Professional Capacity

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Professional Capacity as PDF for free.

More details

  • Words: 2,199
  • Pages: 8
P r o f e s s i o n a l C a p a c i t y : O p p o r t u n i t y i n g l o b a l a g e Achmad UPN Veteran – Jatim Program Pascasarjana Abstract: The economic future for professional is heavily need invested in innovation and technology. The government has developed policies that are propelling this country towards a high-tech knowledge economy. Professional, as a collective, need to be part of this future because it holds a promise for socio-economic uplift. In order to understand what is needed from a resource management perspective, A Professional must first examine what it is they have in terms of human, socialogical, psychological and technological capital. They then need to define where it is they wish to go,and then devise strategies for achieving that future. This paper is about defining and exploring Professional technological capacity, examining how it relates to Professional as a individual, and considering how they can increase their share of the economic benefits. Keywords: Human capital, indigenous assets, knowledge assets, sociological capital, nation building, professional capacity, technological capital, resource management.

PENDAHULUAN Saat ini perkembangan dunia telah menuju pada transformasi ekonomi global. Fenomena bahwa para professional harus mempunyai kapasitas untuk dapat bersaing di era global dimana arus informasi dan perubahan tejadi begitu cepat. Dibutuhkan profesional yang inovatif dan kreatif. Para professional telah harus siap bersaing di era globalisasi untuk tetap mempertahankan posisi dan nilai tambah mereka dengan melakukan penyelidikan tentang situasi dan isu – isu terkini dalam konteks Professional capacity yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas professional dalam hal capacity melalui pendidikan sebagai longterm investmet, mungkin merupakan jalan yang terbaik agar para professional dapat ikut dalam partisipasinya untuk ikut dalam pembangunan nasional yang ikut dipengaruhi oleh pasar globalisasi Education is the heart of sustainable knowledge-based society and economy. It must support young people to develop knowledge and understanding; to create, seek and use knowledge; to understand their own learning process, and to work with others to achieve educational goals.(Clark,2007).

Perubahan dan perkembangan tatanan masyarakat-masyarakat global kepada tatanan masyrakat global yang lebih innovatif, Professional di tuntut untuk fleksible terhadap perubahan global, Perubahan ini menuju kearah produktivitas tinggi dan penguasaan informasi ekonomi dapat menjadi pintu menuju kesuksesan dimasa yang akan datang.

Sementara masyarakat dunia secara keseluruhan akan memperoleh keuntungan dalam penguasaan arus informasi ekonomi, Tidak ada jaminan bahwa kita sebagai individu professional ikut berbagi keuntungan itu. Meskipun ada perlindungan yang dilakukan secara bertahap melalui Government Policy, tetapi untuk mempertahankan selfdetermination para calon professional akan sangat perlu memelihara masa depannya dan mempersiapkannya diri sedini mungkin. Persiapan ini akan sangat memerlukan evaluasi daripada teknologi(kemampuan) para professional dan identifikasi mengenai berbagai macam faktor-faktor yang menyertainya.Professional harus lebih analistik dan realistis tentang dimana posisi mereka saat ini, mengindentifikasi apa yang harus dicapai dan mengembangkan strategi untuk mencapainya dimasa yang akan datang. Tulisan ini merupakan pendahuluan untuk melihat Professional technological capacity dan untuk melihat hubungan-hubungan yang juga ikut mempengaruhi Capacity

Professional Capacity Adanya komitment para pemimpin dunia adalah untuk mengarahkan perubahan ekonomi menuju terciptanya knowledge-based society. Apa yang sebenarnya dibutuhkan menjadi tidak jelas tetapi multidimensional; bagaimanapun juga, untuk dapat menerima perubahan socio-economic diperlukan evaluasi yang realistis terhadap professional capacity. Technology sebagai tujuan diskusi ini merujuk kepada semua manufaktur berbasis iptek, penelitian, pengembangan, perencanaan dan perusahaan pelayanan serta meliputi ilmu rekayasa dan ilmu medis. Professional capacity (PC) dari seorang professional adalah jumlah dari human capital (HC) plus physical asset (PA), i.e., dimana human capital (HC) adalah jumlah dari sociological capital (SC) plus psychological capital (PC) plus technological capital (TC). i.e., PC = HC + PA ............................................(1)

HC = SC + PC + TC ............................................(2)

Model ini hanya memperlihatkan pendekatan awal yang masuk akal akan kompleksnya masalah yang coba dimengerti mengenai hubungan jenis socio-economic antara professional dengan kebutuhan global. Ketepatan model yang unik ini belum dapat membuktikannya dan model ini disini hanya bertujuan untuk bahan diskusi dan pertimbangan. Turunan dari persamaan (1) adalah total professional capacity yang ada pada professional(individu) akan menjadi total daripada professional capacity dari semua keterlibatan professional didalam industri manufaktur berteknologi tinggi, pengembangan, penelitian, pelayanan dan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengannya.

PC = ∑ PCn = ∑ [HCn + PAn ] .......................................................................(3) HC = ∑ HC n = ∑ [SC n + PC n + KAn ] .....................................................................(4)

Human capital (HC) dalam konteks ini secara sederhana berhubungan dengan sejumlah individu berusia kerja yang terlatih dan cukup untuk dapat mengerjakan, berkontribusi dalam pengembangan teknologi, pengukuran human capital terkadang agak sulit ini dikarenakan oleh kompleksnya hubungan yang muncul antara innovasi, kreativitas, produktivitas sehingga individu dapat dipekerjakan Sociological capital (SC) adalah sumber modal yang muncul dari sebuah jaringan kerja (net-working) yang dibangun oleh para pekerja – pekerja. Prinsipnya tentang bagaimana mereka mengerjakan (pekerjaan, usaha, profesi), kebiasaan mereka dalam mengerjakan (pekerjaannya, usahanya, profesinya), komunikasi yang dilakukan individu satu sama lainnya dan kerjasama yang dilakukan individu satu sama lainnya dengan tujuan untuk mencapai manfaat umum bersama. Social capital makes use of so-called “circles of trust” wherein the “radius of trust “ is dependent upon with whom you are dealing, their relationship to you and your particular group (Fukuyama, 2001). Meskipun masyarakat modern adalah sederatan titik yang memiliki kesamaan “radius of trust” Social capital is difficult to measure although the basic principles upon which social capital is based are totally in alignment with professional culture and basic principles of (hospitality that arises from respect for another’s individu),(partially, love with strong elements of compassion), and (reciprocity, and balance)(see, for example, Hook, Waaka, & Raumati, 2007). Kesatuan alat, bangunan dan fasilitas yang terlibat dalam mendukung aktivitas Negara, perusahaan atau professional dalam melakukan dan melaksanakan pekerjaannya inilah disebut sebagai physical asset (PA). physical asset ini dapat diukur dan dikuantifikasikan. Knowledge asset (KA) adalah sangat penting karena dia merupakan aspek yang dibutuhkan industri, perusahaan, negara, Individu yang berkonstribusi kepada knowledge dia/mereka agar unggul dalam berkompetisi. Knowledge assets have been equated with technological capital (Vanhaverbeke, Duysters & Beerkens, (2001), tetapi individu sebagai sebuah kesatuan, knowledge asset itu sendiri terlalu membatasi karena tidak dapa merefleksikan “intangibles” seperti kemampuan seseorang untuk mempunyai, menguasai dan menyalurkan informasi ekonomi. Physiological capital (PC) ….…Considering that the context of new venture creation and development is fraught with environmental stressors that can cause work tension (Baron, 1998), kelihatannya bahwa seorang professional harus memiliki mental yang keras dan teguh di dalam mempertahankan kesehatan psikologisnya agar tetap berada di level yang tinggi. We conceptualize this mental hardiness in terms of psychological capital—defined as psychic resources that can be drawn from in order to meet the emotional challenges of the moment (Csikszentmihalyi, 2004). While human capital defines “what you know” and social capital defines “who you know,” psychological capital is said to define “who you

are” (Jensen & Luthans, 2006). Luthans and Youssef (2004) suggest that individuals possessing the combination of self-efficacy, optimism, hope, and resiliency tend to be endowed with high levels of psychological capital, This responsibility typically involves leading the firm through dynamic conditions, and making strategic decisions under great time pressure and with limited resources (Baron,1998;Ensley,Pearce,&Hmieleski, 2006). Penyebab kecenderungan ini akibatkan oleh professional yang mengalami ketegangan di lingkungan kerjanya, semenjak ini merupakan sejumlah tanggungjawab yang pada akhirnya menentukan berhasil tidaknya mereka didalam pekerjaannya, usahanya dan profesinya. Lebih lanjut, tingginya ketergantungan sebuah perusahaan, organisasi dan negara terhadap seorang professional(individu) yang mampu mengatasi tingkat kelelahan psikologis yang tinggi secara efektif dan dapat berhasil mencapai puncak meskipun berada di kondisi yang kurang baik(permusuhan,perlawanan), Psychological capital has become the central topic of examination within the emerging area of positive organizational behavior (Luthans & Youssef, 2004). It is conceptualized as a second-order construct comprised of the following elements: self-efficacy (Bandura, 1997), optimism (Carver &Sheier, 2003), hope (Snyder, Cheavens, & Sympson, 1997), and resiliency (Masten,2001) While people are the single most important asset of a nation, knowledge runs a close second (Conner & Prahalad, 1996). tanpa individu maka tak akan ada negara dan tanpa ilmu pengetahuan maka tak akan ada kemakmuran. The development of knowledge assets can be very expensive, but it is recognized in the business world that the greater the technological capabilities of a individu or firm the higher is its rate of innovation (Fukuyama, 2001). Pentingnya knowledge assets harusnya menjadi perhatian negara(nation) khususnya dalam memberikan dukungan dalam bentuk policy-policy dll yang terimplementasikan dan tidak hanya sekedar wacana sehingga professional(individu) memiliki daya saing yang tinggi Professional capacity contoh, PC A = HC A + PAA ..................................................................(5) HC A = SC A + PC A + TC A ..................................................................(6)

Dimana : “A” diwakilkan oleh Achmad sebagai Professional(individu) Agar Achmad sebagai professional(individu) dapat berkembang dan maju mengacu pada nilai PC A , maka nilai daripada faktor itu harus naik, secara sederhana, nilai HC A dapat ditingkatkan atau dinaikkan dengan mendorong Achmad untuk meningkatkan kualitas diri melalui pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi. nilai SC A dapat ditingkatkan, sebagai contoh, dengan memaksimalkan kebiasaan suka dalam bekerja sama baik didalam perusahaan maupun diluar perusahaan. nilai PAA dapat ditingkatkan, sebagai

contoh dengan memiliki asset-aset yang nampak untuk menunjangnya seperti mobil, handphone, laptop dll. nilai TC A dapat ditingkatkan, sebagai contoh dengan memaksimalkan penggunaan internet sebagai trandmark di era globalisasi. nilai PC A dapat ditingkatkan, sebagai contoh dengan cara menjalani gaya hidup sehat dan berpikir secara positif dengan kata lain sehat jasmani dan rohani. Jika SC adalah sociological capital dari sebuah perusahaan, maka SC = SC A + SC M .....................................(7)

Dimana: “A” diwakilkan oleh Achmad sebagai Professional manager r/d(individu) “M” diwakilkan oleh Marvin sebagai Professional manager operation r/d(individu) SC A dan SC M secara jelas tak dapat dipisahkan karena kerjasama tak terjadi apabila salah satu nya melakukan isolasi dalam perusahaan, bagaimanapun, nilai SC A akan meningkat apabila mereka meningkatkan dan memaksimalkan jaringan kerjasama dan hubungan yang ada antar mereka. Sehingga : PCM >>>>> PC A ....................................(8)

Dan, kemudian, PC A lebih banyak dipengaruhi oleh PCM Penjabaran model diatas adalah untuk berusaha memahami sebuah hubungan yang dinamis antara kemampuan diri sebagai calon professional secara utuh dengan perkembangan kebutuhan global akan tenaga kerja yang memiliki Professional capacity. Signifikansi Professional Capacity Hubungan antara pemerintahan, universitas, perusahaan dan perniagaan, dan masyarakat sangat dinamis, masing-masing saling mengisi satu sama lain. Hubungan ini dibangun oleh sikap kepercayaan dan tanggung jawab yang beragam dari situasi dan kondisi tertentu. Sebagai contoh, beratnya dampak yang diterima oleh sektor usaha dan niaga dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ikut mempengaruhi pandangan kita(professional). Di sisi lain kebijakan pemerintah juga sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat. Universitas sebagai tempat untuk membangun kualitas pendidikan professional yang berbasis teknologi dan sektor usaha dan niaga sebagai sektor yang menyerap professional(individu) berbasis teknologi begitu juga di masyarakat. Hubungan antara human capital dengan psychological capital disini sebagai ”pendingin mesin yang panas” sehingga professional dapat berpikir positif dan bermental kuat serta open minded. Penjelasan diatas bahwa profeesional capacity terdiri atas human, sociological, psychological, technological capital dan physical asset

Government Policies

GLOBAL

Universities

Postgraduate Studies

Professional Capacity

Sociological Capital

Phychological Capital

Technological Capital

Human Capital

Physical Assets

Knowledge Asset

Communities

Business and Commerce

Figure 1. Interaction between Professional capacity and government, the universities, the business and commerce sector, communities and the global

Dari sumber arah pandangan managemen adalah penting untuk memahami hubungan yang muncul antara professional capacities dengan semua komponen penysunnya. Figure 1 menggambarkan tentang hubungan dinamis yang muncul antara government, the universities, the business and commerce sector, community, the global dan professional capacities. Pusat akan skema ini adalah program pascasarjana memberikan kontribusi langsung kepada human capital ke PC .Pengembangan human capital mutlak dilakukan untuk membangun professional capacity, meskipun tak semua pengembangan human capital harus melalui unversitas. Walaupun, kebanyakan pengembangan human capital melalui universitas dan oleh karena itu menjadi signifikan terhadap pengembangan kapasitas seorang professional. Tak semua lulusan akan tetap menjadi bagian dari PC , sebab beberapa hilang ke global dan beberapa memungkinkan untuk kembali ke universitas; walaupun juga, lingkungan global lainnya memperlihatkan tak menutup adanya kemungkinan lain. Kebijakan pemerintah dalam mengarahkan pengembangan kemajuan universitas kepada knowledgebased society’s akan semakin memantapkan system pendidikan kita dan juga akan memantapkan masyarakat kita untuk lebih melek pendidikan serta memantapkan business community agar dapat bersaing di era global. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas professional, kebijakan pemerintah harus dapat berkembang dan menyesuaikan terhadap kebutuhan global dan universitas harus dapat menarik, mantap, mempertahankannya dan mendukung penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sience community. Hubungan yang dinamis antara pemerintah dan universitas akan membuat perubahan pada business and commerce sector of society akibat efek dari kebijakan pemerintah.

Referensi Barnes, H.M. (2006). Transforming science: how our structures limit innovation. Soc. Pol. J. New Zealand. Issue 29. Retrieved from: Clark. H, (2007). Address to the International Confederation of Principals’ World Convention 2007. Retrieved from: http://www.beehive.govt.nz/ViewDocument.aspx?DocumentID=28974 Conner, K., Prahalad, C.K. (1996). A resource-based theory of the firm: Knowledge versus opportunism, Organization Science, 7, 477-501. Fukuyama, F. (1999). Social Capital and Civil Society. Prepared for IMF Conference on Second Generation Reforms. Retrieved from: Hook, G.R., Waaka, T. & Raumati, L.P. (2007). Mentoring Māori in a Pākehā Framework. Vanhaverbeke, W., Duysters, G., & Beerkens, B., (2001). Technological capability building through networking strategies within high-tech industries. Working papers: Endhoven Centre for Innovation Studies. G. Raumati Hook, Māori Technological Capacity I: A Socio-Economic Opportunity journal

Keith M. Hmieleski,& Jon C. Carr, Relationship between entrepreneur psychological capital and well-being journal

Ronald S. Burt ( may,2000), The network social capital jornal Rodrik, Dani 1997, Has globalization going so far?

Related Documents

Professional Capacity
June 2020 3
Capacity Award
June 2020 8
Capacity Planning
August 2019 33
Capacity Management
November 2019 14
Capacity Planning
May 2020 13
Pile Capacity
May 2020 21