Proposal Edu Masa

  • Uploaded by: Dini Aldila Aisa
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Edu Masa as PDF for free.

More details

  • Words: 3,600
  • Pages: 16
PROPOSAL EDUKASI MASSA PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN LUKA DIABETES DENGAN PERAWATAN KAKI STASE KEPERAWATAN DEWASA

Disusun oleh : Taufik Wiyoga Nugroho

20184030030

Fahrul Azmy AS

20184030008

Ayomni Nastiti

20184030017

Dini Aldila

20184030070

Nia Ayu Lestari

20184030090

Nurhidayanti

20184030011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2018

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL EDUKASI MASSA PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN LUKA DIABETES DENGAN PERAWATAN KAKI STASE KEPERAWATAN DEWASA

Disusun oleh : Taufik Wiyoga Nugroho

20184030030

Fahrul Azmy AS

20184030008

Ayomni Nastiti

20184030017

Dini Aldila

20184030070

Nia Ayu Lestari

20184030090

Nurhidayanti

20184030011

Telah Diseujui Pada Tanggal 14 November 2018 Mengetahui, Dosen Pembimbing

Ambar Relawati, Ns., M.Kep 19860604201410173232

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015). Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada penyakit diabetes melitus adalah ulkus diabetik, ulkus diabetes adalah terjadinya luka pada pasien diabetes yang sulit sembuh dan disebabkan karena berkurangnya sensasi sensoris pada ekstremitas biasanya pada kaki karena tingginya kadar gula darah (International Diabetes Federation, 2017). Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang terjadi hampir di seluruh lapisan masyarakat di dunia yang memicu krisis kesehatan terbesar abad ke-21 (American Diabetes Association, 2010). International Diabetes Federation (IDF) melaporkan, ada sekitar 230 juta penderita diabetes di seluruh dunia dan akan terus bertambah hingga mencapai 3% (sekitar 7 juta orang) setiap tahun, serta diperkirakan mencapai 350 juta pada tahun 2025. Penderita diabetes 80% terpusat di negara yang penghasilannya kecil dan menengah seperti India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (International Diabetes Federation, 2012). Jumlah kasus diabetes di Indonesia adalah sebanyak 10.276.100 kasus pada tahun 2017 (International Diabetes Federation, 2017). DM yang tidak terkendali dapat menyebabkan komplikasi metabolik ataupun komplikasi vaskular jangka panjang, yaitu mikroangiopati dan makroangiopati. Penderita DM juga rentan terhadap infeksi kaki luka yang kemudian dapat berkembang menjadi gangren,sehingga meningkatkan kasus amputasi. Hingga 15% pasien diabetes melitus akan menderita ulkus kaki diabetik (Kartika, 2017). Penyebab utama ulkus diabetes angiopati dan neuropati, hal ini dimulai akibat ketidak efektifan perfusi jaringan ke perifer akibat tingginya kadar gula darah dan viskositas darah sehingga terjadi neuropati atau kematian jaringan saraf pada perifer. Karena neuropati inilah maka tubuh akan kesulitan mendeteksi bahaya di lingkungan dan akan beresiko terluka. Pada pasien DM juga memiliki resiko infeksi yang besar karena tingginya glukosa darah akan mengganggu mediator imunitas tubuh untuk melawan patogen dari luar. Pada penderita diabetes yang lebih dari 10 tahun memiliki resikoyang besar terkena ulkus karena kondisi hipergilemia yang cukup lama dan mempengaruhi organ-organ dan persarafan tubuh seperti timbulnya retinopati yang dapat mengganggu penglihatan. selain itu juga faktor jenis kelamin laki-laki juga dapat beresiko tinggi karena faktor gaya hidup dan aktivitas fisik yang tinggi.

Ada banyak faktor untuk mencegah timbulnya ulkus diabetes yaitu memperbaiki kelainan vascular memperbaiki sirkulasi, Pengelolaan pada masalah yang timbul seperti infeksi, edukasi perawatan kaki DM, olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal, Menghentikan kebiasaan merokok dan merawat kai secara teratur (kementerian kesehatan, 2011). Terjadinya ulkus diabetic diawali dengan kurangnya perawatan kaki diabetic dikarenakan kurangnya pengetahuan para penderita mengenai pentingnya perawatan kaki ulkus dm sehingga pasien tidak merawat kakinya dengan baik, Pengetahuan perawatan kaki merupakan komponen yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kaki diabetic. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan edukasi kepada pasien mengenai bagaimana cara dan seberapa pentingnya perawatan kaki pada pasien diabetes mellitus. Penerapan program edukasi perawatan kaki ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, perawatan kaki padapasien Diabetes Melitus. Menurut McGowan (2011) salah satu bentuk edukasi yang umum digunakan dan terbukti efektif dalam memperbaiki hasil klinis dan kualitas hidup pasien DM adalah Diabetes Self Management Education (PendidikanKesehatan). Pendidikan Kesehatan merupakan komponen penting dalam perawatan pasien DM dan sangat diperlukan dalam upaya memperbaiki status kesehatan pasien. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses berkelanjutan yang dilakukan untuk memfasilitasi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pasien DM untuk melakukan perawatan mandiri. Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai aplikasi strategi perawatan diri secara mandiri untuk mengoptimalkan kontrol metabolik, mencegah komplikasi, dan memperbaiki kualitas hidup pasien DM. Selain itu melakukan perawatan kaki pada pasien diabetes juga akan sangat membantu dalam mencegah luka. hal ini seperti menjaga kelembaban kaki dengan lotion, melakukan observasi setiap hari pada kaki, menggunakan alas kaki ketika beraktivitas yang pas tidak longgar ataupun kesempitan serta melakukan perawatan dengan menggunting kuku kaki agarmeminimalisir terjadi cidera. Beberapa hal tersebut sangat efektif dalam menurunkan resiko terjadinya luka pada kaki. B. PERMASALAHAN MITRA Berdasarkan wawancara dan survey yang telah dilakukan pada tanggal 29-31 Oktober 2018 di RSUD Tjitrowardojo Purworejo pada bangsal Aster dan Bugenvil terdapat 7 pasien yang mengalami diabetes melitusdengan persebaran yaitu 2 pasien bangsal Bugenvil dan 5 pasien bangsal Aster. Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga yang juga menunggu pasien didapatkan hasil bahwa 6 dari 7 orang tidak mengetahui bahwa salah satu akibat dari

DM adalah luka pada kaki serta 5 dari 7 keluarga pasien tidak mengetahui bagaimana perawatan untuk mencegah luka pada kaki pasien DM dengan tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan. C. SOLUSI YANG DITAWARKAN Solusi yang ditawarkan dalam menangangi masalah tersebut yaitu dengan cara mengadakan “Kegiatan Edukasi Mengenai Perawatan Kaki Pada Keluarga Dengan Diabetes Mellitus” yang didalamnya terdapat pemaparan materi dalam bentuk ceramah (pemutaran video), demonstrasi dan tanya jawab. D. TUJUAN KEGIATAN Memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang perawatan kaki diabetes, sehingga meningkatkan pengetahuan keluarga terhadap pentingnya perawatan kaki diabetes E. MANFAAT Kegiatan ini bermanfaat bagi keluarga dalam meningkatkan pengetahuan untuk mencegah timbulnya ulkus diabetes anggota keluarganya F. TARGET LUARAN Target luaran dari kegiatan ini yaitukeluarga pasien mengetahui cara pencegahan ulkus atau luka pada pasien dengan Diabetes Militus di RSUDTjitrowardojo Purworejo

G. KEGIATAN PENUNJANG Kegiatan penunjang dari kegiatan ini yaitu dengan cara melakukan penyuluhan atau edukasi serta memberikan lembar leaflet kepada keluarga pasien terkait pencegahan dan perawatan kaki Diabetes Militus

.

H. JADWAL KEGIATAN No

Kegiatan

1

Penyusunan kegiatan

Waktu (Hari) H1 proposal dan

persiapan

kelompok 2 Pelaksanaan kegiatan 3 Penyusunan laporan 4 Pengumpulan laporan

H2

H3

H4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes melitus adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin dan kedua-duanya (Perkeni, 2015). Diabetes merupakan suatu gangguan kronis yang diakibatkan ketidakcukupan produksi insulin oleh tubuh atau ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin (IDF, 2015). Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila terdapat gejala klasik DM dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya seta kadar glukosa plasma ≥200mg/dl setelah 2 jam dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram (Perkeni, 2015). 2. Penyebab Penyebab utama terjadinya gangguan metabolik DM tipe 1 adalah adanya kelainan autoimun yang menyerang sel beta pada pankreas, kejadian ini idiopatik atau masih belum diketahui secara pasti penyebabnya (ADA, 2016; IDF, 2015). Sedangkan pada DM tipe 2 adalah resistensi insulin dan berkurangnya sekresi insulin relatif oleh sel beta pankreas yang diakibatkan kompensasi sekresi insulin yang tidak adekuat(ADA, 2016; Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015; Kementerian Kesehatan RI, 2011). 3. Faktor resiko diabetes melitus a. Faktor resiko yang dapat diubah 1) Gaya hidup Diet tidak seimbang konsumsi tinggi karbohidrat, lemak dan gula dengan rendah serat serta kurang aktivitas dan stres mengakibatkan kolesterol tinggi dan obesitas. Selain itu, perokok aktif dan perokok pasif memiliki resiko tinggi DM akibat resistensi insulin oleh nikotin (Depkes, 2008;Trisnawati & Setyorogo, 2013). 2) Hipertensi Seseorang mengalami hipertensi beresiko 1,5 kali lebih besar mengalami diabetes dikarenakan penebalan dan penyempitan pembuluh darah menyebabkan pengangkutan glukosa dalam darah terganggu(Kemenkes, 2011; Perkeni, 2015; Trisnawati & Setyorogo, 2013). 3) Obesitas Seseorang yang mengalami obesitas memiliki resiko 2,7 kali lebih besar terserang diabetes daripada orang dengan indeks masa tubuh (IMT) normal dikarenakan peningkatan asam lemak (free fatty acid) mengganggu transporter

glukosa ke membran plasma dan menyebabkan resistensi insulin pada jaringan otot dan adiposa (Depkes, 2008; Kemenkes, 2011; Perkeni, 2015; Trisnawati & Setyorogo, 2013). b. Faktor resiko yang tidak dapat diubah a) Jenis kelamin Perempuan memiliki resiko lebih tinggi mengidap DM tipe 2 daripada laki-laki karena peluang peningkatan IMT pada perempuan lebih besar (Kemenkes, 2011; Trisnawati & Setyorogo, 2013). b) Usia Seseorang dengan usia 45 tahun keatas rentan terserang DM tipe 2 karena degenerasi sel beta pankreas dan penurunan aktivitas mitokondria otot memicu terjadinya resistensi insulin (ADA, 2016; Trisnawati & Setyorogo, 2013) c) Riwayat keluarga dengan DM Anak yang dilahirkan dari ibu dengan DM dan diabetes gestasional memiliki resiko tinggi terserang DM tipe 2 di masa depan. Jika salah satu orang tua menderita DM maka resikonya 10% sedangkan jika kedua orang tuanya memiliki DM faktor resikonya 75% (ADA, 2016; IDF, 2015; Trisnawati & Setyorogo, 2013). d) Ras atau etnis Etnis Afrika Amerika, orang Amerika asli, Hispanik (orang latin) dan Asia Amerika beresiko lebih tinggi terhadap DM (ADA, 2016; Depkes, 2008). e) Riwayat kehamilan Ibu yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan lahir >4000 gram atau pernah menderita diabetes gestasional memiliki risiko tinggi mengidap DM tipe 2 (Depkes, 2008; IDF, 2015; WHO, 2006). 4. Klasifikasi a) Diabetes melitus tipe 1 Diabetes melitus tipe 1 merupakan jenis DM yang menempati 5-10% prevalensinya di dunia, penyakit ini diakibatkan oleh adanya reaksi autoimun yang bersifat idiopatik (belum diketahui penyebabnya) menyerang sel beta-pankreas dimana produksi insulin berlangsung, hal ini menyebabkan produksi insulin tidak mencukupi kebutuhan harian pada penderitanya. Biasanya terjadi pada anak-anak usia 8 – 9 tahun atau usia muda (ADA, 2016; IDF, 2015). b) Diabetes melitus tipe 2 (T2DM)

Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang angka kejadiannya tertinggi yaitu 90-95% di dunia dan biasanya terjadi pada usia dewasa dan terjadi peningkatan pada anak-anak dan remaja. Awalnya seseorang dengan DM tipe 2 mampu memproduksi insulin dengan efektif namun secara bertahap terjadi resistensi dan ketidakefektifan produksi insulin yang menyebabkan kadar gula darah meningkat. Fokus penaganan pada DM tipe 2 yaitu diet sehat, meningkatkan aktivitas dan mempertahankan berat badan terkontrol (ADA, 2016; IDF, 2015). c) Diabetes gestasional Diabetes gestasional adalah peningkatan kadar glukosa darah ringan pada wanita hamil yang dimulai pada saat sekitar usia kehamilan minggu ke 24 dan kembali normal setelah melahirkan. Gejala yang timbul pada kondisi ini yaitu sering haus dan peningkatan buang air kecil (IDF, 2015; Kurniawan, 2016).

d) Diabetes tipe lainnya Beberapa jenis diabetes melitus yang termasuk tipe lain adalah kelainan genetik fungsi sel beta dan kerja insulin, penyakit eksokrin pada pankreas, endokriopati, infeksi, akibat imunologi serta sindrom genetik lain dan akibat konsumsi obat atau zat kimia (Perkeni, 2015). 5. Tanda Gejala a. Gejala klasik Gejala klasik pada diabetes melitus meliputi poliuria (buang air kecil sering dan berlebihan); Polidipsia (rasa haus yang berlebihan); polifagia (banyak makan) yang disebabkan penekanan nafsu makan akibat hiperinsulinemia sebagai bentuk kompensasi terhadap resistensi insulin diotak, serta penyusutan berat badan akibat pembakaran lemak melalui proses glukoneogenesis untuk memenuhi kebutuhan energi (Departemen Kesehatan RI, 2008; Perkeni, 2015). b. Keluhan lain Pada penderita DM terdapat beberapa hal lain yang sering dikeluhkan yaitu kelemahan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus pada vulva wanita serta sering dijumpai pula kehilangan kesadaran (stupor) yang diakibatkan ketoasidosis (Craig et al., 2014; Perkeni, 2015).

6. Komplikasi a. Komplikasi Akut Komplikasi akut terdiri atas hiperlikemia, ketoasidosis diabetikum, sindrom hiperlikemik hyperosmolar non ketotik dan hipoglikemik. Hiperlikemia dan ketoasidosis diabetikum disebabkan oleh tidak adanya insulin atau insulin yang tersedia dalam darah tidak cukup untuk metabolisme karbohidrat, keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.Ada tiga gejala klinis yang terlihat pada ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.Sindrom hiperlikemik hyperosmolar non ketotik yakni kondisi dimana klien mengalami heperosmolaritas dan hiperglikemia disertai perubahan tingkat kesadaran.Perbedaan sindrom ini dengan ketoasidosis ialah tidak terdapatnya gejala etosis dan asidosis.Gambaran klinis kondisi ini biasanya terdiri atas hipotensi, dehidrasi berat, takikardi dan tanda-tanda defisit neurologis yang bervariasi (perubahan sensori, kejang dan hemiparesis). Sedangkan hipolikemik terjadi kalau kadar glukosa darah kurang dari 50-60 mg/dl, yang dapat diakibatkan oleh pemberian insulin atau obat diabetes oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. b. Komplikasi kronis Komplikasi

kronis

terdiri

atas

komplikasi

makrovaskular

dan

mikrovaskular.Kompikasi makrovaskular adalah kondisi aterosklorosis yang terjadi pada pembuluh darah besar yang dapat menimbulkan penyakit coronary artery disease, penyakit cerebrovaskuler, hipertensi penyakit vaskuler perifer dan infeksi.Sedangkan komplikasi mikrovaskular adalah kondisi unik yang hanya terjadi pada penderita diabetes.Penyakit mikrovaskuler diabetik terjadi akibat penebalan membran basalis pembuluh kapiler. Beberapa kondisi akibat dari gangguan pembuluh darah kapiler antara lain retinopati, nefropati, ulkus kaki, neuropati sensorik dan neuropati otonom yang akan mmenimbulkan berbagai perubahan pada kulit dan otot. Kondisi ini selanjutnya menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki yang akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan luka mudah terinfeksi. Faktor darah yang kurang akan menambahkan kesulitan pengelolaan kaki diabetik. 7. Pencegahan Pencegahan pada penyakit DM dibagi menjadi tiga garis besar yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.Pencegahan primer ditujukan untuk

mencegah terjadinya DM pada seseorang yang masih sehat namun memiliki faktor resiko memiliki DM. Sedangkan pencegahan sekunder ditujukan kepada seseorang dengan DM agar tidak mengalami komplikasi atau penyulit yang memperparah penyakitnya.Kemudian untuk pencegahan tersier dilakukan kepada penderita DM yang telah mengalami komplikasi atau penyulit dapat terhindar dari kecacatan fisik akibat keparahan dari komplikasinya serta meningkatkan kualitas hidupnya (Kemenkes, 2011; Perkeni, 2015). B. Ulkus Diabetes 1. Definisi ulkus meliitus Ukus kaki diabetik adalah salah satu akibat komplikasi jangka panjang diabetes meliitus.Ulkus diabetik disebebkan adanya 3 faktor yang sering disebut trias yaitu iskemik, neuropati dan infeksi. 2. Etiologi Proses terjadinya kaki diabetik diawali oleh angiopati, neuropati, dan infeksi. Hilangnya

sensasi

nyeri

dan

suhu

akibat

neuropati

sensorik

menyebabkan

hilangnyakewaspadaan terhadap trauma atau benda asing, akibatnya banyak luka yang tidakdiketahui

secara

dini

dan

semakin

memburuk

karena

terus-menerus

mengalamipenekanan.Kerusakan inervasi otot-otot intrinsik kaki akibat neuropati motoricmenyebabkan

ketidakseimbangan

antara

fleksi

dan

ekstensi

kaki

serta

deformitaskaki, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan padatelapak kaki yang selanjutnya memicu timbulnya kalus. Kalus yang tidak dikeloladengan baik akan menjadi sumber trauma bagi kaki tersebut. Neuropati otonommenyebabkan penurunan fungsi kelenjar keringat dan sebum. Kaki akan kehilangankemampuan alami untuk melembabkan kulit, kulit menjadi kering dan pecahpecahsehingga mudah terinfeksi (Langi, 2011). 3. Faktor resiko Faktor risiko terjadi ulkus diabetikum pada penderita penyakit DM adalah (Roza dkk, 2015): a. Jenis kelamin laki-laki Jenis kelamin laki-laki menjadi faktor predominan berhubungan denganterjadinya ulkus, tetapi fakor ini bukan faktor tunggal penyebab ulkusdiabetikum. Terdapat faktor lain yang menyebabkan laki-laki menjadi lebihberesiko terkena ulkus diabetik, contohnya adalah kebiasaan gaya hidup tidaksehat seperti merokok. Merokok tidak hanya memperlambat aliran darah, tetapijuga dapt menurunkan jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan. Bahan kimiaberacun dalam asap rokok, khususnya karbon

monoksida secara permanenmemblokir transfer oksigen pada sel-sel darah merah yang membawa oksigen kejaringan di kaki. Sirkulasi yang buruk dapat memperlambat penyembuhan luka,kram pada kaki, bahkan gangren yang menyababkan amputasi pada kaki diabetik. b. Lama Penyakit Diabetes Melitus (DM) Lamanya

durasi

DM

menyebabkan

keadaan

hiperglikemia

yang

lama.Keadaanhiperglikemia yang terus menerus menginisiasi terjadinya hiperglisolia yaitukeadaan

sel

yang

kebanjiran

glukosa.

Hiperglosia

kronik

akan

mengubahhomeostasis biokimiawi sel tersebut yang kemudian berpotensi untuk terjadinyaperubahan dasar terbentuknya komplikasi kronik DM. Seratus pasien penyakitDM dengan ulkus diabetikum, ditemukan 58% adalah pasien penyakit DM yangtelah menderita penyakit DM lebih dari 10 tahun. Hasil analisis regression kepadasemua pasien rawat jalan di klinik penyakit dalam Veteran Affairs, Washingtonmenyimpulkan

bahwa

rerata

lama

pasien

penyakit

DM

ulkus

diabetikumsebanyak 162 orang adalah 11.40 tahun dengan RR 1.18 (95% CI).

c. Neuropati Neuropati menyebabkan gangguan saraf motorik, sensorik dan otonom.Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot, deformitas kaki, perubahanbiomekanika kaki dan distribusi

tekanan

kaki

terganggu

sehingga

menyebabkankejadian

ulkus

meningkat.Gangguan sensorik disadari saat pasien mengeluhkankaki kehilangan sensasi atau merasa kebas.Rasa kebas menyebabkan traumayang terjadi pada pasien penyakit DM sering kali tidak diketahui.Gangguanotonom menyebabkan bagian kaki mengalami penurunan ekskresi keringatsehingga kulit kaki menjadi kering dan mudah terbentuk fissura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang mudah retak meningkatkan risiko terjadinyaulkus diabetikum. Menurut Boulton AJ pasien penyakit DM dengan neuropatimeningkatkan risiko terjadinya ulkus diabetikum tujuh kali dibanding denganpasien penyakit DM tidak neuropati. d. Peripheral Artery Disease Penyakit arteri perifer adalah penyakit penyumbatan arteri di ektremitas bawahyang disebakan oleh atherosklerosis.Gejala klinis yang sering ditemui padapasien PAD adalah klaudikasio intermitten yang disebabkan oleh iskemia ototdan iskemia yang menimbulkan nyeri saat istirahat. Iskemia berat akan mencapaiklimaks sebagai ulserasi dan gangren. Pemeriksaan sederhana yang dapatdilakukan untuk deteksi PAD adalah

dengan menilai Ankle Brachial Indeks(ABI) yaitu pemeriksaan sistolik brachial tangan kiri dan kanan kemudian nilaisistolik yang paling tinggi dibandingkan dengan nilai sistolik yang paling tinggidi tungkai. Nilai normalnya dalah O,9 - 1,3. Nilai dibawah 0,9 itu diindikasikan bawah pasien penderita DM memiliki penyakit arteri perifer. 4. Tanda dan gejala ulkus diabetes a) Sering kesemutan b) Nyeri kaki saat istirahat c) Kerusakan jaringan (nekrosis) d) Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea e) Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal f) Kulit kering 5. Patofisiologi Pada gula darah yang tinggi pada pasien DM menyebabkan viskositas darah tinggi sehingga perfusi jaringan menjadi lambat. bagian perifer tubuh memiliki pembuluh darah kapiler yang kecil-kecil sehingga keadaan ini menimbulkan gangguan pada perfusi jaringan perifer. karena terhambatnya aliran darah maka pasokan nutrisi dan oksigen ke perifer menjadi terganggu. Semakin lama kondisi akan menyebabkan hipoksia dan terjadi kematian jarigan pada saraf perifer dan terjadi neuropati. neuropati menimbulkan turunnya sensasi untuk merasakan sehingga tubuh rawan terkena cidera tanpa dirasakan. ketika terjadi cidera makan tingginya kadar glukosa darah menghalangi mediator inflamasi dan sel imun untuk melindungi tubuh dari patogen sehingga infeksi sangat beresiko. 6. Perawatan kaki Diabetes Mellitus Dibawah ini beberapa komponen dari perawatan kaki yang dianjurkan bagi penderita diabetes melitus (NDEP 2009, Indian Health Diabetes Best Practice, 2011) : a) Memeriksa kondisi kaki setiap hari -

Cuci tangan sebelum memeriksa keadaan kaki.

-

Kenali kondisi punggung dan telapak kaki dari tanda-tanda seperti : kering dan pecahpecah, lepuh, luka, kemerahan, teraba hangat dan bengkak saat diraba. Kenali adanya bentuk kuku yang tumbuh kearah dalam (ingrown toenails), kapalan dan kalus.

-

Gunakan cermin jika tidak mampu melihat bagian telapak kaki.

-

ika terdapat tanda-tanda diatas, pasien harus segera ke tenaga kesehatan khusus untuk mendapat perawatan kaki lebih awal.

b) Menjaga kebersihan kaki setiap hari

-

Bersihkan dan cuci kaki setiap hari dengan menggunakan air suam suam kuku dan gunakan sabun yang ringan serta lembut.

-

Cek suhu air sebelum digunakan mencuci kaki dengan menggunakan siku jari tangan yang dicelupkan ke dalam air.

-

Rendam kaki dengan air hangat di dalam Waskom selama 2-3 menit.

-

Bersihkan menggunakan sabun lembut sampai ke sela-sela jari kaki sambil dipijit dengan lembut.

-

Jika kuku kaki kotor, sikat kuku kaki dengan menggunakan sikat kuku dan sabun.

-

Bilas kaki dengan menggunakan air hangat.

-

Keringkan kaki menggunakan kain bersih yang lembut sampai ke sela jari kaki.

-

Pakailah pelembab atau krim pada kaki, jangan sampai melampaui jari kaki.

-

Saat memakai pelembab, usahakan tidak menggosok tetapi dianjurkan dengan cara memijat pada telapak kaki.

c) Memotong kuku yang baik dan benar -

Potong kuku kaki minimal 1 minggu 1 kali.

-

Potong kuku dengan hati-hati, jangan sampai melukai kulit.

-

Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.

-

Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa karena dapat menyebabkan luka pada kaki.

-

Gunakan gunting kuku yang dikhususkan untuk memotong kuku

-

Gunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara lurus.

-

Jangan gunakan cat kuku.

-

Kuku kaki yang menusuk daging dan kapalan, hendaknya diobati oleh dokter.

d) Memilih alas kaki yang baik -

Lindungi kaki anda dengan selalu menggunakan alas kaki baik di dalam maupun di luar ruangan.

-

Alas kaki yang baik adalah sepatu karena dapat melindungi kaki secara penuh.

-

Alas kaki harus terbuat dari bahan yang lembut untuk kaki, tidak keras.

-

Pilih sepatu dengan ukuran yang pas dan ujung tertutup. Sisakan ruang sebanyak kirakira 2,5 cm antara ujung kaki dengan sepatu.

-

Jangan memaksakan kaki menggunakan sepatu yang tidak sesuai dengan ukuran kaki (kebesaran/kekecilan).

-

Periksa bagian dalam sepatu sebelum digunakan.

-

Bagi wanita, jangan gunakan sepatu dengan hak yang terlalu tinggi karena dapat membebani tumit kaki.

-

Jika akan menggunakan sepatu baru, maka harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati.

-

Jari kaki harus masuk semua kedalam sepatu, tidak ada yang menekuk.

-

Dianjurkan memakai kaos kaki apalagi jika kaki terasa dingin.

-

Memakai kaos kaki yang bersih dan mengganti setiap hari.

-

Kaos kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat

e) Pencegahan cedera pada kaki -

Selalu memakai alas kaki yang lembut baik di dalam ruangan maupuan di luar ruangan.

-

Selalu memeriksa dalam sepatu atau alas kaki sebelum memakainya.

-

Selalu mengecek suhu air ketika ingin menggunakan, caranya dengan menggunakan siku jari. Hindari merokok untuk pencegahan kurangnya sirkulasi darah ke kaki.

-

Hindari menekuk kaki dan melipat kaki terlalu lama.

-

Hindari berdiri dalam satu posisi kaki pada waktu yang lama.

-

Melakukan senam kaki secara rutin.

-

Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol walaupun ulkus diabetik sudah sembuh

f) Pengelolaan cedera awal pada kaki -

Jika ada lecet, tutup luka atau lecet tersebut dengan kain kasa kering setelah diberikan antiseptic (povidon iodine) di area cedera.

-

Segera mencari tim kesehatan khusus yang menangani kesehatan kaki diabetes jika luka tidak sembuh.

Daftar Pustaka American Diabetes Association. (2016). Position statement: Standards of Medical Care in Diabetes. Diab Care. 2010;33 (Suppl.1) International

Diabetes

Federation.

(2017).

Diabetes

in

Indonesia



2017.

From:http://www.idf.org/membership/wp/indonesia . diakses tanggal 4 November 2018. Kartika, R. W. (2017). Pengelolaan gangren kaki diabetik. Jakarta: Continuing Medical Education, 44(1). Langi, A.Y.(2011). Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. Jurnal Biomedik. Vol (3). No. 2 (95-101) Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB Perkeni). Retrieved from http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2015). Faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes mellitus yang dirawat jalan dan inap di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1). Kementerian Kesehatan RI. 2011. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus. Jakarta: Dirjen PP & PL Departemen Kesehatan RI. (2008). Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus.

Jakarta:

Departemen

Kesehatan

RI.

Retrieved

https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/petunjuk-teknis-pengukuran-faktorresiko-diabetes-militus_2008.pdf

from

Related Documents

Proposal Edu Masa
October 2019 8
Edu
November 2019 56
Edu
May 2020 30
Edu
December 2019 46
Masa
June 2020 38

More Documents from ""

Proposal Edu Masa
October 2019 8
Persamaan Lingkaran.docx
December 2019 23
Modul 3 Kd 2
July 2020 39
- Modul 3 Kd 2
June 2020 46
70236260-scc-lidah.ppt
December 2019 58