Proposal Basis Data Lahan

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Basis Data Lahan as PDF for free.

More details

  • Words: 2,409
  • Pages: 7
PENYUSUNAN BASIS DATA SUMBERDAYA LAHAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM PHBM AGRIBISNIS PT. PERHUTANI (PERSERO) JAWA TIMUR 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berubahnya status perusahaan yang dialami PT. Perhutani (Persero) yang harus lebih berorientasi pada keuntungan, memerlukan pengelolaan hutan yang lebih baik dan efisien. Untuk itu maka diperlukan upaya-upaya antara lain untuk meningkatkan kualitas perencanaan usaha kehutanan. Upaya tersebut dimulai dengan menyempurnakan cara pengumpulan data melalui perisalahan hutan sampai dengan peningkatan analisis data hasil perisalahan. Dewasa ini PT. Perhutani (Persero) telah memiliki dua sarana tehnologi survei dan pemetaan yang diadakan dengan biaya yang sangat besar yaitu : sistim informasi geografis dengan andalan peta kerja digital dan potret udara skala 1 : 20.000 yang memungkinkan dilakukan penyempurnaan sistim inventori yang telah dipakai di PT. Perhutani (Persero). Penyempurnaan perisalahan dilakukan melalui modifikasi metoda perisalahan yang mengandalkan sistimatik sampling disempurnakan dengan menggunakan alat bantu potret udara. Sedangkan peningkatan analisis data hasil perisalahan dilakukan dengan pendayagunaan Sistem Informasi Geografi (SIG). Mengingat beberapa perisalahan sudah mendapatkan pelatihan mengenai metoda perisalahan yang telah disempurnakan, maka diharapkan para perisalahan tersebut dapat melakukan updating/pembaharuan data yang ada. Untuk itu maka perlu dilakukan penyusunan basis data sumberdaya lahan pada areal yang belum mempunyai basis data sumberdaya lahan dengan mengacu pada ketentuan yang sudah ada. Dengan demikian maka sistem yang sudah dibangun oleh PT. Perhutani (Persero) untuk melakukan perencanaan kehutanan yang dapat diteruskan. Selain itu juga diperlukan rekomendasi pengelolaan lahan dalam rangka meningkatkan produktivitas, sehingga dapat memberikan nilai tambah tidak hanya bagi PT. Perhutani (Persero) tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Cara pengelolaan lahan demikian ini perlu dikembangkan mengingat visi dan misi Perhutani dan paradigma baru yang diacu Perhutani di dalam mengelola hutan di masa datang. Untuk itu perlu dilakukan penilaian terhadap jenisjenis tanaman selain tanaman kehutanan yang tidak saja menguntungkan untuk PT. Perhutani (Persero) sebagai pengelola hutan tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. B. Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan evaluasi kesesuaian lahan ini adalah untuk mengetahui potensi lahan yang ada pada areal PT. Perhutani (Persero) sehingga dapat dijadikan sebagai pijakan dalam menyusun perencanaan pengembangan agribisnis pada lahan hutan. Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah : 1. Mendapatkan informasi yang berkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahan yang akan dimanfaatkan untuk perencanaan kegiatan kehutanan. 2. Mendapatkan informasi mengenai sebaran kesesuaian lahan untuk beberapa jenis tanaman terutama jenis tanaman unggulan, baik kehutanan maupun tanaman pangan/semusim atau agribisnis. 3. Memperoleh rekomendasi pengelolaan lahan untuk peningkatan produktivitasnya.

II. PERMASALAHAN Kondisi hutan di Jawa berada dalam posisi yang sangat memprihatinkan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Dari tinjauan silvikultur, keadaan tapak sudah mengalami penurunan kesuburan yang sangat drastis. Prosesi penurunan kesuburan tanah terus berlangsung, sementara input yang diberikan tidak seimbang dengan output hara yang dikeluarkan dari ekosistem tersebut. Ketidakseimbangan kondisi ini berakibat negatif pada kegiatan pembangunan hutan pada rotasi berikutnya karena akan menimbulkan banyak permasalahan. Dari tinjauan sosial, pengelolaan hutan Jawa banyak kelemahan dari sisi pendekatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih lemahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan dan intervensi masyarakat terhadap hutan semakin lama semakin tinggi. Keadaan ini dapat dilihat dari kegiatan pencurian yang meluas menjadi suatu gerakan penjarahan yang pada akhirnya menjadi budaya. Adanya peristiwa penjarahan ini seakan menghapus semua program pendekatan sosial yang dibangun oleh PT. Perhutani (Persero). Perhutani telah mengikuti perkembangan perubahan harapan masyarakat akan lahan hutan dengan melakukan berbagai pendekan perhutanan sosial, sejak tahun 1979, sejalan dengan perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan yang lebih mengarah kepada Community Based Forest Management System dan kemudian dikembangkan lebih maju lagi dengan program Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (PHBM). Berubahnya status perusahaan yang dialami PT. Perhutani (Persero) yang harus lebih berorientasi pada keuntungan, memerlukan pengelolaan hutan yang lebih baik dan efisien. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya antara lain untuk meningkatkan kualitas perencanaan usaha kehutanan termasuk program-programnya serta pelaksanaannya di lapangan. Salah satu bentuk yang bisa dilakukan adalah pelaksanaan PHBM Agribisnis yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam setiap kegiatannya. Diharapkan, dengan peran serta masyarakat ini kemungkinan pengelolaan hutan secara lestari dan pemanfaatan semua fungsinya secara lebih efektif, akan lebih mudah tercapai. Awal suatu tindakan perencanaan yang baik dimulai dari tersedianya informasi dasar yang lengkap. Sebagaimana umumnya perencanaan pembangunan, perencanaan kehutanan yang baik harus jelas kaitannya dengan pembangunan daerah agar peran kehutanan dalam pembangunan menjadi jelas dan tidak menempatkan diri sebagai single fighter. Dalam sistem pengelolaan lahan (termasuk lahan hutan), kelestarian lingkungan, yang meliputi pula mempertahankan kesuburan tanah, ditekankan agar supaya produktivitas lahan dapat dipertahakankan. Pengelolaan hutan yang baik memerlukan data sumberdaya lahan, termasuk data kualitas dan karakteristik lahan yang dapat mencirikan daya dukung lahan dan tingkat kesesuaiannya untuk masingmasing tujuan pemanfaatan lahan yang diharapkan. Evaluasi sumberdaya lahan merupakan salah satu upaya untuk menilai lahan sesuai dengan potensinya. Kajian evaluasi sumberdaya lahan melalui pendekatan kesesuaian lahan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan, penatagunaan dan pemanfaatan lahan, dan khususnya dalam pengelolaan sumberdaya hutan secara optimal dan berkesinambungan. Kajian kesesuaian lahan dapat digunakan sebagai data dasar dalam penentuan sistem lahan melalui pengelompokkan ciri atau karakteristik lingkungan fisik lahan. Dengan demikian, identifikasi sistem lahan dan karakteristik lahan tersebut merupakan kebutuhan dasar dalam perencanaan dan penatagunaan lahan serta sekaligus juga berlaku bagi perencanaan dan penataan kawasan hutan secara optimal. Penilaian kesesuaian secara fisik dilakukan menurut kesesuaian aktual maupun kesesuaian potensial dengan beberapa asumsi tingkat perbaikan yang diperlukan melalui penambahan input sarana produksi.

2

III. SURVEI, PEMETAAN TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kegiatan penelitian di lapangan untuk melakukan inventarisasi sumberdaya tanah pada wilayah tertentu, yang kemudian dibuat delinasi dari bagian bentang alam yang dipotong sesuai dengan kelas taksonomi tanah, wilayah geografis dan digambarkan ke dalam peta tanah. Survei tanah dilakukan sedemikian rupa sehingga semua gambaran potensi lahan yang ada dapat digambarkan ke dalam peta dasar dan dapat membantu dalam pembatasan satuan peta tanahnya Hasil dari survei dan pemetaan tanah disamping peta tanah, juga memberikan data dan informasi dari suatu wilayah sebagai penjelasan dari hasil penelitian. Disamping masalah klasifikasi tanah, juga disajikan interpretasi dari hasil suvei dan pemetaan tanah yang merupakan suatu prediksi dari sifat-sifat tanah untuk suatu penggunaan tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan dari survei dan pemetaan tanah. Interpretasi dari tanah-tanah yang diketemukan dalam survei dan pemetaan tanah sangat penting artinya dalam merencanakan penggunaan lahan dan menyusun alternatifnya termasuk sistem pengelolaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa evaluasi lahan sangat tergantung dari informasi-informasi yang diperoleh dari survei dan pemetaan tanah. Salah satu bentuk evaluasi lahan adalah penilaian kesesuaian lahan, yang merupakan pemilihan lahan yang sesuai dengan tanaman tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan menginterpretasikan peta tanah dalam kaitannya dengan kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman dan tindakan pengelolaan yang diperlukan. Di dalam memilih atau menemukan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu melalui dua tahapan, yaitu pertama menilai persyaratan tumbuh tanaman yang akan diusahakan atau mengetahui sifat-sifat tanah dan lokasi yang pengaruhnya bersifat negatif terhadap tanaman. Tahapan kedua mengidentifikasi dan membatasi lahan yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan tetapi tanpa sifat-sifat lain yang tidak diinginkan. Peta-peta tanah membuat kedua tahapan tersebut lebih mudah untuk dilaksanakan, sebab informasi-informasi yang menyangkut sifat-sifat tanah disimpan pada setiap satuan peta tanah. IV. HASIL YANG DIHARAPKAN Keluaran dari kegiatan adalah : 1. Peta kesesuaian lahan aktual 2. Peta kesesuaian lahan untuk komoditas terpilih 3. Penyusunan komoditas unggulan V. METODA KERJA Kegiatan pekerjaan yang dilakukan, sesuai dengan tujuan yang diinginkan adalah terdiri dari survei untuk pemetaan tanah (yang merupakan pekerjaan utama) dan analisis komoditas unggulan

3

5.1. Survei dan Pemetaan Tanah 5.1.1. Tahapan Persiapan • Studi pustaka mengumpulkan informasi dari instansi terkait untuk mendapatkan a.l. • Peta-peta pembantu (peta topografi, geologi, tanah, landuse dll.), data iklim/hidrologi, data penggunaan lahan, foto udara skala 1:20.000; data penduduk, dll. • Pembuatan peta dasar untuk operasi lapangan yang dibuat berdasarkan overlay atau tumpang tindih dari berbagai peta yaitu peta intepretasi potret, peta geologi, peta topografi dan peta rupa bumi. • Pengadaan bahan dan peralatan untuk operasi lapangan 5.1.2. Tahapan Operasi Lapangan • Pra survei: penyelesaian perijinan; orientasi daerah untuk memperoleh gambaran umum tentang kondisi lapangan dan identifikasi masalah; pengamatan pendahuluan keadaan lapangan dan keadaan tanah berdasarkan operasi lapangan. • Survei tanah utama: dilakukan oleh tim pemetaan dengan tugas melaksanakan seluruh kegiatan survei dan pemetaan tanah, tugas ini mencakup : • Pemantapan pembeda daerah survei dalam satuan fisiografi, pembedaan subsistem dalam bentuk bentuk wilayah atau landform , kelas lereng, relief, dan litologi. Pekerjaan ini dilakukan dengan panduan peta dasar. • Pemetaan dilaksanakan dengan sistem rajangan bebas (kombinasi sistem transek dan grid)/menyesuaikan dengan keadaan lapangan dengan kerapatan rata-rata 10 - 15 Ha untuk satu titik setiap pengamatan. Sistem rajangan tetap 250x 500 m2 dilaksanakan di daerah datar, sistem ini bersifat lentur. Pada wilayah bersifat komplek diperlukan penambahan pengamatan, sedang wilayah yang bersifat homogen kerapatan pengamatan dapat dikurangi. • Pengamatan karakteristik tanah dilaksanakan dengan menggunakan liangbor, minipit, dan profil. Profil tanah pewakil digali dengan kedalaman 200 cm atau sampai batuan induk bilamana kedalaman tanah < 200. Deskripsi morfologi tanah mengikuti pedoman Soil Survey Manual ( USDA,1962). Pengamatan morfologi dan sifat tanah mencakup antara lain: horizon diagnostika, kedalaman efektif, warna, tekstur, struktur, konsistensi, kematangan tanah, sebaran perakaran, pori tanah, pH (H2O), pH(Kcl), pH (H2O2), DHL dan sifat tanah lainnya. • Setiap satuan peta tanah (SPT) akan diwakili paling tidak oleh satu profil pewakil. SPT tanah yang mempunyai luas lebih dari 250 Ha harus diwakili oleh lebih dari satu profil pewakil . • Semua contoh tanah terpilih dianalisis di laboratorium dengan menggunakan metode baku analisis tanah. Metode analisis yang digunakan berdasarkan metode yang dibakukan oleh Soil reference and information center (1992), USDA Soil Conservation Service, 1992.

4

• •



Data iklim dikumpulkan dari stasiun klimatologi dan stasiun pengamatan curah hujan terdekat dari daerah survei. Pengamatan vegetasi dan penggunaan lahan, serta keadaan hidrologi/darinase lahan dilaksanakan di lapangan untuk memperbaiki atau melengkapi peta dasar. Peta dasar hasil analisis intepretasi potret udara dan hasil overlay dari peta lainnya, harus dicek dan diperbaiki batas-batas satuan petanya dengan keadaan sebenarnya di lapangan.

5.2. Analisis Kimia dan Fisika Tanah 5.2.1 Jenis Analisis Kimia Tanah: • pH (H2O) dan pH KCl • C-organik • N-total • P-tersedia • K,Ca,Mg,Na tertukar ( NH4Oac, pH=7) • KPK (NH4Oac, pH=7), kejenuhan Al. 5.2.2 • • • •

Jenis Analisis Fisika Tanah Tekstur tanah dengan 3 fraksi, Berat Volume dan berat jenis, Total ruang pori, Kapasitas lapangan, titik layu.

5.3. Evaluasi Kesesuaian Lahan Data dan informasi sumberdaya lahan yang disampaikan dalam bentuk peta tanah dan uraiannya tidak secara mudah dapat digunakan oleh “pengguna” yang bukan pakar tanah. Oleh karena itu data dan informasi tersebut perlu dituangkan kedalam bentuk yang lebih praktis dan sederhana. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah melalui interpretasi data atau yang lebih dikenal dengan nama “Evaluasi lahan”. Hasil evaluasi lahan ini akan memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Dengan demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Penilaian kesesuaian lahan atau evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menilai kesesuaian lahan suatu wilayah, salah satunya adalah menggunakan hukum minimum yaitu memperbandingkan/menghubungkan (matching) antara kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas lainnya yang dievaluasi. Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan tersebut akan didapatkan kesesuaian terhadap penggunaan yang didasarkan atas sifat fisik lahan atau ditentukan

5

dalam keadaan sekarang artinya bahwa penilaian tersebut belum dilandasi adanya perbaikan-perbaikan terhadap sifat-sifat lahan yang kurang sesuai dengan suatu penggunaan, dan biasanya klasifikasi kesesuaian sekarang dinamakan kesesuaian lahan aktual. Sedangkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan datang setelah diadakan perbaikan utama yang diperlukan untuk meminimalisir faktor penghambat dalam suatu penggunaan lahan. Dalam hal ini perlu diperinci faktor-faktor ekonomis yang disertakan dalam menduga biaya yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan tersebut. Klasifikasi ini dinamakan kesesuaian lahan potensial. 5.4. Pelaporan Pelaporan terdiri dari laporan kemajuan dan laporan akhir. Laporan akhir dilengkapi dengan peta-peta kesesuaian lahan berskala 1: 25.000 untuk tanaman kehutanan, agroindustri dan tanaman pertanian terpilih. 5.6. Implementasi 5.6.1. Personalia: Pekerjaan dilaksanakan oleh tim Buana Lestari dengan melibatkan beberapa orang ahli di bidang ilmu tanah, pertanian, geografi dan kehutanan. 5.6.2. Tata waktu Pelaksanaan

Aktivitas

Bulan 1 1 2 3 4 * * * * * *

4 Persiapan * Pra- survai Survei utama Analisis data draft dan peta Diskusi intern Perbaikan draft Diskusi intern Laporan final #) bergantung kapan dimulai

Bulan 2 1 2 3 4

* *

*

*

* *

Bulan 3 1 2 3 4

*

* *

* * *

*

Bulan 4 1 2 3 4

* *

* *

*

5.7. Pembiayaan Untuk luas wilayah penelitian = 25.000 Ha. Satu titik pengamatan mewakili 12,5 Ha. Jumlah titik pengamatan (25.000 Ha : 12,5 Ha) x 1 titik = 2.000 titik. Satu orang dapat menyelesaikan 8 titik/hari, pekerjaan selesai 250 hari. Satu tim terdiri dari 10 orang, pekerjaan selesai dalam 250 hari/10 = 25 hari Profil selesai dalam 5 hari.Total pekerjaan lapangan selesai dalam (25 + 5) = 30 hari

6

No I

Uraian

Biaya (Rp)

Biaya langsung personal 1. Ketua Tim 1 org x 4 bln x Rp 750.000,2. Peneliti : 5 org x 4 bln x Rp 600.000,3. Surveyor: 10 org x 30 hr x Rp 75.000,4. Pembantu surveyor : 20 org x 30 hr x Rp 20.000,4. Laboran dan drafter: 5 x 4 x Rp 100.000,-

Jumlah (Rp)

3.000.000 12.000.000 22.500.000 12.000.000 2.000.000 51.500.000

II

Biaya langsung non personal 1. Persiapan survei - Peta-peta pendukung (topografi, tanah, landuse, dll) - Penafsiran potret udara - Pembuatan peta dasar untuk operasional di lapangan - Bahan, alat dan lain-lain

3.000.000 5.000.000 3.000.000 7.500.000 18.000.000

2. Pra Survei Rp. 10.000.000,-

10.000.000

3. Survei utama - Transportasi Yogya – lokasi (PP) - Transport lokal : 10 x 30 x Rp. 30.000,- Akomodasi : 10 x 30 x Rp. 30.000,- Konsolidasi : 5 x 4 x Rp. 500.000,-

2.000.000 9.000.000 9.000.000 10.000.000

10.000.000

30.000.000 4. Analisis tanah - Analisis tanah : 50 x 4 x Rp. 125.000,-

25.000.000 25.000.000

5. Pembuatan laporan - Penyusunan : 6 x 2 x Rp. 1.000.000,- Pembuatan dan penggandaan peta - Penggandaan laporan - Presentasi dan diskusi

12.000.000 15.000.000 5.000.000 5.000.000 37.000.000

Total

171.500.000

6. Pajak 10 %

17.150.000 17.150.000

Total 188.650.000 (Seratus delapan puluh delapan juta enam ratus lima puluh ribu rupiah) Data yang perlu dikonfirmasi : Lokasi KPH, luas KPH, Jumlah BKPH, peta topografi, data iklim (terutama hujan dlm 10 thn terakhir), peta kerja skala 1 : 25.000 (atau yg lebih besar)

7

Related Documents

Proposal Basis Data Lahan
November 2019 23
Basis Data
December 2019 50
Basis Data
May 2020 26
Basis Data
July 2020 34
Basis Data
April 2020 24