Profosal Kep Keluarga Harvi.docx

  • Uploaded by: Sabtu Harvi Hendrawan
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Profosal Kep Keluarga Harvi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,261
  • Pages: 53
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin, 2007 ). Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa bermanfaat ( Gleadle, 2005 ). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke, aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Pendidikan kesehatan ini berguna untuk menambah pengetahuan dan menambah wawasan bagi klien dan keluarga. 2. Tujuan Khusus

C.

a.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hipertensi.

b.

Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi .

Referensi Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

1

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar 1.

Konsep Keluarga a.

Definisi keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004). Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota (Sudhiarto, 2007). Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Mubarak 2002). b.

Struktur keluarga Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas: 1) Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : a) Bersifat terbuka dan jujur, b) Selalu menyelesaikan konflik keluarga, c) Berpikiran positif, dan d) Tidak mengulang - ulang isu dan pendapat sendiri.

2

Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : a) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. b) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi. 2) Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah. 3) Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. 4) Nilai- nilai Keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kupulan dari polaperilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untukmenyelesaikan masalah (Murwani, 2007).

3

c.

Tipe atau Bentuk Keluarga Beberapa tipe atau bentuk keluarga menurut Sudiharto (2007),adalah sebagai berikut: 1) Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi. 2) Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian families). 3) Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-anak tiri. 4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang tinggal bersama. 5) Keluarga orang tua tunggal Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama. 6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersamaberbagi hak dan tanggung jawab, serta memiliki kepercayaan bersama.

4

7) Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masing-masing, tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga. 8) Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri). 9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah. d.

Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto, (2007), adalah sebagai berikut: 1) Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga. 2) Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. 3) Fungsi

Reproduksi

(reproductive

function):

Fungsi

untuk

mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga. 4) Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

5

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5) Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function): Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. e.

Tugas Perkembangan Keluarga Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman, 1998) adalah : 1) Tahap I: keluarga pemula erkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. 2) Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tugas perkembangan: a) Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit, masa transisi, tugas kritis Masalah : suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumentasi suami dan istri, interupsi dalam jadwal yang continue, kehidupan seksual dan sosial terganggu. b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran, interaksi, kebutuhan-kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training, komunikasi bayi c) Mempertahankan pasanganya

:

hubungan pembentukan

yang

memuaskan

kembali

pola

dengan

komunikasi,

pembentukan perasaan, perkawinan, hubungan seksual menurun,

6

konseling KB, hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga. Masalah kesehatan : pendidikan maternitas, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, tumbuh kembang. 3) Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. 4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah, dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. 5) Tahap V : keluarga dengan anak remaja yang dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarganya lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. 6) Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong”, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. 7) Tahap VII : orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. 8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia diawali dengan salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.

7

B. Asuhan Keperawatan Keluarga Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, proseskeperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang berhubungan dan berurutan yaitu penkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan

Konsep

dan

Praktik,

pengumpulan

data

dalam

proses

keperawatandilakukan dengan cara : 1.

Observasi Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan melalui observasi visualmelalui indera yang berlangsung terus -menerus, dimana data yang dikumpulkan harus obyektif dan harus dicatat apa adanya (bukan penafsiran sendiri), diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.

2.

Wawancara Suatu pembicaraan terarah, percakapan dengan maksud pengumpulan data, dan dapat dilakukan secara formal dan informal, dimana perlu tekhnik khusus, dan otoritas yang kita gunakan sesedikit mungkin, misalnya pemeriksaan fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya.

3.

Studi dokumentasi Mengumpulkan

data-data

yang

berhubungan

dengan

materi

pembahasan seperti data dari puskesmas, data perkembangan kesehatan anak (KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya. 4.

Pemeriksaan fisik Cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi serta pemeriksaan tanda-tanda vital.

8

Proses keperawatan keluarga terdiri pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang selalu terdokumentasi. Secara terperinci, proses keperawatan yaitu : 1. Pengkajian Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik dinyatakan, pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dari American Nursing Assosiation (ANA). Menurut Suprajitno (2004) dalam

bukunya

Asuhan

Keperawatan

Keluarga, menyatakan beberapa hal yang perlu dilakukan pada pengkajian, yaitu : a.

Membina hubungan yang baik anatara perawat dan klien (keluarga) merupakan modal utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya. 1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah. 2) Menjelaskan tujuan kunjungan. 3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelsaikan masalah kesehatan yang ada. 4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, dan menjelaskan kepada keluarga tentang tim kesehatan lainnya yang menjadi jaringan perawat. 9

b.

Pengkajian ini berfokus sesuai data yang diperoleh dari unit layanan kesehatan.

c.

Pengkajian lanjutan, yaitu : tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar. Menurut suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan

Keluarga, data yang dikajian dalam asuhan keperawatan keluarga yaitu : a. Berkaitan dengan keluarga 1) Data demografi dan sosiokultural 2) Data lingkungan 3) Struktur dan fungsi keluarga 4) Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga 5) Perkembangan keluarga b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga 1) Fisik 2) Mental 3) Emosi 4) Sosial 5) Spritual Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, ada tiga metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada tahap pengkajian, yaitu :

10

1) Komunikasi Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak klien dan keluarga untuk menukar pikiran dan perasaan. 2) Observasi Tahap kedua pengumpulan data adalah dengan observasi. Observasiadalah mengamati perilaku, keadaan klien dan

lingkungan.

3) Pemeriksaan fisik Empat tehnik dalam pemeriksaan fisik, yaitu : a) Inspeksiadalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik.Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra penglihatan,dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. b) Palpasi adalah suatu tehnik menggunakan indra peraba.Tangan dan jari adalah suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang : temperatur, tugor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran. c) Perkusi adalah suatu pemeriksaandengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. d) Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan Keperawatn Keluarga, hal-hal yang perlu digali dalam pengkajian antara lain : a.

Pengumpulan data 1) Data umum a) Nama KK, alamat dan telepon

11

b) Komposisi keluaraga (dilengkapi genogram tiga generasi) c) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut. d) Suku bangsa Mengkaji

asal

suku

bangsa

keluarga

tersebut

serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. e) Agama Menkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. f)

Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi keluarga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

g) Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengar radio juga aktivitas rekreasi. 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga a) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai oleh keluarga, misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia, remaja, balita, maka tahap perkembangan keluarga saat ini adalah lansia

12

(bila lansia ikut dengan keluarga) tetapi bila tidak maka tahapannya adalah keluarga dengan remaja. b) Tahapan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala. c) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehata masing-masing

anggota

keluarga,

pencegahan

penyakit,

pelayanan kesehatan. d) Riwayat keluarga sebelumnya Meliputi data-data tentang riwayat orang tuadari pihak suami maupun istri. e) Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakkan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. f)

Karakteristik tetangga dan komunitas Menjelaskan

mengenai

karakteristik

dari

tetangga

dan

komunitas setempat. g) Mobilitas geografis keluarga Monilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.

13

h) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat. i)

Sistem pendukung keluarga Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari masyarakat setempat.

3) Struktur keluarga a) Pola komunikasi Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota kelurga. b) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan

anggota

keluarga

mengendalikan

dan

mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. c) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. d) Nilai dan norma kelurga Meliputi data tentang nila-nilai norma yang dianut keluarga, misalnya keluaraga menerapkan aturan agar setiap anggota keluarga sudah berada dirumah sebelum magrib.

14

4) Fungsi keluarga a) Fungsi afektif Gambaran anggota kelurga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainya. b) Fungsi sosialis Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan perilaku. c) Fungsi keperawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat sakit. Kesanggupan

kelurga

didalam

melaksanakan

perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

dan

keluarga

mampu

memanfaatkan

fasilitas

kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat. d) Fungsi reproduksi Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. e) Fungsi ekonomi

15

Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 5) Stres dan koping keluarga a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang 

Stresor jangka pendek yaitu stresor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.



Stresor jangan panjang yaitu stresor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi/stresor. c) Strategi koping Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. d) Strategi adaptasi fungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga apabila mengahadapi permasalahan. 6) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik diklinik. 7) Harapan keluarga Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

16

b.

Analisa data Bailon dan Maglay (1989) dalam bukunya perawatan kesehatan keluarga menyatakan tiga norma perkembangan kesehatan, yaitu : 1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota kelurga 2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan 3) Karakteristik keluarga

2. Diagnosis Keperawatan Menurut sprajitno (2004) dalam bukunya asuhan keperawatan keluarga, perumusan diagnosis keperawatan menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari : a.

Masalah (P) adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.

b.

Penyebab (E) atau etiologi adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah.

c.

Tanda atau gejala (S) adalah data-data subjektif dan objektif yang ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap diagnosi keperawatan actual dan resiko. Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2001) adalah suatu

pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mecegah dan merubah.

17

a.

Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978) sebagai berikut : Tabel 1. Penilaian (Skoring)

NO 1

2

3

4

Kriteria

Skor

Sifat masalah

Bobot 1

Tidak/kurang sehata

3

Ancaman kesehatan

2

Krisis atau keadaan sejahtera

1

Kemungkinan masalah dapat diubah

2

Dengan mudah

2

Hanya sebagian

1

Tidak dapat

0

Potensial masalah untuk dicegah

1

Tinggi

3

Cukup

2

Rendah

1

Menonjolkan masalah

1

Masalah berat, harus segera ditangani

2

Ada masalah, tetapi tidak segera ditangani

1

Masalah tidak dirasakan

0

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan : 1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat 2) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot. skor yang diperoleh X Bobot Skor tertinggi

18

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria skor tertinggi adalah 5. b.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penetuan prioritas 1) Sifat masalah Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga. 2) Kemungkinan masalah dapat diubah Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah : a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga c) Sumber-sumber dari perawatan, misal dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu d) Sumber-sumber di masyarakat dan dukungan sosial masyarakat 3) Potensi masalah Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut : a) Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah masalah. b) Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut.

19

c) Kelompok risiko, adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok resiko yang peka atau rawan, hal ini menambah masalah bisa dicegah 4) Menonjolnya masalah masalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada cerita ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut menilai masalah dan perlu untuk menangani segera, maka harus siberi skor tinggi. Diagnosis keperawatan menurut nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik dapat dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu : a.

Aktual yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik ditemukan

b.

Risiko yaitu menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi

c.

Potenssial yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.

d.

Diagnosis keperawatan (wellness) adalah keputusan klinis tentang keadaan individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera yang lebih tinggi.

e.

Diagosis keperawatan (syndrome) adalah diagnosis yang terdiri dari kelompok diagnosis keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul atau timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

20

3. Perencanaan Menurut nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik, perencanaan meliputi pengembangan strategi

desain

untuk

mencegah,

mengurangi

atau

mengoreksi

masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Kualitas rencana keperawatan dapat menjamin sukses dan keberhasilan rencana keperawatan, yaitu : a.

Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah.

b.

Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yan diharapkan.

c.

Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan.

d.

Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam : 1) Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga 2) Menentukan prioritas masalah 3) Memilih tindakan yang tepat 4) Pelaksanaan tindakan 5) Penilaian hasil tindakan

e.

Dibuat secara tertulis.

4. Pelaksanaan Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya asuhan keperawatan keluarga, Menyebutkan tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal berikut, yaitu : a.

Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

21

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap msalah. b.

Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.

c.

Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat atau fasilitas yang ada dirumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d.

Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang menjadi sehat denan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e.

Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengendalian fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

5. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawata untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2008) Dalam Nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistemik pada status kesehatan klien dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan

22

keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan : a.

Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus segera dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi tersebut.

b.

Evaluasi hasil, fokus evaluasi hasil adalah perubahan prilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, fleksibel, dan efesiensi.

6. Dokumentasi Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik, perawat mendokumentasikan hasil yang telah atau belum dicapai pada “medical record”. penggunaan istilah yang tepat perlu ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari salah persepsi dan kejelasan dalam menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut. Dokuementasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. Kegunaan dokumentasi adalah : a.

Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antar anggota tim kesehatan lainnya.

b.

Sebagai dokumentasi resmi dalam system pelayanan kesehatan

c.

Dapat digunakan sebagai alat bahan penelitian dalam bidang keperawatan.

d.

Sebagai alat yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan keperawatan

23

e.

Sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap klien. Keterampilan standar dokumentasi merupakan keterampilan untuk

dapat memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan dalam memenuhi standar dokumentasi penkajian, diagnosis, rencana, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

24

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.D DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

Nama : Sabtu Harvi Hendrawan NIM : PO.62.20.1.16.159

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKARAYA KELAS REGULER III 2019

25

26

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA I.

DATA UMUM KELUARGA A. Kepala Keluarga Nama Kepala Keluarga : Tn.D Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 47 Tahun

Alamat

: Jl. Menteng XXII

Pekerjaan

: Swasta

Pendidikan

: S1

Agama

: Kristen Protestan

Suku/Bangsa

: indonesia, Dayak

B. Daftar Anggota Keluarga No

Nama

Jenis

Hub.

Kelamin

Dgn

TTl/Umur

Pendidikan

pekerjaan

Bundar,

Diploma

PNS

24-08-1069

IV/S1

Palangkaraya,

SMP

KK 1

2

Ny. S

An. A

P

L

Istri

Anak

04-06-2004

C. Genogram 3 (tiga) Generasi

27

Pelajar

Keterangan :

= Pria

= Wanita

= Kepala Keluarga

D. Tipe Keluarga Tipe keluarga Tn.D adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari bapak, ibu dan 1 orang anak

E.Latar Belakang Keluarga 1. Latar Belakang Budaya Keluarga Dan Anggota Keluarga Tn.D mengatakan keluarganya berasal dari suku Dayak Ngaju dan istrinya Ny.S berasal dari suku Dayak-Maanyan

2. Bahasa Yang Digunakan Bahasa yang digunkaan sehari-hari adalah bahasa Indonesia dan terkadang menggunakan bahasa maanyan, karena sang istri Ny. S memang asli orang Dayak-maanyan

3. Pengaruh Budaya Terhadap Kesehatan Keluarga Tn.D mengatakan kebudayaan yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan.

F. Identifikasi Agama Keluarga Tn.D memeluk agama Kristen protestan, keluarga sering mengikuti kebaktian yang diadakan dikomplek dekat rumah dan setiap hari minggu selalu mengikuti kebaktian di gereja

28

G. Status Kelas Sosial Keuarga Tn.D memiliki pendapatan perbulan Rp. 10.000.000,- dari penghasilan istrinya yang bekerja sebagai seorang PNS, lalu Tn.J tidak memiliki penghasilan tetap karena bekerja sebagai seorang pendeta

H. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Keluarga TnD dan Ny.S mengatakan makan tiga kali sehari, keluarga juga mengatakan sering mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, dan ikan

I. Rekreasi Keluarga dan Pemanfaatan Waktu Luang Keluarga biasanya berkumpul setelah beraktivitas pada sore hari, dan pada malam hari, biasanya keluarga berkumpul untuk menonton TV. Biasanya rekreasi yang dilakukan mereka adalah pulang ke kampong halaman untuk bertemu keluarga

II. TAHAP PERKEMBANGAN DAN SEJARAH KELUARGA 1. Tahap Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan keluarga Tn.D termauk keluarga dengan rejama, An.A berusia 15 Tahun. Keluarga membebaskan anaknya bermain dan bergaul namun tetap harus mengikuti aturan yang dibuat, seperti bila malam hari keluar untuk jalan bersama tema-temannya, maka pukul 8 harus sudah pulang dan berada dirumah. 2. Tugas Perkembangan yang Belum Terpenuhi Berdasarkan hasil wawancara maka didapatkan informasi bahwa dimana An.A bersekolah disekolah swasta dan sebenar lagi akan melanjutkan jenjan pendidikan ke SMA dan akan dibutuhkan biaya yang cukup besar. Karena itu tn.J dan Ny.S bekerja keras untuk anaknya. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti Dalam keluarga Tn.D tidak ada yang memiliki riwayat penyakit, namun Ny.S memiliki riwayat penyakit hipertensi kurang lebih sudah 7 tahun, Ny.S mengetahui dirinya terkena dipertensi setelah melakukan pemeriksaan dipuskesmas menteng setelah merasakan pusing dan sakit kepala, dengan TD : 140/90 mmHg 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya Ny. S memiliki penyakit darah tinggi sampai sekarang

29

III. DATA LINGKUNGAN 1. Karakteristik Rumah

( Disertai Denah Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah )

Rumah Tn.D merupakan rumah sendiri berukuran………..terdiri dari ruangan tamu, 3 kamar tidur, dapur, dan 1 kamar mandi. Jarak rumah dan septitank sekitar 15 meter, kondisi WC cukup bersih, lantai rumah Tn.D menggunakan keramik, rumah permanenm sirukulasi udaa diperoleh dari pintu depan, pintu samping, dan jendela, serta ventilasi udara. Halaman rumah Tn.D cukup luas, sampah keluarga diletakkan ditempat sampah tertutup. Kebersihan rumah cukup, air minum sehari-hari diperoleh dari pengisian ulang air minum, kondisi got lancer dan tidak berbau. Denah Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah U

B

T

S

2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Keluaga Tn.D tinggal dilingkungan yang berpenduduk padat, mayorias penduduk bersuku dayak, tetangga cukup akrab dengan kelurga Tn.D

3. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga Tn. D sudah lama tinggal dirumah tersebut, sekitar 11 tahun. Rumah Tn.D jaraknya 500 m dari jalan raya, jenis kendaraan yang digunakan biasanya mobil dan motor Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat Didalam masyarakat Tn.D sering mengikuti gotong royong dan kebaktian yang diadakan tetangga disekitar rumah. Ny.S sering berkkumpul dengan ibu rumah tangga yang lain dan dia juga melakukan pekerjaa rumah 30

Sistem Pendukung Keluarga Anggota keluarga Tn.D sehat hanya Ny.S saja yang memiliki sakit hipertensi dan keluaraga selalu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas

IV. STRUKTUR KELUARGA 1. Pola Komunikasi Keluarga Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka

2. Struktur Kekuatan Keluarga Keluarga selalu menyelesaian masalah dengan musyawarah

3. Struktur Peran a) Tn.D sebagai kepala kelurga dan pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, disamping itu Tn.D menjadi pendidikn pelindung, dan pemberi rasa aman kelurga.

b) Ny.S sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah, dan Ny.S memiliki peran mengurus rumah dan mengurus anak

c) An.A berperan sebagai anak sekolah yang harus belajar dan patuh kepada orang tua

4. Nilai-Nilai Keluarga Keluarga mengerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota keluarga seperti berdoa dan beribadah

V. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Afektif Keluarga Tn.D saling mendukung kebutuhan sehingga daoat terpenuhi kehidupan sehari-haridapat menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan keputusan keluarga yang terakhir ditentukan oleh Tn.D sebagai kepala keluaraga 31

2. Fungsi Sosialisasi Tn.D dam Ny.S dapat membina sosialisasi pad An.A, sehingga dapat membentuk norma dan aturan sesuai dengan perkembangan anak-anaknya, serta dapat meneruskan budaya.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

a) Kemampuan keluarga mengenal masalah Keluarga Tn.D mengatakan bahwa Ny.S terkenal hipertensi, biasanya 140/90 dan tidak boleh banyak makan makanan mengandung garam, keluarga juga mengetahui penyebab dan makanan pantangan

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan Tn.D selalu mengambil keputusan dengan tepat seperti saat Ny.S sakit ia segera membawa ke puskesmas

c) Kemampuan merawat anggota yang sakit Tn.D dan keluarga akan merawat keluarga yang sakit dengan kemampuan sendiri

d) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan Fasilitas kesehatan yang terdapat adalah puskesmas

4. Fungsi Reproduksi Jumlah anak Tn.D yaitu 1 orang, Ny.S dalam hal ini tidak menggunakan KB

32

VI. PEMERIKSAAN FISIK A. Tn.D

Penampilan Umum

:

Keadaan umum baik, keadaan comos mentis, tampak rapi Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

:

TD: 120/80 mmHg N : 80 kali/menit S : 36,6 oC RR : 20 kali/menit Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini

:

Klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan Pemeriksaan Fisik

BB : 64 Kg

:

TB : 165

Kepala : Rambut bersih, warna hitam, tidak ada benjolan Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ad ape,benkakan Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada benjolan Mulut : simetris, mukosa lembab, gigi tidak lengkap Telingan : simetris, tidak ada benjolan/pembengkakan, pendengan normal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Dada : simetrtis, tidak ada benjolan/pembengkakan, suara nafas vesikuler, suara paru sonor Perut : simetris, bisng usus baik 12 kali/menit, tidak ada benjolan/pembengkakan Ekstermitas : tidak ada benjolan/pembengkakan ekstermitas atas dan bawah, warna kulit sawo matang

33

B. Ny.S

Penampilan Umum

:

Keadaan umum baik, keadaan comos mentis, tampak rapi Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

:

TD: 140/90 mmHg N : 88 kali/menit S : 36 oC RR : 22 kali/menit Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini

:

Klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan Pemeriksaan Fisik

BB : 55 Kg

:

TB : 155

Kepala : Rambut bersih, warna hitam, tidak ada benjolan Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ad ape,benkakan Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada benjolan Mulut : simetris, mukosa lembab, gigi tidak lengkap Telingan : simetris, tidak ada benjolan/pembengkakan, pendengan normal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Dada : simetrtis, tidak ada benjolan/pembengkakan, suara nafas vesikuler, suara paru sonor Perut : simetris, bisng usus baik 12 kali/menit, tidak ada benjolan/pembengkakan Ekstermitas : tidak ada benjolan/pembengkakan ekstermitas atas dan bawah, warna kulit sawo matang

34

C. An.A

Penampilan Umum

:

Keadaan umum baik, keadaan comos mentis, tampak rapi Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

:

TD: 120/80 mmHg N : 80 kali/menit S : 36 oC RR : 20 kali/menit Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini

:

Klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan Pemeriksaan Fisik

BB : 50 Kg

:

TB : 159

Kepala : Rambut bersih, warna hitam, tidak ada benjolan Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ad ape,benkakan Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada benjolan Mulut : simetris, mukosa lembab, gigi tidak lengkap Telingan : simetris, tidak ada benjolan/pembengkakan, pendengan normal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Dada : simetrtis, tidak ada benjolan/pembengkakan, suara nafas vesikuler, suara paru sonor Perut : simetris, bisng usus baik 12 kali/menit, tidak ada benjolan/pembengkakan Ekstermitas : tidak ada benjolan/pembengkakan ekstermitas atas dan bawah, warna kulit sawo matang

35

VII. HARAPAN KELUARGA Keluarga mengatakan berharap kepada petugas kesehatan agar selalu meningkatkan mutu pelayanan dan membantu masalah kesehatan pada keluarga Tn.D

Palangka Raya, 14-03-2019 Mahasiswa

( Sabtu Harvi Hendrawan) NIM PO.62.20.1.16.159

36

VIII. No 1

ANALISA DATA Data Subjektif dan Objektif DS : -Ny.S

Masalah Keperawatan Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vascular

mengatakan

kepalanya serebral

sering pusing P :Nyeri dirasakan karena pusing Q: Nyeri seperti seperti ditimpa benda berat R: Nyeri dibagian kepala S: skalanya nyeri 5 dari 1-10 T : Sering dirasakan bila klien kurang istirahat dan salah makan

DO : -Ny.S tampak meringis -Ny.S

tampak

mengerutkan

kening -Ny.S tampak memegang kepala -TTV : TD 140/90 mmHg N 88 kali/menit S 36oC RR 22 kali/menit

37

IX. PRIORITAS MASALAH 1. Diagnosa Keperawatan Keluarga

: Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vascular

serebral No. 1.

Kriteria

Pembenaran

Perhitungan

Sifat Masalah : Tidak / kurang sehat

2.

Kemungkinan

½x2:1

Kemungkinan masalah dapat diubah karena

masalah Untuk

sudah ada upaya untuk pengpbatan namun

Dirubah : Hanya

belum optimal

sebagian 3.

Potensial Masalah Untuk Dicegah :

4.

Menonjolnya

2/2 x 1 : 1

Keluarga mengatakan masalah hipertensi

Masalah : Masalah

harus segera ditangani karena kasihan dengan

berat harus segera

Ny.S sering mengeluh pusing

ditangani

Skor Total

38

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...................................................................... ...................................................................... ...................................................................... ...................................................................... ....................................... No.

Kriteria

1.

Sifat Masalah :

2.

Kemungkinan

Pembenaran

Perhitungan

masalah Untuk Dirubah :

3.

Potensial Masalah Untuk Dicegah :

4.

Menonjolnya Masalah :

Skor Total

39

X. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA SESUAI PRIORITAS

1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskular serebral 2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..................................................................... 4. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

40

XI. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA No

Diagnosa

Hasil yang

Ontervensi

Implementasi

diharapkan 1

Nyeri Akut

Setelah dilakukan

1. Kaji skala

1. Mengkaji

tindakan

nyeri

skala nyeri

keperawatan selama

2. Pantau TTV 2.Memantau

1 x 8 ja, masalah

3. Berikan

TTV klien

nyeri akut klien

posisi yang

3.Memberikan

dapat teratasi

nyaman

posisi yang

dengan kriteria hasil

4. Ajarkan

nyaman

:

teknik

4.Mengajarkan

-Klien mengatakan

relaksasi

teknik

tidak pusing lagi

5. Kolaborasi

relaksasi

-Klien tidak

pemberian

5.Mengkolabor

meringis

obat analgetik

asi pemberian

-Klien tidak

obat analgetik

memegang kepala

41

Evaluasi

XII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Hari/Tanggal/Jam

Implementasi

42

Evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengertian Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama( Saraswati,2009). Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).

Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)

Normal

< 120 dan < 80

Pre-Hipertensi

120 – 139 atau 80 – 89

Hipertensi Stadium I

140 - 159 atau 90 – 99

Hipertensi Stadium II

> 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu

dinyatakan dengan dua angka.

Angka yang pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam jantung. 43

Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009). B. Etiologi Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).

C. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui 44

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron

oleh

korteks

adrenal.

Hormon

ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur.

Penurunan elastisitas pembuluh

darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. 45

Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan

aktivitas

vasokonstriksi.

Medulla

adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

46

D. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007). Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung). E. PENATALAKSANAAN 1. Terapi tanpa obat a. Mengendalikan berat badan Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal. b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na) mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup). c. Berhenti merokok Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol. e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.

47

g. Teknik-teknik mengurangi stress Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis. h. Manfaatkan pikiran Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya. 2. Terapi dengan obat a. Penghambat saraf simpatis Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin). b. Beta Bloker Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor). c. Vasodilator Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah. d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase). e. Calsium Antagonis Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5

48

& 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes). f. Antagonis Reseptor Angiotensin II Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh : valsartan (diovan). g. Diuretic Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin, 2009). F.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh hipertensi. 2. Glukosa darah Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa. 3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan. 4. EKG Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri. 5. Hemoglobin/Hematokrit Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. 6. BUN/kreatinin Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. 7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi). 8. Kalium serum

49

Hipokalemia dapat

mengindikasikan

adanya

aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic. 9. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. 10. Kolesterol dan trigliserida serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler). 11. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi. 12. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab). 13. Urinalisa Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjaldan/atau adanya diabetes. 14. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. 15. Foto dada Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung. 16. CT Scan Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000; John, 2003; Sodoyo, 2006).

50

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia. Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 persen pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Golongan kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah pasti, misalnya Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam) Hipertensi memang dapat mengakibatkan kejadian dengan konsekwensi yang serius, namun hipertensi dapat di diagnosa dengan mudah dan di kendalikan dengan modifikasi pola hidup sehat dan medikasi.

51

B. SARAN Bagi penderita hipertensi agar dapat memeriksakan tekanan darah secara rutin dan meminum obat yang di berikan di puskesmas secara rutin. Serta penderita hipertensi agar dapat menciptakan tidur yang optimal dan

manajemen

stres. Penderita hipertensi

tentang hipertensi

harus

mencari

informasi

dan dampaknya serta obat-obatan herbal yang dapat

menurunkan tekanan darah. Saat kontrol tekanan darah, penderita hipertensi harus sering bertanya kepada petugas

kesehatan

pendidikan kesehatan ada

kegiatan yang

yang

terkait diberikan

diadakan

di

hipertensi oleh

dan

petugas

puskesmas

seperti

mendengarkan

kesehatan,

apabila

penyuluhan

dan

senam hipertensi, sebaiknya penderita hipertensi agar rajin untuk mengikutinya.

52

DAFTAR PUSTAKA Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga. Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

.

53

Related Documents


More Documents from "Yuni Tina"