Mata Kuliah
: Kegawatdaruratan Sistem II
Dosen
: David Niven L,Skm.,M.Kes
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA STROKE
OLEH : Kelompok IV Irma Yanti Hendra Cahyadi Sulmawati Fitriwati
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA KESEHATAN KENDARI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KENDARI
2017
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugrahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENDIDIKAN KESEHATAN PADA STROKE” guna memenuhi salah satu tugas yang telah ditentukan. Kami menyadari sepenuhnya atas segala keterbatasan kemampuan yang dimiliki sehingga sangat mungkin makalah ini mempunyai banyak kelemahan. Dalam konteks inilah kritik dan saran menjadi bagian sangat penting bagi kami dalam penyempurnaan penulisan selanjutnya. Solawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada habibana wanbiyyana Muhammad SAW tak lupa kepada keluarganya sahabatnya dan mudah mudahan syafaatnya sampai kepada kita semua. Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke didefinisikan sebagai hilangnya fungsi dari otak secara mendadak karena blokade atau ruptur dari pembuluh darah otak. Klasifikasi jenis patologi stroke adalah stroke iskemik dan stroke pendarahan (Anonim, 2009). Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah
merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi (Anonim, 2009). Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteri karotis internal dan arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (Anonim, 2009). Berdasarkan data American Heart Association (AHA), penyakit stroke menjadi penyebab kematian kedua di dunia pada kelompok usia diatas 60 tahun dan penyebab kematian kelima pada kelompok usia 15-59 tahun. Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI STROKE DAN FAKTOR RISIKO Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002). Stroke didefinisikan sebagai disfungsi akut neurologi dari pembuluh darah secara mendadak (dalam detik) atau secara lebih lambat (dalam jam) dengan kejadian gejala dan tanda berhubungan dengan area fokal pada otak (Goldstein, 2001). Faktor risiko stroke dibedakan menjadi 2 macam, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin, ras, etnik, dan genetik. Sedangkan faktor risiko yang dapat dirubah antara lain hipertensi, penyakit jantung, Transient Ischemic Attack (TIA), diabetes melitus, hiperkolesterol, merokok, alkohol, dan pengggunaan obat yang bersifat adiksi (heroin, kokain, dan amfetamin), faktor lifestyle (obesitas, aktivitas, diet dan stress), kontrasepsi oral, migrain, dan faktor hemostatik (Dipiro dkk., 2005). Berdasarkan klasifikasi American Heart Association, terdapat dua macam tipe stroke (Ikawati, 2011) :
a. Tipe oklusif atau penyumbatan, disebut juga stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan pembuluh darah. b. Tipe
Hemoragik
atau
pendarahan
adalah
stroke
yang
disebabkan karena pendarahan intrakranial. Stroke hemoragik terdiri dari :
Hemoragi subarachnoid yaitu ketika darah memasuki daerah subarachnoid berhubungan dengan trauma, pecahnya aneurism intrakranial, atau rupture of an arteriovenous malformation (AVM).
Hemoragi intraserebral yaitu ketika pembuluh darah yang pecah dalam parenkim otak membentuk sebuah hemotoma. Tipe hemoragi ini sangat sering terjadi berhubungan dengan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dan kadang karena pemberian terapi antitrombotik atau trombolitik.
Hematoma subdural yaitu berkumpulnya darah di bagian bawah subdura, disebabkan umumnya oleh trauma.
B. ETIOLOGI Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008): 1. Thrombosis Cerebral Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak: a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas
dinding
pembuluh
darah.
Manifestasi
klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut: Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus). Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan. b. Hyperkoagulasi pada polysitemia Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral. c. Arteritis( radang pada arteri ) d. Emboli Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli: a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD). b. Myokard infark c. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil
dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil. d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium. 2. Haemorhagi Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak. 3. Hipoksia Umum Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah: a. Hipertensi yang parah. b. Cardiac Pulmonary Arrest c. Cardiac output turun akibat aritmia d. Hipoksia Setempat Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah: a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid. b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
C. MANIFESTASI KLINIS Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1.
Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2.
Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak.
3.
Tonus otot lemah atau kaku
4.
Menurun atau hilangnya rasa
5.
Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6.
Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7.
Disartria (bicara pelo atau cadel)
8.
Gangguan persepsi
9.
Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala. Gejala Stroke Menurut World Health Association (WHO) gejala umum stroke antara lain mati rasa (paresthesia) dan kelumpuhan (hemiparesis) secara tiba-tiba pada bagian lengan kaki, wajah, yang lebih sering terjadi pada separuh bagian tubuh. Gejala lain yang muncul antara lain bingung, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan (aphasia), berkurangnya fungsi penglihatan pada salah satu mata (monocular visual loss) atau kedua mata, kesulitan dalam berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, sakit kepala yang parah tanpa sebab, lemah bahkan tidak sadar. Efek penyakit stroke tergantung lokasi kerusakan otak dan bagaimana keparahan tersebut mempengaruhi kondisi tersebut. Stroke yang sangat parah dapat menyebabkan kematian (Ikawati, 2011). Tanda stroke yang dialami pasien diantaranya (Ikawati, 2011) : a. Disfungsi neurologik lebih dari satu (multiple), dan penurunan fungsi tersebut bersifat spesifik ditentukan oleh daerah di otak yang terkena. b. Hemi atau monoparesis (kelumpuhan separuh tubuh). c. Vertigo dan penglihatan yang kabur (double vision), yang dapat disebabkan oleh sirkulasi posterior yang terlibat di dalamnya.
d. Aphasis (kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan). e. Dysarthria penurunan
(kesulitan
menghafalkan
lapang-pandang
ucapan
visual,
dan
dengan
perubahan
jelas), tingkat
kesadaran. f. Jenis stroke dapat ditentukan melalui CT scan.
D. KOMPLIKASI Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan: 1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis. 2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh 3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala. 4. Hidrocephalus Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon
pernapasan
atau
kardiovaskuler
dapat
meninggal.
E. PENANGANAN AWAL STROKE 1. Penanganan awal stroke yang terpenting adalah menjaga jalan nafas pasien agar terus terbuka juga kestabilan sirkulasi darah. 2. Jika pasien tidak sadar, baringkan pada tempat yang aman, dalam lingkungan yang aman pula. 3. Posisikan pasien miring ke arah samping kiri, untuk menghindari pasien tersedak akibat masuknya cairan ke saluran pernafasan. 4. Jangan beri minum penderita terlebih dahulu untuk mencegah agar tidak tersedak 5. Tindakan selanjutnya yang paling tepat adalah Segera membawa pasien ke rumah sakit terdekat. Istilah golden periode stroke adalah sebuah masa kurang dari 3 hingga 6 jam setelah serangan stroke. Waktu ini adalah masa yang paling efektif dari penanganan penderita stroke.
Perawatan Penyakit Stroke Di Rumah penyakit stroke ini adalah menyerang organ persyarafan, maka pada umumnya akan menimbulkan gejala lanjutan seperti halnya kelumpuhan serta kelemahan beberapa anggota gerak tubuh dan tentunya ini akan membutuhkan pengetahuan bagaimana cara merawat pasien stroke di rumah bagi anggota keluarga lainnya. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian ketika kita merawat dan melakukan perawatan penderita stroke yang telah pulang ke rumah diantaranya yaitu : 1. Memberikan dukungan dan juga perhatian untuk pemulihan kesehatan pasien, seperti halnya dalam hal mengantar pasien untuk kontrol dan juga mengingatkan pada saat waktu minum obat. Selain itu pasien-pasien dengan stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi, pendampingan dan dukungan penuh dari keluarga serta semangat dari keluarga akan sangat menolong pemulihan. 2. Mendampingi pasien dalam melakukan aktifitas kegiatan seharihari, dan memberikan bantuan jika memang diperlukan. 3. Melakukan pengontrolan tekanan darah secara rutin, paling tidak dalam seminggu sekali. Karena faktor resiko stroke adalah peningkatan tekanan darah tinggi (Hipertensi). Kontrol tekanan darah dan kolesterol adalah kunci untuk pencegahan dari kejadiankejadian stroke atau stroke berulang dimasa depan. Ini adalah salah satu dari tips merawat pasien stroke di rumah. Beberapa hal yang berkaitan dengan lingkungan rumah juga perlu mendapat perhatian kita. Lingkungan yang baik bagi para penderita stroke ketika mendapatkan pengobatan dan perawatan di rumah adalah sebagai berikut :
Kamar tidur dekat dengan kamar mandi atau WC agar mudah untuk dijangkau.
Adanya pegangan di kamar mandi yang digunakan.
Menyediakan alat bantu komunikasi jika diperlukan, misalnya adalah dengan menyediakan kertas serta pena di dekat pasien.
Menyediakan alat bantu berjalan atau berpindah tempat bagi pasien stroke seperti halnya kursi roda ataupun tongkat (walker).
Menyediakan dan mendekatkan barang-barang yang sering digunakan seperti buku-buku atau telepon.
Menyediakan alas kaki yang nyaman yang memudahkan untuk leluasa dalam berjalan.
Perawatan Pasca Stroke yang perlu kita perhatikan bersama adalah : 1. Posisi tempat tidur dan terapi fisik untuk stroke. Tempat tidur ideal untuk pasien stroke adalah tempat tidur yang padat dengan bagian kepala cukup keras untuk menopang berat ketika disandarkan. Membalikkan pasien dari satu sisi ke sisi lainnya dan mengubah posisi lengan dan tungkai setiap 2 jam. Pijatlah tungkai yang lumpuh 1-2 kali sehari. Menopang tungkai yang lemah dengan bantal. Dan ini pula merupakan bagian dari cara merawat pasien stroke. 2. Membalik pasien. Untuk membalik pasien di tempat tidur, orang yang merawat harus menyelipkan lengan mereka di bawah tubuh penderita stroke dan menarik pasien ke arah mereka. Jika pasien sudah berputar, bukalah dan kencangkan sprei di bawahnya. Punggung pasien diperiksa untuk melihat tanda-tanda dekubitus. Karena dengan pasien yang terbaring lemah di tempat tidur dalam jangka waktu lama akan bisa menimbulkan tanda-tanda dekubitus termasuk tanda dekubitus pasien stroke. 3. Perawatan kulit pada pasien stroke. Sama halnya dengan di atas, bahwa tujuan perawatan kulit penderita stroke ini juga mencegah adanya dekubitus. Membersihkan kulit dengan air hangat, spons dan sedikit antiseptik atau sabun paling tidak sehari sekali. Kulit penderita harus dijaga tetap kering dan bila perlu diberi bedak. 4. Perawatan Mata dan Mulut. Pada pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan dan minum maka pada bagian mulutnya pula harus
dibersihkan dengan sikat yang lembut dan lembab. Menggunakan kain lembab yang bersih ketika membersihkan kelopak mata bila diperlukan. 6. Menelan dan Makan. Dalam hal membantu mengatasi kesulitan dalam menelan ini dipelukan pula bantuan ahli terapi wicara dan juga ahli gizi akan bisa memberikan nasehat berkaitan dengan konsistensi makanan serta minuman yang sesuai. Bila mengalami gangguan menelan, bila perlu memberikan makanan melalui selang (NGT Nas Gastric Tube) yaitu selang yang dimasukkan dari hidung sampai dengan lambung untuk memudahkan pemberian makanan. Untuk mencegah tersedak dan juga pneumonia aspirasi, semua makanan harus dimakan dalam keadaan duduk, jangan dengan berbaring Tatalaksana Terapi Stroke Tujuan utama pengobatan stroke akut adalah (Anonim, 2008):
Mengurangi luka sistem saraf yang sedang berlangsung dan menurunkan kematian serta cacat jangka panjang.
Mencegah komplikasi sekunder untuk imobilitas dan disfungsi sistem syaraf pusat.
Mencegah berulangnya stroke