Proposal Penelitian Nisud.docx

  • Uploaded by: songsong cp
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Penelitian Nisud.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,185
  • Pages: 25
PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUN DAN SIKAP REMAJA TERHADAP HIV/AIDS DI SMA BINA MULYA TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN

DISUSUN OLEH NAMA : RAHMATINISYAH NIM : PO.71.20.1.16.092

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG 2017 / 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang tubuh manusia dengan cara membunuh atau merusak sel-sel yang berperan dalam kekebalan tubuh sehingga kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker menurun drastis (Sunaryati, 2011). AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan infeksi sindrom yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, seperti penyakit paru-paru, saluran pencernaan, saraf dan kejiwaan, tumor ganas (malignan) dan infeksi oportunistik lainnya (Sunaryati, 2011). Penyakit infeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini, terdapat hampir di dunia tanpa kecuali Indonsia. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV/AIDS adalah angka kejadian yang cenderung terus meningkat dengan angka kematian yang tinggi (Nasronudin, 2007). WHO (world health organization) dan UNAIDS (united nations programme on HIV/AIDS), dua organisasi dunia memberi peringatan bahaya kepada 3 negara di Asia yang saat ini disebut-sebut berada pada titik infeksi HIV. Kini diseluruh dunia diperkirakan lebih dari 40 juta orang mengidap HIV/AIDS. Sekitar 75% yang tertular HIV/AIDS berada di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Lebih dari 20 juta jiwa telah meninggal karena AIDS (WHO, 2013). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama melaporkan sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan September 2012, kasus HIV-AIDS tersebar di 341 dari 497 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Kasus HIV, dari Juli sampai dengan September 2012 jumlah kasus baru HIV yang dilaporkan sebanyak 5.489 kasus. Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks tidak

aman pada heteroseksual (81,9%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (7,2%), dari ibu (positif HIV) ke anak (4,6%), dan LSL (2,8%) (Basuki, 2012). HIV/AIDS di Indonesia sampai dengan Desember 2012, menyebutkan bahwa kasus kumulatif HIV/AIDS di Indonesia mencapai 143.899 yang terdiri atas 98.390 HIV dan 45.499 AIDS dengan 8.235 kematian( Harahap, 2013). Pada tahun 2017 dikutip dari detiksumsel, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Sumsel, Dra. Lesti Nurainy, Apt., MKes mengatakan, data penderita HIV Aids yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), tercatat 2.700 penderita baik AIDS maupun virus HIV di Sumsel. Apabila HIV/AIDS telah menyerang seseorang akan banyak dampak yang ditimbulkan dari segala aspek, seperti menurunnya fungsi kekebalan tubuh manusia, mudah terkena tumor, pemberlakuan hukum sosial bagi penderita HIV/AIDS

misanya

tindakan penghindaran, pengasingan, penolakan,

diskriminasi, banyak penderita HIV/AIDS pada usia produktif yang meninggal pada usia muda. Penderita HIV/AIDS tidak dapat melakukan pekerjaan secara maksimal, atau bahkan harus kehilangan pekerjaan karena kondisi fisik yang tidak baik,

HIV/AIDS berperan dalam berkurangnya

motivasi atau semangat karena takut akan di diskriminasi, kehilangan teman, rasa khawatir penularan, dan tingginya biaya medis. Beberapa faktor risiko menyebabkan kejadian HIV/AIDS pada remaja yaitu hubungan seksual tidak aman, penggunaan zat terlarang (alkohol, tembakau, narkoba), dan kurangnya kesadaran remaja. Selain itu, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pandangan perilaku seksual pada remaja karena pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga yang longgar, pola pergaulan bebas, lingkungan permisif, semakin banyaknya hal-hal yang memberikan rangsangan seksual sangat mudah dijumpai dan fasilitas seringkali diberikan oleh keluarga tanpa disadari. Saat ini, remaja rawan terpengaruh NAPZA dan pergaulan bebas. Selain itu, barubaru ini hasil survei yang diselenggarakan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak mengungkapkan bahwa sebanyak 97% remaja mengaku

pernah menonton film porno dan 93,7% dari para remaja itu pernah melakukan berbagai macam adegan intim tanpa penetrasi.6 Maraknya kasus seks bebas ini disebabkan oleh perkembangan naluri seks remaja yang meningkat tanpa diimbangi dengan pemberian pendidikan tentang perilaku seks. Remaja aktif secara seksual dan mereka seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi, keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga mereka rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti HIV/AIDS. Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja mempengaruhi sikap prilaku seksual pranikah sehingga akan meningkatkan kerentanan remaja tertular HIV/AIDS. Penyuluhan kesehatan yang bertujuan merubah perilaku individu ini diyakini mampu memberikan dampak positif terkait dengan terbentuknya perilaku hidup sehat baik fisik, mental maupun social hingga dapat menurunkan angka kejaidian HIV AIDS di masa mendatang. Oleh karena itu peneliti tertarik ingin melakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV-AIDS di SMA Bina Mulya Tanjung Enim. Dengan harapan dapat di gunakan sebagai dasar pengembangan pendidikan kesehatan dengan cara penyuluhan kepada remaja untuk mengatasi tingginya masalah HIV AIDS di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan, Desa Tanjung Enim.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu : Apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Bina Mulya Tanjung Enim?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Bina Mulya Tanjung Enim 1.3.2

Tujuan Khusus 1. Diketahuinya ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Bina Mulya Tanjung Enim sebelum dan sesudah di berikan penyuluhan. 2. Diketahuinya pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Bina Mulya Tanjung Enim sebelum dan sesudah di berikan penyuluhan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Sebagai pijakan dan bahan acuan pemasyarakatan informasi mengenai HIV/AIDS di kalangan siswa sekolah menengah Atas (SMA) di Desa Tanjung Enim Sumsel. 2. Bagi Siswa Penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dan erhadap

masalah

kesehatan

terutama

mengenai

wawasant pengetahuan

tentangHIV/AIDS di SMA Bina Mulya Tanjung Enim Sumsel 3. Bagi Pendidikan (Institusi Sekolah) Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengajuan tambahan kurikulum atau muatan local untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di SMA Tanjung Enim Sumsel 4. Bagi peneliti Memberi pengalaman bagi penulis dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian ilmiah khususnya menyangkut peran perawat sebagai edukator.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1) Pengertian Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penghindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2007) : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (Conprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar

tentang

objek

yang

diketahui

dan

dapat

menginterpresentasikan materi tersebut secara benar, orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramal dan sebagainya, terhadap objek yang telah dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya) aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam kontek atau situasi lain. 4. Analisis (Analisys)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisai tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ada.

2) Proses sebelum mengadopsi perilaku baru Rogers (1974) dikutip dalam Notoatmodjo (2007), terbagi atas 5 yakni : 1. Awarenes (Kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interst (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus..

3) Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pemahaman tentang HIV/AIDS di kalangan remaja Indonesia ternyata masih minim. Menurut data Kementerian Kesehatan, setelah dilakukan survey, dari sekitar 65 juta remaja usia 14-24 tahun, hanya 20,6 persen yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV yang salah satu cara penularannya melalui hubungan seksual.

Sungguh memprihatinkan ketika dari jumlah remaja yang begitu banyak hanya 20-an persen yang mengerti secara komprehensif, masih ada 80 persen yang harus diberi pendidikan. pendidikan tentang seks sebagai salah satu upaya pencegahan HIV/AIDS di Indonesia masih dianggap tabu, dan belum mendapat perhatian yang cukup dari seluruh kalangan. Seharusnya, pendidikan seks dilakukan sedini mungkin sejak anak sudah mulai mengerti dan dapat melakukan hubungan seks. Usia 1424 tahun merupakan usia yang rentan terinfeksi HIV sehingga perlu dibekali pengetahuan yang cukup tentang seksualitas. Data dari Kemenkes menyatakan, usia terbanyak kasus AIDS adalah pada usia 2029 tahun. Hal ini berarti diperkirakan mereka yang menderita AIDS terjangkit HIV sekitar 5 tahun sebelumnya yaitu pada usia remaja. Pendidikan seks tidak harus dilakukan secara formal di sekolah, namun bisa melalui berbagai media, seperti media sosial yang disukai anak muda (Igama. 2012)

2.2 Tinjauan Umum Tentang Sikap

1) Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang di pilihnya (Bimo walgito 2001 dikutip dalam Sunaryo 2004). Menurut Azwar S, (1995) di kutip dalam Sunaryo (2004) membagi struktur sikap menjadi tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: 1.

Komponen kognitif Dapat disebut juga komponen perseptual, yang berisi kepercayaan individu. Kepercayaan tersebut berhubungan dengan hal – hal bagimana individu mempersepsi terhadap objek sikap, dengan apa

yang dilihat dan di ketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang tua. 2. Komponen afektif Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu, terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang). 3. Komponen konatif Disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

2) Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) sikap memiliki 4 tingkat, dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu : 1. Menerima (receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (responding) Memberikan

jawaban

apabila

di

tanya,

mengerjakan

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau menddiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3) Fungsi Sikap

Menurut Attkinson, R.I,dkk.,dalam bukunya pengantar psikologi jilid 2, edisi 11, dikutip dalam Sunaryo (2004), sikap memiliki 5 fungsi berikut : 1. Fungsi instrumental Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis dan manfaat, dan menggambarkan keadaan keinginan. 2. Fungsi pertahanan ego Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya. 3. Fungsi nilai ekspresi Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu. 4. Fungsi pengetahuan Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa keteraturan terhadap bermacam – macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. 5. Fungsi penyesuaian sosial Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat. Dalam hal ini, sikap yang di ambil individu tersebut akan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

4) Sikap Remaja Terhadap HIV/AIDS Remaja dan dewasa muda adalah populasi manusia yang rentan dengan

penularan

virus

HIV-AIDS

lewat

hubungan

seksual.

Keingintahuan yang besar akan seks dan libido seksual yang sedang tinggi-tingginya membuat perilaku seksual saat ini sudah jauh lebih maju daripada generasi terdahulu. Secara anekdotal sering diketahui bahwa banyak perempuan remaja dan dewasa muda “tertipu” oleh pasangannya yang mengatakan kalau berhubungan badan sekali saja tidak akan tertular penyakit dan juga tidak akan hamil. Ketidaktahuan akan hal ini membuat hubungan seksual saat

ini sudah menjadi aktifitas yang lazim di antara pasangan belum menikah dan sayangnya banyak dilakukan secara tidak aman. Ketidaktahuan terutama di kalangan pelajar yang tidak pernah mendapatkan pendidikan seksual atau yang hanya mengetahui seks secara samar-samar sangat berbahaya. Informasi yang didapat dari video porno bukanlah informasi yang benar untuk pemula seperti para remaja ini(Andri. 2010.)

2.3 Tinjauan Umum Tentang Remaja

1) Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa pada waktu mana seorang akan berubah menjadi seorang dewasa(Hardinge,2005). Penggolongan remaja menurut Thornburg (1982) dalam (Sarwono, 2003) terbagi dalam 3 tahap yaitu: 1.

Remaja awal (usia 13 – 14 tahun).

2.

Remaja tengah ( usia 15 – 17 tahun).

3.

Remaja akhir ( usia 18 – 21 tahun).

2) Pembagian Masa Remaja a) Remaja Awal Ciri – ciri dinamika remaja awal : 1. Mulai menerima kondisi dirinya 2. Berkembangnya cara berpikir 3. Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi 4. Bersifat overestimate, seperti meremehkan segala masalah, meremehkan kemampuan orang lain dan terkesan sombong 5. Akibat sombong menjadikan dia gegabah dan kurang waspada 6. Proporsi tubuh semakin proporsional 7. Tindakaan masih kanak-kanak, akibat ketidakstabilan emosi 8. Sikap dan moralitasnya masih bersifat egosentris 9. Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental

10. Selalu merasa kebingungan dalam status 11. Periode yang sulit dan kritis

b) Remaja Tengah Ciri – ciri dinamika remaja tengah : 1. Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa. 2. Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna. 3. Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status. 4. Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat, dan minat. 5. Keinginan untuk menolong dan di tolong orang lain. 6. Pergaulan sudah mengarah pada heteroseksual. 7. Belajaar bertanggung jawab. 8. Apatis akibat selalu di tentang sehingga malas mengulanginya.

c) Remaja Akhir Ciri – ciri dinamika remaja akhir : 1. Disebut dewasa muda dan meninggalkan dunia kanak-kanak. 2. Berlatih mandiri dalam membuat keputusan. 3. Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi. 4. Dapat berpikir objektif sehingga mampu bersikap sesuai situasi. 5. Belajar menyesuaikan diri dari norma – norma yang berlaku. 6. Membina hubungan sosial secara heteroseksual(Pieter &Lubis. 2010)

3) Pola Pertumbuhan Pada Remaja Hardinge,2005 dalam grapiknya menunjukkan ringkasan ciri-ciri perkembangan seksual yang bisa di lihat pada anak laki – laki dan perempuan.

Tabel I : Ciri – ciri perkembangan seksual anak laki-laki dan perempuan

Ciri – ciri anak laki – laki umur 12 – 18 tahun

Ciri – ciri anak perempuan umur 10 – 16 tahun

Organ – organ seks : zakar (penis), buah sakar, kantong buah sakar

Organ-organ sex : payudara, puting susu

Rambut : di daerah kemaluan,ketiak, wajah

Rambut : di daerah kemaluan, ketiak

Munculnya kelenjar penuh apokrin

Munculnya kelenjar penuh apokrin

Suara semakin dalam (berat)

Haid mulai

2.4 Tinjauan Umum Tentang Penyuluhan Kesehatan

1) Pengertian Azwar (1983) di kutip dalam Maulana (2009), Penyuluhan kesehatan adalah kegiataan pendidikan kesehatan,

yang dilakukan dengan

menyebarkaan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat, tidak saja sadar, tau dan mengerti tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.

2) Tujuan Penyuluhan Kesehatan Tujuan dari penyuluhan kesehatan yaitu: 1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan (Chandra, 2009).

3) Sasaran Penyuluhan Kesehatan Menurut Murwani (2009), Sasaran penyuluhan kesehatan adalah mencakup

individu,

keluarga,

kelompok,

masyarakat,

sehingga

diharapkan kelompok tersebut dapat memahami, menghayati, dan mengaplikasikan, cara – cara hidup sehat dalam kehidupan sehari – hari. Beberapa faktor harus mempengaruhi penyuluhan kesehatan : a.

Tingkat pendidikan

b.

Tingkat sosial ekonomi

c.

Adat istiadat

d.

Kepercayaan masyarakat

e.

Ketersediaan waktu dari masyarakat.

4) Metode Penyuluhan Kesehatan Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan menurut (Herawani. 2001) adalah: 1. Metode Ceramah Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan 2. Metode Diskusi Kelompok Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk 3. Metode Curah Pendapat Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yangterpikirkan oleh peserta, dan evaluasi atas pendapat tadi dilakukan kemudian. 4. Metode Panel Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin. 5. Metode Bermain Peran Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6. Metode Demonstrasi Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. 7. Metode Simposium Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat 8. Metode Seminar Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

5) Media Penyuluhan Kesehatan Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat yang dituju (Notoatmodjo, 2005). Menurut (Notoatmodjo, 2005), media penyuluhan didasarkan pada cara produksinya dikelompokkan menjadi : 1. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak terdiri dari : a) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar. b) Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar yang dilipat.Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar. c) Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat maupun kombinasi. d) Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan yang berkaitan dengan gambar tersebut.

e) Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu masalah kesehatan. f) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya ditempel di tempat umum. g) Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi untuk member informasi dan menghibur. 2. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun macam media elektronik: a) Televisi b) Radio c) Video d) Slide e) Film

6) Langkah-Langkah Penyuluhan Kesehatan Effendy, 1998 dalam Langgengdw. 2012. Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah – langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai berikut : 1.

Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.

2.

Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.

3.

Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat.

4.

Menyusun perencanaan penyuluhan

5.

Pelaksanaan penyuluhan

6.

Penilaian hasil penyuluhan

7.

Tindak lanjut dari penyuluhan.

2.5 Tinjauan Umum Tentang HIV/AIDS

1) Pengertian

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam golongan famili lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus

DNA

dan

dikenali

selama

periode

inkubasi

yang

panjang(Kurniawati& Nursalam. 2007). Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit retrovirus yang di tandai oleh imunosupresi berat yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan kelainan neurologik(Price&Wilson. 2005)

2) Etiologi Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

3) Cara Penularan 1. Hubungan seksual dengan resiko penularan 0,1 – 1% tiap hubungan seksual. 2. Melalui darah, yaitu : a. Transfusi darah yang mengandung HIV, resiko penularan 90- 98% b. Tertusuk jarum yang mengandung HIV, resiko penularan 0,03% c. Terpapar mukosa yang mengandung HIV, resiko penularan 0,0051% d. Transmisi dari ibu ke anak e. Selama kehamilan f. Saat persalinan, resiko penularan 50% g. Melalui air susu ibu (ASI) 14% (Arif Mansjoer,dkk. 2001)

4) Stadium Perjalanan Penyakit HIV AIDS 1. Stadium pertama: HIV Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan di ikuti terjadinya perubahan serologis ketika antibody terhadap virus tersebut

berubah dari negatif menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk kedalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif di sebut Window Period. Lama window period antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai enam bulan. 2. Stadium kedua: Asimptomatik(tanpa gejala) Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala – gejala. Keadaan ini dapat berlangsung selama 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tanpak sehat itu sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain. 3. Stadium ketiga: Pembesaran kelenjar limpe secara menetap dan merata, tidak hanya muncul pada satu tempat saja, dan berlangsung lebih satu bulan. 4. Stadium keempat: AIDS Keadaan ini disertai adanya bermacam – macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit infeksi sekunder (Kurniawati& Nursalam. 2007).

5) Pencegahan Penularan 1. Perhatikan benda – benda tajam (misalnya jarum suntik, mata pisau bedah) yang berpotensi untuk menularkan penyakit dan tangani benda – benda tersebut dengan sangat hati – hati untuk mencegah cedera yang tidak di sengaja. 2. Tempatkan spoid dan jarum disposabel, skapel, dan benda – benda tajam lainnya yang suah tidak terpakai dalam wadah anti tembus yang di letakkan di dekat tempat benda – benda tadi di gunakan. 3. Kenakan alat pelindung untuk mencega agar tidak terkena darah, cairan tubuh yang mengandung darah dan cairan lainnya yang termasuk

dalam

aplikasi

tindakan

universal.(Brunder & Suddarth.2002)

penjagaan

yang

HIV/AIDS Tidak Menular Melalui: 1. Peralatan makanan 2. Pakaian, handuk, sapu tangan 3. Toilet yang dipake secaraa bersama-sama. 4. Berjabat tangan 5. Hidup serumah dengan penderita HIV AIDS 6. Gigitan nyamuk dan hubungan sosial yang lain.( Kurniawati& Nursalam. 2007).

BAB III KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang di teliti ( Notoadmodjo,2005). Kerangka konsep terdiri dari tiga variabel independen (Penyuluhan, Pengetahuan, dan Sikap) dan satu variabel dependen (HIV/AIDS).

Variabel Independen

Variabel Dependen

1. Penyuluhan HIV/AIDS

2. Pengetahuan Siswa 3. Sikap Siswa

3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi

Alat

Operasional

ukur

Skala

Adalah pemberian informasi Penyuluhan

secara langsung mengenai

Skor

Benar = Kuisioner

Ordinal

HIV/AIDS

1 Salah = 0

Adalah kemampuan yang

Benar

dimiliki siswa untuk

=1

Pengetahuan

menjawab

Siswa

pertanyaan/pernyataan mengenai HIV/AIDS, yang

Kuisioner

Ordinal

Salah = 0

meliputi pengertian, etiologi, pencegahan, cara penularan. Sangat Setuju = 4 Setuju =

Sikap Siswa

Adalah pernyataan /

3

kecenderungan siswa dalam

Tidak

merespon suatu kejadian

Kuisioner

Likert

Setuju

dalam hal ini kejadian

=2

HIV/AIDS

Sangat Tidak Setuju = 1

3.3 Hipotesis Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan penelitian (Nursalam, 2008: 56). Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah : Penulis menyimpulkan dugaan sementara bahwa adanya pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS di SMA Bina Mulya Tanjung Enim.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali apakah penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS, dengan pendekatan cross sectional yaitu variabel independen dan dependen di teliti dalam satu waktu atau secara bersamaan (Notoadmodjo, 2010).

4.2 Populasi dan Sample 1. Populasi Populasi adalah keselurahan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI di SMA Bina Mulya Tanjung Enim yang berjumlah 205 orang. 2. Sample Sampel adalah elemen – elemen populasi yang dipilih atas dasar kemampuan mewakilinya (Danim Sudirmaan, 2003). Sampel yang diambil adalah total populasi.

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di SMA Bina Mulya Tanjung Enim, Sumatera Sekatan pada bulan Juni 2018.

4.4 Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa kuesioner yang telah di siapkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan data tersebut di ambil langsung dari responden melalui kuesioner yang di bagikan.

4.5 Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang di gunakan terdiri dari : a. Editing Pada tahap ini di lakukan pemeriksaan terhadap data yang di kumpulkan, pemeriksaan kelengkapan dan kemudian terjadinya kekeliruan (Mahfoed, 2004). Pada penelitian ini data-data yang telah masuk akan di periksa kembali kelengkapannya. b. Coding Memberikan kode data variabel-variabel penelitian. c. Tabuling Kegiatan ini di lakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuisioner responden yang sudah di beri kode kemudian di masukkan ke dalam tabel (Hidayat, 2007). d. Entry Data Memasukkan data untuk di olah memakai program computer untuk di analisis.

4.6 Analisis Data Analisis data meliputi analis univariat dan analisis biavariat. Analisis univariat menggunakan skala likert dan analisis bivariat menggunakan Wilcoxon Signed Ranks.

1) Analisa Univariat Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Tujuan analisa ini hanya untuk menghasilkan distribusi dari persentase dari tiap varibel yang diteliti meliputi variabel dependen (kejadian skabies) dan variabel independen (pengetahuan dansikap ) yang dijelaskan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 2) Analisa Bivariat

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variable bebas dan variabel terikat dengan menguji statistik chi-square, dengan derajat kemaknaan α < 0,05 Keputusan yang diambil dari hasil chi-square adalah : a. Bila nilai Pvalue < 0,05 H0 ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara variabel dependen dengan variabel independen. b. Bila nilai Pvalue > 0,05 H0diterima, berarti tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara variabel dependen dengan variabel independen.

4.7 Etika Penelitian Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat surat ijin dari Ketua Prodi Keperawatan Palembang, setelah itu peneliti akan melaporkan diri ke Kepala Sekolah SMA Bina Mulya Tanjung Enim, kemudian peneliti menghubungi responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, apabila responden setuju maka peneliti memberikan lembaran informed concsent untuk ditandatangani.

Related Documents

Proposal Penelitian
June 2020 36
Proposal Penelitian
May 2020 34
Proposal Penelitian
October 2019 38
Proposal Penelitian
May 2020 30
Proposal Penelitian
May 2020 31
Proposal Penelitian
May 2020 28

More Documents from ""