Proposal Kasar.docx

  • Uploaded by: AnandaHerdantaSobandi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Kasar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,819
  • Pages: 26
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEAKTIFAN PERSERTA PROLANIS DM DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA UPT TALAGA BODAS KOTA BANDUNG

SKRIPSI diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes `Aisyiyah Bandung

Ananda Herdanta Sobandi NIM : 032015002

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG 2019

LEMBAR PERNYATAAN Nama

: Ananda Herdanta Sobandi

NIM

: 032015002

Program Studi

: Sarjana Keperawatan

Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung maupun perguruan tinggi lain. 2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim penguji. 3. Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan tegas dicantumkan sabagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, 2019 Yang membuat pernyataan,

i

Ananda Herdanta Sobandi 032015050

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 C. Tujuan .......................................................................................................... 6 D. Manfaat ........................................................................................................ 7 E. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 7 BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ............................... 9 1.

Pengertian DM Tipe 2 .................................................................................. 9

2.

Penyebab DM Tipe 2 ................................................................................... 9

3.

Faktor Risiko DM Tipe 2 ........................................................................... 10

4.

Tanda dan Gejala DM Tipe 2 ..................................................................... 11

5.

Penanganan DM Tipe 2 .............................................................................. 13

6.

Pengertian prolanis ..................................................................................... 16

7.

Tujuan Prolanis .......................................................................................... 16

8.

Definisi Dukungan Keluarga..................................................................... 20

9.

Jenis Dukungan Keluarga .......................................................................... 20

10.

Manfaat Dukungan keluarga .................................................................. 21

ii

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi menjadi penyebab meningkatnya prevalensi penyakit degenerative, salah satunya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin, atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif sehingga mengakibatkan

peningkatan

konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (WHO 2014). Berdasarkan penelitian penderita Diabetes Mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hasil penelitian Federasi Diabetes Internasional (IDF 2015 ) bahwa penderita Diabetes Mellitus sudah mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan dengan angka kematian sekitar 3,2 juta orang. Tingkat prevalensi global penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun

2013 menjadi 387 juta kasus

penduduk dunia. Penyumbang peningkatan angka tadi merupakan negaranegara berkembang, yang mengalami kenaikan penderita Diabetes mellitus 150 % yaitu India (35,5 juta orang), Cina (23,8 juta orang), Amerika Serikat (16 juta orang), Rusia (9,7 juta orang), dan Jepang (6,7 juta orang).

1

2

Hasil survey dari American Diabetes Association (ADA, 2013), klasifikasi diabetes meliputi empat kelas klinis, yaitu diabetes Mellitus tipe I (IDDM) adalah akibat dari kehancuran sel β pankreas, biasanya menyebabkan defisiensi insulin yang absolut. Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM) adalah diakibatkan dari gangguan sekresi insulin yang progresif ynag menjadi latar belakang terjadinya resistensi insulin. Diabetes tipe spesifik lain Misalnya : gangguan genetik pada fungsi sel β, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis), dan yang dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ). Gestational Diabetes Mellitus, Gastroparesis diabetik adalah kondisi klinik yang mengenai pasien-pasien diabetes mellitus. Kondisi ini ditandai oleh perlambatan pengosongan lambung dan dihubungkan dengan gejala gastrointestinal bagian atas tanpa adanya obstruksi mekanik (ADA, 2013). WHO memiliki misi khusus untuk menangani diabetes tipe 2 dan meminimalisir komplikasi serta memaksimalkan kualitas hidup untuk orang yang DM (WHO, 2016). Peraturan menteri kesehatan RI No 1575 tahun 2005, telah dibentuk direktorat pengendalian PTM yang mempunyai tugas pokok memandirikan masyarakat untuk hidup sehat melalui pengendalian faktor resiko tidak menular,khususnya diabetes (Depkes, 2009). Konsesus PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun 2015 tentang pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia menghasilkan standar pelaksanaan yang juga

3

memiliki tujuan yang mirip dengan misi WHO yaitu memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah atau menghambat komplikasi dengan tujuan akhir turunnya angka

morbiditas dan mortalitas DM di Indonesia.

Penatalaksanaan yang di gagas PERKENI berupa 5 pilar penatalaksanaan khususnya DM tipe 2 yaitu edukasi, terapi nutrisi medis (diet medis), latihan jasmani, terapi farmakologis, dan monitoring (PERKENI, 2015). Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penderita Diabetes Mellitus diperkirakan

terbanyak setelah Amerika Serikat. Di Indonesia

jumlah diabetes mencapai 14 juta orang (WHO, 2013).

Hasil dari laporan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia telah mencapai 9,1 juta orang (Riskesdas). Pada tahun 2013 prevalensi DM di Jawa Barat sebesar 2,0%. Terdapat 9 kabupaten atau kota yang selalu menempati angka kejadian DM diatas rata-rata provinsi yaitu Kota Sukabumi, Bogor, Bekasi, Banjar, Bandung, Cirebon, Bekasi, Sumedang, dan Majalengka (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2013). Pengelolaan diabetes mellitus tanpa penyulit dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa yang diharapkan belum tercapai maka dilakukanlah intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral atau suntikan insulin. Pada suatu kondisi tertentu obat hipoglikemik oral bisa diberi segera secara tunggal ataupun, dikombinasi, sesuai dengan indikasi.

4

Penderita diabetes yang berpotensi mengalami komplikasi diabetes mellitus, atau penderita diabetes mellitus dengan glukosa darah yang sukar dikendalikan atau penderita diabetes yang telah terkena komplikasi diabetes mellitus harus secara periodik dikonsultasikan kepada dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolisme, dan diabetes di rumah sakit rujukan setelah itu, Pasien dapat dikirim kembali kepada dokter pelayanan primer setelah penanganan di rumah sakit rujukan selesai (PERKENI, 2011). Beberapa pasien diabetes mellitus mencoba untuk mengikuti perwawatan yang disarankan, namun mereka tidak selalu berhasil hal disebabkan buruknya pengetahuan pasien mengenani penyakit dan perawatan yang disarankan dan rendahya dukungan sosial((Rothman, Dewalt, Malone, Bryant dan Shintani, 2004) dalam Sarafino, 2011). Sarafino (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai. Disesuaikan dengan budaya Indonesia yang kolektif, dukungan sosial sangatlah dibutuhkan terutama dalam kondisi sakit.

5

Salah satu kelompok sosial terdekat yang menjadi sumber dukungan sosial bagi individu adalah keluarga (Friedman, 2004). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing

menciptakan

serta

mempertahankan

kebudayaan. Menurut Haire-Joshu (1992) keluarga merupakan kelompok sosial yang paling sering disebutkan dalam konteks diabetes mellitus. Dukungan keluarga merupakan elemen penting dalam penatalaksanaan diabetes mellitus (Haas, 2006 ; Epple, Wright, Joish, dan Bauer (2003) dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Glasgow, Toobert, dan Gillette (2001) anggota keluarga membantu pasien diabetes mellitus memelihara kepatuhan. Berdasarkan prevalensi DM yang tinggi dan dampak dari DM yang tidak segera ditangani maka Indonesia mengembangkan program pencegahan DM yang disebut program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif

yang dilaksanakan secara terintegrasi

yang

melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS kesehatan, dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita penyakit kronis, untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Prolanis bertujuan

6

untuk menurunkan risiko komplikasi dan mencapai kualitas hidup yang baik dengan pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional (Indris, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan (Fatimah, 2018 ) tentang Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pelaksanaan Diabetes Melitus, penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus, yang artinya ada hubungan positif yang kuat antara dukungan keluarga dengan kepatuhan penalaksanaan diabetes melitus pada pasien diabetes mellitus. B. Rumusan Masalah Adakah hubungan dukungan keluarga terhadap keaktifan peserta Prolanis DM di Puskesmas Talaga Bodas ? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya hubungan dukungan keluarga terhadap keaktifan peserta Prolanis DM di Puskesmas wilayah kerja UPT Talaga Bodas Kota Bandung 2 . Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi keaktifan penderita DM kepada program Prolanis DM b. Untuk mengidentifikasi dukungan apa saja yang diberikan oleh keluarga terhadap peserta Prolanis DM

7

c. Untuk mengidentifikasi motivasi apa yang menyebabkan peserta Prolanis DM tetap mengikuti program D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan teori yang berkaitan dengan hubungan dukungan keluarga terhadap keaktifan peserta Prolanis DM. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Puskesmas untuk meningkatkan keaktifan perserta Prolanis DM sebagai upaya menurunkan angka kejadia DM. E. Sistematika Pembahasan Dalam pembahasan penelitian ini yang berjudul “Hubungan dukungan keluarga terhadap keaktifan peserta Prolanis DM di Puskesmas Talaga Bodas”, yaitu : 1. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi landasan teoritis, hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran.

8

3. BAB III METODE PENELITIAN Berisi pemaparan, jenis dan metode penelitian untuk mencari jawaban terhadap tujuan penelitian. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini peneliti membahas mengenai hasil penelitian, pemaparan mengenai unit observasi, hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan mengenai hasil. 5.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran penelitian. Berisi

tentang pemaparan secara singkat kesimpulan, mencangkup jawaban yang diperoleh dari interpretasi data yang merupakan jawaban terhadap permasalahan penelitian.

BAB II

KERANGKA TEORI DAN

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian DM Tipe 2 DM tipe 2 adalah bentuk DM yang terjadi akibat adanya penurunan kepekaan jaringan terhadap insulin dan juga terjadi akibat defisiensi respons sel beta pankreas terhadap glukosa. DM tipe 2 tidak bergantung insulin atau disebut (non insulin dependent diabetes melitus [NIDDM]) American Diabetic Association, 2009). Dalam DM tipe 2, pankreas dapat menghasilkan jumlah insulin yang cukup untuk metabolisme

glukosa,

namun

tubuh

tidak

mampu

untuk

memanfaatkannya secara efisien. Seiring waktu, terjadilah penurunan produksi insulin dan kadar gula dalam darah meningkat (Adhi, 2011).

2. Penyebab DM Tipe 2 Hasil penelitian menujukkan umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, tekanan darah, stress dan kadar kolesterol berhubungan dengan terjadinya kejadian DM tipe 2 (Trisnawati dan Setyyorogo, 2012). DM tipe 2 terjadi akibat faktor genetik dan berkaitan dengan kegemukan (Corwin, 2009:627). Hasil penelitian bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 adalah variabel umur, riwayat DM, aktivitas fisik, index massa tubuh, tekanan darah, stress, dan kadar kolesterol (Trisnawati dan Setyorogo, 2012:10) Pada penderita DM tipe

9

10

ini terjadi hiperinsulinemia, tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer, dan menghambat produksi glukosa oleh hati (Ndraha, 2014). 3. Faktor Risiko DM Tipe 2 Adapun faktor risiko diantaranya : a. Genetik Diabetes dapat diturunkan berdasarkan silsilah keluarga yang menderita, akibat pankreas tidak mampu menghasilkan insulin dengan baik. b. Usia Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis dengan cepat setelah usia 40 tahun. DM tipe 2 sering muncul setelah usia seseorang mencapi 45 tahun, karena fungsi tubuh sudah mulai menurun sehingga tubuh tidak lagi peka terhadap insulin. c. Stress Seseorang yang stress, maka hormon endorpin menjadi tinggi. Stress yang kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi, yang berfungsi untuk meningkatkan hormon serotonin. Serotonin ini memiliki efek penenang untuk menurunkan stress, akan tetapi semakin tinggi asupan gula dan lemak sangat berbahaya dan berisiko terkena DM tipe 2.

d. Pola Makan yang Salah

11

Tingginya asupan makanan yang mengandung gula dan lemak tinggi, kurangnya asupan sayuran dan buah-buahan, sangat berisiko terjadinya DM tipe 2. e. Obesitas Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko DM tipe 2, karena mengakibatkan gangguan kerja insulin atau resistensi insulin. f. Kurangnya Aktivitas Fisik Kurangnya beraktivitas seperti olahraga dapat mengakibatkan gula didalam darah tidak mampu dikendalikan, sehingga berisiko terkena penyakit DM tipe 2(Rakhmadany,2009) 4. Tanda dan Gejala DM Tipe 2 Beberapa tanda dan gejala diantaranya : a. Penururnan Beran Badan Penurunan berat badan yang berlangsung dan relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah, tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel kekurangan nutrisi, yang berfungsi untuk menghasilkan energi atau tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga diambil dari cadangan lemak dan otot akibatnya penderita menjadi kurus. b. Poliuria Akibat insulin yang tidak mampu mengubah glukosa menjadi glikogen, menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi. Keadaan ini menyebabkan hiperfiltrasi pada ginjal, sehingga kecepatan filtrasi

12

ginjal meningkat. Akibatnya glukosa dan natrium yang diserap ginjal menjadi berlebihan dan urine yang dihasilkan banyak. c. Polidifsi Proses filtrasi pada ginjal yang normal adalah filtrasi zat dari tekanan yang rendah ke tekanan yang tinggi atau disebut difusi. Pada penderita DM tipe 2, glukosa dalam darah yang tinggi menyebabakn kepekatan glukosa pembuluh darah, sehingga proses filtrasi ginjal berubah menjadi osmosis. Osmosis adalah filtrasi zat dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Akibatnya air yang ada di pembuluh darah diambil oleh ginjal, sehingga pembuluh darah menjadi kekurangan air yang menyebabkan penderita menjadi cepat haus. d. Polifagi Glukosa jika masuk kedalam tubuh akan dirubah menjadi glikogen dengan bantuan insulin, dan disimpan didalam hati sebagai cadangan energi. Pada penderita DM tipe 2 glukosa tidak dapat masuk kedalam sel target, dan tidak dapat berubah menjadi glikogen untuk disimpan didalam hati, karena insulin yang dihasilkan pankreas tidak dapat bekerja atau insulin dapat bekerja tetapi kerjanya lambat. Oleh karena itu, tidak ada intake glukosa yang masuk sehingga penderita cepat merasa lapar (Agustina, 2009). e. Gejala lainnya Kesemutan, gatal, mata kabur, masih tetap menghasilkan insulin, insentivitas insulin dan defisiensi insulin (Corwin, 2009:627).

13

5. Penanganan DM Tipe 2 Kementrian kesehatan saat ini fokus pada pengendalian faktor risiko DM melalui upaya promotif dan preventif, dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Saat ini pelayanan DM sudah dilaksanakan di Puskesmas dengan pemberian obat sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing (Kemenkes RI, 2013). Prinsip penanganan DM tipe 2 secara umum ada lima sesuai dengan konsesus pengelolaan DM : a. Edukasi DM tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan DM secara mandiri, membutuhkan adanya partisipasi aktif dari penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan

edukasi

yang

komprehensif

tentang

pengembangan

keterampilan dan motivasi. Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Edukasi adalah pendidikan atau pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi penderita DM untuk menunjang perubahan perilaku, meningkatkan pemahaman penderita tentang penyakitnya, sehingga tercapai kesehatan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup (Soegondo, 2009).

14

b. Diet Diet DM sangat dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid yang normal dan menangani komplikasi akut serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak sesuai dengan kecukupan gizi. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani mempertahankan berat badan ideal. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada penderita DM tidak berbeda dengan yang tidak mempunyai penyakit DM, yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktivitas fisik maupun psikis, sehingga berat badan dapat mendekati ideal (Sukardji, 2009). c. Exercise (Latihan fisik atau olahraga) Dianjurkan latihan secara teratur 3 sampai 4 kali seminggu selama kurang dari 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan kemampuan penderita. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, berkebun, bersepeda santai dan berenang. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan menstabilkan kadar gula dalam darah (Sukardji, 2009). d. Terapi Obat Pemberian terapi obat hipoglikemik oral atau dengan injeksi, dapat membantu pemakaian gula dalam tubuh penderita DM. Pemberian terapi insulin dimulai apabila obat-obatan penurun gula secara oral dan

15

pengelolaan gaya hidup yang tidak optimal. Insulin adalah salah satu opsi yang tersedia untuk membantu manajemen DM dan diperlukan untuk mengendalikan glukosa darah, khususnya dalam jangka panjang. Pengobatan DM secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olahraga yang teratur dan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin. Pada pasien penderita DM tipe 2, umumnya pasien perlu minum obat antidiabetes secara oral atau tablet. Penderita DM tipe 2 memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu, bahkan kombinasi antara suntikan insulin dengan tablet. e. Pemantauan Kadar Gula Darah dan Mencegah Komplikasi Gula merupakan bentuk karbohidrat yang paling sederhana yang diabsorbsi kedalam darah melalui sistem pencernaan. Kadar gula darah akan meningkat, setelah makann dan biasanya akan turun pada level terendah disaat pagi hari sebelum makan. Kadar gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Kadar gula darah sangat penting dipertahankan dalam keadaan stabil, sekitar 70-120 mg/dl untuk mempertahankan fungsi otak dan suplai jaringan secara optimal. Kadar gula darah perlu dijaga, supaya tidak meningkat terlalu tinggi. Pemeriksaan kadar gula darah, bertujuan untuk mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia, sehingga dapat segera ditangani untuk menurunkan risiko komplikasi dari DM. Penderita DM rentan untuk mengalami komplikasi berupa luka yang sulit sembuh, terutama luka yang sulit sembuh pada daerah kaki sehingga pentingnya perawatan kaki yang teratur, seperti

16

menjaga kelembaban kulit dengan menggunakan lotion yng tidak menimbulkan energi, potong kuku secara teratur, ratakan ujung kuku dengan menggunakan kikir, jangan pernah memotong kuku terlalu dalam, menggunakan alas kaki yang nyaman dan sesuai dengan bentuk serta ukuran kaki. Waspada jika terdapat luka sekecil apapun, segera obati dengan antiseptik (Perkeni, 2011). 6. Pengertian prolanis Berdasarkan tingginya prevalensi dan dampak dari DM yang tidak segera ditangani maka Indonesia mengembangkan program pencegahan DM yang disebut Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. 7. Tujuan Prolanis Mendorong peserta penderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup optimal dengan syarat peserta terdaftar BPJS da sering berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama (Puskesmas). a. Sasaran Seluruh peserta BPJS Kesehatan penderita penyakit kronis salah satunya DM tipe 2. b. Bentuk Pentalaksanaan

17

Terdapat 7 pilar penatalaksanaan DM diantaranya edukasi atau konsultasi, panduan klinis, bentuk pelayanan obat yang cepat dan terintegrasi, pemantauan kesehatan, aktivitas klub risiko tinggi (Risti), reminder dan home visit.

c. Penanggung Jawab Penanggung jawab yaitu kantor cabang BPJS Kesehatan bagian manajemen pelayanan primer. d. Langkah Pelaksanaan 1) Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan hasil skrining riwayat kesehatan dan hasil diagnosa DM oleh faskes tingkat pertama maupun rumah sakit. 2) Menentukan target sasaran. 3) Melakukan pemetaan puskesmas berdasarkan disrtibusi target sasaran peserta. 4) Menyelenggarakan sosialisasi prolanis kepada faskes pengelola. 5) Melakukan pemetaan jejaring faskes pengelola. 6) Permintaan pernyataan kesediaan jejaring faskes untuk melayani peserta prolanis 7) Melakukan sosialisasi prolanis kepada peserta misalnya melalui pertemuan kelompok pasien kronis di puskesmas. 8) Penawaran kesediaan terhadap peserta penderita DM tipe 2 untuk bergabung dalam prolanis.

18

9) Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data hasil diagnosa dengan bentuk kesediaan oleh calon peserta prolanis. 10) Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta yang terdaftar prolanis. 11) Melakukan rekapitulasi data peserta yang terdaftar prolanis. 12) Pemberian tanda peserta prolanis. 13) Melakukan distribusi data peserta prolanis sesuai faskes pengelola. 14) Bersama dengan faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status kesehatan peserta meliputi pemeriksaan GDS, IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan. 15) Melakukan reakpitulasi data hasil pencatatan kesehatan awal peserta tiap faskes pengelola. 16) Melakukan monitoring aktivitas prolanis pada masing-masing faskes pengelola diantaranya menerima laporan aktivitas prolanis dari faskes pengelola dan menganalisa data.

17) Menyusun umpan balik kinerja faskes prolanis. 18) Membuat laporan kepada kantor divisi regional atau kantor pusat. e. Aktivitas Prolanis 1) Edukasi atau konsultasi medis Edukasi klub risti atau klub prolanis adalah kegaitan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi

19

peserta prolanis. Edukasi atau konsultasi medis peserta prolanis, untuk jadwal disepakati bersama antara peserta dengan faskes pengelola. 2) Panduan klinis yaitu tata cara pengobatan yang tepat dan pemeriksaan gula darah. Nilai normal gula darah menurut WHO, ketika seseorang sedang melalukan puasa maka nilai normal gula darah yaitu 72-126 mg/dl, sedangkan kurang lebih 90 menit setelah makan maka nilai normal gula darah <180 mg/dl. 3) Bentuk pelayanan obat yang cepat dan terintegrasi. Pemberian obat disesuaikan dengan jenis penyakitnya. 4) Pemantauan kesehatan pada penderita DM tipe 2 seperti pemeriksaan fisik, gula darah dan berat badan. 5) Aktivitas klub risiko tinggi (Risti). 1 fasilitas kesehtan pengelola minimal 1 klub. Prolanis memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam klub seperti penentuan duta prolanis yang berasal dari peserta, duta prolanis bertindak sebagai motivatior dalam kelompok prolanis dan juga membantu faskes pengelola melakukan proses edukasi bagi anggota klub, dan memfasilitasi penyusunan jadwal atau rencana aktivitas klub minimal 3 bulan pertama.

6) Reminder Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada faskes pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi. Langkah-langkahnya seperti melakukan rekapitulasi nomor handphone peserta prolanis atau keluarga peserta kemudian dimasukkan

20

kedalam SMS Gateway, melakukan rekapitulasi data kunjungan tiap peserta ke faskes pengelola, dan melakukan monitoring aktivitas reminder seperti rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat reminder.

7) Home Visit Home visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah peserta prolanis untuk pemberian informasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta prolanis dan keluarga. Sasaran kegiatan ini meliputi peserta yang baru terdaftar, peserta yang tidak hadir terapi ke puskesmas selama 3 bulan berturut-turut (BPJS Kesehatan, 2014). 8. Definisi Dukungan Keluarga Menurut Friedman (2013), dukungan keluarga merupakan sikap atau tindakan pengakuan suatu keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang besifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk pemberian pengakuan yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarganya, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan dan mendukungnya dalam kehidupannya. 9. Jenis Dukungan Keluarga Menurut Friedman (2013), sumber dukungan keluarga memiliki berbagai macam bentuk sebagai berikut: 1) Dukungan informasional

21

Dukungan informasional adalah keluarga berperan sebagai pemberi informasi, dimana keluarga dapat menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, sehingga anggota keluarganya dapat mengungkapkan suatu masalah. 2) Dukungan penilaian Dukungan penilaian adalah keluarga berperan sebagai pembimbing dan menengahi pemecahan masalah anggotanya, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. 3) Dukungan Instrumental Dukungan instrumental adalah keluarga berperan sebagai sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalam dalam membantu kebutuhan keuangan, makan, minum dan istirahat. 4) Dukungan Emosional Dukungan emosional adalah keluarga berperan sebagai sumber perlindungan

seperti memberikan tempat yang aman dan damai untuk

istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk kepercayaan dan perhatian. 10. Manfaat Dukungan keluarga Dukungan sosial keluarga memiliki manfaat terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Dengan adanya dukungan keluarga yang kuat maka akan menurunkan angka mortilitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Selain itu, dukungan keluarga memiliki

22

pengaruh yang positif pada pemyesuaian kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress (Setiadi, 2008). Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi di sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis kehidupan. Dukungan sosial keluarga dapat membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010

dalam

Anggoniawan,

2016

Related Documents

Proposal
June 2020 38
Proposal
October 2019 60
Proposal
June 2020 41
Proposal
July 2020 34
Proposal
December 2019 58
Proposal
November 2019 62

More Documents from ""

Askep.docx
June 2020 5
Manuskrip.docx
June 2020 4
Proposal Kasar.docx
June 2020 2
Daftar Pustaka.docx
June 2020 3
Bab 3.docx
June 2020 4