Proposal Kuanti.docx

  • Uploaded by: Karmila Bilondatu
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Kuanti.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,613
  • Pages: 26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu tanggung jawab semua komponen bangsa, sebab hal tersebut mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Setiap tahun, dalam upaya mengembangkan pendidikan di Indonesia tak jarang ditemui persoalanpersoalan pendidikan misalnya rendahnya kualitas pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Upaya untuk menghadapi persoalan tersebut senantiasa dilakukan dengan salah satunya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui strategi pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar telah berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nasution (2000) dalam Ari Nurhayati (2010) mengatakan bahwa kualitas pendidikan banyak bergantung pada kualitas guru dalam membimbing proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam mengajar, sehingga

guru harus menguasai

strategi

mengajarnya. Guru sebagai komponen penting dalam transformasi pendidikan mempersiapkan

bahan

mengembangkannya.

Tugas

pelajaran

kemudian

tersebut

dimulai

dari

melaksanakan merumuskan

dan tujuan,

mengembangkan dan memilih materi, menentukan strategi pembelajaran, mempersiapkan media, dan evaluasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa berhasil tidaknya proses pembelajaran di kelas bergantung dari strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Salah satu ilmu yang harus dipelajari di jenjang pendidikan yaitu kimia. Kimia merupakan salah satu bagian ilmu dari IPA, yang terdiri atas kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Menurut Suyanti (2010) dalam Nursiwin (2014) menyatakan bahwa mata pelajaran kimia terdiri atas konsep-konsep dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan abstrak. Setiap konsep memiliki hierarki sesuai dengan sifat, atribut, kedudukan konsep, contoh

1

dan non contoh. Menurut Winarti (2001) dalam Nursiwin (2014) Konsep-konsep tersebut saling berkaitan dan berjenjang. Konsep-konsep dasar kimia mendasari dan membangun konsep-konsep yang lebih kompleks, sehingga dalam mempelajarinya perlu berkesinambungan dan pengetahuan hierarki antar konsep. Salah satu materi dalam kimia yang merupakan konsep dasar saat mempelajari materi kimia yaitu stoikiometri. Stoikiometri merupakan materi yang mempelajari dasar-dasar perhitungan kimia. Menurut Syukri (1999) bahwa bab ini membahas pengukuran massa zat dalam reaksi sehingga ditemukan hukum-hukum dasar kimia. Hukum ini dijadikan titik tolak oleh Dalton untuk melahirkan teori kimia pertama, yang disebut teori atom Dalton. Kemudian dilanjutkan dengan hukum kimia mengenai gas yang menjadi dasar konsep massa atom dan molekul relatif, serta cara penentuan keduanya. Kedua konsep ini sebagai dasar dalam menentukan rumus senyawa dan mol zat. Rumus senyawa diperlukan dalam menuliskan reaksi, sedangkan konsep mol berguna dalam perhitungan kimia. Bagi sebagian besar siswa SMA, mata pelajaran kimia sulit untuk dipelajari. Pertama, siswa cukup sulit memahami konsep-konsep kimia karena banyak konsep yang bersifat abstrak. Kedua, siswa cenderung hanya menghapal rumus tanpa memahami konsep itu sendiri. Ketiga, siswa tidak dapat menghubungkan antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam satu bahasan materi kimia. Keempat, kurangnya interaksi antar siswa, dan siswa dengan guru saat pembelajaran berlangsung. Keadaan itu seperti yang dijumpai di SMA Negeri 1 Wonosari tentang materi stoikiometri. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Ratna Wilis Dahar (1996) dalam Ari Nurhayati (2010) bahwa salah satu keluhan dalam dunia pendidikan adalah siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi pelajaran. Akibatnya, hasil belajar siswa di kelas cenderung rendah Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Rosilasari, rendahnya hasil belajar siswa secara umum dapat terjadi oleh beberapa hal antara lain, (1) pemahaman siswa terhadap suatu masalah belum tuntas, akibatnya konsep-konsep yang dimaksud belum dipahami, (2) terjadinya miskonsepsi terhadap konsep-konsep esensial yang mengganggu pemahaman siswa terhadap konsep tertentu, (3) rendahnya kualitas pembelajaran di kelas akibat dari

2

rendahnya mutu guru baik dari segi penguasaan materi maupun dari segi metodologinya (Lestari, 2012 dalam Astuti, 2016). Kurangnya minat dan perhatian siswa saat pembelajaran, tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor internal (siswa itu sendiri) melainkan terdapat faktor eksternal pula yang mempengaruhinya. Faktor eksternal antara lain berupa strategi dan model pembelajaran yang diterapkan guru kurang menarik perhatian siswa, sehingga siswa cenderung malas dan kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi stoikiometri. Adapun strategi pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu peta konsep (concept mapping). Peta konsep merupakan teknik pencatatan yang dikembangkan oleh Novak pada tahun 1985. Menurut Novak, peta konsep adalah piranti visual untuk mengorganisir dan mempresentasikan pengetahuan yang sangat menekankan pada pengembangan konsep dalam bentuk proposisi-proposisi dan hubungan antara proposisi (Novak, 2012 dalam Putu Yuni dkk, 2014). Alberta (2005) dalam Luki Yunita dkk (2014) menjelaskan bahwa peta konsep dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah di dalam pendidikan sebagai pilihan solusi atau sebagai alternatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ari Nurhayati tahun 2010 mengenai pengaruh strategi peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar fisika siswa, menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan strategi peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan menggunakan pendekatan konvensional. Pembiasaan juga dalam penggunaan peta konsep dalam pendidikan juga dapat menambah keuntungan pada proses pembelajaran. Peta konsep dalam proses belajar mengajar memperjelas pemahaman guru dan siswa dalam memfokuskan konsep-konsep dalam beberapa ide utama (Novak & Gowin, 2006 dalam Luki Yunita dkk, 2006). Melalui pembelajaran menggunakan peta konsep, diharapkan materi stoikiometri yang awalnya dianggap sulit oleh siswa menjadi pembelajaran yang menyenangkan.

3

Materi pada konsep stoikiometri banyak berupa pemahaman konsep, yang menjelaskan hubungan antar konsep yang satu dengan konsep yang lain secara hierarkis, sehingga konsep tersebut lebih mudah dipahami oleh peserta didik apabila menggunakan strategi peta konsep. Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengambil judul “Pengaruh Strategi Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Materi Stoikiometri”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Siswa cenderung hanya menghafal rumus tanpa memahami konsep kimia itu sendiri. 2. Siswa belum dapat menghubungkan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya dalam satu bahasan materi stoikiometri. 3. Siswa cenderung kurang aktif saat proses pembelajaran berlangsung. 4. Hasil belajar kimia siswa rendah.

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh strategi pembelajaran peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas X mengenai materi stoikiometri?” 1.4 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas X mengenai materi stoikiometri.

4

1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan kontrol dalam pembelajaran dan bahan pertimbangan dalam membuat program pembelajaran. 2. Pendidik Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran terutama pada materi stoikiometri, agar pembelajaran dapat berlangsung secara baik. 3. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi kimia. Selain itu sebagai bekal agar kelak saat menjadi pendidik mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Hasil Belajar Siswa Menurut Nurul Faiza (2012), menyatakan bahwa ketiga hasil belajar (ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik) penting diketahui oleh guru dalam rangka merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun bukan tes. Namun, pada penelitian ini penulis cenderung terhadap hasil belajar berupa kognitif. Berikut ini definisi belajar menurut para ahli pendidikan, diantaranya sebagai berikut: 1) Menurut Gagne dalam Nurul Faiza (2014), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. 2) Menurut Cronbach dalam Nurul Faiza (2014), Learning is shown by change in behavior as a result of experience (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman). 3) Menurut Geoch, Learning is change in performance as a result of practice (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan) (Agus, 2010 dalam Nurul Faiza, 2014). 4) Menurut Ari Nurhayati (2010), bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan tingkah laku dan perubahan seseorang menjadi lebih baik sebagai hasil latihan dan pengalamannya. Latihan dan pengalaman tersebut dapat berasal dari diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan. Pelaksanakan kegiatan tertentu akan diperoleh suatu hasil, begitu pula dengan hasil belajar. Hasil kegiatan belajar biasa dikenal sebagai hasil belajar. Hasil

6

belajar mempunyai ukuran keberhasilan peserta didik melaksanakan belajar. Hasil belajar ini diperoleh melalui seperangkat tes dan hasil hasil tesnya akan memberikan informasi apa yang telah dikuasai peserta didik. Hasil belajar biasa diartikan sebagai tingkat keberhasilan dengan mempelajari mata pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu (Sarmidi, 2012). Berikut ini beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli. 1) Menurut Winkel: Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia yang berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Purwanto dalam Nurul, 2012). 2) Menurut Gagne hasil belajar antara lain: a. Informasi verbal yaitu kualitas mengungkapkan pengetahuannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. b. Keterampilam intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. c. Strategi kognitif yaitu keaktifan menyalurkan aktifitas kognitifnya sendiri. d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan dalam urusan dan koordinasi. e. Sikap adalah kemampuan untuk menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek (Agus, 2010 dalam Nurul, 2010). 3) Hasil belajar adalah indikasi yang menunjukkan upaya penguasaan pengetahuan (kognitif) siswa terhadapa materi pelajaran yang diberikan guru melalui kegiatan ko-kulikuler (pekerjaan rumah) dan tes ulangan (Nurhayati, 2010). Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil (produk) yang diperoleh seseorang setelah berupaya untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam hal kemampuan kognitif. Pada proses pembelajaran di kelas, hasil belajar siswa dapat diketahui oleh guru melalui pemberian sejumlah tes. Melalui tes tersebut, dapat diukur sejauh mana pemahaman peserta didik.

7

Hasil belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrument yang relevan (Sarmidi, 2012). 2.2.Hakikat Peta Konsep Proses pembelajaran harus dalam suasana yang menyenangkan karena pada dasarnya kimia merupakan salah ssatu mata pelajaran yang bertujuan merubah pola kognitif, sikap perilaku dan mengembangkan daya analisis siswa dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran siswa harus lebih berperan aktif dan memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan siswa akan lebih termotivasi dalam belajar. Motivasi tersebut jelas akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka diperlukan strategi belajar siswa yang tepat atau cocok untuk suatu materi pembelajaran. Dalam membelajarkan siswa secara efektif, efisien dan berkesinambungan,

maka

siswa

perlu

memahami

konsep-konsep

dasar

matematika dan kimia. Salah satu cara untuk mengkomunikasikan konsep-konsep kimia yang terkandung dalam materi pelajaran yang disajikan di kelas agar siswa termotivasi untuk belajar dengan menggunakan strategi peta konsep (Ismail dkk, 2013). a. Definisi Peta Konsep Dalam bentuknya yang sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri dari dua konsep yang dihubungkan dengan satu kata penghubung untuk membentuk proposisi. Proposisi merupakan dua kata atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Sehingga dalam menyusun peta konsep selalu mengggunakan kata penghubung sebagai pembentukan proposisi yang akan memberi makna hubungan antar konsep tersebut. Konsep-konsep yang dihubungkan tersebut akan mempemudah proses pembelajaran yang bermakna jika konsep yang dihubungkan berkait dengan konsep yang telah diketahui Sarmidi (2014).

8

Menurut Sutanto Windura (2005: 16) dalam Sarmidi (2014), mind map adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar. Dituliskan juga oleh Olivia (2008) dalam Sarmidi (2014), mind map dapat mensinergi otak kiri dan kanan, sehingga anak akan cinta belajar dan tidak stress lagi kalau ujian menghadang. Menurut Yoyan (2008) dalam Nurul Faizah (2012), Mind mapping (peta pikiran) adalah suatu metode pencatatan yang berbeda dari bentuk pencatatan secara konvensional. Pendapat lain yang dijelaskan Kadir (2004) dalam Luki Yunita dkk (2014), peta konsep adalah suatu gambar (visual), tersusun atas konsep-konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep. Pemetaan konsep merupakan suatu proses yang melibatkan identifikasi konsep-konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-konsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling umum, kurang umum dan konsep-konsep yang lebih spesifik. Pendapat senada disampaikan Barbara & Sasa (2005) dalam Luki Yunita dkk (2014), bahwa peta konsep adalah gambaran struktural dinyatakan dalam bentuk istilah dan label konsep yang dijalin dengan kata-kata penghubung sebagai proposisi. Berdasarkan pengertian beberapa para ahli di atas, peta konsep merupakan gambaran secara struktural dari suatu konsep, di mana konsep-konsep tersebut membentuk hierarki (hubungan). Konsep satu dengan yang lainnya dalam peta konsep dihubungkan oleh kata hubung. b. Ciri-ciri Peta Konsep Dahar dalam Ari Nurhayati (2010) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut. 1. Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

9

2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proporsisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep, dan dengan demikian hanya memperlihatkan gambar satu dimensi saja. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga hubungan antara konsep-konsep itu. 3. Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsepkonsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti, bahwaada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep lain. 4. Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut. c. Manfaat Peta Konsep Manfaat mind map menurut Olivia dalam buku “Gembira Belajar Dengan Mind Mapping” (2008) dalam Sarmidi (2012), yaitu (1) Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak (2) Mengasah kreativitas (3) Mengasah berfikir (4) Mengasah asa ingin tahu (5) Melatih konsentrasi. Dalam proses pembelajaran, peta konsep sangat bermanfaat dalam membantu peserta didik untuk belajar secara bermakna. Belajar bermakna yang dimaksud adalah mengenai kemampuan siswa menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, sehingga siswa tidak mudah untuk melupakan pembelajaran yang telah diperolehnya. Menurut Sarmidi (2012), Mind map dapat digunakan untuk setiap aspek kehidupan dan dapat meningkatkan kemampuan belajar dan kemampuan berpikir sehingga kemampuan manusia akan semakin tinggi, secara umum peta konsep memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran tentang suatu subyek/daerah yang luas. 2. Mampu untuk membuat rencana perjalanan/menbuat pilihan kemana akan pergi atau akan dibawa kemana saja.

3. Memperoleh sejumlah data yang besar. 10

4. Mendorong pemecahan masalah dengan jalan yang mudah. 5. Membuat kiat menjadi lebih efisien. 6. Membuat santai saat melihat, membaca, berfikir dan mengingat dengan menggunakan peta konsep.

7. Menangkap dengan mata pikiran saat melihat. d. Cara Membuat Peta Konsep Menurut Tony Buzan dalam Nurul (2012), cara membuat mind mapping adalah sebagai berikut: 1. Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Dimulai dari tengah untuk memberi kebebasan pada otak agar dapat menyebar ke segala wilayah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. 2. Menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral. sebuah gambar dapat memberikan seribu makna kata dan membantu dalam menggunakan imajinasi. Sebuah gambar snetral akan lebih menarik, membuat kita tetap lebih fokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita. 3. Menggunakan warna. Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. warna membuat mind mapping lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan. 4. Menghubungkan gambar-gambar utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dau, dan seterusnya. Otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengingatkan dua atau tiga atau empat hal sekaligus. sehingga mind mapping akan lebih mudah dimengerti dna diingat. 5. Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Garis yang berupa garis luirus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang lurus dan organis, seperti cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata. 6. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal memberi labih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind map. setiap kata tunggal atau seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan hubungannya sendiri.

11

Penggunaan kata tunggal, akan lebih bebas dan lebih bisa memicu ide serta pikiran baru. 7. Menggunakan gambar. Seperti gambar sentral. Setiap gambar bermakna seribu kata. jadi bila mempunyai 10 gambar di dalam mind map maka mind map tersebut setara dengan 10.000 kata catatan. 2.3.Materi Stoikiometri Pada materi ini akan membahas pengukuran massa zat dalam reaksi sehingga ditemukan hukum-hukum dasar kimia. Hukum ini dijadikan titik tolak oleh Dalton untuk melahirkan teori kimia pertama, yang disebut teori atom Dalton. Kemudian dilanjutkan dengan hukum kimia mengenai gas yang mnejadi dasar konsep massa atom dan molekul relatif, serta cara penentuan keduanya. Kedua konsep ini sebagai dasar dalam menentukan rumus senyawa dan mol zat. rumus senyawa diperlukan dalam menuliskan reaksi, sedangkan konsep mol berguna dalam perhitungan kimia. a. Tahap Awal Stoikiometri Di awal kimia, aspek kuantitatif perubahan kimia, yakni stoikiometri reaksi kimia, tidak mendapat banyak perhatian. Bahkan saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat percobaan tidak menghasilkan hasil yang benar. Filsuf dari Flanders Jan Baptista van Helmont (1579-1644) melakukan percobaan “willow” yang terkenal. Ia menumbuhkan bibit willow setelah mengukur massa pot bunga dan tanahnya. Karena tidak ada perubahan massa pot bunga dan tanah saat benihnya tumbuh, ia menganggap bahwa massa yang didapatkan hanya karena air yang masuk ke bijih. Ia menyimpulkan bahwa “akar semua materi adalah air”. Berdasarkan pandangan saat ini, hipotesis dan percobaannya jauh dari sempurna, tetapi teorinya adalah contoh yang baik dari sikap aspek kimia kuantitatif yang sedang tumbuh. Helmont mengenali pentingnya stoikiometri, dan jelas mendahului zamannya. Di akhir abad 18, kimiawan Jerman Jeremias Benjamin Richter (17621807) menemukan konsep ekuivalen (dalam istilah kimia modern ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti reaksi asam/basa, yakni hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi netralisasi. Ekuivalen Richter, atau yang

12

sekarang disebut ekuivalen kimia, mengindikasikan sejumlah tertentu materi dalam reaksi. Satu ekuivalen dalam netralisasi berkaitan dengan hubungan antara sejumlah asam dan sejumlah basa untuk menetralkannya. Pengetahuan yang tepat tentang ekuivalen sangat penting untuk menghasilkan sabun dan serbuk mesiu yang baik. Jadi, pengetahuan seperti ini sangat penting secara praktis. Pada saat yang sama Lavoisier menetapkan hukum kekekalan massa, dan memberikan dasar konsep ekuivalen dengan percobaannya yang akurat dan kreatif. Jadi, stoikiometri yang menangani aspek kuantitatif reaksi kimia menjadi metodologi dasar kimia. Semua hukum fundamental kimia, dari hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap sampai hukum reaksi gas semua didasarkan stoikiometri. Hukum-hukum fundamental ini merupakan dasar teori atom, dan secara konsisten dijelaskan dengan teori atom. Namun, menarik untuk dicatat bahwa, konsep ekuivalen digunakan sebelum teori atom dikenalkan (Takeuchi, 2006: 9-10). b. Massa Atom Relatif dan Massa Atom Perbedaan pendapat antara Dalton dan Avogadro terjadi karena rumus molekul gas belum diketahui waktu itu. Rumus tersebut dapat ditentukan dari massa atom yang membentuk molekul itu. Jadi, penentuan massa atom yang tepat sangat penting dalam ilmu kimia. Atom adalah partikel yang sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat walaupun dengan mikroskop. kita tidak dapat mengambil satu atau beberapa atom lalu menimbangnya, dan juga tidak ada timbangan untuk itu. Oleh sebab itu, dicari jalan lain berdasarkan teori yang ada. Menurut Dalton, massa atom adalah sifat utama unsur yang membedakan satu unsur dengan yang lain. Karena atom angat ringan, maka tidak dapat digunakan satuan g dan kg untuk massa atom, dan harus dicari suatu atom sebagai massa standar. Perbandingan massa satu atom dengan massa atom standar disebut massa atom relatif (Ar) (Syukri, 1999: 32-33). Dalam tabelnya, massa unsur teringan, hydrogen ditetapkannya satu sebagai standar (H = 1). Massa atom adalah nilai relatif, artinya suatu rasio tanpa dimensi. Walaupun beberapa massa atomnya berbeda dengan nilai modern, sebagian besar nilai-nilai yang diusulkannya dalam

13

rentang kecocokan dengan nilai saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa ide dan percobaannya benar (Takeuchi, 2006: 10). Kemudian kimiawan Swedia Jons Jakob Baron Berzelius (1779-1848) menentukan massa atom dengan oksigen sebagai standar (O = 100). Karena Berzelius mendapatkan nilai ini berdasarkan analisis oksida, ia mempunyai alasan yang jelas untuk memilih oksigen sebagai standar. Namun, standar hidrogen jelas lebih unggul dalam hal kesederhanaannya. Kini, setelah banyak diskusi dan modifikasi, standar karbon digunakan. Dalam metoda ini, massa karbon 12C dengan 6 proton dan 6 neutron didefinisikan sebagai 12,0000. Massa atom dari suatu atom adalah massa relatif pada standar ini. Walaupun karbon telah dinyatakan sebagai standar, sebenarnya cara ini dapat dianggap sebagai standar hidrogen yang dimodifikasi (Takeuchi, 2006: 11). c. Massa Molekul dan Massa Rumus Setiap senyawa didefinisikan oelh rumus kimia yang mengindikasikan jenis dan jumlah atom yang menyususn senyawa tersebut. Massa rumus (atau massa rumus kimia) didefinisikan sebagai jumlah massa atom berdasarkan jenis dan jumlah atom yang terdefinisi dalam rumus kimianya. Rumus kimia molekul disebut rumus molekul, dan massa rumus kimianya disebut dengan massa molekul.5 Misalkan, rumus molekul karbon dioksida adalah CO2, dan massa molekularnya adalah 12 +(2x 6) = 44. Seperti pada massa atom, baik massa rumus dan massa molekul tidak harus bilangan bulat. Misalnya, massa molekul hidrogen klorida (HCl) adalah 36,5. Bahkan bila jenis dan jumlah atom yang menyusun molekul identik, dua molekul mungkin memiliki massa molekular yang berbeda bila ada isostop berbeda yang terlibat (Takeuchi, 2006: 11). d. Kuantitas Materi dan Mol Metoda kuantitatif yang paling cocok untuk mengungkapkan jumlah materi adalah jumlah partikel seperti atom, molekul yang menyusun materi yang sedang dibahas. Namun, untuk menghitung partikel atom atau molekul yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat sangat sukar. Alih-alih menghitung jumlah partikel secara langsung jumlah partikel, kita dapat menggunakan massa sejumlah tertentu partikel. Kemudian, bagaimana sejumlah tertentu bilangan dipilih? Untuk

14

menyingkat cerita, jumlah partikel dalam 22,4 L gas pada STP (0℃, 1atm) dipilih sebagai jumlah standar. Bilangan ini disebut dengan bilangan Avogadro. Nama bilangan Loschmidt juga diusulkan untuk menghormati kimiawan Austria Joseph Loschmidt (1821-1895) yang pertama kali dengan percobaan (1865). Sejak 1962, menurut SI (Systeme Internationale) diputuskan bahwam dalam dunia kimia, mol digunakan sebagai satuan jumlah materi. Bilangan Avogadro didefinisikan jumlah atom karbon dalam 12 g 126C dan dinamakan ulang konstanta Avogadro (Takeuchi, 2006: 13). definisi “mol”  Jumlah materi yang mengandung sejumlah partikel yang terkandung dalam 12 g 12C.  satu mol materi yang mengandung sejumlah konstanta Avogadro partikel.  Sejumlah materi yang mengandung 6,02 x 1023 partikel dalam satu mol.

e. Satuan Massa Atom (sma) Karena standar massa atom dalam sistem Dalton adalah massa hidrogen, standar massa dalam SI tepat 1/12 massa

12C.

Nilai ini disebut dengan satuan

massa atom (sma) dan sama dengan 1,6605402 x 10–27 kg dan D (Dalton) digunakan sebagai simbolnya. Massa atom didefinisikan sebagai rasio rata-rata sma unsur dengan distribusi isotop alaminya dengan 1/12 sma

12C

(Takeuchi,

2006: 14). 2.4.Kajian Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penggunaan peta konsep antara lain sebagai berikut: 1. Muratni Ismail dkk dalam jurnal yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Ikatan Kimia Dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Peta Konsep Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Telaga”, menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan peta konsep pada materi ikatan kimia dapat

15

meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. 2. Sarmidi dalam skripsi yang berjudul “Efektifitas Strategi Peta Konsep (Mind Map)

Dalam

Pembelajaran

Listrik

Otomotif

Di

Kelas

XI

SMK

Muhammadiyah Prambanan”, menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi peta konsep efektif jika dibandingkan dengan tanpa menggunakan strategi peta konsep. 3. Ari Nurhayati dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi Peta Konsep (Concept Mapping) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, menyimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan strategi peta konsep lebih baik dari pada hasil belajar fisika siswa yang tidak menggunakan pendekatan konvensional. 4. Suryani dalam jurnal yang berjudul “Pembelajaran Menulis Teks Dengan Strategi Peta Konsep untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas VII-3 SMPN 2 Peusangan Siblah Krueng Bireuen”, menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan strategi peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menulis teks laporan observasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan tercapainya ketuntasan hasil belajarnya. 5. Luki Yunita dkk dalam jurnal yang berjudul ”Pemanfaatan Peta Konsep (Concept Mapping) Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Senyawa

Hidrokarbon”,

menyimpulkan

bahwa

pembelajaran

dengan

menggunakan peta konsep dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep senyawa hidrokarbon. Pemberian tugas peta konsep sebelum proses pembelajaran berlangsung dapat menumbuhkan kreativitas siswa dan kesiapan siswa untuk belajar di kelas. Siswa merasa tidak jenuh dalam belajar serta mudah memahami materi pelajaran yang telah diberikan. Tes hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan bahwa tercapainya batasan indikator keberhasilan tes. 6. Ni Wayan Pebri Jayanti dkk dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Peta Konsep Berbantuan Media Visual Non Proyeksi terhadap hasil Belajar IPA Kelas V SD Gugus V Abiansemal”, menyimpulkan bahwa

16

strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non proyeksi berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus V Abiansemal. 2.5.Kerangka Berpikir Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dipahami oleh siswa SMA karena banyaknya konsep-konsep yang bersifat abstrak. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak dapat menghubungkan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Akibatnya mempengaruhi hasil belajar siswa. Namun, faktor yang mempemgaruhinya tak hanya dari siswa itu sendiri (internal) melainkan faktor ekternal (strategi pembelajaran guru) pula. Oleh karena itu dalam mengajarkan materi kimia khsusnya tentang stoikiometri, guru harus memiliki teknik dan keterampilan mengajar yang cukup. Melalui pengajaran yang baik tersebut, diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi stoikiometri sehingga hasil belajar siswa pun turut meningkat. Berhubung materi stoikiometri banyak berupa pemahaman konsep, maka dipilihlah strategi peta konsep. Melalui peta konsep, guru dapat mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa, serta sejauh mana peserta didik mampu menghubungkan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Bagi siswa, pembelajaran menggunakan strategi ini dapat membawa penguasaan belajar yang lebih sederhana. Dengan kata lain pembelajaran menggunakan strategi peta konsep diduga akan mempengaruhi hasil belajar siswa pada materi stoikiometri. Strategi peta konsep

hasil belajar siswa kelas X

(variabel bebas)

(variabel terikat)

Gambar 1. Hubungan variabel bebas-terikat 2.6.Hipotesis Penelitian Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian, di mana rumusan

17

masalah penelitian telah dinyatakan dalm bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2016). Adapun dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah “terdapat pengaruh strategi peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas X materi stoikiometri”.

18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tibawa Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. 3.2 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini, digunakan metode penelitian pre-experimental designs (nondesigns), yaitu metode penelitian yang belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Menurut Sugiyono (2016), bahwa karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Desain penelitian yang digunakan yaitu one group pretest-postest design. Melalui desain ini, hasil penelitain lebih akurat karena dapat membandingkan keadaan sebelum dan sudah diberi perlakuan. desain ini digambarkan seperti berikut: O1

X

O2

Keterangan: O1

: Nilai pretest (sebelum pembelajaran)

X

: Perlakuan (treatment)

O2

: Nilai posttest (setelah pembelajaran)

19

3.3 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini yaitu strategi peta konsep, sedangkan variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X materi stoikiometri. Definisi konseptual dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan terarah tentang maksud dari judul, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhadap masalah yang diteliti, definisinya yaitu: 1. Hakikat Peta Konsep Peta konsep merupakan gambaran secara struktural dari suatu konsep, di mana konsep-konsep tersebut membentuk hierarki (hubungan). Konsep satu dengan yang lainnya dalam peta konsep dihubungkan oleh kata hubung. Dalam proses pembelajaran, peta konsep sangat bermanfaat dalam membantu peserta didik untuk belajar secara bermakna. Belajar bermakna yang dimaksud adalah mengenai kemampuan siswa menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, sehingga siswa tidak mudah untuk melupakan pembelajaran yang telah diperolehnya. 2. Hakikat Hasil Belajar Siswa Hasil belajar adalah hasil (produk) yang diperoleh seseorang setelah berupaya untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam hal kemampuan kognitif. Pada proses pembelajaran di kelas, hasil belajar siswa dapat diketahui oleh guru melalui pemberian sejumlah tes. Melalui tes tersebut, dapat diukur sejauh mana pemahaman peserta didik. 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2014), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini yaitu siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Tibawa Kecamatan Tibawa Tahun 2018/2019

20

Sedangkan menurut Sugiyono (2014), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah cluster sampling atau juga disebut dengan sampel kelompok. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh siswa di kelas tertentu sebagai sampel penelitian (Yanti, 2008 dalam Nurhayati, 2010). Adapun jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 siswa di kelas X MIA2. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Metode Dokumentasi Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data mengenai daftar nama siswa yang termasuk dalam sampel penelitian, yaitu siswa kelas X MIA2 SMA Negeri 1 Tibawa. 2. Metode Angket Angket yang digunakan menggunakan skala Likert dengan pilihan jawaban sebanyak lima yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa mengenai strategi peta konsep yang digunakan saat pembelajaran. 3. Metode Tes Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada materi stoikiometri. Tes dilakukan sebelum (pre test) dan setelah (post test) diberi perlakukan, berupa tes uraian sehingga dapat mengetahui pemahaman siswa. 3.6 Teknik Analisis Data Data penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan tujuan supaya hasilnya dapat digunakan untuk menjawab menguji hipotesis. Pengolahan dan penganalisasian data penelitian menggunakan statistik. Adapun langkahlangkahnya yakni sebagai berikut.

21

1. Analisis Uji Coba Instrumen Agar mendapatkan instrumen yang memadai, maka sebelum instrumen tersebut digunakan dalam penelitian terlabih dahulu dilakukan uji coba dan kemudian dianalisis dengan metode analisis sebagai berikut: a. Validitas Soal Validitas tes pada penelitian ini digunakan teknik korelasi product moment dengan rumus:

keterangan: rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = banyaknya siswa yang mengikuti tes X = skor item tiap nomor Y = jumlah skor total ΣXY = jumlah perkalian X dan Y Hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5%, jika rhitung > rtabel, maka item soal yang diujikan dikatakan valid. b. Reliabilitas Soal Menurut Anas Sudjono (2008) dalam Ahmad Balya (2015), tes untuk jenis data interval atau uraian, maka uji reliabilitas instrumen dengan teknik Alpha Cronbach. Rumus koefisien Alfa Cronbach adalah:

Keterangan: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan N = banyaknya butir soal 1 = bilangan konstan ΣSi2 = jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal Si2 = varians total

22

Hasil r11 dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5%, apabila dari hasil perhitungan didapat rhitung > rtabel, maka item soal yang diujikan dikatakan reliabel. c. Tingkat Kesukaran Soal Menurut Arikunto (2007) dalam Ahmad Balya (2015), soal yang baik adalah tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran butir soal uraian adalah sebagai berikut: 𝑃=

𝐵 𝐽𝑆

Keterangan: P = indeks kesukaran B = jumlah skor siswa pada butir skor i dibagi skor maksimal pada butir soal i JS = jumlah seluruh siswa yang ikut tes d. Daya Beda Soal Menurut Arikunto (2007) dalam Ahmad Balya (2015), rumus untuk menentukan daya beda atau indeks diskriminasi butir soal adalah:

Keterangan: D = daya pembeda soal JA = jumlah siswa kelompok atas JB = jumlah siswa kelompok bawah BA = jumlah skor butir soal pada kelompok atas BB = jumlah skor butir soal pada kelompok bawah 2. Analisis Data a. Uji Normalitas Data Awal Uji normalitas data awal dilakukan untuk menentukan apakah kelas yang diteliti tersebut berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan mengolah data nilai

23

pretest siswa. Uji normalitas ini menggunakan rumus Chi Kuadrat. Adapun Hipotesis yang digunakan yaitu: H0 : Berdistribusi normal. Ha : Tidak berdistribusi normal. Uji chi kuadrat dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. 2. Menentukan banyaknya kelas interval (K), dengan rumus: K = 1+ 3,3 log n 3. Menentukan panjang interval 𝑃=

𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 (𝑅) 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 (𝐾)

4. Membuat tabel distribusi frekuensi 5. Menentukan batas kelas (bk) dari masing-masing kelas interval 6. Menghitung rata-rata X, dengan rumus:

Keterangan: fi = frekuensi observasi xi = tanda kelas interval 7. Menghitung varians, dengan rumus:

8. Menghitung Z, dengan rumus:

Keterangan: X = batas kelas X = rata-rata S = standar deviasi 9. Menentukan luas daerah tiap kelas interval 10. Menghitung frekuensi teoritik (Ei), dengan rumus: Ei = n x luas daerah, dengan n adalah jumlah sampel

24

11. Membuat daftar frekuensi observasi (Oi), dengan frekuensi teoritik sebagai berikut: 12. Menghitung chi- kuadrat , dengan rumus (Sudjana, 2005):

Keterangan: χ2 = harga Chi- Kuadrat Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval 13. Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel dengan derajat kebebasan dk = k-1 dan taraf signifikansi 5%, jika χ2 hitung < χ2tabel maka data berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Data Akhir Uji kenormalan ini dilakukan untuk mengetahui apakah data nilai posttest siswa kelas ekperimen berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah uji normalitas sama dengan langkah-langkah uji normalitas pada analisis data awal. Hipotesis yang digunakan: Ho: data berdistribusi normal Ha: data berdistribusi tidak normal Pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus chi kuadrat: Keterangan: χ2 = harga Chi- Kuadrat Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan Kriteria pengujiannya adalah jika χ2hitung dengan χ2tabel maka data berdistribusi normal dengan derajat kebebasan dk = k-1 dan taraf signifikansi 5%. 3. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan cara uji statistik berdasarkan pada data-data yang bersumber dari analisis data. Uji statistik yang akan digunakan adalah korelasi product moment, yaitu:

25

Keterangan: rxy = korelasi product moment x = (xi - x) y = (yi - y) 3.7 Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 : r = 0 Ha : r ≠ 0 Keterangan: H0

= tidak terdapat pengaruh strategi peta konsep terhadap hasil belajar siswa antara sebelum diberi perlakuan dengan setelah diberi perlakuan

Ha

= terdapat pengaruh strategi peta konsep terhadap hasil belajar siswa antara sebelum diberi perlakuan dengan setelah diberi perlakuan

`

26

Related Documents

Proposal
June 2020 38
Proposal
October 2019 60
Proposal
June 2020 41
Proposal
July 2020 34
Proposal
December 2019 58
Proposal
November 2019 62

More Documents from ""