang baik dan serasi sesuai bentuk tubuh atau porposi tubuh.
28
BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2009: 407), penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 169), mendefinisikan penelitian dan pengembangan merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Jadi penelitian pengembangan merupakan metode untuk menghasilkan produk tertentu atau menyempurnakan produk telah ada serta meguji keefektifan produk tersebut. Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan pola dasar Cuppens Geurs pada tubuh wanita tinggi kurus. Tingkat kelayakan pola dasar Cuppens Geurs pada tubuh wanita tinggi kurus ini diketahui melalui validasi oleh ahli materi yaitu dosen tata busana dan uji coba pembuatan pola dasar Cuppens Geurs pada wanita bertubuh tinggi kurus.
29
B. Prosedur Penelitian Menurut Sugiyono, langkah-langkah penelitian pengembangan dapat digambarkan sebagai berikut: Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
Revisi Produk
Potensi dan Masalah
Produksi Masal
Ujicoba Produk
Validasi Desain
Revisi Desain
Gambar. langkah-langkah penggunaan Metode Research and Developmet (R&D) Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti dalam pengembangan ini diadaptasi dari langkah-langkah dalam Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Sugiyono, 2009: 409) dengan pembatasan. Borg dan Gall (dalam Emzir, 2013: 271), menyatakan bahwa dimungkinkan untuk membatasi penelitian dalam skala kecil, termasuk membatasi langkah penelitian. Penerapan langkah-langkah pengembangannya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti, mengingat keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki peneliti. Maka langkah-langkah tersebut disederhanakan menjadi lima langkah pengembangan. Langkah-langkah pengembangan yang dilakukan peneliti
30
1. Potensi dan Masalah Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Dalam penelitian masalah yang dihadapi yaitu belum ada yang mengujicobakan tentang kesesuaian pola dasar Cuppens Geurs pada tubuh wanita tinggi kurus hingga pengembangan polanya. 2. Pengumpulan Data Pengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa buku-buku yang membahas tentang pola dasar Cuppens Geurs. 3. Desain Produk Hasil akhir dari kegiatan penelitian dan pengembangan adalah desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasinya. Dalam penelitian pengembangan yang akan dilakukan dalam penelitian ini masih menggunakan produk yang sudah ada berupa pola dasar Cuppens Geurs yaitu pola badan, lengan serta rok yang masih pada bentuk aslinya. 4. Validasi Desain Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah racangan produk, dalam hal ini pola dasar Cuppens Geurs berupa pola badan, lengan serta rok yang masih pada bentuk aslinya diujicobakan pada model wanita bertubuh
31
tinggi kurus kemudian dinilai. Validasi desain ini akan divalidasi oleh Dosen Tata Busana Unima. 5. Perbaikan Desain Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka aka dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Dalam hal ini peneliti sendiri yang akan memperbaiki pola dasar Cuppens Geurs hingga cocok atau pas pada tubuh wanita tinggi kurus. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Tata Busana Universitas Negeri Manado. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan selama 3 bulan. D. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan dengan objek penelitian yaitu pola dasar Cuppens Geurs yang diujicobakan pada wanita dewasa bertubuh tinggi kurus di Indonesia dengan tinggi 165 cm, berat 47 kg dan usia 22 tahun. Variabel penelitian yaitu model pengembangan pola dasar Cuppens Geurs untuk bentuk tubuh tinggi kurus wanita Indonesia, dengan indikatornya adalah pola badan, pola lengan dan polar rok. E. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner (angket). Angket yaitu pengumpulan suatu daftar yang berisikan rangkaian pernyataan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.
32
F. Instrument Penelitian Menurut Sugiyono (2008: 147), “instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan format penilaian. Skala yang digunakan berupa skala Likert, yaitu berisikan alternative 4 pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS) dengan skor 4, Sesuai (S) dengan skor 3, Kurang Sesuai (KS) dengan skor 2 dan Tidak Sesuai (TS) dengan skor 1. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah teknik analisis deskriptif sesuai dengan prosedur pengembangan produk. Data yang diperoleh berupa kevalidan yang diperoleh melalui validasi kepada ahli materi. Penilaian setiap aspek pada produk yang dikembangkan pada penelitian ini dengan menggunakan skala Likert, dikatakan layak jika mean (rata-rata) dari responden minimal mendapatkan kriteria baik.
33
DAFTAR PUSTAKA Agusti, Riri. 2015. Jurnal Kesesuaian Pola Dasar Lucia Mors De Castro pada Bentuk Tubuh Wanita Ideal. Padang: Universitas Negeri Padang Karmila, Iin. 2015. Jurnal Pengembangan Modul Pembelajaran Konstruksi Pola Busana di Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. Padang: Universitas Negeri Padang Pratiwi, Djati dkk. 2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Yogyakarta: kanisius Poespo, Goet. 2000. Teknik Menggambar Mode Busana. Yogyakarta: Kanisius Qomariah, Ana. 2013. Jurnal Kesesuaian Pola Dasar Djati Pratiwi Pada Wanita Dewasa Bertubuh Ideal. Padang: Universitas Negeri Padang Riduwan dan H Sunarto. 2011. Pengantar Statistika untuk penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta Soekarno. 2018. Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta: Gramedia Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
https://www.fesyendesign.com/mengenal-macam-macam-pola-busana/.
34