Peran Lumbricus rubellus Sebagai Pakan Alternatif Untuk Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Telur Itik
SUKARNE (Ketua Kelompok) L. UNSUN NIDHAL
FATHUL MUBIN
: B1C 008 002
: B1B 008 029 (Anggota) : B1A 008 036 (Anggota)
Ternak itik sebagai salah satu jenis unggas penghasil telur bahkan daging memegang peranan penting dalam upaya peningkatan gizi masyarakat khususnya yang berasal dari protein hewani pemeliharaan itik petelur hal yang paling penting adalah mengupayakan terpenuhi kebutuhan pakannya terutama untuk kebutuhan hidup pokok, produksi maupun reproduksi.
Penggunaan keong mas sebagai makanan itik sebagai sumber protein hewani telah dilakukan sejak tahun 1985, namun keong bersifat tidak kontinyu, hanya terdapat pada musim padi saja. Bahan makanan untuk unggas seperti ayam dan itik kebanyakan berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Nyoman Brandi (1996) menyatakan, cacing tanah merupakan salah satu jawaban di dalam mengatasi kelangkaan masalah protein hewani untuk unggas.
harga pakan konsentrat yang mahal dan keterbatasan sumber pakan cacing merupakan bahan pakan alternatif bagi ternak unggas dan ikan. Binatang ini mengandung gizi tinggi antara lain : Protein 6476, lemak 7 – 10 %, energi 900-1400 kal serta mineral,air dan asam amino paling lengkap (Anonim). Kebutuhan tepung ikan nasional tahun 1995 sebesar 136.727 ton, dimana 128.975 ton impor dan 7.770 ton produksi dalam negeri (soesilo, 1998). peningkatan kandungan telur itik akibat pemberian pakan cacing tanah akan sangat membuka kesempatan untuk semua pihak untuk terus meneliti dan mengembangkan peran cacing tanah untuk meningkatkan gizi suatu bahan pangan.
potensi NTB untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi telur itik sangat mendukung, baik dari aspek sosial budaya, lingkungan darat, iklim maupun kontinuitas bahan pakan.
Pada umumnya masyarakat menggunakan keong emas sebagai pakan alternatif untuk meningkatkan produksi telur itik, namun keong hanya terdapat dimusim penghujan/musim padi. Biasanya cacing hanya digunakan sebagai pakan ikan, namun bagaimana halnya jika fungsi cacing kita perluas menjadi pakan itik. Bagaimana teknis pembiakan lumbricus rubellus sehingga dapat digunakan sebagai pakan alternatif. Bagaimana meyakinkan dan menyadarkan peternak bahwa ternyata cacing memiliki kandungan nutrisi yang tinggi untuk dijadikan pakan alternatif, sehingga lebih ekonomis dan menguntungkan. Cacing sangat mudah hidup dan dikembangkan, namun masyarakat kebanyakan jijik kalo menggunakan cacing sebagai pakan ternak. Mungkinkah kuantitas dan kualitas telur itik yang diberi pakan cacing tanah akan meningkat, atau justru sebaliknya.
Tujuan
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk : Melakukan studi dan kajian/telaahan mengenai
teknik dan manfaat pembiakan lumbricus rubellus. Ingin membuktikan bahwa kandungan cacing tanah mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas telur itik, sehingga mampu menggantikan posisi keong sebagai pakan alternatif. Ingin membuktikan bahwa sesuatu yang pada mulanya hanya dianggap binatang menjijikkan bisa sebagai sesuatu yang menguntungkan. Ingin membuktikan bahwa kandungan telur yang diberi pakan cacing akan memiliki kandungan mikro dan makro yang beragam dan bergizi tinggi, sehingga mampu membantu program pemerintah untuk mengentaskan gizi buruk.
Luaran yang Diharapkan SETELAH KAMI DAPAT MENYELESAIKAN PENELITIAN INI KAMI HARAPKAN ADANYA KELUARAN BERUPA ARTIKEL ATAUPUN PATEN TERHADAP HASIL PENELITIAN INI.
Kegunaan Media informasi yang inovatif dalam memberikan solusi
yang diperlukan peternak dalam mengatasi masalah pakan alternatif yang bernutrisi tinggi khususnya yang berkaitan dengan daya dukung lingkungan bagi usaha peternakan. Sebagai media informasi dalam upaya menyadarkan masyarakat bahwa cacing tanah merupakan alternatif baru untuk pakan itik yang memiliki kandungan nutrisi yang jauh melampaui keong emas. Dengan terungkapnya mamfaat cacing tanah ini, diharapkan mampu mejawab kebutuhan peternak akan pakan yang berkualitas tinggi dengan harga yang ekonomis, bahkan mereka dendiri bisa membuatnya. Kebutuhan telur dan daging itik akan terpenuhi dikalangan rakyat kecil/pedesaan, bahkan diharapkan melampaui masyarakat luas. Selain itu, masyarakat juga bisa memanfaatkan kascing sebagai pupuk yang sangat baik dan aman bagi lingkungan.
Tinjauan Pustaka Bahan makanan asal hewan memang dibutuhkan dan
berpengaruh terhadap produksi, sesuai dengan pertan asam amino itu sendiri (Rasyaf, 1990). Bahan pakan yang biasa digunakan untuk menyusun ransum ayam atau itik seperti misalnya jagung, dedak padi, bungkil kedele, tepung ikan dan tepung daging dan tulang disebut bahan pakan konvensional (Achmanu, 1997). Dari hasil penelitian menunjukkan cacing tanah mempunyai kandungan protein cukup tinggi, yaitu sekitar 72%, yang dapat dikategorikan sebagai protein murni. Kalau dibandingkan dengan jenis bahan makanan asal hewan lainnya, misalnya ikan teri yang biasanya dipakai dalam campuran ransum unggas, mempunyai kandungan protein protein kasar berkisar antara 58-67% dan bekicot dengan kandungan protein 60,90%, masih jauh lebih rendah dibanding dengan cacing tanah (Anonim).
Protein yang sangat tinggi pada cacing tanah
terdiri dari setidaknya sembilan macam asam amino esensial dan empat macam asam amino non-esensial (Palungkun, 1999). Cacing jenis Lumbricus rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak (Anonim). Struktur cacing tanah yang perlu diketahui adalah tubuhnya terasa dingin dan di selimuti kelenjar. Tidak punya mata, tidak punya telinga, tidak punya tangan dan kaki, tapi punya mulut yang dilindungi oleh prastomium, punya segmen, punya kitellum dan punya anus (anonim, 1998).
Dari sembilan spesies cacing tanah diatas, empat
spesies diantaranya sudah dibudidayakan dan diproduksi secara komersia (Rukmana, 2008). Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah akan menetas setelah berumur 14-21 hari. Setelah menetas, cacing tanah muda ini akan hidup dan dapat mencapai dewasa kelamin dalam waktu 2,53 bulan (Palungkun, 1999).
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-
bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar.
2. Pembibitan Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung. a. Pemilihan Bibit Calon Induk b. Pemeliharaan Bibit Calon Induk
c. Sistem Pembiakan d. Reproduksi, Perkawinan
3. Pemeliharaan (Pemberian Pakan) pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender. bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan. pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya. pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi. bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1 (Anonim).
Metode Penelitian Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang kami amati meliputi: perkembangan itik yang diberi pakan dengan campuran cacing dan yang tidak diberi campuran cacing. produksi telur atau kemampuan untuk menghasilkan telur antara itik yang diberi campuran cacing dalam pakannya dengan yang diberi pakan biasa yang terakhir adalah pengamatan kualitas telur itik yang diberi pakan cacing dengan yang tidak diberi pakan cacing, baik dari segi kualitas fisik telur maupun kandungannya.
Model Penelitian
pada bulan pertama kandang mulai disiapkan, baik kandang untuk pembiakan cacing maupun kandang itik. setelah masuk bulan kedua pakan cacing sudah siap, itik petelur sudah mulai diternakkan. itik di kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: 30 ekor itik yang diberi campuran cacing pada pakannya dan 30 ekor itik yang diberi pakan biasa. masing masing kelompok diberi 3 ulangan, tiap ulangan terdiri dari 10 ekor itik. Sehingga total itik yang di butuhkan adalah 60 ekor. itik diberi pakan sebanyak 3 kali dalam sehari, yaitu: pagi, siang dan sore. setiap hari akan dilakukan penghitungan produksi telur dan penimbangan berat badan itik, yang diambil secara acak dari 3 kali ulangan tersebut, kemudian hasilnya dirata-ratakan. setelah memasuki bulan ketiga data hasil pengamatan mulai diolah/dianalisis, beserta uji laboratorium terhadap kandungan telur itik.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yaitu diberikan dua macam perlakuan dengan masingmasing diberi tiga ulangan. Kemudian data sampel diambil secara acak lalu dirata-ratakan.
Penyimpulan Hasil Penelitian Dari berbagai data yang telah terkumpul akan diolah
dengan metode General Linear Kemudian data hasil penelitian disimpulkan dengan uji perbandingan berganda, dengan melihat pengaruh variabel penelitian, seperti: perkembangan ternak itik, peningkatan produksi telur serta peningkatan kualitas eksternal dan kandungan telur itik.