Proposal Ini Punya Ika.docx

  • Uploaded by: Ika
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Ini Punya Ika.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,771
  • Pages: 55
1

PROPOSAL PENGARUH SIKAP PEMENUHAN POLA MAKAN TERHADAP PENCEGAHAN GASTRITIS PADA MAHASISWA/I REGULER S1 KEPERAWATAN STIK FAMIKA MAKASSAR

OLEH IKA NIM. 115601416

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK) FAMIKA MAKASSAR 2017

2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi pada kenyataannya selama rentang kehidupannya, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan kesehatan. Masalah kesehatan yang diderita bentuknya beraneka ragam, masalah kesehatan dapat dimulai dari makana, makan yang kita konsumsi dalam sehari harinya. Makanan yang kita konsumsi sebaiknya mengandung nutrisi empat sehat lima sempurna seperti Nutrisi yang dibutuhkan diantaranya karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Namun, asupan makanan tersebut harus didukung dengan pengaturan pola makan yang seseuai. Pola makan yang teratur sangat penting bagi kesehatan tubuh kita, sedangkan pola makan yang tidak teratur salah satunya dapat menyebabkan gangguaan sistem pencernaan ( gastritis). Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada lambung seperti gastritis. Gastritis merupakan peradangan dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (Wijoyo, 2009).

3

Gastritis ialah penyakit yang jika dibiarkan akan semakin parah, terlebih jika tidak ada pengaturan pola makan yang baik dan benar, maka akan menimbulkan kekambuhan yang akan memnggangu aktivitas penderita (Sulastri, 2012). Panyakit gastritis atau maag merupakan penyakit yang sangat kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit ini sering ditandai dengan nyeri ulu hati, mual,muntah, cepat kenyang, nyeri perut dan lain sebahainya. Penyakit

maag

sangat

mengganggu

karena

sering

kambuh

akibat

pengobatan yang tidak tuntas. Sebenarnya kunci pengobatan penyakit maag adalah dapat mengatur agar produksi asam lambung terkontrol kembali sehingga tidak berlebihan,yaitu dengan menghilangnya stress dan makan dengan teratur. (wijoyo,2009). Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur yang mencakup frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan. Pola makan yang baik mencegah terjadinya gastritis. Penyimpangan kebiasaan, cara, serta konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis. Pada kasus gastritis akut, faktor penyimpangan makan merupakan titik awal yang memengaruhi terjadinya perubahan pada dinding lambung. Peningkatan produksi cairan lambung dapat dirangsang oleh konsumsi makanan atau minuman. Cuka, cabai, kopi, alkohol serta makanan lain yang bersifat merangsang juga dapat mendorong timbulnya kondisi tersebut. Pada akhirnya kekuatan dinding lambung menjadi semakin parah. Tak jarang kondisi seperti itu akan menimbulkan luka pada dinding lambung (Uripi, 2009).

4

Pada umumnya penyebab gastritis dibedakan atas faktor internal yaitu adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi. Beberapa faktor risiko gastritis adalah menggunakan obat aspirin atau antiradang non steroid, infeksi kuman Helicobacter pylori, memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol, memiliki kebiasaan merokok, sering mengalami stres, kebiasaan makan yaitu waktu makan yang tidak teratur, serta terlalu banyak makan makanan yang pedas dan asam (Purnomo, 2009). Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari, pola makan terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makan. Dengan menu seimbang perlu dimulai dan dikenal dengan baik sehingga akan terbentuk kebiasaan makan makanan seimbang dikemudian hari. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah

kekambuhan

gastritis.

Penyembuhan

gastritis

memerlukan

pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, 2009). Akibatnya, sejumlah keluhan akan dialami oleh penderita, diantaranya meliputi rasa perih di area ulu hati, perut kembung, bersendawa, sesak nafas, mual,muntah.

5

Perut yang kosong ditambah dengan asupan makanan dan minuman tertentu seperti yang bercitarasa pedas, asam, kafein, alkohol serta kondisi pikiran yang stres, menjadi pemicu utama timbulnya gastritis. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun ini bisa menyerang semua jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok. Penyakit gastritis ini lebih menyerang kepada usia remaja sampai dewasa sehingga butuh perawatan khusus karena akan mengganggu masa tua, dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini (Tati, 2011). Di Indonesia menurut WHO (2012) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396

kasus

dari

238.452.952

jiwa penduduk.

Berdasarkan

profil

kesehatan di Indonesia, merupakan salah satu penyakit dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%).(Zhaoshen, 2014). Selain

itu,

Prevalensi

penyakit

gastritis

cenderung mengalami

peningkatan di Kabupaten Gowa. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa tahun 2011, pasien gastritis yang datang ke unit pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit mengalami peningkatan sebesar 13,8% (Dinkes Gowa, 2011). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh sikap pemenuhan pola makan terhadap pencegahan gastritis pada mahasiswa/i reguler S1 keperawatan STIK FAMIKA Makassar

6

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian adalah apakah ada pengaruh sikap pemenuhan pola makan terhadap pencegahan gastritis pada mahasiswa/i reguler S1 keperawatan STIK FAMIKA Makassar

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui

pengaruh

sikap

pemenuhan

pola

makan

terhadap

pencegahan gastritis pada mahasiswa/i reguler S1 keperawatan STIK FAMIKA Makassar 2. Tujuan khusus a. Teridentifikasi sikap pemenuhan pola makan terhadap pencegahan gastritis pada mahasiswa/i reguler S1 keperawatan STIK FAMIKA Makassar b. Teridentifikasi pencegahan gastritis pada mahasiswa/i reguler S1 keperawatan STIK FAMIKA Makassar c. Teridentifikasinya pengaruh sikap pemenuhan pola makan ( frekunensi makan, jenis makan, jumlah makan atau porsi makan ) terhadap pencegahan gastritis pada mahasiswa/i reguler S1 keperawatan STIK FAMIKA Makassar

D. Manfaat Penelitian a.

Manfaat Teoritis

7

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai penerapan aplikasi ilmu teori yang telah didapatkan pada mata kuliah system gastrointestinal ,khususnya tentang gastritis. b. Manfaat Praktis 1. Untuk Institusi Pendidikan Menambah referensi tentang keperawatan gastrointestinal pada umumnya dan terkhusus untuk penyakit gastritis. 2. Untuk Instansi Penelitian Secara

akademik

penelitian

ini

bermanfaat

untuk

menambah

pengetahuan mahasiswa Keperawatan mengenai pengaruh pola makan terhadap terjadinya penyakit gastritis. 3. Untuk peneliti Sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan dalam mata kuliah gastrointestinal khusunya pada penyakit gastritis. 4. Untuk Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti

sebagai

selanjutnya.

referensi

untuk

mengembangkan

penelitian

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang sikap 1. Konsep Dasar Sikap Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. (Stephen, 2007 dalam Budiman dan Agus Riyanto, 2013). Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Pengertian lain menurut Notoatmodjo (2007), sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap stimulasi atau objek (dalam Budiman dan agus Riyanto, 2013). Azwar (1995), menyatakan sikap dikategorikan menjadi tiga orientasi pemikiran yaitu berorientasi pada respons, berorientasi pada kesiapan respon dan berorientasi pada skema triadik. Sikap berorientasi pada repons adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) atau tidak memihak (unfavourable) pada suatu objek. Sikap berorientasi pada kesiapan respon adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. (dalam Budiman dan Agus Riyanto (2013) Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. ( dalam Budiman dan Agus Riyanto (2013), Thrustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungan denganya

9

objek-objek psikologis, seperti : simbol, frase, slogan, orang, lembaga, cita-cita, dan gagasan (Hariza Adanani 2011 dalam ) Howar

kandle

mengemukakan,

bahwa

sikap

merupakan

kecenderungan (tendensy) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau melakukan sesuatu, baik secara positif maupun negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Sikap diketahui sebagai suatu respon evaluatif. Respon akan hanya timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam dari individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk

nilai

baik-buruk,

positif-negatif,

menyenangkan-tidak

menyenangka kemudian yang mengkristal sebagai potensi terhadap objek sikap (Azwar, 2007) Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap stimulus atau objek ( masalah kesehatan, termasuk penyakit).sikap yang terdapat pada individu akan memberikan warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap merupakan reaksi atau objek (Notoadmojo,2003 dalam Hariza Adnani 20011). 2. Komponen pokok sikap Berkaian dengan pengertian diatas pada umumnya pendapat yang banyak diikuti ialah bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu :

10

a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi atau yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi dan keperayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut masalah issu atau problem controversial. b. Komponen efektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa yang tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap, yaitu positif atau negatif. Aspek emosional ini yang biasanya berakhir paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah siakp seseorang .komponen afeksi disampaikan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. c. Komponen

konatif

(komponen

perilaku,

atau

action

component, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecnderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya

kecenderungan

bertindak

atau

berperilaku

11

seseorang intensitas

terhadap sikap,

kecenderungan

sikap.komponen

yaitu

menunjukkan

bertindakatau

ini

menujukkan

besar

berperilaku

kecilnya seseorang

terhadap objek sikap. Merupakan aspek kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu berkaitan dengan objek yang dihadapi adalah logis untuk mengharapkab bahwa sikap seseorang di cerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek (TriadicnScheme)(Yusuf, 2008) 3. Kategori sikap a. Menurut Hari Purwanto, sikap terdiri dari : 1) Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, menghadapkan objek tertentu. 2) Sikap negatif, terdapat kecenderngan untuk menjauh, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. b. Menurut Azwar, sikap terdiri dari : 1) Menerima ( receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadao gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2) Merespon (responding)

12

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang berkaitan adalah suatu indikasi dan sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawa pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepes dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang tersebut menerima ide tersebut. 3) Menghargai (Valuing) Mengajak

orang

lain

untuk

mengerjakan

atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga. Misalanya seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga,saudara, dan sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya ke psyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalh bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadikan akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri ( Azwar, 2008).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi siakap (Azwar, 2007 dalam Budiman dan agus Riyanto,2013), yaitu: a. Pengalaman pribadi

13

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting c. Pengaruh budaya d. Media massa e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama f. Pengaruh faktor emosional 5. Tahapan sikap Dalam Taksonomi Bloom (1956) dalam budiman dan Agus Riyanto (2013), tahapan dominan sikap adalah sebagai berikut : a. Menerima Tahapan sikap menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Pada tahap ini, seseorang dibina agar bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan mau menggabungkan

dari

ke

dalam

nilai

tersebut

atau

mengidentifikasikan dari dengan nilai tersebut. b. Menanggapi Tahap sikap menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadap. Tahap ini lebih tinggi dari tahap menerima. c. Menilai Tahap

sikap

menilai

adalah

memberikan

nilai

atau

memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan tersebut tidak dikerjakan,

14

dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Menilai merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dari pada menerima dan menanggapi. d. Mengelola Tahap sikap mengelola adalah mempertemuan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa

pada

perbaikan

umummengatur

atau

mengorganisasikan merupakan penggabungan dari nilai dengan nilai lainnya, serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e. Menghayati Tahap sikap menghayati adalah keterpaduan semua sisitem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi pola

kepribadian

dan

tingkah

lakunya.

Menghayati

merupakan tingkat efektif tertinggi, karena tahap sikap ini telah benar-benar bijaksana. 6. Cara pembentukan sikap Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui empat macam cara, yakni : a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-terusan, lama-kelamaan secara bertahap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahny usia, maka ada hal-hal yang terjadi dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas

15

dari jenisnya. Terdapatnya objek tertentu dapat terbentuk sikap tersendiri pula. c. Intelegasi, terjadinya secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu. d. Treuma,

pengalaman

meninggalkan

kesan

yang

tiba-tiba

mendalam

pada

mengejutkan

yang

jiwa

yang

orang

bersangkutan. Pengalaman-pengalaman traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap (Azwar, 2008). 7. Pengukuran sikap Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu subjek secara langsung dimulai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah atau hal ynag diharapkan padanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung yang tidak terstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung yang tidak berstruktur misalanya mengukur sikap dan survey ( misal Public Option survey). Sedangkan secara langsung berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan

menggunakan

pertanyaan-pertanyaan

yang

telah

disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan

langsung

dibandingkan

kepada

subjek

yang

diteliti

(Arikunto,2008). a. Pengukuran sikap model likert Dalam skala likert, item sikap ada bersifat favorable (baik/positif/tidak mendukung) terhadap masalah yang

16

tidak diteliti, sebaiknya ada pula yang bersifat unfaorable (tidak baik/negatif) terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item yang positif maupun yang negatif sebaiknya harus seimbang atau sama ( Machfoedz,2008). Beberapa

bentuk

jawaban

pertanyaan

atau

pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut : 1) Alternatif

penilaian

terhadap

item

yang

positif

terhadap masalah penelitian : Sangat setuju

:4

Setuju

:3

Tidak setuju

:2

Sangat tidak stuju: 1 2) Altrnatif pnilaian terhadap item yang negatif terhadap masalah penelitian : Sangat setuhu

:1

Setuju

:2

Tidak setuju

:3

Sangat tidak setuju

: 4 (Hidayat,2007).

Corak khas dari skala likret ialah makin tinggi skor yang diperoleh seseorang, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap ojek sikap, demikian sebaliknya.

17

B. Tinjauan Umum tentang pola makan 1. Defenisi Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan, dan jenis makan yang berdasarkan faktor- faktor sosial, budaya dimana mereka hidup (Hudha, 2010). Menurut Koesmardini (2006) pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan memakan makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Sehingga kajian yang mempengaruhi pola makan dapat meliputi kegiatan dalam memilih pangan, cara memperoleh, menyimpan dan beberapa yang dimakan dan sebagainya. Pola yang dianut oleh remaja dimiliki melalui proses belajar yang menghasilkan kebiasaan makan yang terjadi sejak dini sampai dewasa dan akan berlangsung selama hidupnya, hingga kebiasaan makan dan susunan hidangan masih bertahan sampai ada pengaruh yang dapat mengubahnya. Usia remaja merupakan peralihan pola masa anak, namun pada usia remaja telah mendapatkan berbagai pengarahan dan bimbingan orang tua tentang makanan yang harus dikonsumsi guna pemenuhan kebutuhan yang mulai banyak aktifitasnya baik di sekolah maupun dirumah. Pola makan remaja yang perlu dicermati adalah tentang frekuensi makan, jenis makan dan porsi makan (Hudha, 2008). Pola Makan terdiri dari : 1) Frekuensi makan

18

Frekuensi makan merupakan seringnya seseorng melakukan kegiatan

makan dalam sehari baik makanan utama maupun

makanan selingan. Menurut Suhardjo (2006) dalam Hudha (2006) frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi makan setiap harinya 2 kali makan utama atau kurang. Pada umumnya setiap orang melakukan makanan utama 3 kali yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore. Ketiga waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi, sebab dapat membekali tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan protein berguna

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan

remaja.

Berdasarkan penelitian pereira dari University of minnesota school of public health menyatakan bahwa orang yang makan pagi dapat mengendalikan nafsu makan mereka lebih sepanjang hari itu. Itu juga dapat mencegah mereka makan secara berlebihan saat makan siang atau makan malam. Makan siang diperlukan setiap orang maupun remaja, karena merasa sejak pagi merasa lelah akibat melakukan aktivitas. Di samping makanan utama yang dilakukan 3 kali biasanya dalam sehari makanan selingan dilakukan sekali atau dua kali diantara waktu makan guna menanggulangi rasa lapar, sebab jarak waktu makan yang lama. Pola makan yang tidak normal dapat diidentifikasi kembali menjadi 2, yakni Majalahnh (2013) : a) Makan dalam jumlah sangat banyak (binge eating disorder)

19

mirip dengan bulimia nervosa di mana orang makan dalam jumlah sangat banyak, tetapi tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Akibatnya di dalam tubuh terjadi penumpukan kalori. b) Makan di malam hari (night-eating syindrome) kurang nafsu makan di pagi hari digantikan dengan makan berlebihan, agitasi dan isomnia di malam harinya. 2) Jenis makanan Jenis makanan yang dikonsumsi remaja dapat dikelompokan menjadi dua yaitu makanan utama dan makanan selingan. Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan minuman. Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan pokok berfungsi sebagai sumber energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa kenyang

(Sediaoetama,

2004).

Makanan

pokok

yang

biasa

dikonsumsi yaitu nasi, roti, dan mie atau bihun. 3) Porsi makan Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi) makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja menurut Sediaoetama (2008) dalam Hudha (2009). Jumlah (porsi) standar bagi remaja antara lain : makanan pokok berupa nasi, roti tawar, dan mie instant. Jumlah atau porsi makanan pokok antara lain : nasi 100

20

gram, roti tawar 50 gram, mie instant untuk ukuran besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram. Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lauk hewani, jumlah atau porsi makanan antara lain : daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram (dua potong), tahu 100 gram (dua potong). Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran antara lain : sayur 100 gram. Buah merupakan suatu hidangan yang disajikan setelah makanan utama berfungsi sebagai pencuci mulut. Jumlah porsi buah ukuran 100 gram, ukuran potongan 75 gram. Dalam menyusun menu seimbang diperlukan pengetahuan bahan makanan, karena nilai gizi setiap bahan makanan tiap kelompok tidak sama (Sulistyoningsih, 2010) sebagai berikut: a) Golongan makanan pokok Jenis padi-padian merupakan bahan makanan pokok yang memiliki kadar protein lebih tinggi dari umbi-umbian. Jika bahan makanan pokok yang digunakan berasal dari umbi-umbian maka harus disertai lauk dalam jumlah yang lebih besar. Porsi makanan pokok yang dianjurkan dalam sehari untuk remaja adalah sebanyak 300-500 gram beras atau sebanyak 3-5 piring nasi dalam sehari. b) Golongan protein Lauk sebaiknya terdiri dari campuran hewani dan nabati. Lauk hewani memiliki nilai biologi yang tinggi dibandingkan nabati. Porsi lauk yang dianjurkan untuk remaja dalam sehari adalah

21

sebanyak 100 gram atau dua potong ikan daging atau ayam, sedangkan porsi nabati dalam sehari sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe. Tempe dapat diganti dengan tahu atau kacang-kacangan kering. c) Golongan sayuran-sayuran Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayuran daun berwarna hijau dan orange mengandung lebih banyak provitamin A, selain itu sayuran berwarna hijau juga kaya kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin C. semakin hijau warna sayuran, semakin banyak mengandung gizi. Setiap hari dianjurkan mengkonsumsi sayuran yang terdiri dari sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur dianjurkan juga untuk remaja dalam sehari 150-200 gram atau sebanyak 1,5-2 mangkok dalam keadaan matang. d) Golongan buah-buahan Buah berwarna kuning banyak mengandung provitamin A, sedangkan buah yang kecut pada umumnya kaya vitamin C. porsi buah yang dianjurkan untuk remaja dalam sehari adalah 23 potong, dapat berupa papaya atau buah-buahan lain. e) Lain-lain Menu yang disusun biasanya mengandung gula dan minyak, sebagai penyedap dan pemberi rasa gurih. Penggunaan gula biasanya sebanyak 25-35 gram/hari (2 ½ - 3 ½ sendok makan),

22

sedangkan minyak sebanyak 25-50 gram/hari (2 ½ - 5 sendok makan). Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan

akan makan yang meliputi

sikap, kepercayaan dan pilihan makanan (Suhardjo, 2009). Sedangkan pola makan menurut (soegeng, 2008), Pola makan diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

sebagai

reaksi

terhadap

pengaruh-pengaruh

fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk sutu kelompok masyarakat tertentu. Pendapat dari berbagai sumber dapat diartikan secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atas sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam mengkonsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan

makan

seseorang.

Secara

umum

faktor

yang

mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi,

23

sosial budaya, agama, pendidikan dan lingkungan, umur dan jenis kelamin (Sediaotama, 2008). 1) Faktor ekonomi Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan

harga.

Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya

penurunan

pendapatan

akan

menyebabkan

menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat pengaruh promosi melalui iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-hari. Sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan terhadap pertimbangan selera

dibandingkan

aspek

gizi.

Kecendrungan

untuk

mengkonsumsi makanan impor, terutama jenis siap santap ( fast food ), seperti ayam goreng, pizza, hamburger, dan lain-lain, telah meningkat tajam terutama dikalangan generasi muda dan kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas. 2) Faktor sosial budaya Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor budaya/kepercayaan. Pantangan

24

yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung perlambang atau nasehat yang dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan/adat. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi seseorang dalam memilih

dan

mengolah

pangan

yang

akan

dikonsumsi.

Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan. Budaya

mempengaruhi seseorang dalam

menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajian serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana

pangan

tersebut

dikonsumsi.

Kebudayaan

juga

menentukan kapan seseorang boleh dan tidak boleh mengonsumsi suatu makanan (dikenal dengan istilah tabu), meskipun tidak semua hal yang tabu masuk akal dan baik dari sisi kesehatan. tidak sedikit hal yang ditabukan merupakan hal yang baik jika ditinjau dari kesehatan, salah satu contohnya adalah anak balita tabu mengonsumsi ikan laut karena dikhawatirkan akan menyebabkan cacingan. Padahal dari sisi kesehatan berlaku

sebaliknya,

mengkonsumsi ikan sangat baik bagi balita karena memiliki kandungan protein yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Terdapat 3 kelompok anggota masyarakat yang biasanya memiliki pantangan makanan tertentu yaitu balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. 3) Uisa

25

4) Jenis kelamin Jenis kelamin adalah karakteristik remaja yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan Kebutuhan zat tenaga dan protein daripada wanita, karena secara kodrat pria diciptakan untuk tampil lebih aktif dan lebih kuat dari pada wanita (Baliwati, 2008). Kebutuhan energi pada remaja laki-laki sangat tinggi dibanding remaja perempuan. Remaja laki-laki kemungkinan mengkonsumsi jumlah yang cukup untuk hampir semua zat gizi, walaupun pilihan makanannya bukanlah yang terbaik. Remaja perempuan kesulitan lebih banyak untuk mendapatkan vitamin dan mineral yang cukup dalam selang kalori yang dibutuhkan (Moore, 2010). 3. Cara pengelolaan makanan Dalam menu indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan cara sebagai berikut : 1) Merebus (boiling) adalah mematangkan makanan dengan cara merebus suatu cairan bisa berupa air saja atau air kaldu dalam panci sampai mencapai titik didih (1000C). 2) Memasak (braising) adalah cara memasak makanan dengan menggunakan sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan tehnik ini adalah daging. 3) Mengukus (steaming)

26

adalah proses mematangkan makanan dalam uap air. 4) Bumbu-bumbuan (simmering) hampir sama dengan mengukus tapi setelah dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.

C. Tinjauan Umum gastritis 1. Defenisi Gastritis

merupakan

suatu

keadaan

peradangan

atau

perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifatakut dan kronik (Price dan Wilson,2006) dalam (amin huda nuraif dkk, 2015) . Faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung yaitu produksi mukus yang terlalu sedikit dan terlalu banyak asam yang diproduksi atau dikirimkan ke saluran cerna. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya, sehingga kadar mukus akan menurun dan kadar HCl yang dihasilkan oleh sel parietal akan meningkat yang menyebabkan terjadinya gastritis ) (Mansjoer, Arif, 2011) Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet. Misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi penyebab yang lain termasuk alcohol, aspirin, refluk empedu atau therapy radiasi. (Brunner & Suddarth, 2012).

27

2. Klasifikasi Gastritis a. Gastritis Akut Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Gastritis akut suatu penyakit yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna (Suratum, 2010). Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan.Penyebab terberat dari gastritis akut adalahmakanan yang bersifat asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat obstruksi pylorus (Brunner, 2006). Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Suyono, 2006). 1) Gastritis Akut Erosif Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di

28

klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak

diketahui.Perjalanan

walaupun

demikian

penyakit

kadang-kadang

ini

biasanya

dapat

ringan,

menyebabkan

kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami pendarahan

sering

diagnosisnya

tidak

tercapai.Untuk

menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung (Suyono, 2006).Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan toksik atau korosif dengan etiologi yang dilakukan pada bahan kimia dan bahan korosif antara lain HCL, H2SO4, HNO3, Alkali, NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat ditemukan antara lain mulut, lidah nampak edema, dyspagia dan nyeri epigastrium, juga ditemukan

tanda

yaitu

mual,

muntah,

hipersalivasi,

hiperhidrosis dan diare sampai dehidrasi. Penatalaksanaan secara umum perhatiakan tanda-tanda vital, respirasi, turgor dan produksi urine serta tentukan jenis racun untuk mencari anekdote (Misnadiarly, 2009). 2) Gastritis Akut Hemoragik Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik. Pertama diperkirakan karena minum alkohol atau obat lain yang

29

menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis yang dialami pasien di Rumah Sakit, stress gastritis dialami pasien yang mengalami trauma berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat lainnya (Suyono, 2006). b. Gastritis Kronis Gastritis

Kronik

merupakanperadangan

bagian

mukosa

lambung yang menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma lambung tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum diketahui. Penyakit gastritis kronik

menimpa

kepada

orang

yang

mempunyai

penyakit

gastritisyang tidak disembuhkan Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak disembuhkan, maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan. Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat ringan pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan

30

dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal.(Suratum,2010) Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu: tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibody terhadap sel parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik kronik. Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus atau korpus dan tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat helicobacter pylory terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa

sampai

muskularis,

sehingga

sering

menyebabkan

perdarahan dan erosi (Suratum, 2010).Klasifikasi histologi yang sering digunakan pada gastritis kronik yaitu: 1) Gastritis Kronik Superficial Gastritis kronik superfisial suatu inflamasi yang kronis pada permukaan mukosa lambung. Pada pemeriksaan hispatologis terlihat gambaran adanya penebalan mukosa sehingga terjadi perubahan yang timbul yaitu infiltrasi limfosit dan sel plasma dilamina propia juga ditemukan leukosit nukleir polimorf dilamina profia.Gastritis kronik superfisialis ini merupakan permulaan terjadinya gastritis kronik. Seseorang diketahui menderita gastritis superficial setelah diketahui melalui PA antara lain: hiperemia,eksudasi, edema, penebalanmukosa, sel-sel limfosit, eosinofil dan sel plasma. Pemeriksaan klinis tidak jelas tetapi

31

pasien mengalami mual, muntah, pain-foof-pain dan nafsu makan berkurang. Pasien gastritis superficial disarankan untuk istirahat total, mengkonsumsi makanan lunak dan simptomatis (Misnadiarly, 2009). 2) Gastritis kronik atrofik. Gastritik kronik atrofik yaitu sel-sel radang kronik yang menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa

lebih

nyata.

Gastritis

atrofik

dianggap

sebagai

kelanjutan gastritis kronik superfisialis.Seseorang menderita atropi gastritis setelah menjalani PA dan diketahui, antara lain: mukosa tipis, muskularis atropi,kelanjar-kelenjar menurun dan adanya sel-sel limfosit.Pemeriksaan klinis, penderita mengalami epigastrik diskomfort, dyspepsia, lambung rasanya penuh, nafsu makan menurun, mual, muntah, anemia peniciosa, defisiensi Fe dan pellagra. Pengobatan yang harus dijalani adalah istirahat total, mengkonsumsi makan lunak dan mengkonsumsi vitamin B12, Fe, dan liver ekstrak (Misnadiarly, 2009). Menurut Misnadiarly (2009) gastritis diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk yaitu: (a) Gastritis gastropati dengan keluhan umum nyeri pada ulu hati, mual, muntah dan diare. Penyebabnya obat-obatan seperti aspirin, alkohol, trauma pada lambung seperti pengobatan dengan laser, kelainan pembuluh darah pada lambung dan luka akibat operasi.

32

(b) Gastritis spesifik yaitu nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Penyebabnya karena infeksi bakteri, virus, jamur, parasit, nematoda dan adanya penyakit pada saluran pencernaan. Bila disebabkan oleh toksin biasanya disertai dengan diare, nyeri perut, badan menjadi panas, menggigil, dan kejang otot. 3. Etiologi Menurut Brunner & Suddarth (2002) Penyebab timbulnya gastritis diantaranya : 1) Komunikasi obat-obatan kimia digitalis (Asetamenofen/Aspirin, steroid kortikosteroid). Asetamenofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung. NSAIDS (Non Steroid Anti

Inflamasi

Drugs)

sintesisprostaglandin, menyebabkan

dan

sehingga

suasana

kortikosteroid sekresi

HCL

menghambat meningkat

lambung menjadi sangat

asam

dan dan

menimbulkan iritasi mukosa lambung. 2) Konsumsi alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung 3) Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka dan lada) dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema serta pendarahan. 4) Kondisi stres atau tertekan (trauma, luka bakar, kemoterapi, dan kerusakan susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCL lambung. 5) Infeksi oleh bakteri, seperti Salmonella dan lain-lain.

Helicobakter pylori, Esobericia Coli,

33

6) Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi paru, perlu dicurigai turut mempengaruhi penularan kuman di komunitas, karena antibiotik tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter pylori, walaupun persentase keberhasilannya sangat rendah. 7) Jamur dari spesies Candida, seperti Histoplasma capsulaptum dapat menginfeksi

mukosa

gaster

hanya

pada

pasien

immunocompromezad. Pada pasien yang sisitem imunya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. 4. Patofisiologi Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan

merusak

mukosa.

Kehadiran

HCl

di

menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi

mukosa

lambung

pepsin. Pepsin

merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan peningkatan pemeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ekstrasel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya. Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terusmenerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa

34

lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Suratum, 2010). 5. Manifestasi klinis atau Tanda dan Gejala Gastritis a.

Tanda dan gejala Gastritis Akut Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastritis adalah keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, kembung, sering platus, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut, rasa panas seperti terbakar dan sering sendawa ( Puspadewi, 2012).

b.

Tanda dan Gejala Gastritis Kronis 1) Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium 2) Mausea sampai muntah empedu 3) Dyspepsia 4) Anorreksia 5) Berat badan menurun 6) Keluhan yang berhubungan dengan anemia

6. Faktor – faktor resiko gastritis Faktor Resiko a.

Pola makan Menurut Potter (2008), terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.

35

b.

Frekuensi Makan Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika ratarata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011). Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong,

atau ditunda

pengisiannya,

asam

lambung akan

mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri .Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi

semakin

banyak

dan

berlebih

sehingga

dapat

mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium.Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat

lambung

sulit

untuk

beradaptasi.

Jika

hal

itu

berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat

36

menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.(Okviani, 2011) c.

Jenis Makanan Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Sitorus, 2009).

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis.Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah,

daging

mentah,

kari,

dan

makanan

yang

banyak

mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus selebih-nya.Akibatnya, isi lambung dan asam lambung

37

tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi (Smelter, 2008). d.

Porsi Makan Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan.Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh (Santoso, 2008). Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung.(Santoso, 2008).

e.

Terlambat makan Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glokosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang produksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri diskitar epigastrium (Sediaoetama, 2009).

f.

Kafein

38

-

Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang lambung

untuk

memproduksi

asam

lambung

sehingga

menciptakan lingkungan yang lebih asal dan dapat mengiritasi lambung. Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang yang sering minum kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan lambung). Beberapa orang yang memilliki gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar kondisinya tidak bertambah parah (Warianto, 2011). -

Teh Hasil penelitian Hiromi Shinya. MD, dalam buku “The Miracle of Enzyme”(2010) menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas secara teratur, sering menderita penyakit yang disebut gastritis. Sebagai

contoh

Teh

Hijau,

yang

mengandung

banyak

antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan

berjenis

polifenol

yang

mencegah

atau

menetralisasi efek radikal bebas yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut tannin. Tannin inilah yang menyebabkan beberapa buah dan

tumbuh-tumbuhan

memiliki

rasa

sepat

dan

mudah

39

teroksidasi.Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa (selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran mukosa akan mengikat lebih kuat

dan

menjadi

menyebabkan

kurang

peningkatan

permeabel. proteksi

Proses mukosa

tersebut terhadap

mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan

efek

tersebut

berlebih

sehingga

dapat

mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus.Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat dengan mudah berubah menjadi asam tanat.Asam tanat ini juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung. Asam tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga selsel

mukosa

lambung

menjadi

atrofi.

Hal

inilah

yang

menyebabkan orang tersebut menderita berbagai masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah pada keganasan lambung. g.

Rokok Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah.Dalam sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol, perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid, arsen, benzopyrene,

urethane,

coumarine,

ortocresol,

nitrosamin,

40

nikotin, tar, dan lain-lain. Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansi racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap kesehatan (Yanti, 2008). Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung, menghambat sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan cairan lambung, dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam lambung meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin. Selain itu, rokok

juga

mempengaruhi

kemampuan

cimetidine

(obat

penghambat asam lambung) dan obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari, dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam proses timbulnya peradangan pada mukosa lambung. Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat dan aliran

darah

di mukosa), memperburuk peradangan, dan

berkaitan erat dengan komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori.Merokok juga dapat menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko kekambuhan tukak peptic.Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung (gastritis) sampai tukak lambung (Dermawan, 2010). h.

Stress

41

Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap

situasi

yang

menakutkan,

mengejutkan,

membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi

lain

menyebutkan

bahwa

stress

merupakan

ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Potter, 2008). i.

Alkohol Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida.Kemampuannya melarutkan

lipida

yang

memungkinkannya

cepat

terdapat masuk

dalam ke

dalam

membran

sel

sel-sel

dan

menghancurkan struktur sel tersebut.Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun.Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol. Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga

kerusakan

lambung.Dalam

jumlah

sedikit,

alkohol

merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum.(Potter, 2008). j.

Pemakaian Obat Anti Iflamasi Nonsteroid

42

Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam mefenamat, aspilets dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan produksi asam lambung yang berlebihan sehingga mengiritasi asam lambung karena terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu obat ini juga dapat mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa karena dapat bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat menambah derajat keasaman pada lambung (Sukarmin, 2012). k.

Usia Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi

tipis

sehingga

lebih

cenderung

memiliki

infeksi

Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda. Sebaliknya,jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat. Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum meningkat sesuai dengan peningkatan usia. l.

Infeksi Helicobacter pylori Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian

43

dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. (Ashom, M ,2006) Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman

yang

terkontaminasi

oleh

bakteri

ini.

Infeksi

Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan penyebab tersering terjadinya gastritis . 7. Komplikasi Pendarahan, Syok, Perforasi, Radang selaput perut, Kanker lambung (World Health,2010). Ada pun menurut klasifikasinya komplikai gastritis dapat di bedakan sebagai berikut : -

Gastritis Akut Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan melena, yang berakhir dengan shock hemoragik. Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus, namun jarang terjadi perforasi.

-

Gastritis Kronis Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronis adalah gangguan

penyerapan

vitamin

B12.

Akibat

kurangnya

44

penyerapan vitamin B12 ini, menyebabkah timbulnya anemia pernesiosa, gangguan penyerapan zat besi, dan penyempitan daerah pilorus (pelepasan dari lambung ke usus dua belas jari). 8. Penatalaksaan medis/ Pengobatan Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-bahan yang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit gastritis dengan baik. Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat konsumsi alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut. Gastritis kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapat diobati dengan terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1 macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump inhibitor). Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) : a. Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.

Antasida menetralkan asam lambung sehingga cepat

mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.

45

b. Penghambat asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin, atau famotidin. c. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja mengurangi asam lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel penghasil asam. Jenis obat yang tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole, lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H. pylori, biasanya digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton, dikombinasikan dengan antibiotika. Selain itu, Adapun pengobatan gastrtis yaitu dengan cara diet Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Perlu diketahui bahwa

kedua unsur ini

mempunyai hubungan

yang erat.

Pemberian diet untuk penderita gastritis antara lain bertujuan untuk (Sediaoetama, 2004) : 1) Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung. 2) Menghilangkan gejala penyakit. 3) Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung. 4) Mempertahankan keseimbangan cairan. 5) Mengurangi gerakan peristaltik lambung. 6) Memperbaiki kebiasaan makan pagi.

46

Adapun petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis antara lain : 1)

Syarat diet penyakit gastritis Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Jumlah energi pun harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Sebaliknya, asupan protein harus cukup tinggi (20-25% dari total jumlah energi yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein ini berperan dalam menetralisir asam lambung, bila dipaksa menggunakan lemak, pilih jenis lemak yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan secara teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak di ulu

hati dan

muntah

karena

tekanan

dalam

lambung

meningkat. Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering, hindari makan secara berlebihan. Demikian pula jumlah vitamin dan mineral yang diberikan pun harus dalam jumlah cukup. Akan tetapi, karena keterbatasan bahan makanan sumber vitamin dan mineral, biasanya pasien diberikan vitamin dan mineral dan bentuk obat. 2)

Kebutuhan zat gizi

47

Jumlah energi yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan berat badan, umur, jenis kelamin, aktivitas dan jenis penyakit. Kebutuhan energi bagi pasien gangguan saluran pencernaan berdasarkan kelompok umur. 3)

Jenis dan bentuk makanan Pada penderita gastritis sebaiknya menghindari makanan yang bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas, maupun banyak mengandung bumbu dan rempah. Selain itu, penderita juga harus menghindari alkohol, kopi, dan minuman ringan. Dan perlu juga memperhatikan tehnik memasaknya, direbus, dikukus dan dipanggang adalah tehnik memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurka.

9. Pencegahan gastritis Secara umum pencegahan gastritis sebagai berikut : 1. Makan yang teratur 2. Makan dalam porsi kecil dan sering 3. Hindari minum berkafein terlalu banyak 4. Menghindari minuman beralkohol 5. Mengunyak 32 kali

48

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Pikir Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap stimulus atau objek ( masalah kesehatan, termasuk penyakit).sikap yang terdapat pada individu akan memberikan warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Salah satunya pemenuhan pola makan. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan

akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan

makanan (Suhardjo, 2009). Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan pada saluran pencernaan yang paling sering terjadi. , pasien gastritis yang datang ke unit pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit mengalami peningkatan sebesar 13,8% (Dinkes Gowa, 2011). Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka konsep pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

49

Sikap Pemenuhan Pola Makan : -

Frekuenisi makan Jenis makan Porsi makan

Pencegahan Gastritis

Keterangan : : Variabel independen : Variabel dependen : Garis penghubung antar variabel B. Devinisi Operasional 1. Variable Independen : sikap pemenuhan pola makan Pola makan adalah gambaran Porsi atau jumlah yang merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan Kriteria objektif : a. Frekuensi makan -

baik

-

kurang

b. jenis makan -

baik

-

kurang

c. Porsi makan -

Baik

50

-

Kurang

2. Variabel Dependen : Resiko kejadian gastritis Reaiko Kejadian gastritis adalah gangguan asam lambung, yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Kriteria objektif : a. Resiko gastritis : Jika responden menjawab kurang pada lembar quesioner . b. Tidak beresiko: Jika responden menjawab baik pada lembar quesioner C. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh sikap pemenuhan pola makan terhadap pencegahan gastritis.

51

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitia Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain analityc dengan pendekatan cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan resiko terjadinya gastritis. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa/i reguler S1 keperawatan STIK FAMIKA Makassar 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i reguler S1 keperawatan STIK FAMIKA Makassar. Dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan, dengan criteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi : 1) Bersedia menjadi responden 2) Berada di tempat saat penelitian b. Kriteria Eksklusi 1) Tidak bersedia menjadi responden 2) Tidak berada ditempat saat penelitian C. Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan

52

dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner untuk variabel independen dan dependen dengan menggunakan pertanyaan terbuka.. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di STIK FAMIKA Makassar. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan april – mei 2018. 3. Prosedur Pengumpulan Data a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh dari kuesioner yang di bagikan kepada responden yang berisi pertanyaan tentang pola makan dengan resiko terjadinya gastritis. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data yang dibutuhkan, data sekunder adalah data penunjang penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber untuk membantu menyimpulkan hasil penelitian yang penulis lakukan.. 4. Tekhnik pengolahan data Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian akan di olah melalui prosedur pengolahan data secara manual dengan melakukan : a. Editing Pengecekan , pengkoreksian data untuk melengkapi data yang masih kurang atau kurang lengkap b. Koding Pengkodean lembar kuesioner dan observasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah pemberian kode yang di sediakan pada lembar kuesioner dan obsevasi sesuai dengan respon klien. c. Tabulating

53

Setelah pemberian kode , selanjutnya dengan pengolahan data ke dalam tabel yang sudah disiapkan. d. Entry Yaitu proses untuk memindahkan isi data atau memproses isi data dengan memasukkan data atau entry data kuesioner ke dalam computer dengan menggunakan program statistik computer. 5. Analisa Data Univariat dan Bivariat a. Analisa univariat Analisa univariat ini dilakukan terhadap tiap variabel dalam hasil pengumpulan data untuk distribusi dan persentase dari setiap variabel yang diteliti . b. Analisa bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji statistic dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dengan menggunakan rumus chi-square yaitu: 𝑥2 = ∑

(𝑂−𝐸)2 𝐸

Keterangan : 𝑥 2 = chi-square O= Nilai observasi E= Nilai yang diharapkan ∑= Jumlah data D. Etika Penelitian Etika penelitian bertujan untuk melindungi hak-hak subjek antara lain menjamin kerahasiaan identitas , hak privasi dan martabat responden. Penelitian menekankan masalah etika yang meliputi :

54

1. Informed counsent (lembar persetujuan ) Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hak-hak responden. 2. Anonymity (Tanpa Nama) Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembaran tersebut di berikan kode. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

55

DAFTAR PUSTAKA Sikap A Wawan. Dewi M. (2009). Teori pengukuran pengetahuan, sikap, Dan Perilaku Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta. Agus Riyanto, Budiman (2013). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan Dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta Wawan, A.Dewi (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yokyakarta : Nuha medika polamakan Kamis 19. www.Blogsopt.com/2011/defenisi-pola-makan-dan-hidup-sehat.html

Related Documents

Proposal Ini Punya Ika.docx
November 2019 14
Ini
April 2020 39
Ini
October 2019 65
Wan Punya
October 2019 38
Punya Yanti.docx
June 2020 24

More Documents from "iyaudahbiarin aja"