Proposal Ali Kubis Bunga.docx

  • Uploaded by: ALI MARDIN
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Ali Kubis Bunga.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,066
  • Pages: 12
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kubis bunga (Brassiaca oleracea var. Botrytis L.) merupakan tanaman Sayuran yang termasuk dalam keluarga kubis-kubisan Brassicaceae. Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang umum diusahakan oleh para petani dan merupakan sayuran yang digemari hampir setiap masyarakat di Indonesia, memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi dan juga bernilai ekonomis. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah massa bunga atau “curd”, massa bunga tanaman kubis bunga berwarna putih bersih atau putih kekuning-kuningan (Sunajono, 2013). Tanaman kubis bunga berasal dari Eropa Subtropis didaerah mediterania. Sayuraan ini masuk ke Indonesia sekitar 1970-an dan kini cukup populer sebagai bahan pangan. Di Indonesia masyarakat mengenal sayuran kubis bunga sebagai bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing disebut cauluiflower (News, 2011). Menurut Marliah et al., (2013), kubis bunga mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia, karena mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh. Hasil penelitian Sunarjono (2013) menunjukan bahwa kandungan zat gizi dan mineral setiap 100 g kubis bunga segar adalah kalori 25,0 kal, protein 2,4 g, karbohidrat 4,9 g kalsium 22,0 mg, fosfor 72,0 mg, zat besi 1,1 mg, vitamin A 90,0 mg, vitamin B1 0,1 mg, vitamin C 69,9 mg, dan air 91,7 g.

Produktivitas tanaman kubis bunga atau kembang kol di Sulawesi Tenggara tahun 2016 yaitu 23,53 ton ha-1 dengan luas panen 17 ha dan produktivitas kembang kol tahun 2017 yaitu 8,88 ton ha-1 dengan luas panen 17 ha (Badan Pusat Statistik, 2017). Rendahnya produktivitas ini salah satunya disebabkan oleh jenis tanah. Jenis tanah di Sulawesi Tenggara umumnya didominasi tanah Ultisol. Tanah tersebut mempunyai sifat seperti pH rendah, kelarutan unsur hara mikro tinggi seperti Fe dan Mn sehingga berada dalam jumlah yang dapat meracuni tanaman. Kandungan unsur hara makro seperti N, P, K rendah, kapasitas tukar katoin (KTK) rendah, kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi, kandungan hara dan bahan organik rendah dan tanah peka terhadap erosi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi tanah yang memiliki kesuburan yang rendah adalah penambahan dosis pupuk organik cair. Pupuk organik cair memiliki kelebihan karena unsur hara yang dikandung lebih cepat tersedia dan mudah diserap oleh akar tanaman. Selain dengan cara disiram pupuk organik cair dapat digunakan lansung dengan cara disemprot pada daun atau batang tanaman (pardosi, et al., 2014). Keunggulan dari pupuk organik cair adalah kandungan haranya bervariasi yaitu mengandung hara makro dan mikro, penyerapan haranya berjalan lebih cepat karena sudah terlarut, memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan (Hadisuwito, 2007 dalam Novriani, 2016)

Salah satu bahan organik yang dapat meningkatkan unsur hara adalah gamal. Bagian gamal yang digunakan sebagai pupuk salah satunya adalah bagian daun. Penggunaan daun gamal se bagai pupuk organik cair (POC) merupakan salah satu satu cara yang efektif mengingat keberadaan daun gamal cukup tersedia dan banyak mengandung unsur hara. Kandungan unsur hara tersebut sangat berperan aktifpada tanaman yang memerlukan pertumbuhan secara vegetatif. Daun gamal mengandung 3,15% N, 0,22% P, 2,65% K, 1,35% Ca, dan 0,41% Mg (Ibrahim, 2002 dalam jayadi, 2009). Menurut penelitian Novriani (2016), bahwa pemberian POC daun gamal pada konsentrasi 45 ml/liter air merupakan perlakuan terbaik yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kubis bunga sebesar 12,86% dan meningkatkan produksi tanaman sebesar 135,22% dengan produksi kubis bunga yang dapat diperoleh sebesar 10,38 ton/ha-1. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang respon pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga (Brassica oleracea var. Bottrytis L.) yang diberi pupuk organik cair daun gamal dengam dosis yang berbeda 1.2. Perumusan Masalah a. Apakah ada pengaruh perbedaan dosis pupuk cair daun gamal terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga? b. Pupuk dengan dosis berapakah yang paling efektif dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga?

1.3. Tujuan dan kegunaan Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk: a. Mengetahui respon pertumbuhan dan ptoduksi tanaman kubis bunga terhadap dosis pupuk organik cair cair daun gamal. b. Mengetahui dosis pupuk organik cair daun gamal yang memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: a. Bahan informasi serta pertimbangan bagi masarakat dan seluruh pembaca dalam pengembangan dan pembudidayaan kubis bunga. b. Bahan rujukanpenelitian selanjunya yang sejalan dengan penelitian in.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori 2.1.1. Botani Tanaman Kubis Bunga Menurut Saukani (2015), bahwa sistematika tanaman kubis bunga sebagai beriku: Devisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Rhoeedales

Family

: Cruiciferae (Barassicaceae)

Genus

: Brassica

Spesies

: Brassica oleracea var. Botrytis L. Sistem perakaran kubis bunga menurut Cahyono (2001), memiliki akar

tunggang (radix primaria) dan akar serabut. Akar tunggang tumbuh ke pusat bumi (kearah dalam), sedangkan akar serabut tumbuh kearah samping (horizontal), menyebar dan dangkal (20 cm – 30 cm). Dengan perakaran yang dangkal tersebut, tanaman dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada tanah yang gembur dan poraus. Batang tanaman kubis bunga tumbuh tegak dan pendek (sekitar 30 cm). Batang tersebut berwarna hijau, tebal, dan lunak namun cukup kuat dan batang tanaman ini tidak bercabang (Rukmana, 1994).

Daun kubis bunga menurut Cahyono (2003), berbentuk bulat telur (oval) dengan bagian tepi daun bergerigi, agak panjang seperti daun tembakau dan membentuk celah-calah yang menyirip agak melengkung ke dalam. Sugeng (1981) dalam Hakimah (2015), menambahkan daun tersebut berwarna hijau dan panjang dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun-daun yang tumbuh pada pucuk batang sebelum massa bunga tersebut berukuran kecil dan melengkung kedalam melindungi bunga yang sedang atau mulai tumbuh. Massa bunga (curd) terdiri dari bakal bunga yang belum mekar, tersusun atas lebih dari 5000 kuntum bunga dengan tangkai pendek, sehingga tampak membulat padat dan tebal berwarna putih bersih atau putih kekuning-kuningan. Diameter massa bunga kubis bunga dapat mencapai lebih dari 20 cm dan memiliki berat antara 0,5 kg – 1,3 kg, tergantung varietas dan kecocokan tempat tumbuh (Pracaya, 2000). Tanaman kubis bunga dapat menghasilkan buah yang mengandung banyak biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah madu. Buah berbentuk polong, berukuran kecil dan ramping, dengan panjang antara 3 cm – 5 cm. Di dalam buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil, berwarna coklat kehitam-hitaman. Biji-biji tersebut dapat dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman (Cahyono, 2001).

2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kubis Bunga Kubis bunga dapat tumbuh didataran tinggi (1000-2000 m dpl) untuk varietas dataran tinggi dan didataran rendah (100-200 m dpl) untuk varietas dataran rendah. Suhu udara 15-200C dengan kelembaban 80-90 %. Pertumbuhan kubi bunga paling baik didaerah yang hawanya dingin. Bila temperatur turun sampai dibawah -100C dan tetap bertahan untuk waktu yang lama akibatnya tanaman menjadi rusak. Kubis bunga dapat bertahan pada tamperatur rendah apabila penurunan berlansung dengan perlahan-lahan dan tanaman dalam keadaan setengah tumbuh Rukmana (2002) dalam Nasution (2014). Tanah yang dikehendaki tanaman kubis bunga, yaitu tanah subur, gembur, dan banyak mengandung humus dengan pH berkisar 6,0-7,0. Kubis bunga tidak dapat tumbuh baik ditanah yang sangat asam. Apabila ditanam pada pH 4,3 hasilnya sangat berkurang, tetapi apabilah pH dinaikan sampai 6,0 hasil akan meningkat cukup tinggi. Pada pH antara 5,5 dan 6,5 fosfhor masih dapat tersedia untuk tanaman. Untuk meniakan pH dapat diberi kapur dolomit dan jangan melebihi pH 6,5. Kecuali ada serangan penyakit akar membengkak (clubroot) yang serius pH perlu dinaikan sampai netral atau alkalis (Rukmana, 2002) Di daerah yang cukup sinar matahari temperatur yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kubis bunga dapat ditanam sepanjang tahun, asal pada waktu musim hujab air tak tergenang dan pada waktu musim kemarau masih tersedia cukup air (pracaya, 2000).

2.2. Penelitian Terdahulu 2.2.1 Pupuk Organik Cair Pupuk organik berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu pupuk padat dan pupuk cair, kelebihan dari pupuk organik cair ini adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permuklaan tanah bisa lansung dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, 2012). Kelebihan lain dari pupuk organik cair adalah pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman, penyerapan haranya berjalan lebih cepat dan bisa lansung dimanfaatkan tanaman karena unsur hara didalamnya sudah terurai sehingga pengaruhnya dapat terlihat lansung pada pertumbuhan dan produksi tanaman yang dihasilkan (Lingga dan Marsono, 2011) Dosis pupuk organik cair yang tepat merupakan suatu besaraan yang digunakan untuk meghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal, apabila dosis pupuk yang diberikan kurang dari kebutuhan hara tanaman, maka hasil yang diperoleh pun tidak optimal karena jumlah unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi secara baik sehingga metabolisme dalam tubuh tanaman tidak berlansung dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika dosis pupuk organik cair melebihi batas toleransi tanaman maka pertumbuhan tanaman akan terhambat sehingga hasil yang diperoleh pun tidak optimal. Hal ini

disebabkan oleh berlebihnya unsur hara yang diberikan dapat menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam tubuh tanaman serta mengakibatkan keracuanan. Selain itu, sitem sistem penyerapan air dan unsur hara oleh akar didalam tanah secara osmosis dapat terganggu karena adanya perbedaan konsentrasi yang cukup tinggi antara tanah dan akar tanaman (Lestari, 2011). Salah satu tanaman yang termasuk golongan leguminoceae yang berpotensi sebagai pupuk organik cair yang dapat memicu pertumbuhan tanaman adalah gamal. Menurut Ibrahim, (2002) dalam Oviyanti, et al., (2016), bahwa dari daun gamal diperleh sebesar 3,15% N, 0,22% P, 2,65% K, 1,35% Ca, dan 0,41% Mg. 2.2.2. Daun Gamal Daun gamal jika dijadikan pupuk organik mempunyai kandungan nitrogen lebih tinggi sehingga sangat cocok jika diaplikasikan pada tanaman yang menghasilkan bagian vegetatif sebagai bagian tanaman yang dipanen. Tanaman sawi merupakan tanaman indikator yang mampu memberikan respons lebih baik serta kebutuhan haranya dapat terpenuhi oleh bentuk dan keragaman hara pupuk organik daun gamal tersebut. (Sunarjono, 2003 dalam jusuf et al., 2007). Penelitian tentang pupuk organik cair daun gamal setelah dilakukan oleh beberapa peneliti. Daun gamal mengandung unsu hara: 3,15% N, 0,22% P, 2,65% K, 1,35% Ca, dan 0,41% Mg (Ibrahim 2002 dalam Oviyanti, et al., 2016) pemeriab pupuk organik cair daun gamal secara umum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman sawi. Pupuk organik cair daun gamal dengan kosentrasi 120 mL-1 air memberikan pengaruh yang paling

optimum terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan lebar daun tanaman sawi Oviyanti, et al., (2016). Sado (2016) menyatakan bahwa pupuk organik cair daun gamal berpengaruh terhadap tanaman sawi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pupuk organik cair daun gamal dengan kosentrasi 30% membrikan respon yang paling besar dan berpengaruh terhadap pertumbuhan, jumlah daun, luas daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi. Penelitian Wijaya (2015) menyatakan bahwa perlakuan kosentrasi 20 ml/liter air pup[uk organik cair dari asal daun gamal merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman selada. Pada perlakuan 200 ml/ polibag pemberian pupuk organik cair daun gamal mampu memberikan pertumbuhan terbaik pada tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang bibit tanaman kakao dibandingkan perlakuan lainnya (Masluki, 2015). 2.3. Kerangka Pikir Tanaman kubis bunga adalah jenis tanaman sayur yang umum diusahakan oleh para petani dan merupakan salah satu sayuran yang digemari masyarakat indonesia. Tanaman kubis bunga di Indonesia belum dibudidayakan secara luas sehingga produksinya masih sangat rendah. Faktor utama yang menyebabkan produksi kubis bunga rendah khususnya di Sulawesi Tenggara yaitu lahan yang kurang subur dan petani belum menerapkan sistem budidaya yang baik dan benar. Lahan yang kurang subur disebabkan oleh kandungan unsur hara rendah, pH (<5), bahan organik rendah dan kadar air tanah yang rendah, sehingga menytebabkan

pertumbuhan tanaman kubis bunga tidak optimal, belum adanya input pupuk organik, sehingga masyarakat menggunakan pupuk kimia yang berlebihan. Sehingga berdampak negatif pada lingkungan. Usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan produksi tanaman kubis bunga adalaha dengan meningkatkan kesuburan tanah serta menerapkan sistem budidaya yang baik yaitu dengan pemberian pupuk organik cair daun gamal dengan cara disemprotke daun tanaman kubis bunga. Penggunaan daun gamal sebagai pupuk organik cair merupakan cara yang efektif mengingat keberadaan daun gamal cukup tersedia dan berpotensi sebagai pupuk organik cair daun gamal mampu menyediakan kebutuhan hara yaitu kandungan nitrogen lebih tinggi yang diperlukan tanaman sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga.

Budidaya Tanaman Kubis Bunga

Produksi kubis bunga di Sulawesi Tenggara masih rendah

Tingkat kesuburan tanah yang rendah dan teknik budidaya yang kurang memadai

- Kandungan unsur hara rendah. - pH masam. - Bahan organik rendah - Kadar air tanah rendah

Belum adanya input pupuk organik

Penggunaan pupuk organik cair daun gamal

-

Mudah didapatkan. Ramah lingkungan (tidak mengandung bahan kimia)

memiliki kandungan unsur hara makro yang tinggi seperti 3,15% N, 0,22% P, 2,65% K, 1,35% Ca, dan 0,41% Mg

Pertumbuhan dan produksi kubis bunga mengalami peningkatan

Gambar 2.3.1. Kerangka Pikir Penelitian

Related Documents

Ali Ali
June 2020 41
Ali
November 2019 55
Ali
July 2020 34
Ali
November 2019 92

More Documents from ""