Proposal Iktiologi Kelompok 4.docx

  • Uploaded by: Cahaya Matahari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Iktiologi Kelompok 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,728
  • Pages: 19
Laporan iktiologi

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI PERAIRAN DANAU LIMBOTO, DESA TABUMELA, KECAMATAN TILANGO, KABUPATEN GORONTALO, GORONTALO Oleh

Kelompok 4 SULKIFLI FERANATASYAH NURAIN TAMBIPI

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO T/A 2018 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki perairan

yang sangat luas, salah satunya yaitu perairan air tawar. Sumberdaya perairan tawar di Indonesia meliputi perairan umum (sungai, waduk dan rawa) dengan luas 141.690 hektar (Cahyono, 2000). Habitat air tawar dapat dibedakan atas dua golongan yaitu perairan menggenang atau lentik, misalnya: danau, kolam dan rawa, dan perairan mengalir atau habitat lotik, misalnya mata air dan sungai (Omar, 2012). Danau merupakan sumberdaya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi sangat besar serta dapat dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan (Irianto, 2011). Kementerian Lingkungan Hidup (2011), melaporkan bahwa Indonesia sendiri memiliki 107 buah danau dan waduk yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores dan Papua. Danau Limboto terletak di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut (dpl), dan dikelilingi oleh pegunungan kapur yang gundul, berjarak sekitar 20 km dari pantai (Krismono dkk 2008). Danau Limboto adalah salah satu aset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pangan dan objek wisata. Danau Limboto banyak dimanfaatkan oleh nelayan setempat untuk kegiatan perikanan baik kegiatan perikanan tangkap maupun budidaya. Areal Danau Limboto berada pada dua wilayah yaitu ± 30 %, wilayah Kota Gorontalo, dan ± 70 %, di wilayah Kabupaten Gorontalo dan menjangkau 5 kecamatan (Badan Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo, 2009). Menurut Badan Lingkungan Hidup provinsi Gorontalo (2009), pada tahun 1932 rata- rata kedalaman Danau Limboto sekitar 30 m dengan luas 7000 Ha, dan pada tahun 1961 rata-rata kedalaman Danau Limboto berkurang menjadi 10 meter dan luas menjadi 4.250 Ha. Sedangkan tahun 1990 - 2004 kedalaman Danau

2

3

Limboto rata-rata tinggal 2,5 meter dengan luas 3.000 Ha. Pendangkalan Danau Limboto terutama diakibatkan oleh adanya aktivitas masyarakat sekitar danau yang memanfaatkan Danau Limbito sebagai tempat pemukiman, selain itu erosi dan sedimentasi akibat usaha-usaha pertanian yang tidak mengindahkan konservasi tanah dan kegiatan pembukaan hutan (illegal logging) di daerah hulu sungai (tangkapan air) terutama pada DAS Limboto. Akibat dari pendangkalan Danau Limboto sebagian besar spesies ikan yang awalnya melimpah menjadi semakin berkurang sehingga sangat sulit untuk di temui lagi oleh masyarakat sekitar danau. Penelitian mengenai struktur komunitas dari danau limboto telah di teliti oleh Haryono pada tahun 2004 dan Hermanto, dkk (2013) yang mencakut seluruh bagian dari danau Limboto. Namun berbeda dengan kedua peneliti tersebut, peneliti akan mengukur keragaman dari ikan-ikan yang ada di danau Limboto pada beberapa tipe vegetasi yang berbeda. Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga peneliti mengangkat judul “Keanekaragaman Jenis Ikan di Perairan Danau Limboto, Provinsi Gorontalo” 1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, sehingga yang menjadi rumusan masalah penelitian ini, yaitu bagaimana keanekaragaman jenis ikan yang berada di periran danau Limboto?

1.3

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu mengetahui keanekaragaman jenis ikan yang berada di perairan Danau Limboto.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati adalah sebuah istilah yang mencakup semua bentuk kehidupan yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi. Dengan adanya arus globalisasi dan efesisensi menuntut suatu keseragaman dalam berbagai bidang. Saat ini keragaman dianggap sebagai in-efisien dan modern. Hal yang samapun terjadi pada keragaman hayati atau sering diistilahkan sebagai keanekaragaman hayati. Saat ini proses penyeragaman sudah terjadi pada semua aspek, sehingga terjadi penekanan pada perkembangan keragaman genetik (Endarwati, 2005 dalam Sutoyo, 2010). Adapun menurut Purvis dan Hector (2000) dalam Kusmana

(2015),

menyatakan bahwa Keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan dasar dari munculnya beragam jasa ekosistem (ecosystem services), baik dalam bentuk barang/produk maupun dalam bentuk jasa lingkungan yang sangat diperlukan oleh perikehidupan makhluk hidup, khususnya manusia. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan di berbagai sektor yang cukup pesat beberapa dekade terakhir ini, banyak ekosistem alam penyedia berbagai jasa lingkungan dan produk tersebut di atas mengalami kerusakan karena berbagai faktor. 2.2 Keanekaragamn Hayati Tingkat Jenis Keanekaragaman tingkat jenis adalah perbedaan-perbedaan pada berbagai species makhluk hidup di suatu tempat. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba. misalnya : Variasi dalam satu famili antara kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu famili (famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat (Yudianto, 2012). Variasi pada keanekaragaman tingkat gen adalah bukan disebabkan oleh keanekaragaman gen, melainkan perbedaan pengaruh interaksi antar gena-gena

4

5

pada genotip dengan lingkungan yang berbeda. Tetapi keanekaragaman tingkat jenis merupakan variasi yang terjadi pada tingkat individu sebagai akibat pengaruh keanekaragaman gen-gen yang membentuk genotip individu-individu itu. Keanekaragaman tingkat jenis, contohnya variasi pada jenis kelapa (Cocos nucifera), yaitu ada kelapa gading, kelapa kopyor, dan kelapa hijau adalah berbeda varietasnya, tetapi sama jenisnya. Individu yang satu dengan individu yang lainnya memiliki persamaan dan perbedaan. Makin banyak persamaannya atau makin sedikit perbedaannya, makin dekat kekerabatannya, dan sebaliknya (Yudianto, 2012). 2.3 Danau Limboto Danau Limboto terletak di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut (dpl), dan dikelilingi oleh pegunungan kapur yang gundul, berjarak sekitar 20 km dari pantai (Krismono dkk 2008 dalam Hermanto, dkk 2013). Danau Limboto adalah salah satu aset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pangan dan objek wisata. Danau Limboto banyak dimanfaatkan oleh nelayan setempat untuk kegiatan perikanan baik kegiatan perikanan tangkap maupun budidaya (Hermanto, dkk 2013). 2.4 Keanekaragaman Ikan yang Ada Di Danau Limboto Danau Limboto adalah salah satu aset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pangan dan objek wisata. Danau Limboto banyak dimanfaatkan oleh nelayan setempat untuk kegiatan perikanan baik kegiatan perikanan tangkap maupun budidaya (Hermanto, 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Perairan Danau Limboto di bagian wilayah Perairan Desa Pentadio Barat, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, secara keseluruhan jumlah ikan yang ditemukan di 5 stasiun pengamatan sebanyak 237 individu yang terdiri dari 9 spesies dari 6 famili, yaitu 2 spesies dari famili Chiclidae, 2 spesies dari family Anabantidae, 2 spesies dari famili Eleotridae, dan masing-masing 1 spesies dari family

Cyprinidae, Gobidae, dan famili Ophiocephalidae. Untuk lebih jelasnya dapat diihat pada Tabel 1 Berikut (Hermanto, dkk 2013).

Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa jenis ikan yang paling banyak ditemukan pada setiap lokasi pengamatan adalah jenis ikan dari family Chichlidae spesies Oreochromis niloticus dan Oreochromis mossambicus dengan jumlah individu yang relatif banyak, dan yang paling sedikit ditemukan adalah spesies Trichogaster pectoralis, Spesies Oxyeleotris marmorata bahkan spesies endemik Glossogobius giuris (Hermanto, dkk 2013). Adanya dominasi

ikan dari spesies

Oreochromis

niloticus

dan

Oreochromis mossambicus pada perairan ini dikarenakan jenis ikan ini hidup secara bergerombol, dan merupakan jenis ikan yang tergolong dalam divisi sekunder, yang menandakan bahwa jenis ikan ini sangat toleran terhadap salinitas perairan, dimana dijelaskan oleh Myers (1938) dan Darlington (1975) dalam Haryono (2004), bahwa jenis ikan yang tergolong dalam divisi sekunder agak toleran terhadap air asin (Hermanto, dkk 2013) Hal lain yang membuat jenis ikan ini mendominasi perairan dikarenakan jenis ikan ini merupakan jenis ikan introduksi, dimana proses introduksi tersebut sudah berlangsung sejak lama baik sengaja maupun tidak sengaja, sebagaimana menurut Whitten et al.,(1987) dalam Haryono (2004), sejak tahun 1942 jenis ikan dari famili Cichlidae, baik spesies Oreochromis nilotoica dan Oreochromis mossambica ini menghuni perairan Danau Limboto (Hermanto, dkk 2013). 2.5 Faktor-faktor lingkungan yang Mempengaruhi Ikan

7

Sebagaimana

kehidupan

biota

lainnya,

penyebaran

jenis

dan

populasikomunitas bentos ditentukan oleh sifat fisik dan kimia dan perairan. Sifatsifat fisika dan kimia air berpengaruh langsungmaupun tidak langsung bagi kehidupan ikan. Perubahan kondisi fisika-kimiasuatu perairan dapat menimbulkan akibat yang merugikan terhadap populasiikan yang hidup di ekosistem perairan. 2.5.1

Suhu Air

Suhu air merupakan faktor lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh faktorlingkungan lainnya seperti arus. Perubahan suhu air merupakan indikator yangpenting untuk menunjukkan perubahan kondisi ekologi. Perubahan suhu akanberpengaruh terhadap ikan sebagai dorongan syaraf, perubahan

proses

metabolisme,perubahan

aktivitas

tubuhnya.

Suhu

lingkungan mempunyai efek tertentu pada sifatmeristik ikan, seperti jumlah tulang punggung dan sirip ikan bertambah sebagai akibatsuhu turun. Suhu rendah memungkinkan ikan akan lolos dari alat penangkapan danjuga kecakapan

ikan

dalam

menangkap

mangsa

yang

bergerak.

Suhu

jugamenyebabkan perbedaan distribusi regional dari ikan muda dengan dewasa, karenamereka cenderung memilih yang cocok bagi mereka masingmasing. Suhu peraiaranyang optimum untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 28 - 29 °C (Gunarso dalam Rengi, 2015). 2.5.2

Arus Air Arus air merupakan pergerakan massa air dari daerah yang tinggike daerah

yang rendah sesuai dengan sifat air. Aliran sungai sangatfluktuatif dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Beberapavariabel penting dalam dinamika sungai adalah debit air, kecepatan,gradient, Muatan sedimen dan base level (level terendah sungai).Debit adalah jumlah air yang melalui suatu titiktertentu dengan interval waktu tertentu (m3/s). Sedangkan kecepatantidak sama sepanjang kanal sungai hal ini tergantung dari bentuk,kekasaran kanal sungai dan pola sungai. Kecepatan air mengalir secaraproporsional terhadap kemiringan kanal sungai (Odum dalam Nurudin, 2013). Tingkat kelerengan yang besar menghasilkan aliran yang lebihcepat dimana biasa terjadi pada sungai di daerah pegunungan. Arus sungai yang terlalu

cepat tentunya juga akanmempengaruhi pergerakan ikan dan pemijahan. Pemijahan memerlukanarus yang tenang dimana banyak tumbuh tanaman air. Derasnya arussungai akan mempengaruhi jumlah fertilitas ikan (Nurudin, 2013). 2.5.3

Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu parameter kimia

perairanyang memiliki pengaruh besar terhadap organisme yang hidup di dalamnya. NilaipH akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kisaran pH yang cocok untukkehidupan ikan adalah 6,5-9. Batas terendah yang menyebabkan kematian ikanadalah pH 4 dan tertinggi pada pH 11. Perairan dengan kisaran pH46 mengakibatkan pertumbuhan lambat bagi ikan budidaya. NilaipH suatu perairan dapat mempengaruhi fungsi fisiologis normal organisme air,termasuk pertukaran ion dengan air dan respirasi (Maulana, 2012). 2.5.4 Dissolved Oxygen (DO) Oksigen terlarut atau kebutuhan oksigen merupakan salah satuparameter dalam menentukan kualitas air. Nilai DO yang semakin besarpada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebuttelah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh manabadan air mampu menampung biota air seperti ikan danmikroorganisme. Oksigen terlarut pada air yang ideal ikan adalah 57ppm, jika kurang dari itu maka resiko kematian akan semakin tinggi.Salmin (2005) bahwa kadar oksigen dalam air akan bertambah denganrendahnya suhu dan semakin tingginya salinitas (Nurudin, 2013). Pada permukaan sungai kadar oksigen cenderung lebih tinggikarena adanya difusi dari udara bebas dan fotosintesis dibandingkandengan dasar sungai yang proses fotosintesis berkurang akibatkekurangan intesitas cahaya (Odum dalam Nurudin, 2013). 2.5.5

COD (Chemical Oxygen Demand) COD adalah jumlah oksigan yang diparlukan agar bahan buangan yangada

dalam

air

dapat

teroksidasi

melalui

reaksi

kimia

baik

yang

dapat

didegradasisecara biologis maupun yang sukar didegradasi. Pengukuran nilai COD akan di peroleh nilai yang manyatakan jumlah oksigan yangdibutuhkan

9

untuk proses oksidasi tarhadap total senyawa organik baik yangmudah diurakan secara biologis maupun terhafdap yang sukar atau tidak bisadiuraikan secara biologis (Barus dalam Hamid, 2013). 2.5.6

Kekeruhan Kekeruhan air tergantung pada warna. Kekeruhan merupakan ukuran

transparasi perairan yang ditentukan secara visual. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dandipancarkan oleh bahan–bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus) maupun bahan organik dan anorganik yang berupaplankton dan mikroorganisme lain. Semakin keruh air menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya. Kekeruhan perairan akan mempengaruhi terhadap kehidupan ikan antara lain berkurangnya jumlah telur dan kelulushidupan larva ikan, terjadinya pembahantingkah laku mijah, berkurangnya efisiensi makan, berkurangnya laju pertumbuhan,berkurangnya

ukuran

populasi,

terganggunya

berkurangnyakeanekaragaman habitat (Rengi, 2015).

respirasi

dan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Bulan Oktober-November 2018 bertempat di perairan Danau Limboto, desa Tabumela, kecamatan Tilango, kabupaten Gorontalo berada pada titik koordinat N 033’11,65088” E1230’53,5052”. 3.2

Alat dan Bahan Penangkapan ikan dilakukan secara kuantitatif, yaitu penangkapan untuk

mengetahui nilai CPUE (Catch Per Unit Effort) maka alat yang digunakan adalah lukah/bubuh (fishpot), jala (castnet) berukuran 1 inci dan 2 inci, dan pancing/tajur (fishline) Pengawetan sampel ikan menggunakan formalin 10% (Needham dan Needham, 1978), penyimpanan sampel ikan menggunakan kantong plastik dan stoples, kamera untuk dokumentasi, dan timbangan. Pengukuran faktor fisikakimia perairan menggunakan alat, yaitu: meteran, thermometer, keping secchi, pH meter, dan DO meter. 3.3

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survey dan penentuan stasiun pengmatan dengan metode purposive random sampling berdasarkan rona lingkungan yang berbeda. 3.4

Teknik Pengambilan Data Pengumpulan ikan secara kualitatif menggunakan beberapa jenis alat

tangkap, yaitu: lukah/bubu, jala, dan pancing/tajur. Setiap contoh jenis ikan yang tertangkap difoto dalam keadaan segar untuk dokumentasi. Kemudian ikan-ikan tersebut dimasukkan ke dalam stoples yang berisi formalin 10%. Ikan-ikan contoh yang sudah dimasukkan dalam stoples dicatat nama lokal, alat tangkap, dan stasiun penangkapannya. Stoples yang berisi sampel ikan disusun dalam kardus yang sudah disiapkan agar kondisi ikan tetap utuh. Untuk melihat jumlah hasil tangkapan perupaya penangkapan di setiap stasiun, teknik pengambilan sampel ikan adalah dengan teknik ‘Catch Per Unit Effort Technique (CPUE)’ dengan cara eksploitasi, menggunakan alat tangkap

10

11

seperti di atas. Upaya penangkapan adalah satu kali pemasangan alat tangkap, untuk menangkap ikan dengan pemasangan alat tangkap dimulai pada jam 18.00 – 06.00 WIB dan diangkat keesokan harinya. Pemasangan alat tangkap dilakukan di setiap stasiun pada posisi atau daerah penebaran yang berubah-ubah. Ikan yang berhasil ditangkap kemudian ditimbang beratnya. Penentuan stasiun pengamatan dalam penelitian ini didasarkan atas: (1) ciri khas rona lingkungan yang relatif berbeda dan (2) daerah penangkapan ikan yang biasa dilakukan oleh nelayan setempat. Berdasarkan hal tersebut sehingga stasiun pengamatan pada penelitian ini terbagi atas tiga stasiun pengamatan. 3.5

Analisis Data Keanekaragaman jenis ikan dihitung menggunakan indeks keanekaragaman

Shannon Wiener (H’), indeks dominansi menggunakan indeks Simpsons (C) dengan rumus (Ludwig dan Reynolds 1988 dan Stiling, 1996 dalamYustina, 1998 dan Yunita 1998) sebagai berikut: H’ = -Σ Pi In Pi

: Pi = Ni / N

C = ΣPi2 = Σ (ni / N)2 E = H’/H’ maks : H’ maks = In S dimana: H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, C = Indeks dominansi Simpsons, E = Indeks kerataan (keseragaman), H’ maks = Indeks keanekaragaman maksimum, ni = Jumlah individu dalam takson ke-i, N = Jumlah total individu semua taksa pada suatu komunitas, dan S = Jumlah jenis. Ketentuan menurut Wilhm et al. dan Masson (1981) disitasi Bawole (1998) kriteria indeks keanekaragaman (H’), yaitu: jika H < 1 keanekaragaman jenis rendah, 1 < H > 3 keanekaragaman jenis sedang, H >3 keanekaragaman jenis tinggi. Kemudian indeks keseragaman berkisar antara 0 - 1 dengan ketentuan

untuk mengetahui tingkat penyebaran jenis ikan dalam komunitas menurut Lee et al. (1998) disitasi Yunita (1998), yaitu: Tabel 1. Kriteria indeks keseragaman Keadaan

Kategori

Penyebaran ˂ 0.20

Tidak merata

Sangat buruk

0.21-0.40

Cukup merata

Buruk

0.41-0.60

Merata

Sedang

0.61-0.80

Lebih merata

Baik

˃ 0.80

Sangat merata

Sangat baik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

Deskripsi Lokasi Pengambilan sampel dilaksanakan di danau limboto pada hari kamis tanggal

15 november 2018, Secara geografis danau limboto yang berada di daerah desa Tabumela, kecamatan Tilango, kabupaten Gorontalo berada pada titik koordinat N 033’11,65088” E1230’53,5052”. 4.2

Keanekaragaman Jenis Ikan Jumlah jenis ikan yang di temukan di kawasan danau Limboto, khususnya

di bagian desa Tabumela sebanyak 3 family, dan 2 diantaranya dapat diidentifikasi sampai pada tingkatan spesies yaitu ikan Nila (Oreochromis niloticus (L.)) dan ikan Gabus (Channa striata), sedangkan dua ikan yang belum bisa diidentifikasi sampai pada tingkatan spesies yaitu ikan Mangabay dan ikan Huluu (Family Gobiidae). Dua jenis ikan yang belum bisa diidentifikasi sampai pada tingkatan spesies tersebut merupakan jenis ikan endemik danau Limboto. Jenis-jenis ikan yang ditemukan dan banyaknya jenis ikan setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 Tabel 4.1 Jenis-jenis ikan yang ditemukan di danau Limboto pada 2 stasiun pengamatan No. Family/Spesies Nama Lokal Nama Stasiun Indonesia I II 1 Cichlidae Nila 2 6 Oreochromis niloticus (L.) 2 3 4

Gobiidae Gobiidae Channidae Channa striata

Huluu Mangabay Ikan Tola Jumlah

Huluu Mangabay Gabus

0 3 0

27 64 2

5

99

Jenis-jenis ikan yang dikumpulkan selama penelitian sebagian besar merupakan ikan rawa (blackfish) dari famili Cyprinidae, Gobiidae dan Cichlidae dibanding ikan sungai, seperti: ikan Mangabay, Huluu dan ikan Gabus. Jenis-jenis ikan tersebut banyak di temukan di Danau Limboto, baik untuk mencari makanan

13

(amfidrom), memijah (diadrom), dan pengungsian menghindari kualitas lingkungan yang buruk. Menurut Tjahjo et al. (2000) jenis ikan sungai (freshwaterfish) sering berenang lebih jauh untuk menghindari kualitas perairan yang menurun ke perairan yang mempunyai kualitas air yang lebih baik. Sehingga dari jimlah jenis ikan yang ditemukan di danau Limbotodapat diketahui bahwa keadaan danau Limboto sudah mengalami penurunan kualitas air yang sangat tinggi. 120 100

Nilai S

80 60 99

40

jumlah ikan

20 0

5 I

II Stasiun

Gambar 4.1 Jumlah ikan (S) yang ditemukan pada 2 stasiun Jenis ikan rawa distribusinya terbatas pada daerah yang mempunyai banyak vegetasi airnya, sehingga distribusi ikan ini terkonsentrasi sebagian besar pada stasiun II saja. 4.3

Indeks keanekaragaman jenis Indeks keanekaragaman jenis ikan di danau Limboto dapat di lihat pada

Gambar 4.2. Indeks keanekaragaman tertinggi berada pada stasiun II sebesar 0.89 dibandingkan dengan stasiun I hanya sebesar 0.67, hal ini disebabkan karena banyaknya jenis ikan yang ditemukan sebanyak 4 jenis, karena di pengaruhi oleh kondisi habitat yang cukup baik dan cara penangkapan yang baik pula. Secara umum keanekaragaman jenis ikan di Danau Limboto berkategori rendah, ini menunjukkan bahwa kondisi habitat danau Limboto sangat rendah untuk kehidupan berbagai jenis ikan yang kan masuk ke Danau melalui Sembilan hulu sungai yang mengarah langsung ke danau Limboto. Tingginya keragaman

15

spesies dalam suatu komunitas menunjukkan stabilnya komunitas tersebut dan sebaliknya (Michael, 1995). 1 0.9 0.8

Nilai H'

0.7 0.6 0.5 0.89

0.4 0.3

Nilai keanekaragaman

0.67

0.2 0.1 0 I

II

Stasiun

Gambar 4.2. Indeks keanekaragaman (H’) 2 stasiun pengamatan 4.4

Indeks Keseragaman Keadaan penyebaran jenis ikan di Danau Limboto pada stsiun I cenderung

merata dengan katagori sedang. Cenderung meratanya penyebaran jenis ikan tersebut disebabkan beberapa faktor, yaitu: 1) kualitas air danau yang relatif sama pada setiap stasiun. Menurut Laevastu dan Hayes dalam Ridho (1999) umumnya ikan akan bereaksi terhadap fluktuasi kondisi lingkungan terutama suhu dan perubahan intensitas cahaya dengan jalan bermigrasi baik secara horizontal maupun vertikal. Apabila suhu lingkungan relatif stabil dengan kisaran yang relatif sempit, maka penyebaran ikan cenderung merata dalam suatu komunitas. Hal ini juga dapat dipengaruhi dengan jumlah tangkapa ikan pada stasiun tersebut. Namun pada stasiun II memiliki tingkat penyebaran yang tidak merata dengan kategori sangat buruk, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jumlah tangkapan ikan Mangabay yang sangat tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lain.

0.45 0.4 0.35

Niai E

0.3 0.25 0.42

0.2

Indeks Keseragaman

0.15 0.1

0.19

0.05 0 I

II Stasiun

Gambar 4.3 Indeks Keseragaman (E) Kedua Stasiun 4.5

Indeks Dominansi Jumlah tangkapan ikan di kedua stasiun mempengaruhi dominansi dari

setiap stasiun tesebut. Dari hasil anasisis data diperoleh bahwa stasiun I memiliki indeks dominansi tertinggi dibandingkan dengan stasiun II. Hal ini disebabkan karna adanya ketidak merataan jumlah penangkapan ikan pada stasiun II yang lebih di dominasi oleh ikan Mangabay dengan persentase 64.7 %. Indeks dominansi pada kedua stasiun dapat di lihat pada Gambar 4.4. 0.525 0.52

Nilai C

0.515 0.51 0.505

0.52

Indeks Dominansi

0.5 0.495

0.5

0.49 I

II

Stasiun

Gambar 4.4 Indeks Dominansi (C) kedua Stasiun

17

4.6

Aspek konservasi sumberdaya ikan di Danau Limboto.

Upaya konservasi sangat penting bagi keberlanjutan sumberdaya ikan yag ada di Danau Limboto, terutama jenis ikan yang terancam kelestariannya dan dilindungi, seperti : Ikan Mangabay Dan Ikan Huluu Upaya konservasi secara in-situ terhadap sumberdaya ikan yang dapat dilakukan,

berdasarkan anjuran Ditjen Perikanan Budidaya Indonesia (2000) antara lain: 1. upaya perlindungan tubuh danau, seperti pada kawasan daerah tangkapan air (catchment area), perlindungan dari pencemaran, pengendalian pemanfaatan sumberdaya hayati perikanan, dan pengaturan pengelolaan kawasan danau (peraturan dan perundangan); 2. pengembangan daerah reservat dan restoking, berdasarkan hasil penelitian ini pengembangan daerah reservat dan restoking bisa dilakukan pada stasiun satu yang banyak vegetasi tumbuhan airnya; 3. sosialisasi pelestarian sumberdaya ikan dari ekosistem danau kepada masyarakat setempat, bertujuan untuk menyatukan pandangan tentang manfaat dan dampak yang terjadi jika komunitas danau rusak terhadap sumberdaya perikanan dan lingkungan; 4. upaya perlindungan wilayah sekitar danau, meliputi penghijauan, dan pengaturan tata guna lahan dalam pemanfaatan lahan atas dasar kesesuaian dan konservasi; 5. pembinaan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat, seperti mengatur jumlah dan alat tangkap yang boleh digunakan masyarakat. Upaya-upaya tersebut harus melibatkan pemerintah, aparat penegak hukum dan masyarakat sekitar kawasan konservasi.

BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Keanekaragaman jenis ikan di Danau Limboto tergolong sedang berdasarkan indeks keanekaragaman berkisar antara 0,6-0,9 dengan penyebaran jenis ikan cenderung tidak stabil berdasarkan indeks keseragaman berkisar antara 0,19-0,42. Jumlah total tangkapan (total kelimpahan) 104 individu dengan jenis ikan yang melimpah sekaligus predominan yaitu ikan Mangabay dan ikan Huluu 5. 2 Saran Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai keberadaan jenis ikan di danau Limboto sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis ikan yang ada di setiap aliran sungai yang mengarah ke Danau Limboto. Perlu dilakukan upaya pelestarian dan pengelolaan yang ada di Danau Limboto, terutama jenis ikan yang dilindungi dan terancam kelestariannya, seperti Manggabai, dan ikan Huluu. Upaya pengelolaan yang dapat dilakukan, yaitu : 1. Perlindungan tubuh danau 2. Pengembangan daerah reservart dan restoking 3. Sosialisasi pelestarian sumberdaya ikan dan ekosistem danau 4. Upaya perlindungan wilaya sekitar danau 5. Pembinaan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat

18

DAFTAR PUSTAKA Haryono, 2004. Komunitas Ikan di Perairan Danau Wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo.”Jurnal Zoologi Puslit Biologi LIPI ”. Volume 9 Nomor 2. Februari 2004. Junaidi, E. 2000. Pemanfaatan dan Pelestarian Ikan Bilih (Mytacoleucus padangensis Bleker.) di Danau Singkarak Sumatera Barat. Tesis S-2 Bidang Khusus Pengelolaan Sumber Daya Hayati dan Lingkungan Hidup Tropika Program Studi Biologi Pascasarjana Institut Teknologi Bandung. Bandung. Katamihardja, E. S dan S. Hendra. 2000. Evaluasi Ekologis Suaka Perikanan Danau Batu Bumbun di Daerah Aliran Sungai Mahakam Tengah dan Implikasi Pengelolaannya. Jurnal Penelitian dan Perikanan Indonesia. VI (2). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup. 2011. Laporan Pemantauan Kualitas Air Danau Indonesia.http//pusparpedal.menlh.go.id/wpcontent/uploads/2012/03/Lapora n-Danau1-2.pdf. (8 September 2018). Krismono, et al. 2008. Karakteristik Kualitas Air Danau Limboto, Gorontalo. Laporan Hasil Penelitian. Purwakarta: Riset Pemacuan Stok Ikan, JatiluhurPurwakarta. Omar, S. 2012. Dunia IKan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yunita, R. 1998. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di bagian Sungai Riam Kanan, Kalimantan Selatan. Tesis S-2 Bidang Studi Khusus Ekologi Program Studi Biologi Pascasarjana Institut Teknologi Bandung. Bandung. Yustina. 1998. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Sepanjang Sungai Rangau Provinsi Riau-Sumatera. Tesis S-2 Bidang Studi Ekologi Program Studi Biologi Pascasarjana Institut Teknologi Bandung, Bandung.

19

Related Documents


More Documents from "SriWahyuni"