KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat danhidayahnya saya dapat menyelesaikan proposal dengan baik. Adapun isi dari proposal ini yakni, mengenai Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia. Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan proposal selanjutnya. Semogamakalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis, adapun kekurangandari makalah ini saya ucapkan mohon maaf.Akhir kata saya ucapkan Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang, januari 2019 Penulis Ulfatus sholehah
1
DAFTAR ISI Kata Pengantar........................................................................................................................1 Daftar isi...................................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4 1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah /Fokus Penelitian dan Tujuan...............................................................7 1.3 Kegunaan penelitian/ Manfaat Penelitian...........................................................................8 1.4 Keterbatasan Penelitian......................................................................................................8 1.5 Batasan Istilah....................................................................................................................9 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................10 2.1 Analisis Kesalahan............................................................................................................10 2.2 Hakikat Ejaan ...................................................................................................................10 2.2.3 Pemakaian Huruf.......................................................................................................11 2.2.4 Penggunaan Huruf Kapital........................................................................................12 2.2.5 Penulisan Kata...........................................................................................................16 2.2.6 Pemakaian Tanda Baca.............................................................................................17 2.2.7 Pengertian Kalimat....................................................................................................20 2.2.8 Pembentukan Kata.....................................................................................................20 2.2.9 Pengertian Cerpen......................................................................................................21 2.2.10 Ciri-ciri Cerpen........................................................................................................23 BAB III METODE PENELITIAN……………………………………...............................24 3.1 Pendekatan dan Jenis Rancangan……………………………………...............................24 3.2 Kehadiran Peneliti…………………………………….......................................................24 3.3 Intrumen Penelitian…………………………………….....................................................25 3.4 Pengumpulan Data……………………………………......................................................25 3.5 Data dan Sumber Data……………………………………................................................25 3.6 Teknik Analisa Data……………………………………...................................................26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………................27 4.1 Hasil Penelitian…………………………………….............................................................27 4.2 Kesalahan Tanda Baca……………………………………..................................................27 BAB V PENUTUP ……………………………………............................................................30
2
5.1 Kesimpulan……………………………………................................................................30 5.2 Saran……………………………………..........................................................................30 DAFTAR PUSTAKA…………………………………….....................................................31
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal diri, budaya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaanya, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (Efendi, 2008: 316). Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan dan tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah antara lain dimaksudkan agar: (a) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara, (b) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan keperluan dan keadaan, (c) siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial, (d) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (e) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa menulis dan membaca. Tujuan utama pembelajaran bahasa bukanlah aspek pematangan semata, melainkan hal yang lebih penting, yaitu bagaimana siswa dapat menggunakan bahasa dalam berkomunikasi didalam kelas maupun diluar kelas, dalam situasi resmi maupun situasi tidak resmi. Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi bermasyarakat yang keberhasilanya, antara lain tergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang. Pembelajaran keterampilan berbahasa juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. Di samping itu, mereka diharapkan dapat menyaring hal-hal yang
4
berguna, belajar menjadi diri sendiri dan menyadari akan eksistensi budayanya sehingga tidak tercabut dari lingkungannya (Depdiknas, 2003: 5) Menulis cerita pendek merupakan salah satu upaya untuk melahirkan dan mengungkapkan perasaan, ide serta gagasan yang menunjang diri sebagai manusia yang berbudaya, pandai menulis, serta pandai melihat persoalan melalui sudut pandangnya sendiri dalam bentuk tertulis dengan memperhatikan unsur-unsur cerita pendek dan langkah-langkah dalam menulis cerita pendek. Aksan (2011:42) berpendapat lain bahwa, ceritanya berpusat pada suatu konflik dan tokoh utama. Pada sebuah cerpen terdapat hanya satu insiden utama yang mengusai jalan cerita, halnya ada seorang pelaku utama, dan jalan cerita padat. Oleh karena itu dalam cerita harus tercipta satu kesan saja. Hidayati (2009:91) mengemukakan bahwa, menulis cerita pendek itu sendiri merupakan pengunngkapan pengalaman, gagasan atau ide melalui bentuk bahasa tulis yang disusun sebaik mungkin, sehingga membentuk sebuah cerita dalam bentuk fiksi yang dapat selesai dibaca kira-kira 10 sampai 30 menit. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa menulis cerpen merupakan suatu kegiatan kreatif yang bertujuan untuk mengungkapkan gagasan atau ide, mengasah ketajaman rasa, dan merekam peristiwa atau pengalaman hidup kedalam sebuah cerita dalam bentuk fiksi dan memp Nurgiyantoro (2010:10) menyatakan bahwa, cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, beberapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada urutanya, tak ada satu kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Walaupun sama-sama pendek, panjang cerpen itu bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short shot story), bahkan mungkin pendek sekali berkisar 500-an kata, ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang panjang (long short story), yang terdiri dari puluhan kata (atau bahkan berapa puluh ribu kata), karya sastra yang disebut novelet adalah karya yang lebih pendek dari novel, tetapi lebih panjang dari cerpen, katakanlah pertengahan dari keduanya. Cerpen yang panjang yang terdiri dari puluhan ribu kata tersebut, barangkali dapat disebut juga sebagai novelet. Hampir senada dengan Nurgiyantoro, Sumardjo dan Saini (1997:37) menyatakan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi bisa terjadi dimana saja dan kapan saja) serta relativ pendek. Berbeda dari Nurgiyantoro, Sumardjo dan Saini (1997:37) mengemukakan pengertian cerpen dengan memiliki perbedaan pada ceritanya yang pendek atau relativ pendek, Pranoto (2007:13) berpendapat, 5
bahwa cerpen adalah cerita yang ditulis pendek, tetapi serba pendeknya bukanlah panjang atau pendek itu relativ, karena itu lalu dibuat patokan yang sudah umum berlaku. Sebagai patokan atau pedoman umum, cerpen terdiri dari 2.000 kata samapi 10.000 kata. Berdasarkan pendapat tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa cerpen merupakan cerita yang pendek atau relativ pendek berupa narasi fiktif yang ditulis pendek yang berkisar antara 2.000 kata samapi 10.000 kata, walau sebenarnya mengenai ukuran panjang atau pendeknya memang tidak ada aturan. Cerita pendek atau sering disebut cerpen adalah suatu bentuk bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan dengan karyakarya fiksi yang lebih panjang seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Pengertian cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melaikan disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerpen, jika ruang lingkup dan permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut cerita pendek juga menambahkan bahwa ”cerita pendek adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang”. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, serta juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur, dan latar yang terbatas. 8 Berdasarkan beberapa pendapat peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup permasalahannya disuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal (Suharianto, 1982 : 39). Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan bahasa tulis sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulis seperti ejaan dan tanda baca atau pungtuasi. Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-kuranganya ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosakata, struktur, kalimat, paragraf, ejaan, pramagtik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) pengusaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk 6
sebuah komposisi yang diinginkan. Mengingat pentingnya menulis, dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu lebih diefektifkan. Dengan diajarkan materi menulis tersebut diharapkan siswa mempunyai keterampilan yang lebih baik. Seseorang yang dapat membuat suatu tulisan dengan baik berarti ia telah menguasai tata bahasa, mempunyai kebendaharaan kata, dan mempunyai kemampuan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dengan demikian, tulisan siswa dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia (Sukman, 2005: 30). Dalam menulis sebuah karangan, apapun bentuk organisasi karangan itu, tentu saja siswa harus memilih kata dan bentuknya yang tepat dan menyusun kalimat. Kemudian, kalimat-kalimat itu kita rangkai sehingga terbentuklah paragraf-paragraf, dan selanjutnya terwujudlah sebuah karangan utuh dengan menggunakan organisasi karangan tertentu. Dalam menuliskan kata serta kalimat, kita perlu memperhatikan dan menaati kovensi dalam penggunaan (huruf, tanda baca, serta kovensi tata tulis lainnya). Ini berarti dalam menulis kata dituntut untuk dapat memilih kata yang tepat, menggunakan bentuk kata yang benar, menyusun kalimat yang efektif dan memperhatikan aspek kesalahan ejaan serta organisasi karangan. Pada dasarnya menulis merupakan sesuatu yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata. Kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa harus dikurangi kebatas minimal, bahkan diusahakan dihilangkan sama sekali. Hal ini dapat tercapai jika guru pengajar bahasa telah mengkaji secara mendalam segala aspek seluk–beluk kesalahan berbahasa. Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan yang lazim kaidah tulis menulis ini mempunyai tiga aspek yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuansatuan morfemis, dan aspek sintaksis yang menyangkut ujaran berupa tanda baca. 1.2 Rumusan Masalah / Fokus Penelitian dan Tujuan Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya terbatas pada hal-hal berikut: a. Apa saja kesalahan ejaan yang terdapat pada teks cerita pendek karya siswa kelas VIII SMP Al falah Karang Sokon Pakong Pamekasan? b. Bagaimana kesalahan berbahasa pada kalimat teks cerita pendek karya siswa kelas VIII SMP Al falah Karang Sokon Pakong Pamekasan?
7
c. Bagaimana kesalahan berbahasa pada pembentukan kata teks cerita pendek karya siswa kelas VIII SMP Al falah Karang Sokon Pakong Pamekasan? Berdasrkan rumusan masalah tersebut, Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan kesalahan sebagian dari ejaan yang terdapat pada tek cerita pendek karya siswa kelas VIII SMP Al falah Karang Sokon Pakong Pamekasan? b. Mendeskripsikan kesalahan kalimat pada teks cerita pendek karya siswa kelas VIII SMP Al falah Karang Sokon Pakong Pamekasan? c. Mendeskripsikan kesalahan pembentukan kata pada cerita pendek karya siswa kelas VIII SMP Al falah Karang Sokon Pakong Pamekasan? 1.3 Kegunaan penelitian/ Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoretis 1. Penulis akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama dalam membuat karangan cerpen. 2. Mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam keterampilan menulis cerpen dengan penggunaan ejaan, kalimat, dan pembentukan kata yang tepat. b. Manfaat Praktis 1. Menjadi pembelajaran bagi Penulis agar dapat mengasah keterampilan menulis, khususnya menulis di cerpen 2. Menjadi acuan bagi editor untuk membuat pembelajaran menulis cerpen yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 3. Bagi peneliti untuk memberikan sumbangan terhadap pola penyajian dan pengembangan bahasa terutama bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan. 4. Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan ejaan, kalimat, dan pembentukan kata dalam keterampilan menulis. 1.4 Keterbatasan Penelitian Saat melakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa keterbatasan pada saat melakukan analisis dalam Cerpen . Keterbatasan tersebut yakni Cerpen merupakan Cerpen 8
yang sudah hampir sesuai dengan tataran kebahasaan. Hal ini karena banyak suara-suara bising yang ikut terekam dalam percakapan tersebut. 1.5 Batasan Istilah Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka diperlukannya batasan masalah. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada masalah Analisis Kesalahan ejaan, kalimat, dan pembentukan kata pada teks cerpen karya siswa SMP VIII Al falah Karang Sokon Pakong Pamekasan.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kesalahan Mengenai pengertian ‘analisis’ ada beberapa ahli memberikan batasan, antara lain Hastuti (2003: 19) yang mengatakan bahwa analisis merupakan suatu penyelidikan yang bertujuan menemukan inti permasalahan, kemudian dikupas dari berbagai segi, dikritik, dikomentari, lalu disimpulkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dendy Sugiono dkk. (2008: 58) analisis adalah penyelidikan terhadap peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu penyelidikan (pemeriksaan) terhadap suatu objek untuk mengetahui (menentukan) permasalahan atau unsur-unsur yang sesuai dengan tujuan, kemudian dikupas, diberi ulasan, dan disimpulkan agar dapat dimengerti bagaimana duduk permasalahannya. Selanjutnya Hastuti (2003: 17) menjelaskan bahwa kesalahan merupakan melawankan kata ‘salah’ dengan ‘betul’, maksudnya kata ‘salah’ berarti tidak betul, tidak menurut aturan yang telah ditetapkan. Kesalahan itu dapat disebabkan oleh ketidaktahuan/kekhilafan jika dihubungkan dengan pemakaian kata. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) dijelaskan kesalahan adalah kekeliruan atau kealpaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesalahan adalah penyimpangan terhadap kaidah (norma) atau aturan yang telah ditentukan. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa ada bermacam-macam. Bahasa Indonesia mempunyai karakteristik sendiri dan dalam perkembangannya ada beberapa komponen yang belum dibakukan, yaitu komponen lafal. Sementara itu, yang telah dibakukan pertama ialah komponen ortografi (ilmu ejaan), tata bahasa (morfologi dan sintaksis), kemudian leksikon (Hastuti, 2003: 84). Dari beberapa macam kesalahan berbahasa tersebut, penelitian ini menganalisis kesalahan ortografi (ilmu ejaan) dengan memperhatikan ejaan yang sesua dengan ejaan yang disempurnakan 2.2 Hakikat Ejaan Kaidah ejaan dalam tata tulis sangat penting. Kesalahan ejaan dapat menimbulkan kesalahan tanggapan pembaca terhadap gagasan yang dikemukakan oleh penulis Gantamitreka, (2016:179). Menurut pendapat lain Gantamitreka, (2016:9), ejaan adalah kaidah-kaidah cara penggambaran bunyibunyi (kata,
10
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Menurut Setyawati, (2010:156), secara teknis ejaan adalah aturan tulis- menulis dalam suatu bahasa yang berhubungan dengan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca. Kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah aturan tulis-menulis dalam menggambarkan suatu bahasa yang berhubungan dengan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca. Ejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini dikenal dengan sebutan ejaan yang disempurnakan (EYD) Sebelumnya ada ejaan Ch. A. Van Ophuijsen (1901), ejaan Suwandi (1947), dan ejaan (1966). EYD ditetapkan pada tanggal 12 Oktober 1972, setelah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 16 Agustus 1972, Panitia pengembangan bahasa Indonesia Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Kebudayaan dengan surat keputusan NO 196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah” hingga sampai pada tahun 2015, EYD kembali disempurnakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan yang disempurnakan ini terdiri atas empat bab, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan kata, (3) pemakaian tanda baca,dan (4) penulisan unsur serapan (PUEBI,2015: 1) 2.2.3
Pemakaian Huruf Pemakaian huruf dalam ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia terdiri atas pemakaian huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf, konsonan huruf kapital, dan huruf miring. Pemakaian huruf tersebut disesuaikan dengan fungsinya. Pemakaian huruf abjad dalam bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf, yaitu dari huruf A-Z. Sementara itu, pemakaian huruf yang melambangkan vokal dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u. Pemakaian huruf vocal dalam ejaan bahasa Indonesia dapat diungkapkan dari awal, tengah, dan akhir kata, misalnya pada kata api, padi, lusa, enak, petak, sore, simpan, murni, kota, radio, ulang, ibu, dan sebagainya. Huruf yang melambangkan konsonan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf. Pemakaian huruf konsonan dalam ejaan bahasa 11
Indonesia juga digunakan pada awal, tengah, dan akhir kata, seperti pada kata bahasa, kaca, tiga, balig, dan lain-lain. Huruf diftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Pemakaian huruf diftong digunakan di awal, tengah, dan akhir kata, contoh pada kata syaitan, pandai, aula, saudara, harimau, boikot, amboi, dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Pemakaian gabungan konsonan tersebut dapat dipakai pada awal, tengah, maupun akhir kata, seperti pada kata khusus, akhir, ngilu, bangun, senang, nyata, hanyut, syarat, isyarat, dan sebagainya. 2.2.4 Penggunaan Huruf Kapital a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya: “Apa maksudnya?” “Kita harus bekerja keras.” “Dia membaca buku.” “Pekerjaan itu akan selesai dalam waktu satu jam.” b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Halim Perdanakusumah Wage Rudolf Supratman Jendral Kancil c) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?” Orang itu menasehati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!” “Mereka berhasil meraih mendali emas,” katanya. “Besok pagi,” kata dia, “Mereka akan berangkat” d) Huruf pertama dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, Misalnya: Islam
Alquran
Kristen
Alkitab 12
Hindu
Weda
Allah
Tuhan
e) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya : “Sultan Hasanuddin” “ Mahaputra Yamin” “ Imam Hambali” “Agung Permana, Sarjana Hukum” “Irwansyah, Megister Humaniora” f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya: Selamat datang, Yang Mulia. Selamat pagi, Dokter Semoga bahagia, Sultan Terima kasih, Kiai. g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang akan dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Mentri Nehru Professor Supomo Laksamana Muda Udara Husain Sastra Negara Proklamator Republik Indonesia (Sukarno Hatta) h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: “bangsa Indonesia” “suku Dani” “bahasa Bali” i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar. Misalnya: “tahun Hijriah” “tarikh Masehi” 13
“bulan Agustus” “bulan Maulid” “hari Jumat” “hari Galungan” “hari Lebaran” “hari Natal” j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Konferensi Asia Afrika Perang Dunia II Proklamasi Kemerdekaan Indonesia k) Huruf kapital diapaki sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya : Jakarta Tenggara Pulau Miangas Amerika Serikat Asia Danau Toba Gunung Semeru Jalan Sulawesi l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur ulang bentuk sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti kata di, ke, dari, dan, yang, dan bentuk. Misalnya: Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Peraturan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 Tentang m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dan, yang, dan untuk, yang terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku dari Ave Maria ke Jalan Lain Ke Roma.
14
n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama, gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya : S.H
sarjana hukum
S.K.M
sarjana kesehatan masyarakat
S.S
sarjan sastra
M.A
master of arts
M.Hum
megister humaniora
M.SI
master sains
Pdt
pendeta
o) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: “Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan. “Dendi bertanya, “Itu apa Bu”. “Silahkan duduk Dik!” kata orang itu. Surat Saudara telah kami terima dengan baik. Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa? Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak. 1) Penggunaan Huruf Kecil Huruf kecil digunakan pada posisi-posisi yang tidak menggunakan huruf besar. Huruf Miring a) Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Misalnya: Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan. Berita itu sudah muncul dalam surat kabar Cakrawala. Pusat bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat b) Huruf miring cetakan dipakai untuk menegaskan atau menghususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a Dia bukan menipu tapi ditipu Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau 15
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah maggis adalah Garcinia mangostana Politik divide et impera pernah menjelajah dinegara ini Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia. 2.2.5 Penulisan Kata Penulisan kata merupakan proses atau cara menulis sebuah karya yang mempertimbangkan unsur-unsur bahasa yang dituliskan sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Hal-hal yang dijelaskan dalam penulisan kata menyangkut petunjuk bagaimana menuliskan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti –ku (punyaku), kau- (kauambil), -mu (milikmu), dan –nya (miliknya) kata depan di, ke, dan dari, kata si dan sang partikel, singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan. a) Kata dasar atau morfem bebas ialah kata yang belum memiliki imbuhan yang ditulis sebagai satu kesatuan, misalnya Ibu percaya bahwa engkau tahu. b) Kata turunan ialah kata yang sudah memiliki imbuhan, dibagi dalam beberapa bentuk penulisan, yaitu (1) imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya, (2) jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang berlangsung mengikuti dan mendahuluinya, (3) jika gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan itu ditulis serangkai, (4) jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan kata itu ditulis serangkai. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya: Berjalan
berkelanjutan
Mempermudah
gemetar
Lukisan
kemauan
Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: adibusana infrastruktur proaktif aerodinamika inkonvensional urnawirawan antarkota 16
kontraindikasi semiprofessional antibiotik mancanegara swadaya c) Bentuk ulang ialah bentuk pengulangan kata yang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, misalnya kata hati-hati, anak-anak, mata-mata, dan lain-lain. d) Gabungan kata terdiri atas (1) gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah, (2) gabungan kata termasuk istilah khusus yang menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda penghubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan, dan (3) gabungan kata yang ditulis serangkai, seperti acapkali, adakalanya, beasiswa, saripati, olahraga, dan lain-lain. e) Kata ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya, -ku (punyaku), kau- (kauambil), -mu (milikmu), dan –nya (miliknya) f) Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagi satu kata seperti kepada dan daripada. g) Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, misalnya si Ayah dan sang Surya. 2.2.6 Pemakaian Tanda Baca Hal-hal yang diuraikan dalam pemakaian tanda baca atau pungtuasi ini adalah petunjuk bagaimana penggunaan tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda elips, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau apostrof. Berikut ini akan diuraikan sedikit mengenai pemakaian tanda baca. Tanda titik (.) Dipakai untuk: (1) akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan, (2) dibelakang angka atau huruf dalam satu bagan, iktisar, atau daftar, (3) memisahkan angka, jam, menit, dan menunjukan waktu, (4) di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka, (5) memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya, dan tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan karangan atau kepala ilustrasi, tabel, alamat pengirim dan tanggal surat, maupun alamat penerima surat. a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di solo. 17
Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang datang. b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan iktisar, atau daftar. Misalnya: III. depertemen dalam negeri. A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa. B. Direktorat Jendral Agraria. 1. ….. 2. c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukan jumlah. Misalnya: Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau. Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang. Anggaran lembaga itu mencapai Rp 225.000.000.000,00. Tanda koma (,) a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi. Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber perpustakaan. Satu, dua, … tiga! b) Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Misalnya: Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup. Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya. Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama. c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau diundang, saya akan datang. Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman Agar memilih wawasan d) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian. Misalnya: Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi 18
bintang pelajar. e) Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya, jalannya licin. Nak, kapan selesai kuliahmu? Siapa namamu, Dik? f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.” “Kita harus berbagi dalam hidup ini”, kata nenek saya, “ g) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Halim, Amran (ed). 1996. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Tanda hubung (-) a) Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris. Misalnya: Disamping cara lama diterapkan cara baru. Nelayan pesisir itu membudidayakan rumPut laut. b) Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang. Misalnya: Anak-anak Berulang-ulang Kemerah-merahan Tanda pisah (-) a) Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya : kemerdekaan bangsa it-saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri Tanda petik (“…”) a) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya: “Merdeka itu mati!” seru bung Tomo dalam pidatonya. “Kerjakan tugas ini sekarang!”perintah atasannya. “Besok akan dibahasa dalam rapat. 19
Tanda seru (!) Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidak percayaan, atau emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah indahnya taman laut di Bunaken! Tanda kurung ((…)) a) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM). Warga baru itu belum memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) 2.2.7 Pengertian Kalimat Kalimat menurut widjono (2005:154) adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Kridalaksana (2008:103), kalimat adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Menurut hasan Alwi,dkk. Dalam Tata bahasa baku bahasa indonesia, kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan. Sedangkan dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu di dalamya disertai dengan tanda koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Dari beberapa pengertian di atas, peneliti lebih mengacu pada pengertian kalimat yang dikemukakan oleh Alwi, karena telah dijelaskan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mencakup wujud lisan dan tulis 2.2.8 Pembentukan kata Pembentukan kata juga disebut dengan morfologi, morfologi adalah subsistem yang berupa proses yang mengubah leksem atau huruf menjadi kata.beberapa bagian dari pembentukan kata yakni: 1. Afiks (imbuhan) yakni satuan yag terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Afiks memiliki peran yang yang sangat penting, sebab kehadiran imbuhan pada sebuah kata dasar dapat mengubah bentuk, fungsi, makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.
20
2. Prefiks (awalan) yakni afiks yang melekat di depan kata dasar. Di dalam bahasa indonesia terdapat delapan awalan, yakni ber- dan per, meng- dan di-, ter-, ke-, dan se-. 3. Sufiks (akhiran ) yakni afiks yang melekat di belakang kata dasar. Bahasa indonesia memiliki akhiran –i, -kan, -an, -man, -nya, -wan. 4. Kofiks yakni satu afiks yang melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi 5. Kata turunan (kata jadian) yakni kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan. 2.2.9 Pengertian Cerpen Pengertian cerita pendek (cerpen) telah banyak dibuat dan dikemukakan oleh pakar sastra, dan sastrawan. Jelas tidak mudah membuat definisi mengenai cerpen. Meski demikian, berikut akan dipaparkan pengertian cerita pendek yang diungkapkan oleh para ahli sastra dan sastrawan terkemuka. Dalam Purba (2010: 48), H.B Jassin dalam bukunya Tifa Penyair dan Daerahnya, mengemukakan bahwa cerita pendek ialah cerita yang pendek (1977: 69). Jassin lebih jauh mengungkapkan bahwa tentang cerita pendek ini orang boleh bertengkar, tetapi cerita yang seratus halaman panjangnya sudah tentu tidak disebut cerita pendek dan memang tidak ada cerita pendek yang demikian panjang. Cerita yang panjangnya sepuluh atau dua puluh halaman masih bisa disebut cerita pendek tetapi ada juga cerita pendek yang panjangnya hanya satu halaman. Pengertian yang sama dikemukakan oleh Sumardjo dan Saini di dalam buku mereka Apresiasi Kesusastraan (atau disingkat cerpen) adalah cerita yang pendek. Tetapi dengan hanya melihat fisiknya yang pendek orang belum dapat menetapkan sebuah cerita yang pendek adalah sebuah cerpen (1986: 36). Cerita pendek adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fiksi dalam aspeknya yang terkecil. Kependekan sebuah cerita pendek bukan karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari novel, tetapi karena aspek masalahnya yang sangat dibatasi (Sumardjo, 1983: 69). Selanjutnya menurut Priyatni (2010: 126) cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, dan jumlah kata yang digunakan. Perbandingan ini jika dikaitkan dengan bentuk prosa yang lain, misalnya novel. Sesuai dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan sebagai 21
cerita berbentuk prosa yang pendek (Suyanto, 2012:46). Ukuran pendek di sisni bersifat relatif Menurut Edgar Allan Poe dalam (Suyanto, 2012:46), sastrawan kenamaan Amerika, ukuran pendek di sini adalah selesai dibaca dalam sekali duduk, yakni kira-kira kurang dari satu jam. Adapun Jacob Sumardjo dan Saini K.M (1995: 30) dalam Suyanto (2012: 46) menilai ukuran pendek ini lebih didasarkan pada keterbatasan pengembangan unsur-unsurnya. Cerpen harus memiliki efek tunggal dan tidak kompleks. Pengertian cerita pendek yang dikemukakan oleh, H.B. Jassin, kemudian Sumardjo dan Saini, Priyatni, dan Suyanto merupakan bagian kecil dari pengertian cerita pendek. Beberapa pengertian cerita pendek yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, penulis berhasil meyimpulkan pengertian cerita pendek secara tersendiri. Cerita pendek (cerpen) adalah sebuah karangan berbentuk prosa fiksi yang habis dbaca sekali duduk, maksud dari habis dibaca sekali duduk adalah tidak membutuhkan waktu yang berlama-lama untuk menyelesaikan satu cerita. Cerita pendek juga memiliki pemendekan unsur-unsur pembentuknya, jadi kaya akan pemadatan makna. Sukar untuk memberikan perumusan yang tepat dan tegas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, apakah cerita pendek itu. Tetapi kita coba menerangkan cerita pendek itu dengan menyebutkan unsur-unsur apa yang harus dikandungnya. Di dalam cerita pendek harus ada: 1. Cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai penghidupan, baik secara langsung atau tidak langsung. 2. Sebuah cerita pendek harus menimbulkan suatu hempasan dalam pikiran pembaca. 3. Cerita pendek harus menimbulkan perasaan pada pembaca, bahwa pembaca merasa terbawa oleh jalan cerita, dan cerita pendek pertama-tama menarik perasaan, baru menarik pikiran. 4. Cerita pendek mengandung perincian dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca. Selanjutnya sebuah cerita pendek harus pula mengandung: 1. Sebuah insiden utama yang menguasai jalan cerita 2. Seorang pelaku utama. 3. Jalan cerita yang padat
22
4. Mencerminkan yang ketiga di atas hingga tercipta satu “efek” atau SATU KESAN (impressie). Panjang atau pendek sebuah cerita pendek juga tidak bisa ditetapkan. Pada umumnya panjangnya sebuah cerita pendek itu habis sekali, dua kali atau tiga kali. Tetapi ini juga bukan pegangan. Dapatlah kita katakan antara 500-1.000 – 1.500-2.000 hingga 10.000, 20.000, atau 30.000 kata. Antara cerita pendek yang panjang dan sebuah novelet sudah sukar membedakannya. Bedanya ialah dalam isi cerita. Novelet mencakup cerita pengalaman-pengalaman manusia yang lebih luas, sedangkan cerita pendek memusatkan perhatian pada sesuatu yang lebih terbatas. Cerita pendek itu terbatas kemungkinan-kemungkinannya. Umpamannya, tidak mungkin untuk meceritakan dalam sebuah cerita pendek dikemukakan tanggapantanggapan saat-saat hidup yang karena sesuatu sebab dapat dibawa ke depan dan ditonjolkan. Pengertian tentang batas-batas cerita pendek ini perlu diketahui agar orang jangan mengarang roman dalam sebuah cerita pendek atau sebaliknya. Karena berapa banyak roman-roman yang sebenarnya lebih padat dan lancar ceritanya jika dijalin dalam sebuah cerita pendek. Bahan dalam roman demikian diperpanjang, bertele-tele, sehingga hambar dan tidak berketentuan rasanya (Lubis 1996: 92). 2.2.10 Ciri-Ciri Cerpen Sebuah karya sastra dapat digolongkan ke dalam sebuah cerpen apabila memenuhi cirri-ciri sebagai berikut. a. dapat dibaca hanya dengan sekali duduk, b. tidak lebih dari 10.000 kata dan minimal 1.000 kata, c. beralur tunggal, d. bertema tunggal, e. penggambaran watak tokoh secara sederhana, f. konflik yang terjadi tidak sampai mengubah nasib tokoh, (Robert Stanton, 2007 : 75
23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Rancangan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini intinya mengurai dalam bentuk kata-kata, gambar atau bukan dalam bentuk angkaangka. Dalam penelitian kualitatif peneliti hanya menggunakan bahasa verbal yang cermat dan sangat dipentingkan, karena interpretasi dan kesimpulan yang diambil disampaikan secara verbal. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Adapun ciri-ciri yang penting dalam kajian sastra dengan menggunakan met jelas dari berbagai tingkah laku, tuturan tokoh dalam cerpen makna merupakan andalan utama, peneliti menaruh minat dan perhatian terhadap perilaku setiap orang dalam suatu struktur kehidupan. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu menangkap perspektif obyek yang diteliti berupa teks dengan cermat. 3.2 Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian ini mutlak diperlukan. Peneliti merupakan alat pengumpul data utama Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitianya.Peranan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen, observer, dan sekaligus pengumpul data. Sebagaimana yang dikatakan Guba dan Lincoln bahwa penelitian kualitatif mempunyai ciri manusia sebagai instrumen penelitian. Hanya manusia sebagai instrumen pulalah yang dapat menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi hal yang demikian ia pasti dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya. Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama siswa SMP XII untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Peneliti selaku instrumen utama masuk ke lokasi penelitian agar dapat berhubungan langsung dengan informan guna untuk mengumpulkan data, kenyataan yang ada di lokasi penelitian serta berusaha melakukan interaksi yang positif dengan informan untuk memahami dengan mendalam objek yang diteliti.Dalam penelitian ini bisa membantu siswa untuk menemukan kesalahan yang terdapat pada tulisan cerpen yang ditulis siswa SMP VIII sehingga siswa tersebut bisa mengetahui kesalahan yang terdapat pada tulisan cerpennya.
24
3.3 Intrumen Penelitian Instrumen merupakan alat yang merujuk kepada sarana pengumpulan data (Siswantoro, 2005:65). Penelitian yang berjudul “Analisis kesalahan ejaan, kalimat, dan pembentukan kata yang terdapat pada teks cerita pendek karya siswa kelas VIII SMP Al falah Karang Sokon Pakong Pamekasan pada penelitian ini menggunakan cerpen sebagai instrumen pengumpulan data. Instrumen yang digunakan yaitu Interpretasi pada kepribadian yang dibutuhkan. Dengan demikian, memudahkan peneliti untuk menginterprestasi data tersebut 3.4 Pengumpulan Data Dalam penggumpulan data ini menggunakan Tes Tertulis Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Instrumen yang berupa tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan prestasi. Untuk mengkur kamampuan dasar antara lain: tes untuk mengukur intelegensi (IQ), tes minat, tes bakat khusus, dan 13 Ibid, hal. 150 53 sebagainya. Khusus untuk tes prestasi biasa digunakan disekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) tes buatan guru dan (2) tes terstandar.Dalam penelitian ini tes yang diberikan kepada siswa untuk membuat cerpen Dalam hal ini cerpen disusun oleh peneliti dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang akan diteliti dan sebelumnya telah mendapat validasi dari beberapa ahli. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apa saja jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan cerpen tersebut. 3.5 Data dan Sumber Data Sudaryanto (1993) mengemukakan bahwa data kualitatif tidak berupa angka, tetapi berupa pernyataan-pernyatan mengenai isi, sifat, ciri, keadaan, dari sesuatu atau gejala, atau pernyataan mengenai hubungan-hubungan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sesuatu ini bisa bisa berupa benda-benda fisik, pola-pola perilaku, atau gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, bisa pula peristiwa yang terjadi dalam suatu masyarakat. 3.5.1 Data Data penelitian ini berupa tulisan yang berada pada Cerpen siswa SMP. Data penelitian ini diperoleh dengan cara menganalisis, kemudian data tersebut dicatat untuk selanjutnya dapat dicatat kembali dengan menggunakan tataran ejaan, kalimat, dan pembentukan kata yg ada dalam Cerpen siswa SMP.
25
3.5.2 Sumber Data Data penelitian ini bersumber dari tulisan mahasiswa ketika berada di luar kelas/ di lingkungan kampus Universitas Islam Malang. Data didapatkan peneliti dari merekam, mengamati dan mencatat secara langsung di lingkungan kampus Universitas islam Malang 3.6 Teknik Analisa Data Teknik analisis data diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel. Teknik analisis data melalui penelitian deskriptif yaitu dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data berupa tulisan cerpen yang akan diteliti kesalahan berbahasanya. 2.
Melakukan pengamatan atau observasi dengan menganalisis letak kesalahan berbahasa informasi dari cerpen tersebut.
3. Melakukan klasifikasi atau pengelompokan kesalahan berbahasa dari segi ejaan, kalimat, dan pembentukan yang disempurnakan. 4. Mengevaluasi hasil penelitian. 5. Menyimpulkan hasil penelitian.
26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari penelitian analisis kesalahan ejaan dalam penulisan cerpen kelas 8 smp ini berupa kesalahan ejaan yang terjadi pada saat menulis cerpen. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, ditemukan kesalahan ejaan. Pada bagian deskripsi ini, penulis akan menguraikan frekuensi kesalahan siswa dalam keterampilan menulis cerpen. Setelah diketahui kesalahannya, data-data tersebut dianalisis dan hasilnya disajikan dalam bentuk deskripsi. 4.2 Kesalahan Tanda Baca Penggunaan tanda baca ini sering terjadi kesalahan disetiap penulisan karangan pada siswa karena kurangnya pemahaman pada pemakaian tanda baca dan biasa juga disebabkan oleh terjadinya kelalaian seorang penulis atau pengarang dalam menggunakan tanda baca pada akhir kalimat atau paragraf. Kesalahan tanda baca pada teks cerita pendek kelas 8 smp sebagai berikut 1. Penggunaan Tanda Titik Pada data “ kicauan-kicauan, Burung yang indah” “kami langsung masuk kelas.Sebelum pelajaran pertama di mulai.” “ menerima cintaku. Dan saat itu pula aku dan rara menjadi kita.” “ disini saja. Aku minta maaf.” Kesalahan penggunaan tanda titik yang berlebihan pada cepen tersebut dalam kaidah ejaan bahasa yang disempurnakan dalam penggunaan tanda titik. Berikut ini adalah bentuk penggunaan tanda titik yang bnar dalam kaidah ejaan “ kicauan-kicauan burung yang indah.” Dan dalam data “kami langsung masuk kelas.Sebelum pelajaran pertama di mulai.” Data tersebut berlebihan dalam penggunaan titik, titik hanya digunakan diakhir kalimat. 2. Penggunaan Tanda Tanya Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya, pada data yang siswa tulis terdapat sebagai berikut: ada apa cha Kesalahan penggunaan tanda tanya pada data tersebut terdapat kata “cha” yang seharusnya ditulis menggunakan tanda tanya. Berikut penggunaan tanda tanya yang tepat “ada apa cha?” 3. Penggunaan tanda petik Terdapat kesalahan pada tanda petik yang ditulis oleh siswa kelas 8 smp yaitu : “ ada apa” “ Sabar ya” 27
“salam apa” “usai si rara nelvon” Dari kalimat tersebut ada kesalahan pada tanda petik yang berulang-ulang ditulis dalam tanda petik hanya dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. 4. Kesalahan Penggunaan huruf kapital Kesalahan penggunaan huruf kapital pada awal penulisan huruf pertama kata petunjuk kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan yaitu kesalahannya sebagai berikut kesalahan yang pertama “beberapa tahun”. Pada kalimat diatas terdapat kata “beberapa” yang menggunakan huruf kecil di depan kata yang melanggar kaidah penulisan ejaan yang disempurnakan, seharusnya ditulis dengan menggunakan huruf kapital karena berada di depan kalimat, “Beberapa” ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. Penggunaan huruf kapital yang tepat adalah sebagai berikut“Beberapa tahun” kata temennya Data yang kedua “doa aku” pada data kedua terdapat kesalahan penggunaan huruf kecil pada awal kalimat “doa” pada kata tersebut menggunakan huruf kapital pada awal kalimat, seharusnya kata tersebut harus menggunakan huruf kapital karena kata tersebut berada diawal kalimat yang harus mengikuti peraturan-peraturan penulisan yang baik dan benar. Berikut penggunaan huruf kapital yang tepat “Doa aku” kata si rara Jadi Kesalahan penggunaan huruf kapital yang berlebihan pada cerpen yang ditulis siswa kelas 8 smp didalam cerpen tersebut seharusnya pada huruf pertama memakai huruf kapital, penggunaan huruf kapital yang benar yaitu “ Beberapa tahun” Don aku” karena dalam penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. 5. Kesalahan kata depan Data yang pertama“ silahkan di makan dulu” Kesalahan penggunaan kata depan pada data yang pertama terdapat kata “di” pada kalimat tersebut yang merupakan imbuhan, bukan menunjukan keterangan kata kerja , maka kata tersebut harus disambung dari kata yang mengikutinya. Berikut penggunaan kata yang tepat “silahkan dimakan dulu” 28
Data yang kedua “sesampainya disekolah tepat bel berbunyi” Kesalahan penggunaan kata depan pada data yang kedua terdapat kata “disekolah” pada kata tersebut harus dipisah karena kata tersebut menunjukan keterangan tempat jadi, kata tersebut harus dipisah dari kata yang mengikutinya. Berikut penggunaan kata depan yang tepat “sesampainya di sekolah tepat bel berbunyi” Data yang ketiga “janur kuning didepan rumahku” Kesalahan penggunaan kata depan pada kata “di depan” pada data yang ketiga harus dipisah karena kata“di” di sini adalah imbuhan bukan menunjukan kata keterangan tempat atau waktu. Berikut “penggunaan kata depan yang tepat “janur kuning di depan rumahku”
29
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dibahas, pada hasil penelitian, mengenai bentukbentuk kesalahan ejaan pada Teks cerpen Siswa SMP al falah karang sokon pakong pamekasan dapat disimpulkan bahwa, kesalahan ejaan, kalimat, dan pembentukan kata pada siswa kelas 8 masih banyak mengalami kesalahan dalam menulis cerpen.adapun jeni-jenis kesalahan dalam teks cerpen 1) Penggunaan Tanda Titik 2) Penggunaan Tanda Tanya 3) Penggunaan tanda petik 4) Kesalahan Penggunaan huruf kapital 5) Kesalahan kata depan. Pemakaian huruf dalam ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia terdiri atas pemakaian huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf, konsonan huruf kapital, dan huruf miring. Pemakaian huruf tersebut disesuaikan dengan fungsinya. Pemakaian huruf abjad dalam bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf, yaitu dari huruf A-Z. Sementara itu, pemakaian huruf yang melambangkan vokal dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u. unsur-unsur bahasa yang dituliskan sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Hal-hal yang dijelaskan dalam penulisan kata menyangkut petunjuk bagaimana menuliskan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti –ku (punyaku), kau- (kauambil), -mu (milikmu), dan –nya (miliknya) kata depan di, ke, dan dari, kata si dan sang partikel, singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan 5.2 Saran Analisis kesalahan ejaan pada teks negosiasi siswa kelas 8 SMP Al Falah Karang Sokon Pakong Pamekasn banyak melakukan kesalahan dalam penulisan teks cerpen . Maka hal ini, dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan pemahanan siswa tentang kaidah-kaidah penulisan ejaan,kalimat dan pembentukan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan teks cerpen. Agar semakin meningkat pengetahuan siswa.
30
DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2003. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa indonesia SMP dan MTS. Jakarta Burhan Nurgiyantoro.1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada University Press Gors Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 327-338 Rulam Ahmadi, Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif, (Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang (UM PRESS), 2005), hal. 63 Wibowo ira 2016 Analisis Kesalahan Ejaan Dan Kalimat Sdalam Teks Cerita Pendek Karya Siswa IX SMP Kanisius Kalasan Sleman (daring) skripsi hal 39- 56 https://repository.usd.ac.id/5936/2/121224023_full.pdf diunduh 1 januari 2019 pukul : 12:00 Qhadafi Muammar Reza 2018 Analisis Kesalahan Penulisan Ejaan yang Disempurnakan dalam Teks Negosiasi Siswa SMA Negeri 3 Palu (daring) jurnal Bahasa dan Sastra Volume 3 No. 4 hal 4-14 http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/10525 diunduh 29 desember 2018 pukul 20:00 Vera phinastika analisis kata dan pembentukan kata (daring) https://www.academia.edu/19127842/Makalah_Analisis_Kata_dan_Pembentukan_Kata diunduh 5 januari 2019 pukul 16:50
31