PROPOSAL STUDI KELAYAKAN USAHA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG MELINJO MENJADI BAHAN BAKAR (BRIKET) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan yang diampu oleh Dr. Hayat Sholihin, M.Sc.
Disusun oleh Annisa Ekaputri Febriani
1701294
Asri Indriani
1700015
Falikha Fajriati N. R.
1704149
Maris Ayu Marlangen
1704890
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman menipisnya cadangan minyak dunia, mendorong pemerintah untuk pemerintah mengeluarkan Peraturan
Presiden (Perpres) No. 5 Tahun 2006
tentang kebijakan energi nasional dan Instruksi Presiden (Inpres) No 1 Tahun 2006 tentang penyediaandan pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan bakar lain. Provinsi Banten terkenal dengan salah satu makanan khasnya, yaitu emping. Emping dibuat dari melinjo. Dalam pembuatan emping, terdapat limbah kulit melinjo yang tidak digunakan, dibuang begitu saja. Solusi dari masalah tersebut yaitu dengan mengolah limbah cangkang melinjo dari pembuatan emping menjadi bahan bakar ramah lingkungan yaitu briket. Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Keunggulan dari penggunaan briket sebagai alternatif bahan bakar yaitu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Selain itu, energi yang dihasilkan cukup besar, nyala api yang dihasilkan berwarna biru, dan abu sisa pembakarannya sedikit.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu “Bagaimana memanfaatkan limbah cangkang melinjo sebagai bahan bakar (briket)?”
1.3 Tujuan Tujuan dari proposal ini adalah memanfaatkan limbah cangkang melinjo sebagai bahan bakar (briket).
1.4 Manfaat Manfaat dari proposal ini adalah untuk menghasilkan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Briket Briket adalah teknologi yang menggunakan proses basah atau kering untuk mengkompresi bahan baku ke dalam beberapa bentuk. Proses briket kering memerlukan tekanan tinggi dan tidak memerlukan pengikat. Proses tersebut mahal dan direkomendasi hanya untuk produksi level tinggi. Sedangkan proses basah hanya memerlukan tekanan rendah tetapi memerlukan binder (Assureira, 2002). Beberapa tipe/bentuk briket yang umum dikenal adalah, antara lain : bantal (oval), sarang tawon (honey comb), silinder (cylinder), telur (egg), dan lain-lain. Kemudian adapun faktor-faktor yang mempengarhui sifat briket adalah berat jenis bahan bakar atau berat jenis bahan baku, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, dan tekanan pada saat dilakukan pencetakan. Selain itu, pencampuran formula dengan briket juga mempengaruhi sifat briket. Kualitas briket yang baik adalah yang memiliki kandungan karbon yang besar dan kandungan sedikit abu. Sehingga mudah terbakar, menghasilkan energi panas yang tinggi dan tahan lama. Sementara Briket kualitas rendah adalah yang berbau menyengat saat dibakar, sulit dinyalakan dan tidak tahan lama. Jumlah kalori yang baik dalam briket adalah 5000 kalori dan kandungan abunya hanya sekitar 8% (Sofyan Yusuf, 2013).
1.2 Biobriket Biobriket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk rumah tangga maupun industri. Biobriket mampu menyuplai energi dalam jangka panjang. Biobriket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu. Biobriket dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya dan berpotensi merusak ekologi hutan. Biobriket dapat dibuat dari campuran bermacam-macam sisa bahan organik antara lain sekam padi, tempurung biji jarak, serbuk gergaji, sabut kelapa, tempurung kelapa
(sudah diarangkan), jerami, bottom ash, bungkil jarak pagar, eceng gondok, kulit kacang, kulit kayu dan lain-lain. Dalam pembuatan biobriket memerlukan bahan pengikat. Bahan pengikat organik yang bisa digunakan antara lain kanji, aspal, mollases, parafin dan lain-lain (Sri Murwanti, 2009). 1.3 Cangkang Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon) salah satu jenis tanaman yang berasal dari Asia Pasifik dan Asia Barat. Di Indonesia tumbuhan ini tersebar di pulau Jawa dan Sumatera. Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih dan setiap panen mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80-100 Kg. Melinjo sangat potensial untuk dikembangkan di seluruh kawasan masyarakat Indonesia terutama Sumatera Barat yang sangat banyak ditumbuhi melinjo. (Caroline et al, 2009). Pada tanaman melinjo dapat dimanfaatkan beberapa jenis hasil seperti daun, buah, kulit buah, serat kulit batang dan batang pohon melinjo. Namun pada pembuatan briket ini yang dimanfaatkan adalah kulit buah melinjo yang keras. Briket dari cangkang melinjo memiliki nilai kalor 673 ± 6 x 10 kal/g dan juga mengandung kadar abu yang sedikit, sehingga tidak mengeluarkan asap. Kandungan abu yang tinggi berepengaruh kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan, semakin rendah kadar abu semakin baik kualitas briket yang dihasilkan. (Saleh,A. dkk, 2017) Selain memiliki fungsi dan komponen yang sangat penting untuk tubuh, pemanfaatan limbah kulit buah melinjo ini berguna untuk penurunan kadar pada logam berat, sehingga mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan. Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya. Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal, namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan lingkungan adalah limbah. (Suryono,E. 1989).
1.4 Tapioka Sebagai Bahan Perekat Briket Tapioka adalah pati dengan bahan baku singkong dan merupakan salah satu bahan untuk keperluan industri makanan, farmasi, tekstil, perekat, dan lain-lain. Tapioka memiliki sifat-sifat fisik yang serupa dengan pati sagu, sehingga
penggunaan keduanya dapat dipertukarkan. Tapioka sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan perekat (Triono 2006). Bahan perekat dari tumbuhtumbuhan seperti pati (tapioka) memiliki keuntungan dimana jumlah perekat yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan bahan perekat hidrokarbon. Namun kelemahanya adalah briket yang dihasilkan kurang tahan terhadap kelembaban. Hal ini disebabkan tapioka meniliki sifat dapat menyerap air dan udara.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan Dan Alat a. Pembuatan Bahan a)
Cangkang melinjo Cangkang melinjo disini berfungsi sebagai bahan utama pembuatan briket
b) Tepung Kanji Tepung kanji berfungsi sebagai lem kanji untuk perekat arang kayu c)
Air Air berfungsi melarutkan tepung kanji
Alat a)
Alat Pencetak briket Alat pencetak terbuat dari paralon
b) Wadah (baskom) Wadah berfungsi untuk menampung serbuk cangkang hasil pembakaran yang sudah di saring dan di dapatkan serbuk halus. c)
Saringan Saringan berfungsi untuk menyaring serbuk cangkang yang telah di tumbuk lembut.
d) Alu Alu berfungsi untuk menumbuk cangkang melinjo yang masih kasar. e)
Wadah Kanji Wadah kanji berfungsi untuk tempat pembuatan lem kanji
f)
Drum Drum berfungsi sebagai tempat pembakaran
b. Pengemasan Briket dibungkus menggunakan plastik.
3.2 Proses Pembuatan a)
Pertama adalah pembakaran cangkang melinjo didalam drum
b) Kedua peleburan cangkang melinjo kasar menjadi serbuk, dengan cara menumbuk cangkang hingga halus. c)
Ketiga adalah penyaringan serbuk. Untuk mendapatkan serbuk halus agar bahan lebih kuat dan padat.
d) Setelah semua serbuk tersaring dan kita dapatkan ukuran serbuk yang halus, Selanjutnya adalah pembuatan lem kanji dengan menggunakan tepung kanji dan air panas. Pencampuran dapat dilakukan di sebuah wadah dengan perbandingan 3 : 1. e)
Ke empat adalah pencampuran lem kanji dengan serbuk hasil ayakan. Perbandingan antara lem kanji dan serbuk adalah 2 : 5. Aduk merata hingga bahan tercampur dengan lem kanji dan tekstur menjadi lebih pulen dan lengket.
f)
Setelah tercampur merata selanjutnya adalah Pencetakan adonan briket dengan alat cetak yang terbuat dari paralon.
g) Terakhir adalah pengeluaran briket dari cetakan dan pengeringan briket. Pada tahap pengeringan ini briket terlebih dahulu dikeringkan di suhu ruangan, setelah itu baru menggunakan panas matahari. h) Kemudian kemas menggunakan plastik.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kelebihan dan Kekurangan Briket Melinjo Berdasarkan hasil pemanfaatan limbah cangkang melinjo diperoleh kelebihan dan kekurangan dari briket melinjo, yaitu : Kelebihan Briket Melinjo 1. Lebih murah dan ekonomis. 2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran. 3. Tidak berisiko meledak/terbakar seperti kompor minyak tanah atau kompor elpiji. 4. Tidak mengeluarkan suara bisisng serta tidak berjelaga sehigga tidak membuat alat-alat maemasak menjadi rusak. 5. Sumber briket melinjo berlimpah. 6. Ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan. Kekurangan Briket Melinjo 1. Tidak efesien waktu karena proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama. 2. Daya panas api sedikit lambat dibandingkan bahan bakar lainnya. 3. Hanya bisa dipakai satu kali sampai habis karena panas briket tidak akan hilang sampai briket menjadi bara.
4.2 Rincian Biaya Rincian biaya yang diperlukan dalam sekali produksi adalah sebagai berikut: No.
Alat & bahan
Jumlah
Harga
1
Limbah cangkang melinjo
10 kg
Rp. 5000
2
Tepung tapioka
2.5 kg
Rp. 25.000
3
Drum
1 buah
Rp. 50.000
4
Alu
1 buah
Rp. 55.000
5
Saringan
1 buah
Rp. 30.000
6
Plastik
100 pcs
Rp. 3000
7
Lain-lain
-
Total biaya
Rp. 50.000 Rp. 233.000
Modal awal: Rp. 233.000 Biaya operasional No.
Alat & bahan
Jumlah
Harga
1
Limbah cangkang melinjo
10 kg
Rp. 5000
2
Tepung tapioka
2.5 kg
Rp. 25.000
3
Plastik
100 pcs
Rp. 3000
4
Lain-lain
-
Rp. 10.000
Total biaya
Rp. 43.000
Quantity = 8,5 kg/produksi Harga awal = Rp. 43.000/8,5 kg = Rp. 5.058 /kg Penjualan Dijual kepada konsumen dengan harga Rp. 10.000/kg Penjualan/kg = Rp. 10.000 x 8,5 kg = Rp. 85.000 Laba yang diperoleh Laba/kg = Rp. 10.000 – Rp 5.058 = Rp. 4.942
4.3 Pemasaran Target pemasaran penjualan briket ini adalah semua kalangan terutama produsen yang membutuhkan bahan bakar. Pemasaran dapat dilakukan secara langsung bertatap muka dengan pembeli seperti di pasar serta dapat juga di pasarkan secara online melalui media sosial.
BAB V KESIMPULAN
5.1 Simpulan Dari hasil pemanfaatan limbah cangkang melinjo dapat disimpulkan bahwa limbah cangkang melinjo dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar (briket). Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket dari limbah cangkang melinjo memiliki keuntungan yaitu merupakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Selain itu, energi yang dihasilkan cukup besar, nyala api yang dihasilkan berwarna biru, dan abu sisa pembakarannya sedikit. Oleh karena itu, prospek briket dari limbah cangkang melinjo cukup menjanjikan untuk dimanfaatkan di masa mendatang sebagai pengganti bahan bakar yang lambat laun semakin menipis persediannya.
5.2 Saran Perlunya penerapan penggunaan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan serta perlunya sosialialisasi
terhadap masyarakat
mengenai
penggunaan bahan alternatif yang ramah lingkungan sebagai langkah untuk mencegah kerusakan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Assureira, E. (2002). Rice husk-an alternative fuel in Peru. Boiling Point. (48): 35-36. Carolina, Veronica (2009). Pengetahuan Pajak. Jakarta: Salemba. Triono, A., (2006). Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis Eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L). Departemen Hasil Hutan. Fakultas Petanian. Bogor : IPB. Saleh, A, dkk. (2017). Analisis Kualitas Briket Serbuk Gergaji Kayu denganPenambahan Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif. [Online]. Jurnal Kimia, 1 (5). Yusuf, Sofyan. (2013). Briket, Energi Terbarukan Penggganti Batu Bara. Diakses dari:
http://muslimengineer1453.blogspot.com/2013/03/briket-energi-
terbarukan-penggganti-batu_16.htm?m=1). Pada tanggal 6 November 2018.