TUGAS PERENCANAAN DAN EVALUASI P2KM PROGRAM PLAN DEVELOPMENT
Disusun Oleh :
Muhammad Hardiansyah
101814153010
Dita Kartika Sasi
101814153016
PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 2 1.1 Latar Belakang................................................................................................ 2 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2 1.3 Tujuan ............................................................................................................. 3 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4 2.1 Komponen Perencanaan Program ................................................................. 4 2.2 Proses Perencanaan ....................................................................................... 5 2.3 Pembuatan Dokumen Perencanaan Program ................................................ 26 BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 30
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai suatu tujuan. Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan kesehatan, perencanaan harus tediri dari promotor
kesehatan.
Kelompok
ini
masyarakat,
harus
bekerja
promosi
profesional kesehatan dan bersama-sama
dalam proses
perencanaan promosi kesehatan, sehingga dihasilkan program yang sesuai, efektif dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan. Perencanaan merupakan bagian dari sirkulasi administrasi yang terdiri dari 3 fase yakni : perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pengembangan Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu waktu dimana perencanaan dilaksanakan. Kesalahan-kesalahan sewaktu membuat perencanaan akan terlihat selama proses implementasi, demikian juga halnya dengan kekuatan dan kelemahan yang muncul selama periode implementasi merupakan refleksi dari proses perencanaan. Fase evaluasi adalah suatu masa dimana dilakukan pengukuran hasil dari promosi kesehatan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan implementasi yang telah dilakukan dilanjutkan. Selain itu evaluasi diperlukan untuk pemantauan dari promosi kesehatan dan sebagai alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya. Pada makalah ini, pedoman ilmu yang kami gunakan adalah buku “Program Planning for Health and Promotion” oleh Dignan dan Carr edisi kedua Tahun 1992.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa saja komponen pengembangan perencanaan program kesehatan? 2. Bagaimana kegiatan proses pengembangan perencanaan program kesehatan?
2
1.3. Tujuan Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui komponen apa saja yang terdapat dalam pengembangan program kesehatan. 2. Mengetahui proses kegiatan pengembangan perencanaan program kesehatan.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Komponen Perencanaan Program Perencanaan program pendidikan kesehatan biasanya terdiri dari banyak komponen yang berbeda. Menurut Dignan & Carr (1992) terdapat 6 komponen dalam perencanaan program yang dijabarkan pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Komponen Perencanaan Program Komponen Perencanaan Program
Definisi
Statement of goals (penyampaian tujuan)
Pernyataan luas yang mendefinisikan apa yang ingin dicapai dari suatu program pendidikan kesehatan.
Objective (sasaran program)
Pernyataan yang meliputi tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan (goals) termasuk kerangka waktu, arah perubahan, besarnya perubahan yang diharapkan, dan cara perubahan diukur.
Methods
and
activities
Cara yang digunakan untuk melakukan
(metode dan kegiatan)
perubahan.
Metode
mengidentifikasi
sarana yang digunakan dalam pendidikan, seperti media massa, dan penyuluhan perorangan, kegiatan yang menggambarkan cara khusus bagaimana pendidikan akan diterapkan. Resources and constraints
Sumber daya yang spesifik yang ada di
(sumber daya dan kendala)
populasi target yang dapat dimanfaatkan untuk
membawa
perubahan.
Kendala
adalah adanya upaya-upayayang cenderung untuk menghambat program. Evaluation plan (rencana evaluasi)
Prosedur untuk menentukan atau menilai
4
Komponen Perencanaan Program
Definisi apakah program dijalankan sesuai yang direncanakan.
Implementation of plan (implementasi dari
Prosedur untuk mengenalkan program
perencanaan)
kepada populasi target.
Berdasarkan Tabel 2.1 tersebut Dignan & Carr (1992) menjabarkan bahwa untuk mewujudkan tujuan dalam perencanaan program diperlukan sasaran program, metode dan kegiatan, sumber daya dan kendala, rencana evaluasi dan implementasi dari perencanaan.
2.2 Proses Perencanaan Proses pengembangan perencanaan program terdiri dari beberapa langkah yang saling berhubungan secara kompleks. Langkah awal dalam perencanaan adalah membentuk sebuah kelompok untuk melaksanakan tugas. Langkah kedua adalah mengembangkan tujuan (goals) program, ini berhubungan dengan hasil dari analisis komunitas. Kelompok perencana program harus yakin bahwa tujuan (goals) dari program sudah diketahui. Sasaran (objectives) dikembangkan pada langkah ketiga proses perencanaan. Setelah itu sumber daya dan kendala dieksplor dalam langkah keempat. Sumber daya bisa dalam banyak bentuk seperti dana swadaya dari populasi target ataupun produk audiovisual para ahli. Sumber daya dapat membantu membuat program bisa berjalan, sedangkan kendala dapat menjadi penghambat program. Dengan menggunakan sasaran, sumber daya, kendala, kita dapat menentukan metode dan kegiatan yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pada langkah kelima. Perencanaan evaluasi dan implementasi adalah langkah keenam dan ketujuh. Perencanaan yang bagus, mempertimbangkan bagaimana program itu akan berjalan (implementasi) dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan akan dinilai (evaluasi) dalam proses perencanaan. Berikut ini adalah gambar proses pengembangan perencanaan program oleh Dignan & Carr (1992) yang tersaji dalam Gambar 2.1.
5
Step 1 Recruit planning group member
Step 2 Develop program goals
Step 3 Step 6
Develop objectives for goals
Plan for Implementation
Step 4 Step 7
Explore resources and contrains
Plan for evaluation
Step 5 Select methods and activities
Gambar 2.1 Proses Pengembangan Perencanaan Program
2.2.1 Merekrut Anggota Kelompok PerencanaProgram Pengembangan komponen dari sebuah program perencanaan membutuhkan upaya secara sungguh-sungguh. Sehingga, perencanaan biasanya melibatkan sekelompok perencana, bukannya individu yang bertindak sendiri. Sebuah kelompok perencana memiliki kelebihan yang jelas yaitu beban kerja yang lebih sedikit daripada bekerja sendiri. Meskipun demikian, kelompok perencana mempunyai tantangan dalam menggabungkan sudut pandang yang berbeda dalam proses perencanaan. Dalam merencanakan program pendidikan kesehatan, perbedaan sudut pandang biasanya sangat bermanfaat. Profesi kesehatan seperti health educator (pendidik kesehatan), perawat, ahli gizi, atau dokter, seringkali menentukan strategi menyusun kelompok perencana program, tetapi dalam beberapa kasus, pembentukan kelompok bisa ditentukan oleh kebijakan pemerintah 6
atau peraturan yang ditetapkan oleh pihak penyandang dana. Satu strategi untuk meyusun sebuah kelompok perencana program adalah mereka yang terlibat dalam nalisa komunitas dan analisa perilaku menunjuk anggota kelompok perencana atau menunjuk dirinya sendiri. Tenaga kesehatan disisi lain bisa menunjuk seseorang anggota dari kelompok perencana. Pada kondisi ideal tetapi jarang, perwakilan dari populasi target bisa dimasukkan ke dalam kelompok perencana. Syarat terpenting sebagai anggota kelompok perencana program adalah kepedulian terhadap permasalahan dalam populasi target, kesediaan untuk bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya, keahlian berkomunikasi yang baik, dan dapatdiandalkan. Anggota kelompok perencana program juga bisa direkrut melalui proses pemilihan secara demokratis. Kelompok pemilih yang akan menerima pelayanan program bisa memilih perwakilan untuk berpartisipasi dalam perencanaan program. Akan tetapi, kehatihatian harus dilakukan dalam menjelaskan hasil proses seleksi dalam kelompok yang tidak dikenal, karena keberadaan anggota kelompok relawan dapat mempengaruhi hasil proses yang lain. Satu pertimbangan penting dalam memilih anggota kelompok adalah keterlibatan wakil dari populasi target. Keterlibatan wakil tersebut dalam proses perencanaan akan menguntungkan. Ketika anggota populasi target berpartisipasi aktif dalam proses perencanaan, ada perasaan memiliki dari program yang sedang direncanakan, yang akan membantu pelaksanaan kegiatan program dan mendorong partisipasi. Kadang semua populasi target berpartisipasi dalam perencanaan program. Namun demikian dalam kejadian ini populasi targetnya kecil dan tingkat pendidikannya sama, motivasi dalam memecahkan masalah cukup dipertimbangkan, dan filosofi (bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri di dunia ini). Seseorang sering mengajukan diri sebagai anggota kelompok perencana program, akan tetapi ketika orang tersebut memiliki alasan pribadi dalam mempromosikan program, akan menambah ketidakpastian pada proses perencanaan dan membuat program yang dilaksanakan melenceng. Usaha yang dilakukan seorang anggota dalam perencanaan program atau anggota yang mempunyai agenda tersembunyi akan tujuan tertentu dalam proses perencanaan dapat membelokkan arah dan akhirnya dapat mempengaruhi kesuksesan program. Sebagai contoh, seorang anggota masyarakat menjadi penasehat departemen kesehatan mungkin lebih mendukung pusat kesehatan swasta daripada milik departemen kesehatan karena dia mempunyai kontrol lebih pada pelayanan yang diberikan. Mengenali dan menyelesaikan agenda tersembunyi seseorang anggota kelompok 7
perencana
program
akan
mengurangi
jumlah
kendala
yang
dihadapi
dalam
menyusunperencanaan program yang baik, meskipun masalah tersebut akan sulit diselesaikan. Identifikasi agenda tersembunyi bisa didekati melalui penggunaan informan atau anggota kelompok perencana itu sendiri, atau melalui diskusi dengan semua anggota kelompok. Ketika agenda tersembunyi yang ada diselesaikan, kelompok akan siap menerima tujuan bersama program tersebut dan prosedur yang akan mereka gunakan dalam membuat perencanaan program. Memilih wakil populasi target untuk menjadi anggota kelompok perencana paling mudah adalah memilih orang-orang yang sering dihubungi atau mereka yang merupakan pemimpin populasi target. Anggota dari populasi target yang berpengaruh tidak menjamin mereka mampu mewakili pandangan keseluruhan anggota. Pengatur perencanaan program seharusnya khawatir akan menurunnya minat, kesadaran atau tidak, orang-orang dari populasi target yang sangat bersahabat atau sangat vocal. Tidak menjadi masalah siapapun yang ada dalam kelompok perencana program, pemikiran dan kebutuhan populasi target harusterwakili. Memilih anggota kelompok perencana, penting untuk merekrut orang yang bisa mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan dari populasi target kepada anggota kelompok perencana yang lain. Anggota kelompok perencana yang mewakili populasi target harus mengenali dengan baik budaya dan kepercayaan yang berhubungan dengan praktek kesehatan dari populasi target, sehingga bisa memberikan wawasan dan reaksi- reaksi yang mungkin pada upaya pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan cara ini metode dan kegiatan program untuk mengarahkan perubahan perilaku akan sesuai untuk populasitarget.
1.
Orientasi Tugas Perencanaan Langkah pertama dalam menggerakkan kelompok perencana program adalah
melakukan orientasi kepada kelompok akan proses perencanaan program pendidikan kesehatan. Karena kelompok perencana khususnya mereka yang berasal dari kelompok sasaran, mereka belum terbiasa dalam proses perencanaan, tugas pertama adalah memperkenalkan kepada semua anggota kelompok perencana pada manfaat program promosi dan pendidikan kesehatan masyarakat dan prosedur yang digunakan dalam pengembangan perencanaan program. Anggota kelompok perencana harus memulai dengan pemahaman dasar perencanaan. Mereka juga harus tahu bahwa hasil upaya mereka berupa program pendidikan kesehatan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan populasi target. Beberapa 8
kasus, anggota kelompok membutuhkan briefing secara terus menerus tentang bagaimana perencanaanakan dilakukan. Berhubungan dengan adat dan perilaku dalam populasi target (jika diketahui) dan peraturan negara atau lokal yang mungkin mempengaruhi proses perencanaan. Apabila setiap anggota sudah cukup memahami tugas tersebut, perlu dibuat suatu daftar tugas yang dibutuhkan dalam proses perencanaan.
2.
Peran Negosiasi (Role Negotiation) Selama orientasi, setiap anggota kelompok perencana program harus mengetahui
bagaimana tugas perencanaan ke depan yang berhubungan dengan keahlian mereka. Setiap anggota
kelompok
sebaiknya
diminta
untuk
mengenali
dimana
keahlian
atau
pengetahuannya yang paling cocok dengan seluruh proses perencanaan. Setiap orang seharusnya mengerti bahwa dia memiliki kontribusi yang unik untuk diberikan. Setelah sebuah daftar tugas dan keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas perencanaan program ditabulasikan, peran awal dari anggota kelompok yang terlibat dalam proses perencanaan bisa dinegosiasikan. Peran yang ada dalam sebuah kelompok seringkali bervariasi, sama dengan individu yang terdapat dalam kelompok. Sehingga peran yang dibutuhkan dalam kelompok perencanaan ditentukan dari tugas itu. Daftar peran dalam sebuah kelompok perencanaan bisa terdiri dari ketua, wakil, sekretaris, bendahara, fasilitator, peringkas, notulen, peneliti, perwakilan dari pelayanan kesehatan atau populasitarget. Peran negosiasi mungkin merupakan proses yang mengancam bagi individu dalam kelompok perencana program, khususnya ketika anggota dari populasi target dilibatkan. Jarang perwakilan dari populasi target mempunyai pekerjaan seperti pendidik kesehatan masyarakat, perawat, atau pendeta. Kurangnya pengakuan bisa menimbulkan perasaan diasingkan. Setiap anggota kelompok harus merasa bahwa perannya diakui dan dihargai oleh semua anggota kelompok.
3.
PendelegasianTanggungjawab (Delegating Responsibility) Sampai titik ini, satu atau dua orang dapat memikul tanggung jawab utama untuk
memulai dan mengawasi semua aktifitas yang berhubungan dengan proses perencanaan program. Orang-orang ini mungkin bekerja sendiri atau bertindak sebagai partisipan dalam analisis komunitas dan analisis perilaku. Mereka sangat berperan dalam mengidentifikasi dan merekrut anggota dari kelompok perencana program, serta menjelaskan tugas yang ada. Namun, ketika peran kelompok perencana program dinegosiasikan, health educator bisa 9
memiliki peran yang sangat berbeda. Pada saat inilah setiap anggota kelompok perencana harus didorong untuk memikul tanggungjawab program. Setiap anggota kelompok harus menentukan peran apa yang sesuai bagi dirinya dan menegosiasikan dengan anggota lainnya. Petugas kesehatan akan terus dilibatkan sampai program bisa mandiri di populasi target, terbukti sukses, misinya tercapai, dan tidak lagi dibutuhkan, atau dipandang tidak sukses dan harus dihentikan atau direvisi. Pada titik ini kelompok perencana program siap beraksi. Hasil analisis komunitas dan perilaku harus dicek dan dikonfirmasi kembali secara ringkas.
2.2.2 Develop Program Goals (Menentukan TujuanProgram) Tahapan kedua dalam proses perencanaan program promosi dan pendidikan kesehatan adalah develop program goals. Tujuan (goals) adalah pernyataan yang memiliki makna luas mengenai program pendidikan kesehatan apa yang ingin dicapai. Terdapat dua jenis tujuan (goals) yang harus ditentukan yaitu: 1)
Tujuan program secarakeseluruhan
2)
Tujuan pendidikan kesehatan yang akan disampaikan sebagai bagian dari
program Meskipun tujuan program biasanya menyatakan tujuan pendidikan, akan tetapitujuanpendidikan harus dinyatakan secara jelas untuk membuat pendidikan bisa berperan dalam mencapai tujuan program.
1.
TujuanProgram (Program Goals)
Pernyataan tujuan program dimaksudkan untuk mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai dari program tersebut. Pernyataan semacam itu bisa mengidentifikasi komponen program dan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan, tetapi biasanya tujuan program tidak memberikan gambaran mengenai pelayanan kesehatan. Sehingga pernyataan terpisah diperlukan bagi tujuan pelayanan kesehatan yang berbeda. Pembahasan selanjutnya dibatasi pada tujuan promosi dan pendidikan kesehatan.
2.
Tujuan Promosi dan Pendidikan Kesehatan (Goals for Health Education and Promotion) Goals statements for health education and promotion (pernyataan tujuan promosi
dan pendidikan kesehatan) merupakan pernyataan mengenai program promosi dan pendidikan kesehatan apa yang harus dicapai. Berdasarkan pernyataan tersebut, menentukan tujuan pendidikan kesehatan merupakan kegiatan pertama yang harus 10
dilaksanakan oleh perencana program berkaitan dengan dokumen perencanaan akhir yaitu health education plan. Karena tujuan pendidikan kesehatan merupakan dasar dari tahapan proses
perencanaan
selanjutnya,
maka
tujuan
pendidikan
kesehatan
harus
dinyatakandalambahasayangtepatsehinggasemuaanggotaperencanaprogrampendidikan kesehatan dapat memahami secara benar maksud dari tujuan pendidikan kesehatan yang telah ditetapkan. Proses yang berlangsung dalam kelompok perencana program harus dimanfaatkan dalam menentukan tujuan pendidikan kesehatan. Dalam menentukan tujuan pendidikan kesehatan, harus dicapai kesepakatan tanpa syarat diantara semua anggota perencana program. Tidak dapat dipungkiri, sebagian anggota mungkin ada yang tidak sepakat dengan tujuan pendidikan kesehatan yang ditetapkan. Disini lah peran pemimpin perencana program untuk memahami karakter dari setiap anggota yang tidak sepakat dan memberikan solusinya sehingga tercapai kesepakatan diantara semua anggota perencana program. Apabila kesepakatan tidak tercapai, maka struktur anggota perencana program harus dikaji kembali dan menentukan solusi permasalahan yang ditemukan sebelum dilaksanakan tahapan dari proses perencanaan program berikutnya. Sehingga, penyebab permasalahan yang mungkin tersembunyi dapat diketahui. Dengan menentukan tujuan membantu perencana program dalam mengidentifikasi program pendidikan kesehatan apa yang dibutuhkan oleh populasi target guna mencapai perubahan perilaku yang diharapkan di masa depan. Goals (tujuan) merupakan kerangka pikir dari perencanaan program, sehingga menjadi penting karena mencerminkan realitas dari populasi target. Salah satu kritik yang paling umum terhadap program pendidikan kesehatan adalah kritik tersebut didasarkan pada bias dari para professional yang memberikan pelayanan kesehatan apakah pelayanan kesehatan yang diberikan sudah sesuai atau tidak. Program pendidikan kesehatan masyarakat merupakan program berbasis masyarakat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan populasi target. Tujuan pendidikan kesehatan perlu merefleksikan “state of the art” dalam pendidikan kesehatan masyarakat (health educator seharusnya tidak menjanjikan pelayanan kesehatan apa yang mungkin tidak dapat diberikan), tetapi health profesionals harus menyadari bahwa pendekatan baru untuk memecahkan permasalahan akan sulit berkembang ketika menghindari tantangan yangada.
3.
Tujuan PendidikanKesehatan (Educational Goals)
11
Terdapatduajenistujuan(educational goal statements) yang umumnya kita jumpai dalam perencanaan program pendidikan kesehatan (health education program plans). Pertama, tujuan program pendidikan kesehatan berkaitan dengan efek dari program pendidikan kesehatan terhadap client. Kedua adalah tujuan program pendidikan kesehatan berkaitan
dengan
efek
dari
program
pendidikan
kesehatan
terhadap
organisasi/intitusi/lembaga pelayanan kesehatan (agency delivering services to theclient). Pada program pendidikan kesehatan dimana efek dari program pendidikan kesehatan ditujukan kepada client, maka tujuan seringkali dinyatakan sebagai upaya peningkatan status kesehatan (health status changes).Sebagai contoh, menurunkan angka kematian penyakit kardiovaskular dengan mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku dari populasi target sebagai salah satu upaya skrining penyakit jantung dan hipertensi. Tujuan program pendidikan kesehatan juga dapat mengidentifikasi perubahan perilaku dari populasi target yang berdampak terhadap status kesehatan. Upaya pencegahan perilaku merokok merupakan contoh dari tujuan perubahan perilaku yang berdampak terhadap status kesehatan. Pada program pendidikan kesehatan dimana efek dari program pendidikan kesehatan ditujukan kepada organisasi/institusi/lembaga pelayanan kesehatan (agency), maka tujuan seringkali dinyatakan sebagai perubahan perilaku kolektif antar anggota organisasi pelayanan kesehatan (collective behavioral changes among staff members). Sebagai contoh, anggota (staf) Crescent County Health Department akan melaksanakan program pendidikan kesehatan yang direncanakan ketika menjalankan tugas/pekerjaannya. Hal ini menunjukkan telah terjadi perubahan perilaku antar anggota organisasi pelayanan kesehatan.Perubahan perilaku ini menunjukkan dampak dari program pendidikan kesehatan terhadap organisasi/institusi pelayanan kesehatan (agency).Ketika sebuah program didesain untuk menimbulkan perubahan di organisasi/institusi pelayanan kesehatan (agency), sebenarnya terdapat dua populasi target yaitu client dan provider di oganisasi pelayanan kesehatan itu sendiri (the clients of the agency dan the providers working in the agency itself). Dengan mengutamakan
terjadinya
perubahan
perilaku
provider
kesehatan,
kita
dapat
mengasumsikan bahwa client akan memperoleh pelayanan kesehatan dengan baik. Meskipun demikian, asumsi yang demikian dapat menyebabkan hambatan perubahan yang diharapkan dalam populasi target sehingga harus dihindari apabila memungkinkan.
4.
Membedakan Tujuan Jangka Panjang da Tujuan JangkaPendek (Distinguishing between Long and Short Term Goals) 12
Tidak jarang kita menemukan kesulitan dalam membedakan tujuan yang harus segera dicapai dalam waktu dekat (tujuan jangka pendek) dan tujuan yang membutuhkan waktu lama untuk mencapainya (tujuan jangka panjang). Program imunisasi yang bertujuan untuk melindungi masyarakat yang rentan terhadap penyakit menular, misalnya rubella. Hal ini merupakan salah satu contoh tujuan jangka pendek yang dapat dengan mudah dicapai melalui perubahan perilaku (behavioral terms). Di sisi lain, program imunisasijuga bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dimana dalam mencapai tujuan tersebut memerlukan waktu lebih lama atau tidak mudah dicapai dalam jangka waktu pendek. Sehingga, disebut dengan tujuan jangka panjang (long term goals).Dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan guna mewujudkan tujuan jangka pendek tentunya akan berdampak terhadap tujuan jangka panjang yaitu meningkatnya status kesehatan masyarakat. Masalah yang sering dijumpai oleh perencana program saat menentukan tujuan adalah apakah berfokus pada tujuan jangka panjang atau tujuan jangka pendek. Ketika populasi target berpartisipasi dalam perencanaan program, mereka cenderung menolak tujuan jangka panjang yang terlihat samar/tidak pasti dan cenderung memilih tujuan yang bersifat action-oriented. Populasi target mungkin saja tidak sabar dan menginginkan hasil yang cepat dan signifikan dengan input seminimal mungkin. Mereka mungkin tidak memahami kompleksitas dari proses perubahan perilaku yang diupayakan melalui program pendidikan kesehatan. Melalui proses negosiasi dan komunikasi, health educator harus dapat membantu perencana program dalam hal ini populasi target dalam memahami outcomes jangka panjang dari program pendidikan kesehatan. Analisis Crescent County menyatakan bahwa orang yang bekerja di bidang industri merupakan populasi target yang potensial. Analisis perilaku pada populasi ini menunjukkan bahwa teknik mengangkat yang salah dapat menyebabkan cedera pada punggung yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai metode mengangkat yang benar, kesalahan dalam mengevaluasi kekuatan punggung yang dimiliki dan nilai pekerja (worker values) yang mendorong terhadap perilaku yang berisiko. Berdasarkan berbagai faktor yang telah diidentifikasi, maka ditetapkan goals dari program pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut
:
(1)
Pekerja
akan
belajar
untuk
mencegahcedera
punggungmelaluipengetahuanmengenaimetodemengangkatbendaberatyangbenar;(2) Pekerja akan belajar untuk mengevaluasi kekuatan punggung masing-masing; (3) Pekerja akan belajar mengenai bahaya kesehatan, gangguan fungsi tubuh, dan kesulitan lain yang disebabkan oleh cedera punggung.
13
5.
Memverifikasi Tujuan PendidikanKesehatan (Verifying Educational Goals) Educational goal statements (pernyataan tujuan pendidikan kesehatan) perlu
diverifikasi oleh populasi target dan pihak sponsor program. Tujuan pendidikan kesehatan merupakan kerangka pikir dari proses perencanaan program berikutnya dan dalam menentukan objectives (sasaran) program. Dengan demikian, tujuan harus mencerminkan solusi yang realistis dari masalah kesehatan yang ada di populasitargetdengan mempertimbangkan apakah solusi tersebut benar-benar bisa diterapkan (feasible) di populasi target yang bersangkutan. Pihak sponsor program juga memiliki peran penting dalam memverifikasi tujuan pendidikan kesehatan, karena mereka akan memberikan dukungan terhadap keberlangsungan program. Komitmen dan kesepakatan terhadap tujuan pendidikan kesehatan dari pihak sponsor program menjamin dukungan sebelum proses perencanaan program yang memakan waktu dimulai yaitu menentukan objectives (sasaran) program. Apabila populasi target atau pihak sponsor tidak sepakat terhadap goals program pendidikan kesehatan, maka lebih mudah untuk memperbaiki goal statements daripada programobjectives.
2.2.3 Menentukan SasaranProgram (Develop Objectives for Goals) Tahapan ketiga dalam proses perencanaan program promosi dan pendidikan kesehatan adalah develop objectives for goals. Berikut penjelasannya. 1.
Menentukan Sasaran (Specifying Objectives) Objectives (sasaran) merupakan pernyataan yang tepat meliputi tugas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan. Objectives (sasaran) dimaksudkan untuk menentukan perubahan perilaku yang diperlukan dalam mencapai tujuan. Secara umum, objective (sasaran) merupakan pernyataan yang terdiri dari dua bagian yaitu content dan behavior. Bagian content dari sasaran program mengidentifikasi subject matter dan setting. Sebagai contoh, “…...pasien diabetes berkunjung ke klinik rawat jalan untuk memeriksakan kesehatannya secara rutin. Bagian behavior dari sasaran program mengidentifikasi perilaku apa yang akan dilakukan client sebagai hasil interaksi dengan program yang diselenggarakan “…..dapat menginterpretasikan food exchange chart.….”. Sasaran program harus mengidentifikasi siapa yang akan terlibat dalam program, apa saja yang akan dilakukan, kapan kegiatan akan dilaksanakan, dimana kegiatan akan dilaksanakan, dan seberapa besar perubahan perilaku yangdiharapkan. Seperti educational goal statement, sasaran program juga harus diverifikasi oleh populasi target. Apabila populasi target berpartisipasi dalam perencanaan program, maka 14
proses verifikasi tersebut difasilitasi. Selain itu, sasaran program juga harus disesuaikan dengan sumber daya dan hambatan/kendala yang ada di populasi target. Sasaran program harus dinyatakan dengan jelas dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (1) kerangka waktu (time frame) kegiatan berlangsung; (2) arah perubahan yang difasilitasi di populasi target, apakah client atau agency(institusi/lembaga); (3) Besarnya perubahan yang diharapkan; (4) Definisi yang tepat dari cara perubahandiukur. 1)
Menentukan KerangkaWaktu (Determining the Time Frame)
Waktu sebagai salah satu unsur dari sasaran program berkaitan dengan berjalannya evaluasi program dengan baik. Waktu seringkali dinyatakan dalam berbagai istilah dan merupakan salah satu kriteria evaluasi yang paling umum digunakan. Sebagai contoh, waktu dinyatakan dalam istilah jam, hari, bulan, dan tahun. Menentukan kapan suatu tujuan program dapat dicapai misalnya dalam kurun waktu 2 bulan dan durasi waktu merupakan unsur penting dari sasaran program. Dalam menentukan sasaran program perlu perhatian ekstra terhadap parameter waktu, karena program dapat terhambat yang disebabkan oleh batasan waktu yang tidak masuk akal. Operasional kegiatan program memerlukan lead time. Lead time merupakan waktu yang dibutuhkan organisasi antara perencanaan dan implentasi program. Sebuah sasaran program yang tepat, berarti memiliki lead time yang memadai, sementara tekanan secara bersamaan diberikan guna menjamin bahwa sasaran program dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan. 2)
Menentukan ArahPerubahan (Specifying Direction of Change)
Asumsi menyatakan bahwa perubahan perilaku yang diharapkan dalam tujuan dan sasaran program akan mendorong terjadinya outcomes kesehatan yang positif. Sasaran program secara akurat akan menentukan indikator perubahan perilaku yang memudahkan proses evaluasi. Terlebih lagi, specifying direction of change akan membantu perencana program dalam menentukan content program pendidikan kesehatan. Sebagai contoh, menambah waktu olah raga/aktivitas fisik setiap minggu atau mengurangi konsumsi makanan ringan (snack) akan mendorong terjadinya outcomes kesehatan yang positif. Health educator seringkali berbuat salah dengan berfokus pada outcomes perubahan perilaku bukan pada serangkaian intervensi pendidikan kesehatan yang mempengaruhi outcomes perubahan perilaku yang diharapkan. Demi keberhasilan program pendidikan kesehatan dalam mencapai perubahan perilaku yang diharapkan pada populasi target (client), maka sasaran program harus diformulasikan dengan menggabungkan serangkaian perubahan perilaku yang berdampak terhadap outcome perubahan perilaku secara keseluruhan. 15
3)
Menentukan
Besaran
Perubahan
yangDiharapkan
(Determining
the
Magnitude of Anticipated Change) Sasaran program akan membantu untuk mengidentifikasi seberapa besar perubahan yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu. Sebagai contoh, terjadi penurunan perilaku merokok sebesar 60% dalam kurun waktu 6 bulan. Informasi dasar yang mengidentifikasi level perilaku, misalnya jumlah rokok yang dihisap tiap hari ketika program dimulai, dapat dimanfaatkan oleh perencana program. Populasi target dari program yang direncanakan mungkin menjadi faktor paling penting dalam menentukan besarnya perubahan yang diinginkan. Sejauh mana persamaan atau perbedaan karakteristik populasi target dari program yang serupa ? Apa hasil yang dicapai ? Seberapa buruk populasi target yang ingin dirubah
?
Apa
perbedaan
karakteristik
populasi
target
yang
menyebabkan
resistensi/penolakan terhadap program ? Informasi yang diperoleh dari masyarakat dan analisis perilaku serta keakraban yang terjalin dengan populasi target akan memberikan perencana program beberapa petunjuk jawaban atas pertanyaantersebut. 4)
Menentukan
Bagaimana Perubahan DapatDiukur (Determining
How Change Will Be Measured) “The way Change Will Be Measured” berkaitan dengan unit pengukuran. Sasaran program yang efektif harus mencakup prosedur baik secara terpisah maupun dalam satu kesatuan (discrete and fully specified procedure) untuk mengukur efek intervensi program yang direncanakan. Ukuran berat badan dapat dinyatakan dalam pon atau kg, akan tetapi konsep ukuran tersebut diberlakukan ketika gagasan mengenai “berapa berat badan Anda” berhubungan dengan suatu unit pengukuran yang dapat digunakan untuk membandingkan berat badan antar individu. Dalam program pendidikan kesehatan masyarakat, menentukan cara mengukur perubahan/bagaimana perubahan diukur merupakan salah satu langkah penting yang diperlukan guna proses evaluasi program, baik selama proses implementasi program maupun pada saat program berakhir. Di samping itu, sebuah ukuran perubahan yang digunakan dapat menggambarkan kompleksitas dari proses pendidikan kesehatan yang dapat membantu dalam menjelaskan kegiatan program kepada agency administrator. Peningkatan pengetahuan dapat diukur melalui pre test post test, self-reporting, structured interviews, dan self instructional materials. Begitu pula dengan perubahan sikap juga dapat diukur dengan teknik yang sama. Sedangkan, perubahan perilaku dapat diukur dengan mengidentifikasi perilaku individu yang dimonitoring dengan ukuranperubahan yang telah dirancang sebelumnya. Observasi langsung, self reporting, dan report from significant others merupakan teknik yang sering digunakan untuk mengukur perubahan 16
perilaku. Dalam mengembangkan sasaran program, perlu mempertimbangkan beberapa karakteristik kunci dari sasaran program yang efektif guna menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan program. Perencana program harus mengembangkan sasaran program yang menggambarkan content dan behavior secara jelas, disesuaikan dengan populasi target yang dinyatakan secara tepat dan dapat diukur.
Kebijakan dan prosedur organisasi
Deskripsi dari content dan behavior secara jelas
Objective yangbermanfaat danefektif
Kebutuhan dan nilai populasi target Ide menyusun objective secaratepatdand apat di ukur Gambar 2.2 Proses Pengembangan Sasaran Program
Gambar 2.2 menunjukkan bahwa sasaran program yang bermanfaat dan efektif merupakan produk dari manajemen yang baik, community analysis yang efektif, dan pengukuran yang tepat.Sebuah manajemen yang baik di pengaruhi oleh kebijakan dan prosedur organisasi yang baik.Community analysis yang efektifakan memberikan gambaran yang jelas mengenai content dan behavior, dan membantu untuk mengidentifikasi nilai dan kebutuhan populasi target. Dengan demikian, diperoleh sasaran program yang bermanfaat yang dinyatakan secara tepat dan dapat diukur. a.
Kesesuaian (Appropriateness) Sasaran program pendidikan kesehatan masyarakat dikatakan appropriate
(tepat/layak/sesuai) ketika sasaran program tersebut sesuai dengan kondisi kebutuhan, adat istiadat, nilai/norma, view of the world (pemikiran dunia), manfaat atau kepentingan dari populasi target yang telah diidentifikasi pada tahap analisis komunitas dan perilaku (community and behavioral analysis). Sebagai contoh pada program pendidikan kesehatan dengan populasi target remaja hamil yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja hamil terhadap fungsi HCTH (Human Chorionotropic Hormone) maka sasaran program tersebut akan sangat tepat/layak/sesuai untuk kelas prenatal education, tetapi 17
mungkin akan cukup sulit untuk dicapai dan manfaat/nilai dari program tersebut akan dipertanyakan. Mungkin akan lebih berguna program pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan remaja hamil dalam mendeteksi tanda-tanda kehamilan. Tingkat pendidikan, budaya, status sosio-ekonomi, dan keagamaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi seberapa baik populasi target dalam menerima program pendidikan kesehatan. Keberhasilan sebuah program bergantung pada sejauh mana sasaran program sesuai dengan kebutuhan populasitarget. b.
Keakuratan (Precision) Meskipun tingkat keakuratan yang tinggi pada sasaran program pendidikan
kesehatan masyarakat sulit dicapai, dalam membuat sasaran program harus dilakukan secara akurat. Salah satu cara untuk mencapai keakuratan objective program adalah dengan memilih descriptor (pihak yang memberikan gambaran/mendeskripsikan) perilaku dengan sangat hati-hati. Descriptor perlu mempertimbangkan untuk memilih baik salah satu maupun beberapa perilaku yang dapat diamati dengan mudah atau perilaku dimana outcomes yang dihasilkan dapat diamati secara konsisten. Istilah sangat akurat dan kurang akurat dapat digunakan dalam membuat sasaran program guna menggambarkan perilaku. Tidak jarang perencana program merasa dilema ketika mereka berusaha untuk membuat sasaran program secara akurat. Flexibility dan adaptability merupakan hal yang penting dalam program pendidikan kesehatan. Semakin dapat menyesuaikan program dengan kebutuhan populasi target, maka semakin besar pula kemungkinan untuk memberikan pengalaman kepada populasi target yang akan membawa perubahan yang diharapkan. Meskipun demikian, ketika perencana program menekankan tingkat keakuratan dalam mengembangkan sasaran program berarti mereka telah membatasi flexibility dan adaptability dari program pendidikan kesehatan. Sebagai contoh, sasaran program adalah pada akhir program, peserta dapat menjelaskan tiga perilaku yang berisiko terhadap penyakit hipertensi. Fokus pertama dalam membuat sasaran program adalah berfokus pada content program yaitu menentukan content program yang mencakup informasi seputar hipertensi yang bermanfaat untuk penderita hipertensi. Fokus selanjutnya tidak lagi berkaitan dengan content program, melainkan menentukan pendekatan flexible yang digunakan kepada populasi target untuk mencapai perubahan perilaku yang diharapkan. Masalah lain yang dihadapi ketika membuat sasaran program secara akurat adalah kemampuan generalisasi dari program atau validitas eksternal. Pada program pendidikan kesehatan, perencana program terus mengembangkan metode berkaitan dengan populasi 18
target. Dalam hal ini, program pendidikan kesehatan yang direncanakan diupayakan dapat diterapkan di lebih dari satu setting (tatanan atau tempat pelaksanaan) secara efektif. Diperlukan program pendidikan kesehatan masyarakat yang dapat diterapkan kepada populasi target yang berbeda oleh health educator yang berbeda dengan memberikan outcomes yang bersifat reliabel (konsistensi outcomes). Semakin perencana program menekankan tingkat keakuratan dalam membuat sasaran program pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada populasi target tertentu, maka semakin mereka membatasi kemampuan generalisasi dari program pendidikan kesehatan. Apabila sasaran program disusun dengan menyesuaikan kebutuhan populasi target tertentu demi keberhasilan pencapaian program, maka kemungkinan program tidak dapat diterapkan pada populasi lain. Dengan demikian, perasaan dilema yang muncul karena keinginan untuk mencapai outcomes yang diharapkan pada populasi target, namun belum dapat berkontribusi terhadap pengembangan program pendidikan kesehatan di berbagai setting (tatanan atau tempat pelaksanaan). Sehingga perencaa program memiliki tanggung jawab yang besar kepada populasi target. Dalam merencanakan program pendidikan kesehatan masyarakat harus didasarkan atau disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan/manfaat program untuk populasi target. c.
Dapat diukur (Measurability) Seperti yang kita diskusikan sebelumnya bahwa sasaran program harus dapat
diukur. Banyak sasaran program merupakan criterion-referenced yaitu memiliki standar kinerja yang berfungsi sebagai kriteria implisit untuk penilaian kinerja. Ketika menetapkan sasaran program dengan kriteria (ukuran) tertentu, maka akan memudahkan saat proses evaluasi. Akan tetapi mulai muncul masalah yang berkaitan dengan standar pengukuran. Apabila sebuah sasaran program disusun berdasarkan kriteria (ukuran) tertentu guna mencapai keberhasilan program, maka asumsinya adalah program dinilai berhasil, ketika populasi target memberikan outcomes sesuai dengan kriteria (ukuran) yang ditetapkan dalam sasaran program. Standar pengukuran yang ditetapkan dalam sasaran program berdasarkan kriteria (ukuran) tertentu dinilai realistis dan reasonable, apabila goals program pendidikan kesehatan bermanfaat bagi populasi target dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh sasaran
program
yang
dapat
diukur
dengan
mudah,
pada
akhir
program
pendidikankesehatan dan keselamatan kerja, semua karyawan di perusahaan pertambangan yang berpartisipasi dalam program tersebut dapat menggunakan semua peralatan 19
keselamatan (K3) dengan benar di lingkungan kerja mereka. Apabila goals program pendidikan
kesehatan
dan
keselamatan
kerja
adalah
untuk
meningkatkan
kemampuan/ketrampilan karyawan mengenai cara menggunakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), maka standar pengukuran yang sesuai adalah pengukuran ketrampilan karyawan dalam mendemonstrasikan penggunaan peralatan K3. Sasaran program harus mengidentifikasi karakteristik populasi target yang menjadi sasaran program secara jelas. Apa yang membedakan antar populasi target? Akankah populasi target tahu lebih banyak mengenai status kesehatannya dibandingkan dengan populasi yang serupa yang tidak menjadi sasaran program? Apakah populasi target akan berperilaku dalam menjaga kesehatannya dengan cara yang lebih kondusif dibandingkan dengan populasi lain setelah berakhirnya program? Akankah pengetahuan populasi target mengenai masalah kesehatan, sikap dan perilaku kesehatan diarahkan dengan cara yang sama? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka sasaran program harus disusun secara akurat, layak/sesuai, dan dapat diukur yang akan membantu perencana program untuk mengidentifikasi perubahan perilaku pada populasi target (dan populasi lainnya) sebagai outcomes dari implementasi program.
2.2.4 Memperkirakan Sumber Daya dan Hambatan/Kendala (Estimating Resources and Constraint) Setelah tujuan pendidikan ditentukan, perencana program harus mengidentifikasi sumber spesifik yang ada dalam populasi target dan sumber yang berasal dari luar yang dapat digunakan untuk melaksanakan program pendidikan kesehatan. Beberapa sumber daya yang dibutuhkan termasuk dana, fasilitas (sarana dan prasarana), tenaga kerja sukarela, dan dukungan politik. Sumber daya yang memadai harus tersedia untuk mendukung perubahan yang direncanakan. Kendala yang cenderung dapat menghambat pencapaian tujuan program pendidikan kesehatan juga harus diperhatikan. Kendala ini dapat mencakup banyak hal termasuk berbagai sumber daya, meskipun demikian kendala yang ada juga memiliki potensi guna keberhasilan suatu program. Kendala yang sering dirasakan oleh perencana program adalah tidak adanya sumber daya. Misalnya, ditemukan kendala berupa tidak dapat meminimalisir jumlah kecelakaan kerja karena kurangnya tenaga kerja, namun adanya kendala tersebut dapat menjadi ide untuk menyelenggarakan program kesehatan dan keselamatan kerja. Setiap potensi yang dapat menghambat pelaksanaan program pendidikan kesehatan diidentifikasi sebaga kendala/hambatan program. 20
Ketika sumber daya dan kendala telah diidentifikasi, perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang permasalahan yang ada di populasi target. Hal tersebut mungkin diperlukan guna memperbaiki pernyataan tujuan pendidikan kesehatan atau mengatur ulang prioritas karena adanya potensi yang belum direalisasikan dan kendala/hambatan yang tidakterduga.
2.2.5 Mengidentifikasi Metode dan Kegiatan Program (Identifying Methods and Activities) Sampai tahap ini, perencanaan program pendidikan kesehatan terdiri dari hasil analisis komunitas dan analisis perilaku, pernyataan tujuan program dan pendidikan kesehatan, sumber daya dan kendala/hambatan, serta sasaran program untuk mencapai tujuan pendidikan kesehatan. Perencana program harus menentukan bagaimana sasaran program yang dikembangankan dapat diimplementasikan. Dalam beberapa kasus, sasaran program menentukan jenis metode atau kegiatan yang akan digunakan dalam mewujudkan perubahan. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus lain, sasaran program tidak cukup jelas dalam menentukan bagaimana perubahan dicapai di populasi target. Metode merupakan deskripsi umum mengenai bagaimana perubahan harus difasilitasi dalam populasi target. Sebagai contoh, media massa dan pengembangan masyarakat adalah dua metode yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah kegiatan pendidikan kesehatan. Dalam menentukan metode apa yang harus digunakan, perencana program harus menghimpun berbagai strategi yang berbeda sebagai strategi alternatif jika diperlukan di kemudian hari. Dalam menentukan metode apa yang digunakan, maka penting untuk mendiskusikannya dengan populasi target. Apabila populasi target menjadi bagian dari perencana program, maka tidak perlu untuk berdiskusi dengan populasi target mengenai metode yang digunakan. Perencana program harus waspada terhadap bias yang dapat terjadi selama pemilihan metode. Metode yang sering dipilih adalah metode yang membutuhkan sedikit atau tidak membutuhkan pelatihan bagi para professional kesehatan, dibandingkan manfaat metode bagi program. Kriteria yang paling penting dalam pemilihan metode adalah penerimaan oleh populasi target. Kriteria lainnya meliputi tingkat melek huruf (literacy) dari populasi target, tingkat stimulus auditory dan visual yaitu tingkat populasi target menerima pesanmelalui media audio dan visual dalam kehidupan sehari hari, cara mengakses informasi, biaya pelaksanaan metode, kemudahan dalam pelaksanaan metode, kemungkinan metode digunakan (feasibility) dan efektivitas metode. Activities (kegiatan) merupakan penerapan dari metode yang dipilih. Sebagai contoh, dalam memilih metode media massa. Kegiatan akan menguraikan secara khusus isi 21
dan jenis pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Pertimbangan mengenai nilai/norma, adat istiadat/tradisi populasi target merupakan hal penting dalam menentukan kegiatan program guna mencapai perubahan yang diharapkan. Pernyataan yang menggambarkan kegiatan harus cukup rinci sehingga jenis dan format pesan yang akan disampaikan dan pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut dapat ditentukan. Selain itu, konsep yang mendasari pesan yang disampaikan harus jelas. Pernyataan kegiatan berfungsi sebagai timeline guna mencapai tujuan program. Metode pendidikan kesehatan dan karakteristik metode dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Metode Program Pendidikan Kesehatan dan Karakteristiknya Metode
Karakteristik
Audiovisual Aids (Media Audiovisual)
Karakteristiknya hanya untuk audiens yang
spesifik,
digunakan
bersama
dengan metode yang lain, hasil dapat dievaluasi, hanya dipergunakan untuk perilaku yang sederhana, media hanya meningkatkan kemampuan kognitifsaja. Behavior
Modification
Perilaku)
(Modifikasi Media
promosi
kesehatan
dengan
interaksi yang tinggi dan potensial dipergunakan
untuk
setting
klinis,
berdasar pada kontrol stimulus dan menggunakan manajemen reward and punishment, dapat meningkatkan kemampuan psikomotor. Community Development
Program masakah
ini
berusaha
dengan
mengatasi
menggabungkan
masalah ekonomi dan sosial, lebih sering digunakan pada daerah pedesaan. Kelemahan program iniadalah sulitnya melakukan evaluasi.
22
Educational
Television
(Pendidikan Program ini digunakan di dalam kelas
MelaluiTelevisi)
dengan menyajikan program instruksi yang menyeluruh. Program ini dapat merangsang diskusi dan meningkatkan kemampuan kognitif.
Individual Instruction (Konseling dan
Bersifat personal, lebih efisien untuk
Patient Education)
siswa, dapat mengakomodasi kebutuhan individual, sangat baik untuk digunakan di rumah sakit dan di rumah, fokus pada kemampuan
kognitif.
Kelemahan
metode ini adalah kurang efisien bagi healtheduvator,biayamahal,tidakada interaksi dukungan antar kelompok. Inquiry Learning
Merupakan untuk
pendekatan
merumuskan
pada
dan
siswa
mencoba
hipotesis mereka sendiri, fokus pada proses
belajar,
mengembangkan
kemampuan kognitif dan menghasilkan kemampuan efektif, dapat manyajikan masalah
kesehatan
yang
kompleks,
dapat digunakan pada semua kelompok umur. Kelemahan metode ini adalah sulit untuk melakukanevaluasi. Lecture-Discussion (Diskusi-Kuliah)
Metode ini mudah untuk dilaksanakan, menyajiakan informasi, mempengaruhi opini, menumbuhkan pemikirankritis dan praktis.
Mass Media
Karakteristik orang,
biaya
dapat per
mencapaibanyak unit
rendah,
meningkatkan pengetahuan. Kelemahan metode ini tidak dapatmenampung perbedaan di antara audiens.
23
Organizational Development
Digunakan
untuk
kelompok, umpan
membangun
manajemen
balik
data
berhubungan
konflik, dan
ada
pelatihan,
dengan
masalah
lingkungan dan ekonomi. Kelemahan metode ini sulit melakukan evaluasidan membutuhkan waktu lama. Perr
Group
Discussion
KelompokSebaya)
(Diskusi Efektif untuk meningkatkan perubahan perilaku, terdapat interaksi tinggi pada semua
yang
meningkatkan
terlibat,
dapat
motivasi
dan
mempengaruhi sikap. Simulations and Games (Simulasi dan Metode ini Permainan)
dapat
digunakan
pada
masyarakat dengan tingkat kemampuan yang berbeda.
Dapat
meningkatkan
perubahan yang berhubungan dengan kemampuan afektif dan berhubungan dengan kognitif. Skill Development
Metode ini bertujuan menumbuhkan kemampuan psikomotor yang spesifik. Metode ini dapat menjelaskan mengapa prosedur ini dibutuhkan dan mengapa dilakukan
dan
dapat
meningkatkan
kemampuan komunikasi melalui pengembangan psikomotor. Social Action (Kegiatan Sosial)
Metode yang dilakukan pada kelompok masyarakat
yang
mempunyai
ketidakmampuan mengorganisasikan
untuk diri
karena
keterbatasan sumberdaya. Metode ini dapat mengatasi masalah lingkungan dan ekonomi. Kelemahan metodeini adalah sulit untuk melakukan evaluasi.
24
Social Planning (Perencanaan Sosial)
Metode
ini
menggunakan
tehnik
problem solving dan mencapai tujuan pada
tataran
institusional,
berusaha
mengataasi masalah lingkungan dan ekonomi
dan
kelompok
lebih
yang
efektif
kurang
pada
terintgrasi.
Kelemahan metode ini adalah sulit melakukan evaluasi danmemerlukan waktu lama. Programmed Learning
Menggunakan programmed
teaching text,
dan
machine, computer.
Melalui pemebelajaran yang lengkap, educator seringkali tidak dibutuhkan, memungkinkan bagi individu untuk belajar, meingkatkan motivasi learner, memberi umpan balik langsung kepada learner,
dapat
digunakan
untuk
menyampaikan pesan bersifat terangterangan, factual, dan sensitive, biaya tinggi,
limited
flexibility,
dapat
dievaluasi secara mendalam,interaksi antara partsipan dan staf rendah.
2.2.6 Evaluasi PerencanaanProgram (Plan for Evaluation) Sasaran program yang dikembangkan beserta evaluasinya dalam pemikiran digunakan sebagai dasar untuk menyusun evaluasi. Semakin sasaran program yang mencakup standar pengukuran ditentukan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan populasi target, maka berbagai kesulitan dalam proses evaluasi dapat dihindari. Dalam menyusun perencanaan program, tidak dapat dipungkiri bahwa timbul keinginan untuk meminimalkan kebutuhan populasi target sebagai pertimbangan evaluasi bahwa metode dan kegiatan program yang dipilih adalah pilihan yang terbaik bagi populasi target. Perli dilakukan evaluasi secara mendalam pada tahap perencanaan, karena bisa saja pendanaan program di masa depan bergantung pada hasil evaluasi.
25
2.3 Pembuatan Dokumen Perencanaan Program Dalam menghasilkan dokumen tertulis, perencanaan program berguna sebagai pedoman pelaksanaan dan evaluasi, yang mana evaluasi adalah tahap terakhir dalam proses perencanaan. Dokumen perencanaan program penting karena memberikan catatan tertulis dari proses perencanaan program. Catatan tersebut dapat dimanfaatkan oleh perencana program dan individu lainnya untuk menghitung dana yang dibutuhkan guna implementasi program. Dokumen perencanaan program juga dapat berfungsi sebagai panduan staf program selama implementasi dan evaluasi program. Dari perspektif lain, perencanaan program dapat menentukan populasi target, memungkinkan konfirmasi akhir dari kebutuhan kesehatan dan tujuan program yang telah diidentifikasi. Perencanaan program dapat memberikan motivasi bagi individu dalam populasi target untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Pada umumnya, dokumen perencanaan program terdiri dari tujuh bagian, antara lain: 1. Pendahuluan (Introduction) 2. Tujuan program dan tujuan pendidikan kesehatan (program and educational statements) 3. Sumber daya dankendala/hambatan (resources and constraints) 4. Sasaran untuk setiap tujuan pendidikankesehatan () 5. Metode dankegiatan (methods and activities) 6. Rencana evaluasi (evaluation plan) 7. Rencanaimplementasi (plan for implementation) Di beberapa tatanan, terutamaketika perencanaan program dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan atau lembaga kesehatan sukarela, format untuk dokumen perencanaan program mungkin berbeda dari yang disajikan di sini. Selain itu, pada bagian lainnya, seperti bagian anggaran, mungkin diperlukan sebelum dokumen perencanaan program selesai disusun. Bagian pendahuluan dari dokumen perencanaan program harus menjabarkan inti masalah yang akan diintervensi oleh program, populasi target dan alasan memilih populasi target, descriptor masalah yang relevan seperti yang dialami oleh populasi target, dan outcomes yang diharapkan sebagai konsekuensi dari dampak program. Bagian lain dari dokumen perencanaan program harus menjabarkan tujuan program, sumber daya dan kendala/hambatan, sasaran untuk mencapai tujuan program, metode dan kegiatan yang digunakan, prosedur evaluasi, dan rencanai mplementasi. Perencanaan program pendidikan kesehatan harus didokumentasikan sesuai dengan standar penulisan yang ditetapkan untuk menarik minat pembaca yang diharapkan. Sebagai contoh, perencanaan program yang akan dibaca dan disahkan oleh pemerintah daerah akan 26
ditulis dalam format yang berbeda dari perencanaan program yang digunakan oleh staf klinik untuk melaksanakan program pendidikan pasien hipertensi. Faktor paling penting yang harus diperhatikan ketika mendokumentasikan perencanaan program pendidikan kesehatan adalah menyusun dokumen perencanaan program sesuai dengan format sehingga dokumen perencanaan program tersebut dapat digunakan sebagai panduan dalam implementasi program.
2.3.1 Outline for Plans for Health Education/PromotionProgram Garis Besar pada Perencanaan Program Pendidikan dan Promosi Kesehatan I.
Pendahuluan A. Masalah yang diintervensi program B. Deskripsi tentang populasitarget C. Deskripsi permasalahan di populasitarget D. Outcomes yang diharapkan dariprogram
II. Tujuan A. Tujuanprogram B. Tujuan pendidikankesehatan III. Sumber daya dan kendala/hambatan A. Sumber daya yang tersedia B. Kendala yang dihadapi program IV. Sasaranprogram V. Metode dan kegiatan VI. Perencanaani mplementasi VII. Perencanaanevaluasi
2.3.2 Contoh Perencanaan Program Millennials Goes Pink Ingatkan Kesadaran Deteksi Dini Kanker Payudara
Perencanaan program ini membahas mengenai kepedulian para profesional kesehatan di banyak komunitas dan mengajak masyarakat agar bersedia melakukan skrining kanker. Ilmu kedokteran telah mengupayakan pengembangan teknik skrining yang berguna untuk deteksi dini kanker payudara (pemeriksaan payudara dan mamografi) Upaya skrining yang dilakukan dapat mendeteksi kanker secara dini dan apabila terdiagnosa kanker maka dapat segera dilakukan pengobatan secara efektif. Sayangnya, banyak orang yang tidak 27
bersedia tidak melakukan pemeriksaan dan menerima konsekuensinya. Perencanaan program ini mendesain sebuah program untuk mendidik masyarakat mengenai skrining kanker dan mempromosikan teknik deteksi dini kanker payudara kepada masyarakat.
I. Pendahuluan A. Masalah yang harus diintervensi: Rendahnya kesadaran akan deteksi dini kanker payudara di Indonesia B. Populasi target: 50 wanita yang kurang mampu dan berusia di atas 40 Tahun, C. Hasil yang diharapkan dari program: Masyarakat bersedia secara sukarela ikut berpartisipasi dalam deteksi dini kanker di pelayanan kesehatan II. Tujuan A. Tujuan Program : untuk meningkatkan proporsi masyarakat yang berpartisipasi dalam pemeriksaan skrining kanker. B. Tujuan Pendidikan: 1. Masyarakat akan belajar manfaat/nilai dari deteksi dinikanker 2. Masyarakat akan belajar di mana skrining kanker dapat diakses/dijangkaudan biaya yang harusdikeluarkan 3. Masyarakat akan menjadi termotivasi untuk mencari tahu tentang
skrining
kanker III. Sasaran Dinilai melalui survei telepon secara random, setelah program diimplementasikan maka masyarakat diharapkan dapat : 1. Menjelaskan hubungan antara deteksi dini kanker dengan kesuksesan pengobatan kanker 2. Mengetahui berbagai jenis tes skrining yang tersedia untukkanker 3. Mencatat dua pelayanan kesehatan yang menyediakan pemeriksaan skrining kanker 4. Melaporkan status skrining dan memfollow up nya apabila diperlukan skrining lanjutan IV. Sumber Daya danKendala/Hambatan A. Sumber Daya 1) Staf program 2) Media lokal a. Stasiun televisi b. Stasiun radio 28
c. Koran B. Kendala/Hambatan 1. Terbatasnya dana untuk pembelian iklan komersial: iklan layanan masyarakat ditayangkan berdasarkan kebijakan media. 2. Pengalaman staf di bidang media sangatterbatas 3. Media lokal tidak menjangkau semuamasyarakat 4. Rasa takut terhadap kanker dan ketidakpercayaan terhadap pelayanan kesehatan V. Metode danKegiatan A. Metode 1. Komunikasi melalui mediamassa 2. Lecture-discussion dengan media audio visual B. Kegiatan 1. Membuat iklan layanan masyarakat dengan durasi 30 detik yang didistribusikan ke stasiun radio dan televisi lokal. 2. Menyusun rencana pembelajaran untuk dipresentasikan kepada organisasi klub lokal dan pelayanankesehatan 3. Menyusun jadwal penyampaian pesan ke organisasi klub lokal dan pelayanan kesehatan 4. Menyusun sistem rujukan dari individu yang ingin melakukan screening.
29
BAB III KESIMPULAN
Proses pengembangan perencanaan program terdiri dari tujuh tahap/langkah yang saling berhubungan secara kompleks. Kompleksnya hubungan tersebut seringkali menjadikan perencanaan sebagai kerja kelompok. Sehingga langkah awal dalam perencanaan adalah membentuk sebuah kelompok untuk melaksanakan tugas. Langkah kedua adalah mengembangkan tujuan (goals) program, ini berhubungan dengan hasil dari analisis komunitas. Kelompok perencana program harus yakin bahwa tujuan (goals) dari program sudah diketahui. Sasaran (objectives) dikembangkan pada langkah ketiga proses perencanaan. Setelah itu sumber daya dan kendala dieksplor dalam langkah keempat. Sumber daya bisa dalam banyak bentuk seperti dana swadaya dari populasi target ataupun produk audiovisual para ahli. Sumber daya dapat membantu membuat program bisa berjalan, sedangkan kendala dapat menjadi penghambat program. Dengan menggunakan sasaran, sumber daya, kendala, kita dapat menentukan metode dan kegiatan yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pada langkah kelima. Perencanaan evaluasi dan implementasi adalah langkah keenam dan ketujuh. Perencanaan yang bagus, mempertimbangkan bagaimana program itu akan berjalan (implementasi) dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan akan dinilai (evaluasi) dalam prosesperencanaan. Pada tahap pertama yaitu merekrut anggota kelompok perencana program dilakukan dengan melibatkan pihak yang berpartisipasi dalam analisa komunitas dan analisa perilaku, serta dapat menunjuk perwakilan dari populasi target. Syarat terpenting sebagai anggota kelompok perencana program adalah kepedulian terhadap permasalahan dalam populasi target, kesediaan untuk bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya, keahlian berkomunikasi yang baik, dan dapatdiandalkan. Tahap kedua proses pengembangan perencanaan program yaitu menentukan tujuan (goals) program. Tujuan (goals) memiliki makna yang luas mengenai program pendidikan kesehatan yang ingin dicapai. Terdapat dua jenis tujuan yang ditentukan, antara lain (1) Tujuan program seca keseluruhan; (2) Tujuan pendidikan kesehatan yang akan disampaikan sebagai bagian dari program. Pada tujuan pendidikan kesehatan dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) Tujuan program pendidikan kesehatan berkaitan dengan efek dari program pendidikan kesehatan terhadap client; (2) Tujuan program pendidikan kesehatan berkaitan dengan efek dari program pendidikan kesehatan terhadap organisasi/intitusi/lembaga pelayanan kesehatan (agency delivering services to the client). Tujuan pendidikan 30
kesehatan merupakan kerangka pikir dari proses perencanaan program berikutnya dan dalam menentukan objectives (sasaran) program. Dengan demikia, tujuan harus mencerminkan solusi yang realistis dari masalah kesehatan yang ada di populasi target dengan mempertimbangkan apakah solusi tersebut benar-benar bisa diterapkan (feasible) di populasi target yangbersangkutan. Tahap ketiga proses pengembangan perencanaan program adalah menentukan sasaran program. Objectives (sasaran) merupakan pernyataan yang tepat meliputi tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Objectives (sasaran) dimaksudkan untuk menentukan perubahan perilaku yang diperlukan dalam mencapai tujuan. Sasaran program harus mengidentifikasi siapa yang akan terlibat dalam program, apa saja yang akan dilakukan, kapan kegiatan akan dilaksanakan, dimana kegiatan akan dilaksanakan, dan seberapa besar perubahan perilaku yang diharapkan. Sasaran program harus dinyatakan dengan jelas dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (1) kerangka waktu (time frame) kegiatan berlangsung; (2) arah perubahan yang difasilitasi di populasi target, apakah client atau agency (institusi/lembaga); (3) Besarnya perubahan yang diharapkan; (4) Definisi yang tepat dari cara perubahan diukur. Perencana program harus mengembangkan sasaran program yang menggambarkan content dan behavior secara jelas, disesuaikan dengan populasi target yang dinyatakan secara tepat dan dapat diukur. Tahap keempat proses pengembangan perencanaan program adalah menentukan sumber daya dan kendala/hambatan. Setelah tujuan pendidikan ditentukan, perencana program harus mengidentifikasi sumber spesifik yang ada dalam populasi target dan sumber yang berasal dari luar yang dapat digunakan untuk melaksanakan program pendidikan kesehatan. Kendala yang cenderung dapat menghambat pencapaian tujuan program pendidikan kesehatan juga harus diperhatikan. Kendala ini dapat mencakup banyak hal termasuk berbagai sumber daya, meskipun demikian kendala yang ada juga memiliki potensi guna keberhasilan suatu program. Kendala yang sering dirasakan oleh perencana program adalah tidak adanya sumber daya. Tahap kelima proses pengembangan perencanaan program adalah menentukan metode dan kegiatan program. Metode merupakan deskripsi umum mengenai bagaimana perubahan harus difasilitasi dalam populasi target. Dalam menentukan metode apa yang harus digunakan, perencana program harus menghimpun berbagai strategi yang berbeda sebagai strategi alternatif jika diperlukan di kemudian hari. Selain itu, penting untuk
31
mendiskusikannya dengan populasi target. Kriteria lainnya meliputi tingkat melek huruf (literacy) dari populasi target, tingkat stimulus auditory dan visual yaitu tingkat populasi target menerima pesan melalui media audio dan visual dalam kehidupan sehari hari, cara mengakses informasi, biaya pelaksanaan metode, kemudahan dalam pelaksanaan metode, kemungkinan metode digunakan (feasibility) dan efektivitas metode. Activities (kegiatan) merupakan penerapan dari metode yang dipilih. Kegiatan akan menguraikan secara khusus isi dan jenis pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Pertimbangan mengenai nilai/norma, adat istiadat/tradisi populasi target merupakan hal penting dalam menentukan kegiatan program guna mencapai perubahan yang diharapkan. Tahap terakhir proses pengembangan perencanaan program adalah perencanaan evaluasi. Sasaran program yang dikembangkan beserta evaluasinya dalam pemikiran digunakan sebagai dasar untuk menyusun evaluasi. Semakin sasaran program yang mencakup standar pengukuran ditentukan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan populasi target, maka berbagai kesulitan dalam proses evaluasi dapat dihindari. Perlu dilakukan evaluasi secara mendalam pada tahap perencanaan, karena bisa saja pendanaan program di masa depan bergantung pada hasil evaluasi. Perencanaan program pendidikan kesehatan harus didokumentasikan program yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman pelaksanaan dan evaluasi program. Pada umumnya, dokumen perencanaan program terdiri dari tujuh bagian, antara lain (1) Introduction (pendahuluan); (2) Program and Educational Statements (tujuan program dan tujuan pendidikan
kesehatan);
(3)
Resources
and
Constraints
(sumber
daya
dan
kendala/hambatan); (4) Sasaran untuk setiap tujuan pendidikan kesehatan; (5) Methods and Activities (metode dan kegiatan); (6) Evaluation plan (rencana evaluasi); (6) Plan for implementation (rencanai mplementasi).
32
DAFTAR PUSTAKA
Dignan, Mark B. 1992. Program Planning for Health Education and Promotion second edition. Pennsylvania : Chester Field Parkway Malvern.
33