Profesionalisme Guru.docx

  • Uploaded by: Silvi Elvionita
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Profesionalisme Guru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,476
  • Pages: 39
LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

“PROBLEM PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI”

OLEH: SILVI ELVIONITA 16175051

DOSEN: Prof. Dr. FESTIYED, MS

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2017

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan dengan judul Problem Pendidikan di Era Globalisasi. Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya

Padang,

Desember 2016

Penulis

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah...............................................................................................2 C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2 D. Manfaat Penulisan...............................................................................................2 BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................3 A. Problem Pendidikan di Era Globalisasi...............................................................3 B. Upaya Mengatasi Problem Pendidikan Era Globalisasi...................................14 BAB III PEMBAHASAN....................................................................................27 A. Matriks Problem Pendidikan di Era Globalisasi...............................................27 B. Matriks UpayaMengatasi Problem Pendidikan di Era Globalisasi...................31 BAB IV PENUTUP..............................................................................................36 A. Kesimpulan........................................................................................................36 B. Saran ………………………………………………………………………….37 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Landasan ilmu pendidikan merupakan salah satu mata kuliah wajib pascasarjana UNP pada semester 3. Mata kuliah landasan ilmu pendidikan ini bertujuan agar mahapeserta didik dapat mengembangkan model pembelajaran yang tepat dengan memahami karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan azas pendidikan. Tujuan lain yang akan dicapai dalam mata kuliah ini yakni dengan memahami karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan azas pendidikan mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan cakap, kritis, kreatif, kompeten, kompetitif dan berkarakter yang kontekstual dengan profesi guru. Untuk mencapai tujuan tersebut salah salah satu cakupan materi perkuliahan landasan ilmu pendidikan yang harus dipahami yaitu mengenai problem pendidikan di era globalisasi.Pendidikan merupakan sistem dan cara untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Sehingga merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam rangka mengembangkan potensi

agar

dapat

menyesuaikan

diri

dengan

perkembangan

zaman.

Perkembangan zaman era globalisasi membuka mata kita untuk melihat ke masa depan yang penuh problem dan persaingan. Era kesejagatan yang tidak dibatasi waktu dan tempat membuat SDM yang ada selalu ingin meningkatkan kualitas dirinya agar tidak tertinggal dari yang lain. Selain itu prosespendidikan mempersiapkan manusia untuk dapat hidup layak dan dapat bersaing di era global. Di dunia pendidikan, globalisasi akan mendatangkan kemajuan yang sangat cepat, yakni munculnya beragam sumber belajar dan merebaknya media massa, khususnya internet dan media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Hasilnya, para siswa bisa menguasai pengetahuan yang belum dikuasai oleh guru. Oleh karena itu, tidak mengherankan pada era globalisasi ini,

1

2

wibawa guru khususnya dan orang tua pada umumnya di mata peserta didik merosot. Menjawab problem masa depan di era globalisasi, penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari berbagai segi. Peningkatan kualitas pendidikan bukan hanya melalui sarana prasarana namun juga melalui peningkatan kompetensi dan profesionalime guru sebagai pelaku pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan juga membutuhkan penguasaan teknologi baik pada peserta didik maupun guru sehingga terjadi sinergi dan kolaborasi pendidikan yang menghasilkan peserta didik yang kreatif, inovatif, dan produktif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana problem pendidikan di era globalisasimenurut pandangan Indonesia, Barat, dan Agama Islam? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari makalah ini adalah menjelaskan tentang problem pendidikan di era globalisasi menurut pandangan Indonesia, Barat, dan Agama Islam. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah : 1.

Membantu mahapeserta didik memahami tentang problem pendidikan di era globalisasi.

2.

Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca, khususnya untuk tenaga pendidik ke depannya.

3.

Memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti mata kuliah landasan ilmu pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Era Globalisasi Menurul al-Oardawi, secara eksplisit, arti globalisasi hampir sama dengan kesejagatan ataupun universal yang dibawa oleh Islam. Kesejagatan disebulkan dengan jelas oleh al-Quran dalam surah al-Anbiyaa [211:107 mathumnya: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" Juga firman Allah dalam surah al-Furgani25]:1 yang bermaksud• “Maha Suci Allah yang telah menurunkan al-Furgan kepada hamba-Nya agar dia menjadi peringatan kepada seluruh alam” Firman Allah lagi dalam surah Sad[38]:87-88 mafhumnya: “Al-Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran> berita al-Quran setelah beberapa waktu lagi.” Tegasnya kesejagatan dalam Islam adalah berdasarkan kepada memuliakan semua keturunan manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah ma/humnya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam” Globalisasi perspektif Yusuf al-Qaradawi adalah upaya melenyapkan dinding dan jarak antara satu bangsa dengan bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga, semuanya menjadi dekat dengan kebudayaan dunia, pasar dunia dan keluarga dunia. Dengan kata lain globalisasi ialah suatu proses membuka keadaan,

atau sebuah proses yang

berjalan dan bertujuan menjadikan negara-negara di dunia bagaikaan satu unit. Masih kata Yusuf al-Qardhawi, bahawa terdapat perbezaan mendasar antara makna globalisasi (al-‘aulamah) yang dipahami dunia barat pada hari ini dengan makna globalisasi (al-‘alamiah) yang dimaksudkan oleh Islam. Globalisasi atau al-‘alamiah yang dipahami oleh Islam adalah sesuatu yang berasaskan nilai-nilai penghormatan dan persamaan kepada seluruh manusia, (QS. Al-Isra: 70) bahawa setiap manusia memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dihadapan Allah swt. Hal ini berbeza dengan pemahaman Barat mengenai globalisasi (al-‘aulamah) sekarang ini, yang mengartikannya sebagai keharusan

3

4

untuk menguasai secara politik, ekonomi, kebudayaan, dan sosio kultural masyarakat agar sejalan dengan kepentingan Negara-negara Barat yang disponsori oleh Amerika. Penguasaan tersebut kemudian diarahkan lebih fokus lagi pada penguasaan Barat terhadap tatanan dunia Islam.

B. Problem Pendidikan di Era Globalisasi 1. Menurut Pandangan Indonesia Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam kehidupan global. Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti terintegrasinya ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global. Bila dikaitkan dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia. Globalisasi memang membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi pada waktu yang sama ia juga menghadirkan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini. a. Masalah Kualitas Pendidikan Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan

5

mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). b. Permasalahan Profesionalisme Guru Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan. Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini. c.

Masalah kebudayaan (alkulturasi) Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material

maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Dari sinilah terdapat problem bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh

6

karena itu hal ini merupakan problem bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat. (Arifin, 1994:42) d. Permasalahan Strategi Pembelajaran Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan

paradigma

pembelajaran

sebagai

berpusat

pada

guru,

menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan. Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru. e.

Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada

kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan). Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semakin beragam. Dampak negatif dari teknologi modren telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual/ jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologielektronis dan informatika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya (Arifin,1991:9). Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan tidak adanya jarak dan batasan antara satu orang dengan orang lain, kelompok satu dengan kelompok

7

lain, serta antara negara satu dengan negara lain. Komunikasi antar-negara berlangsung sangat cepat dan mudah. Begitu juga perkembangan informasi lintas dunia dapat dengan mudah diakses melalui teknologi informasi seperti melalui internet. Perpindahan uang dan investasi modal oleh pengusaha asing dapat diakukan dalam hitungan detik. Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri di atas yang berlangsung dengan amat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap negara untuk berbenah diri dalam menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang yang mampu membenahi

dirinya

dengan

meningkatkan

sumber

daya

manusianya,

kemungkinan besar akan mampu bersaing dalam kompetisi sehat tersebut. Di sinilah pendidikan diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan menghasilkan para peserta didik yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut. Dengan demikian, era globalisasi adalah problem besar bagi dunia pendidikan. Dalam konteks ini, Khaerudin Kurniawan (1999), memerinci berbagai problem pendidikan menghadapi era global. Pertama, problem untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana meningkatkan produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan (continuing development ). Kedua, problem untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap terjadinya era reformasi dan transformasi struktur masyarakat, dari masyarakat tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasi-komunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan kualitas kehidupan SDM. Ketiga, problem dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

8

Keempat, problem terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di bidang Iptek, yang menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan ekonomi. Semua problem tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan (visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan yang memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar. Selain itu ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu : a. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik. b. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu : a. Kurikulum Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau apa maksudnya dan yang beda hanya bukunya. Contohnya guru, banyak guru honorer yang masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan pendidikan yang kita tempuh b. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,

9

pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. c. Rendahnya Kualitas Guru Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu “merencanakan pembelajaran,

melaksanakan

pembelajaran,

menilai

hasil

pembelajaran,

melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat” Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara umum, para guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal, karena pemerintah masih kurang memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan profesionalismenya. d. Rendahnya Kesejahteraan Guru Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas. e. Rendahnya Prestasi Peserta didik Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi peserta didik pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika peserta didik Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), peserta didik Indonesia

10

hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi peserta didik kita jauh di bawah peserta didik Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. f. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta peserta didik). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta peserta didik). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut. g. Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. h. Mahalnya Biaya Pendidikan Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-

11

Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orangorang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum . i. Kontoversi diselenggaraknnya UN Kedua, aspek yuridis. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN. 2. Menurut Pandangan Sekuler Pendidikan di Australia tidak dipegang oleh pemerintah pusat, namun diserahkan pada setiap negara bagian atau teritorinya. Jadi, setiap negara bagian

12

memiliki hak untuk menyelenggarakan pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan

pada

konstitusi

Australia,

dimana

pendidikan

merupakan

tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga, masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri dalam pelaksanaan pendidikannya. Globalisasi di negara Austalia ditandai dengan berbenturannya berbagai aspek untuk mengadakan peningkatan mutu, mulai dari aspek politik, budaya, dan kehidupan masyarakat pada umumnya atau yang biasa disebut dengan aspek sosial. Di sinilah pendidikan diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu melakukan peningkatan mutu tersebut.Dengan demikian, era globalisasi adalah problem besar bagi dunia pendidikan. Adapun problem pendidikan Australia menghadapi era global adalah sebagai berikut. a. Sekolah Public dan Privat. Permasalahan yang terjadi baik untuk public maupun privat adalah adanya kesenjangan atau gap diantara kedua jenis sekolah tersebut. Terdapat banyak perbedaan diantara keduanya, antara lain fasilitas, pendanaan, bangunan, guru yang aktif, dsb. Sekolah public umumnya lebih lambat belajar, kurang disiplin, serta banyak anak yang tidak b.

memenuhi target pendidikan. Anak yang secara sosial ekonomi rendah, akan mendapatkan akses pengetahuan dan teknologi yang lambat. Padahal akses pengetahuan dan teknologi sangat penting untuk peningkatan prestasi peserta didik, serta

c.

sebagai motivasi untuk pencapaian yang telah dilakukan oleh peserta didik. Staff atau pekerja pendidikan yang harus bekerja keras, namun mendapatkan insentif/gaji yang kurang setimpal. Sehingga, kesejateraan mereka kurang baik. Guru yang mengajar anak-anak miskin pun

d.

mendapatkan insentif/gaji yang kurang sesuai. Lima puluh persen dari peserta didik mengabaikan studi mereka untuk bekerja, terutama peserta didik yang berasal dari tingkatan sosio-ekonomi rendah. Hal ini akan mengganggu kegiatan belajar mereka.

3. Menurut Pandangan Islam

13

Fenomena yang terbangun dengan munculnya era globalisasitelah memberikan berbagai macam problem baik tentang bagaimanainformasi yang terus berkembang tanpa pandang bulu dapatdiserap atau juga bagaimana mensikapi hal baru yang selalu sajadatang silih berganti tanpa adanya filter yang menyaringnya. Eraglobalisasi dengan teknologi informasinya semakin dapat dirasakanperkembangannya, dengan medianya yang berupa komputer,televisi, hand phone, dan peralatan canggih lainnya, telah benarbenarmenjadi hal yang komplek dalam transformasi informasi. Padamasyarakat informasi peranan media elektronika sangat memegangperan penting, bahkan menentukan corak kehidupan. Sebab lewatkomunikasi satelit, orang tidak hanya memasuki lingkunganinformasi dunia, tetapi juga sanggup mengolahnya dan mengemukakannyasecara lisan, tulisan, bahkan visual (Abudin, 2003). Disisi

lain,

MuhammadTholchah

Hasan

mengemukakan

problem

pendidikan Islam yangharus dihadapi di era global ini adalah kebodohan, kebobrokanmoral, dan hilangnya karakter muslim (Bashori, 2009) Secara lebih terperincibeberapa problem yang ditimbulkan oleh globalisasi informasi dankomunikasi adalah: a. Keberadaan publikasi informasi merupakan sarana efektifpenyebaran isu, sehingga dapat menimbulkan saling kecurigaandi antara umat. b. Dalam banyak aspek keperkasaan Barat dalam dominasi danimperalisasi informasi, yang dapat menimbulkan sukularisme,kapitalisme, pragmatisme, dan sebagainya. c. Dari sisi pelaksanaan komunikasi informasi, ekspos persoalanseksualitas, peperangan, dan kriminal, berdampak besar padapembentukan moral dan perubahan tingkah laku. d. Lemahnya sumber daya Muslim sehingga di banyak hal harusmengimport produk teknologi Barat (Mohd Rafiq, 2011) Dan inilah menurut para pakar pendidikan yang menjadi PRbesar bagi setiap institusi pendidikan termasuk pendidikan Islam.Dengan melihat fenomena tersebut, jelas tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perubahan dalam segala bentuk dan sistem baik bersifatpersonal maupun global bisa terjadi dalam hitungan waktu

14

yangrelatif sangat singkat. Maka ini merupakan sebuah problem yangmutlak dijawab oleh pendidikan Islam dengan tujuan dan citacitanyayang luhur. Walaupun pada dasarnya Islam sebagai sebuahsistem telah memberikan wacana tentang perubahan yang memangharus terjadi demi mencapai tujuan hidup manusia yang dijadikanlandasan tujuan pendidikan Islam. Seperti telah difirmankan Allahswt dalam al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 11,

Artinya:“… sesungguhnya Allahtidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri …”. Dengan demikian, Islam menganjurkan adanya perubahanyang positif dalam keadaan apapun sehingga mengarah padakemajuan dan perbaikan. Pemahaman yang demikian perlu ditumbuhkembangkanpada cara berfikir peserta didik sebagaigenerasi kedepan. Memperluas wawasan dan membentuk sikapyang toleran terhadap berbagai perubahan dengan tanpa kehilanganpegangan dan pendirian, sebab perubahan yang terjadi merupakansunnatullah. Maksudnya, agar peserta didik menjadi generasi yangmampu menyesuaikan diri dan tetap efektif berjuang di tengahperubahan sosial yang mendunia tanpa kehilangan komitmen sertasikap ketakwaan. Dengan demikian, generasi tersebut dapat mengambilposisi subyek yang ikut memainkan peranan dan tidaksekedar menjadi penonton atau tamu di sebuah desa global denganrealitas budaya yang ada (Ahmad, 2009). Dengan mempertimbangkan beberapaproblem pendidikan Islam diatas, telah memberikan sebuahinspirasi bahwa menyiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapiproblem adalah tugas pendidikan Islam. Hal itupun tidakterlepas dari berbagai peluang yang dapat dijadikan sebagai jalanuntuk membina generasi dan peserta didik untuk lebih dapat bersaingdan berkiprah di desa global yang tanpa batas. Selain tiu adapun problem pendidikan islam di era globalisasi yaitu:

15

a. Krisis moral. Krisis moral ini diakibatkan oleh adanya acara-acara di media elektronika dan media massa lainnya, menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, sex bebas, konsumsi al-kohol, pornografi dan kekerasan. Hal ini akan berakibat pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlak. b. Krisis kepribadian. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyuguhkan kemudahan, kenikmatan dan kemewahan akan menggoda kepribadian seseorang. Nilai kejujuran, kesederhanaan, kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis. Untuk itu sangat mutlak dibutuhkan bekal pendidikan agama, agar kelak dewasa tidak menjadi manusia yang berkepribadian rendah, melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, melakukan kejahatan intelektual, merusak alam untuk kepentingan pribadi, menyerang kelompok yang tidak sepaham. Faktor yang menyebabkan adanya problem di atas dikarenakan longgarnya pegangan terhadap agama dengan mengedepankan ilmu pengetahuan, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh keluarga yaitu dengan keteladanan dan pembiasaan, derasnya arus informasi budaya negatif global, diantaranya hedonisme, sekulerisme, pornografi, dan lain-lain. C. Upaya Mengatasi Problem Pendidikan Era Globalisasi 1. Menurut Pandangan Indonesia Problem yang ada dalam dunia pendidikan kerap kali menjadi kendala bagi suatu negara untuk maju dan bersaing dengan negara lain, seperti Indonesia sendiri. Dibutuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan baik dari masyarakat, peserta didik, pendidik, hingga pemerintah. Indonesia patut bersyukur dengan limpahan SDA yang tak terhitung nilainya, namun demikian hal itu jangan sampai membuat sumber daya manusianya terlena dan melupakan pentingnya dunia

16

pendidikan demi memperkaya pengetahuan umum, intelektual dan kemajuan bangsanya sendiri. Untuk mengantisipasi berbagai kelemahan pendidikan tersebut, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Tidak hanya institusi pendidikan tetapi pemerintah juga harus serius dalam menangani permasalahan ini agar SDM Indonesia memperoleh rating kualitas pendidikan yang memadai.Untuk itu hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Orientasi pendidikan harus lebih ditekankan kepada aspek afektif dan psiko motorik. Artinya, pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan karakter peserta didik dan pembekalan keterampilan atau skill, agar setelah lulus mereka tidak mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan daripada hanya sekadar mengandalkan aspek kognitif (pengetahuan). b. Dalam proses belajar mengajar guru harus mengembangkan pola student oriented sehingga terbentuk karakter kemandirian, tanggung jawab, kreatif dan inovatif pada diri peserta didik. c. Guru harus benar-benar memahami makna pendidikan dalam arti sebenarnya. Tidak mereduksi sebatas pengajaran belaka. Artinya, proses pembelajaran peserta didik bertujuan untuk membentuk kepribadian dan mendewasakan peserta didik bukan hanya sekedar transferof knowledge tapi pembelajaran harus meliputi transfer of value and skill, serta pembentukan karakter (caracter building). d. Guru harus benar-benar menguasai materi pelajaran dan ilmu mendidik. Hal ini bisa dilakukan dengan studi lanjut sesuai dengan spesialisasi, pelatihan, work shop, maupun studi banding ke institusi-institusi yang sudah maju. e. Perlunya pembinaan dan pelatihan tentang peningkatan motivasi belajar terhadap peserta didik. belajar kepada peserta didik sehingga anak akan memiliki minat belajar yang tinggi. f. Harus ditanamkan pola pendidikan yang berorientasi proses (process oriented), di mana proses lebih penting daripada hasil. Pendidikan harus berjalan di atas rel ilmu pengetahuan yang substantif. Oleh karena itu, budaya pada dunia pendidikan yang berorientasi hasil (formalitas), seperti mengejar gelar atau titel di kalangan praktisi pendidikan dan pendidik hendaknya

17

ditinggalkan. Yang harus dikedepankan dalam pembelajaran kita sekarang adalah penguasaan pengetahuan, kadar intelektualitas, dan kompetensi keilmuan dan keahlian yang dimilikinya. g. Perlunya dukungan dan partisipasi komprehensif terhadap praktek pendidikan, dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap dunia pendidikan terutama masyarakat sekitar sekolah, sehingga memudahkan akses pendidikan secara lebih luas ke kalangan masyarakat. h. Profesi guru seharusnya bersifat ilmiah dan benar-benar “profesional”, bukan berdasarkan kemanusiaan. Maksudnya, guru memang pahlawan tanpa tanda jasa namun guru juga seyogyanya dihargai setimpal dengan perjuangannya, karena itu gaji dan kesejahteraan guru harus diperhatikan pemerintah. i. Pemerintah harus memiliki formula kebijakan dan konsistensi untuk mengakomodasi semua kebutuhan pendidikan. Salah

satunya adalah

memperhatikan fasilitas pendidikan dengan cara menaikan anggaran untuk pendidikan minimal 20-25 % dari total APBN. Di sini diperlukan politicalwill kuat dari pemerintah dalam menangani kebijakan pendidikan. j. Perlunya dukungan dan paartisipasi komprehensif dari semua pihak yang memiliki kepentingan dengan pendidikan. Perlu adanya kerjasama antar pengelola lembaga pendidikan, pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Jika ditinjau dari skup KSB, maka dibutuhkan kerjasama antara pengelola lembaga pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, mapun perguruan tinggi), pemerintah (Bupati KSB sebagai pemegang kebijakan tertinggi di KSB), perusahaan (PT. NNT sebagai salah satu perusahaan raksasa yang hidup dan berperan sebagai penguras kekayaan alam KSB), dan masyarakat. Dalam menyelesaikan permasalah pendidikan di Indonesia terdapat beberapa usaha, antara lain sebagai berikut : a.

Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan. Misalnya dengan penyempurnaan kurikulum,pelaksanaan paradigma pendidikan yang berkaitan dengan penyelenggaraan.

18

b.

Pendidikan sesuai dengan dasar Negara Indonesia yaitu pancasila yang didalamnya

mengandung

unsur

Berketuhanan,Berkemanusiaan,dan

– Berbudi

unsur

pendidikan

pekerti

luhur

yang dengan

diterapkannya paradigma ini maka demokrasi pendidikan akan dapat diwujudkan. c.

Peningkatan

efisiensi

pengelolaan

pendidikan.

Misalnya

kebijakan

pemerintah dengan mencananangkan DANA BOS (bantuan operasional sekolah) ini sangat bermanfaat untuk perbaikan gedung – gedung sekolah , menambah media belajar peserta didik , untuk memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai, menambah referensi buku – buku perpustakaan , membuat laboratorium praktek sesuai standar selain DANA BOS ada juga beapeserta didik bagi anak yang orang tuanya kurang mampu maupun anak yang berprestasi baik ,ini sangat membantu kelangsungan pendidikan mereka. d.

Peningkatan

relevansi

pendidikan

mengandung

arti

karena

ada

ketidakserasian antara hasil pendidikan [output] dengan kebutuhan dunia kerja . Yang menjadi masalah utama karena ketrampilan yang di miliki tidak sesuai dengan yang dibutuhkan .Sehingga sekarang banyak berdiri sekolahsekolah kejuruan yang mencetak peserta didik untuk dapat mempunyai ketrampilan sesuai profesi yang diinginkan .Misal STM , SMK, Sekolah ketrampilan. e.

Untuk mengatasi rendahnya kualitas guru pemerintah sekarang mengeluarkan kebijakan bahwa guru SD minimal harus S1 [strata 1] dan dalam proses belajar mengajar harus sesuai dengan kode etik guru untuk meminimalisir hal- hal yang tidak diinginkan,serta guru itu tidak hanya mengajar tetapi harus memberi contoh yang baik atau teladan bagi peserta didik-peserta didiknya.

f.

Untuk mengatasi rendahnya kesejahteraan guru sekarang pemerintah menaikkan gaji guru, berupa gaji pokok,tunjangan yang melekat pada gaji ,tunjangan profesi dan lain-lain,sehingga dengan meningkatkan kesejahteraan guru diharapkan guru itu dapat mencintai profesinya dengan utuh artinya guru itu tidak akan mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan

19

jadi dapat berkonsentrasi dalam proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar. Berbagai kelemahan pendidikan di Indonesia seperti disebutkan di atas, pada dasarnya bertitik tolak pada lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang ada. Padahal, SDM merupakan faktor utama yang menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, di samping faktor sumber daya alam (SDA) (hayati, non hayati, buatan), serta sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberhasilan negara-negara Barat adalah didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan hal itu berhubungan dengan pendidikan sebagai wahana pembentukan SDM (Pratama, 2015). Selanjutnya Tilaar (2004) mengemukakan untuk menjawab problem sekaligus peluang kehidupan global, diperlukan paradigma baru pendidikan. Pokok-pokok paradigma baru pendidikan sebagai berikut: a. Pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis; b. Masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis; c. Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab problem internal dan global; d. Pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu serta demokratis; e. Dalam menghadapi kehidupan globalisasi yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetisi di dalam rangka kerjasama; f. Pendidikan harus mampu mengembangkan kebhinnekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat; g. Pendidikan harus mampu meng-Indonesiakan masyarakat Indonesia sehingga setiap insan Indonesia merasa bangga menjadi warga negara Indonesia.

20

Selain itu untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu: a. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme

(mazhab

neoliberalisme),

yang

berprinsip

antara

lain

meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. b. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi peserta didik.Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi peserta didik, misalnya, diberi solusi

dengan

meningkatkan

meningkatkan alat-alat

kualitas

peraga

dan

dan

kuantitas

sarana-sarana

materi

pelajaran,

pendidikan,

dan

sebagainya.Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang berSDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat. 2. Menurut Pandangan Sekuler Pemerintahan di Australia adalah pemerintah yang peduli terhadap dunia pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah di Australia untuk memajukan pendidikan di negaranya. Adapun upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengahdapi problem pendidikan di era globalisasi adalah sebagai berikut.

21

a.

Syarat Guru di Australia Syarat guru untuk mengajar di Australia ditentukan oleh setiap Negara

bagian dan teritori Australia. Standar qualifikasi antarnegara bagian dan teritori tersebut berbeda satu dengan yang lainnya. Meski demikian, kesamaannya adalah setiap guru harus memiliki sertifikat mengajar. Untuk mendapatkan sertifikat mengajar, calon guru di Australia harus menempuh pendidikan tertentu. Bila calon guru belum menyelesaikan jenjang S1, maka ia harus mendaftar di S1 jurusan pendidikan (Bachelor of Education) yang berlangsung selama 4 tahun. Namun, bila calon guru sudah menyelesaikan jenjang S1 di luar jurusan pendidikan, maka calon guru tersebut harus mengikuti beberapa program, yaitu: 1) Bachelor of Education (graduate entry) - 1.5-2 years 2) Graduate Diploma of Education - 1 year (equivalent to a teacher certificate program) 3) Masters of Teaching - 1.5 years Setiap program tersebut tersedia untuk pembelajaran di tingkat primary ataupun secondary. b.

Peningkatan Profesionalitas Guru Guru adalah ujung tombak dari pendidikan yang berlangsung di dalam

kelas. Seiring dengan kemajuan teknologi serta perkembangan pengetahuan, profesionalitasan guru pun harus ditingkatkan. Berbagai program dilakukan untuk meningkatkan profesionalitasan guru di Australian. Salah satu program yang dilakukan

oleh

ALTC

(Australian

Learning

and

Teaching

Council)

adalah Teaching Preparations Programs (TPPs) yang ditujukan untuk guru. Program ini telah mulai dilakukan di 39 universitas. Meski demikian, setiap Negara bagian ataupun teritori memiliki program maupun cara tersendiri untuk meningkatkan profesionalitasan guru mereka. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut: 1) Australian Capital Territory a) Leadership and Career Development

22

b) Office of Catholic Partnerships (hubungan kerjasama pendidikan dengan

Universitas Catholic) c) Professional Development Overview (Literacy & Numeracy) d) Professional Development, Training & Support e) Professional Learning f)

Professional Learning Calendar meliputi kursus, services, elearning, programs.

g) Professional Learning Funding h) Strategic Directions in Professional Learning (menyediakan publikasi) i)

The Centre for Teaching and Learning

j)

Teacher Scholarships (beapeserta didik untuk guru).

2) New South Wales a) Continuing Professional Development, yaitu dukungan dari New South

Wales Institute of Teacher untuk meningkatkan profesionalitasan guru. Focus pengembangan meliputi penelitian, kursus dan program tertentu. b) Professional Development for Teachers - The University of Sydney, yaitu

pengembangan profesionalitasan melalui The Faculty of Education and Social Work. c) Professional Learning and Leadership Development, yaitu website untuk

kebijakan fremeworkds dan pengetahuan untuk mendukung pembelajaran guru, pengetahuan, leadersip, dan pengelolaan administrative sekolah. 3) Northern Territory a) Professional Learning Framework, yaitu website yang menyediakan berbagai

cara untuk mengembagkan profesionalitasan guru. b) Professional Learning Modules, yaitu menyediakan modul pembelajara yang

dikembangkan untuk menunjang berbagai aspek dalam pembelajaran di sekolah. 4) Queensland a) Continuing Professional Learning, yaitu proyek dari the Queensland College of Teachers.

23

b) Menyediakan

beberapa

meliputiProfessional Development Professional

School

website

Development Leaders,

pengembangan Restart

profesioanlitas,

Teachers, Professional

ProfessionalDevelopmentTeachers,

DevelopmentTeacher

Aides,

dan Smart

Classrooms

Professional Development Framework c) Professional Exchange, yaitu program pertukaran guru. 5) South Australia a) Professional Development, yaitu pengembangan profesonalitasan untuk guru yang meliputi leadership program serta administratif. b) Training and Professional Support Strategy Guidelines 6) Tasmania a) Leadership Starts from Within Program, Leading Other Program, Online

Learning, Professional Learning, yaitu website yang berisi peningkatan profesionalitasan guru. b) Professional Learning Handbook, yaitu program yang berasal dari Tasmanian Catholic Education Office. c) Professional Learning [Tas] 7) Victoria a) FUSE - Professional Learning, yaitu pengembangan keprofesionalan baik formal maupun informal untuk guru, trainer, administrator, dan staf pendidikan lainnya. b) ICT Professional Learning Domain dan Professional Leadership, yaitu

website untuk membantu guru meningkatkan keprofesionalitasannya. c) Education

Excellence Awards,

yaitu penghargaan dalam bidang

pendidikan. d) Salah satu program pengembangan yang dilakukan untuk guru yang baru pertama kali mengajar adalah program magang (induction). Program yang ditujukan untuk guru yang baru pertama kali mengajar. Program ini bertujuan untuk mempersiapan diri pada aktivitas sekolah dan menyadari prosedur yang diperlukan. Selain itu, program ini juga memungkinkan

24

guru pemula untuk melakukan dialog professional secara berkelanjutan dan belajar dengan kolega/mentor yang berpengalaman. 8) Western Australia a) Leadership Programs, diperuntukkan untuk sekolah pemerintah untuk menaikkan standar sekolah. b) Online Curriculum Services, diperuntukkan untuk guru agar lebih intaraktif

dalam

mengakses

kurikulum

dan

mengembangkan

keprofesionalan dalam mengajar c) Professional Development-Curriculum Council, diperuntukkan sebagai wujud dukungan terhadap guru. 3. Menurut Pandangan Islam Untuk menghadapi problem dan tantang pendidikan di era globalisasi diperlukan adanya strategi khususuntuk mengupayakan pelaksanaan pendidikan agama Islam secara efektif dan efisien. Oleh karena itu diperlukan rekontruksi dan reformasi pendidikan agamaIslam agar bisa menghadapi problem global dengan langkah-langkah sebagaiberikut: Pertama, melakukan telaah kritis dan menyeluruh terhadap agama, baikyang bentuknya normatif maupun historis. Teks-teks suci yang bersifat normatifperlu dipahami secara utuh, sehingga nilai-nilai dasar agama dapat ditangkapsecara keseluruhan. Sedangkan dalam sisi historis, pemahaman umat terhadapagamanya sepanjang sejarah perlu diperiksa kembali. Kedua, perlu adanya pengintegrasian pendidikan agama dengan ilmuilmulain.

Sehingga

tidak

menimbulkan

pandangan

yang

dikotomis

yangmenyebabkan timbulnya perbedaan anggapan ada perbedaan nilai dan keutamaan antara pendidikan agama dengan keilmuan lainnya. Sebagaimana di Barat yang sekuler, moralitas dan etika diajarkan dalam setiap matapelajaran, bukan hanya pada mata pelajaran agama saja. Bahkan ajaran-ajaranagama hanya memuat masalah-masalah spiritual individual yang bersifat teknis ritual. Seluruh mata pelajaran dan aktivitas di sekolah diarahkan sebagai sumber moralitas dan kebaikan bagi peserta didik (Lutfi, 2003).

25

Ketiga,

perlunya

melakukan

revolusi

pembelajaran

pendidikan

agamadengan cara mempraktikkan nilai-nilai luhur agama tersebut dalam kehidupannyata yang ditopang oleh prinsip-prinsip keadilan atau kerukunan antar umatberagama (Nuruddin, 2003). Tujuan pembelajaran agama Islam harus dirumuskan dengan bentuk behavior dan measruable. Strategi pembelajaran yang dimaksud di sini adalahsuatu kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja yang meliputi metode,materi, sarana dan prasarana, media dan lain sebagainya agar peserta didikdipermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Oemar, 2006). Pendidikan agama Islam sebenarnya tidak hanya cukup dilakukan denganpendekatan teknologi karena aspek yang dicapai tidak cukup kognitif tetapijustru lebih dominan yang afektif dan psikomotorik, maka perlu pendekatanyang bersifat nonteknologik. Pembelajaran tentang akidah dan akhlak lebihmenonjolkan aspek nilai, baik ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendakditanamkan dan dikembangkan pada diri peserta didik sehingga dapat melekatmenjadi kepribadian yang mulia. Sehingga

diperlukan

beberapa

strategi

dalam

pembelajaran

nilai

yaitutradisional maksudnya dengan memberikan nasihat dan indoktrinasi, bebasmaksudnya peserta didik diberi kebebasan nilai yang disampaikan, reflektif maksudnyadengan pendekatan teoritik dan empirik, transinternal maksudnya guru dan peserta didiksama-sama terlibat dalam proses komunikasi aktif tidak hanya verbal dan fisiktetapi juga melibatkan komunikasi batin (Ahmad, 1997). Keempat,

diperlukan

adanya

reformulasi

materi

pembelajaran

pendidikanagama Islam. Disamping perlu adanya reformasi materi-materi PendidikanAgama Islam yang selama ini menjebak pada ranah kognitif denganmengabaikan ranah psikomotorik dan afektif, materi pendidikan agama Islamdipandang

masih

jauh

dari

pendekatan

pendidikan

multikultural,

akibatnyamasih banyak kerusuhan di berbagai tempat (Depag RI, 2001). Untuk itu materi pendidikan agama hendaknya merupakan sarana yangefektif untuk menginternalisasi nilai-nilai atau akidah inklusif pada peserta didik. Selain itu, pada masalah-masalah syari‘ah pendidikan agama Islam selama

26

inimencetak umat Islam yang selalu berbeda dan berselisih dalam masalah mazhab. Maka dalam hal ini pendidikana agama Islam perlu diberikakan tawaranpelajaran “fiqh Muqaran” untuk memberikan penjelasan adanya perbedaanpendapat dalam Islam dan semua pendapat itu sama-sama memiliki argumen,dan wajib bagi kita untuk menghormati. Sekolah tidak menentukan salah satumazhab yang harus diikuti oleh peserta didik, peserta didik diberi kebebasanuntuk memilih. Kelima, diperlukan adanya transformasi dan internalisasi nilai-nilai agamake dalam pribadi peserta didik dengan cara; pergaulan, memberikan suritauladan dan mengajak serta mengamalkannya (Ihsan, 1995). Padahakikatnya pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai, prosespembiasaan terhadap nilai, proses rekontruksi nilai, serta proses penyesuaianterhadap nilai. Fungsi pendidikan agama Islam adalah pewarisan danpengembangan nilai-nilai agama Islam serta memenuhi aspirasi masyarakatdan kebutuhan tenaga di semua tingkat dan pembangunan bagi terwujudnyakeadilan, kesejahteraan, dan ketahanan. Proses transformasi dan internalisasinilai pendidikan agama Islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secaraevolusi dan revolusi. Cara evolusi menuntut adanya keuletan dan kesabaran,dengan rentang waktu yang panjang dan disampaikan secara berangsur-angsur. Sebaliknya, cara revolusi menuntut adanya perombakan tata nilai yang sudahusang dan dimodifikasi atau bahkan diganti dengan nilai-nilai baru. Cara ini tidak menutup adanya kemungkinan perpecahan, perselisihan, atau bahkanpeperangan (Abdul, 1997). Keenam, diperlukan sumber daya guru agama Islam yang berkualitas. Pada saat ini ada kecenderungan untuk menunjuk guru sebagai salah satu faktor penyebab minimnya kualitas lulusan. Kritikan mulai dari ketidakefektifan guru dalam menjalankan tugas, kurangnya motivasi dan etos kerja, sampaikepada ketidakmampuan guru dalam mendidik dan mengajar. Untuk meningkatkan motivasi dan etos kerja guru maka faktorpemenuhan kebutuhan sangat berpengaruh. Untuk itu bagaimana mengarahkankekuatan yang ada dalam diri guru untuk mau melakukan upaya ke arah tujuanyang telah

27

ditetapkan. Dengan motivasi dan etos kerja yang tinggi guru agama akhirnya menjadipenggerak penjiwaan dan pengalaman agama yang mencerminkan pribadiyang takwa, berakhlak mulia, luhur dan menempati peran yang penting dalampembelajaran agama. Untuk itu dibutuhkan guru yang mencintai jabatannya, bersikap adil, sabar, tenang, menguasai metode dan kepemimpinan, berwibawa, gembira, manusiawi dan dapat bekerjasama dengan masyarakat (Zakiyah, 1990).

BAB III PEMBAHASAN

A. Matriks Problem Pendidikan di Era Globalisasi Pandangan Indonesia Masalah-masalah pendidikan di Indonesia diantaranya: 1. Pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. 2. Permasalahan Profesionalisme Guru Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran,

Pandangan Sekuler Pandangan Islam Problem pendidikan Australia Problem pendidikan islam di era menghadapi era global adalah sebagai globalisasi yaitu: berikut. 1. Krisis moral. 1. Sekolah Publik dan Privat. Krisis moral ini diakibatkan oleh Permasalahan yang terjadi baik untuk adanya acara-acara di media public maupun privat adalah adanya elektronika dan media massa lainnya, kesenjangan atau gap diantara kedua menyuguhkan pergaulan bebas, sex jenis sekolah tersebut. Terdapat banyak bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perbedaan diantara keduanya, antara perselingkuhan, sex bebas, konsumsi lain fasilitas, pendanaan, bangunan, al-kohol, pornografi dan kekerasan. Hal guru yang aktif, dsb. Sekolah publik ini akan berakibat pada perbuatan umumnya lebih lambat belajar, kurang negatif generasi muda seperti tawuran, disiplin, serta banyak anak yang tidak pemerkosaan, hamil di luar nikah, memenuhi target pendidikan. penjambretan, pencopetan, 2. Anak yang secara sosial ekonomi penodongan, pembunuhan, malas rendah, akan mendapatkan akses belajar dan tidak punya integritas dan pengetahuan dan teknologi yang krisis akhlak. lambat. Padahal akses pengetahuan 2. Krisis kepribadian. dan teknologi sangat penting untuk Dengan kemajuan ilmu pengetahuan peningkatan prestasi peserta didik, serta dan teknologi menyuguhkan

28

29

Pandangan Indonesia namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. 3. Masalah kebudayaan (alkulturasi) Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. (Arifin, 199:42). 4. Permasalahan Strategi Pembelajaran Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. 5. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pandangan Sekuler sebagai motivasi untuk pencapaian yang telah dilakukan oleh peserta didik. 3. Staff atau pekerja pendidikan yang harus bekerja keras, namun mendapatkan insentif/gaji yang kurang setimpal. Sehingga, kesejateraan mereka kurang baik. Guru yang mengajar anak-anak miskin pun mendapatkan insentif/ gaji yang kurang sesuai. 4. Lima puluh persen dari peserta didik mengabaikan studi mereka untuk bekerja, terutama peserta didik yang berasal dari tingkatan sosio-ekonomi rendah. Hal ini akan mengganggu kegiatan belajar mereka.

Pandangan Islam kemudahan, kenikmatan dan kemewahan akan menggoda kepribadian seseorang. Nilai kejujuran, kesederhanaan, kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis. Untukitu sangat mutlak dibutuhkan bekal pendidikan agama, agar kelak dewasa tidak menjadi manusia yang berkepribadian rendah, melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, melakukan kejahatan intelektual, merusak alam untuk kepentingan pribadi, menyerang kelompok yang tidak sepaham. Faktor yang menyebabkan adanya problem di atas dikarenakan longgarnya pegangan terhadap agama dengan mengedepankan ilmu pengetahuan, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh keluarga yaitu dengan keteladanan dan pembiasaan, derasnya arus informasi budaya negatif global, diantaranya hedonisme, sekulerisme, pornografi, dan lain-lain. Kesimpulan: Problem pendidikan saat ini tidak lepas dari masalah kualitas pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai problematika seperti, profesionalitas guru, masalah budaya, dan teknologi. Selain itu, masalah strata sosial juga

30

Pandangan Indonesia Pandangan Sekuler Pandangan Islam menjadi masalah pendidikan yang harus diselesaikan, sehingga tidak ada perbedaan dimata pendidikan. Masalah karakter, moral dan kepribadian juga harus menjadi problem bersama pendidikan Indonesia. B. Matriks Upaya Mengatasi Problem Pendidikan di Era Globalisasi Pandangan Indonesia Dalam menyelesaikan permasalah pendidikan di Indonesia terdapat beberapa usaha, antara lain sebagai berikut : a. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan. Misalnya dengan penyempurnaan kurikulum,pelaksanaan paradigma pendidikan yang berkaitan dengan penyelenggaraan. b. Pendidikan sesuai dengan dasar Negara Indonesia yaitu pancasila. c. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan. Misalnya kebijakan pemerintah dengan mencananangkan DANA BOS beapeserta didik bagi anak yang orang tuanya kurang mampu maupun anak yang berprestasi

Pandangan Sekuler Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah di Australia untuk memajukan pendidikan di negaranya. Adapun upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengahdapi problem pendidikan di era globalisasi adalah sebagai berikut. a. Syarat Guru di Australia Syarat guru untuk mengajar di Australia ditentukan oleh setiap Negara bagian dan teritori Australia. Standar qualifikasi antarnegara bagian dan teritori tersebut berbeda satu dengan yang lainnya. Meski demikian, kesamaannya adalah setiap guru harus memiliki sertifikat mengajar. Untuk mendapatkan sertifikat mengajar, calon guru di Australia harus menempuh pendidikan tertentu. Bila calon guru belum menyelesaikan jenjang S1, maka ia harus mendaftar di S1 jurusan pendidikan (Bachelor of Education) yang

Pandangan Islam Rekontruksi dan reformasi pendidikan agamaIslam dalam menghadapi problem global dengan langkah-langkah sebagaiberikut: Pertama, melakukan telaah kritis dan menyeluruh terhadap agama, baik yang bentuknya normatif maupun historis. Teksteks suci yang bersifat normatif perlu dipahami secara utuh, sehingga nilai-nilai dasar agama dapat ditangkap secara keseluruhan. Sedangkan dalam sisi historis, pemahaman umat terhadap agamanya sepanjang sejarah perlu diperiksa kembali. Kedua,perlu adanya pengintegrasian pendidikan agama dengan ilmu-ilmu lain. Sehingga tidak menimbulkan pandangan yang dikotomis yang menyebabkan timbulnya perbedaan anggapan ada perbedaan nilai dan keutamaan antara pendidikan agama dengan keilmuan

31

d.

e.

f.

Pandangan Indonesia baik,ini sangat membantu kelangsungan pendidikan mereka. Peningkatan relevansi pendidikan mengandung arti karena ada ketidakserasian antara hasil pendidikan [output] dengan kebutuhan dunia kerja . Sehingga sekarang banyak berdiri sekolahsekolah kejuruan yang mencetak peserta didik untuk dapat mempunyai ketrampilan sesuai profesi yang diinginkan. Untuk mengatasi rendahnya kualitas guru pemerintah sekarang mengeluarkan kebijakan bahwa guru SD minimal harus S1 [strata 1] dan dalam proses belajar mengajar harus sesuai dengan kode etik guru untuk meminimalisir hal- hal yang tidak diinginkan,serta guru itu tidak hanya mengajar tetapi harus memberi contoh yang baik atau teladan bagi peserta didik-peserta didiknya. Untuk mengatasi rendahnya kesejahteraan guru sekarang

Pandangan Sekuler berlangsung selama 4 tahun. Namun, bila calon guru sudah menyelesaikan jenjang S1 di luar jurusan pendidikan, maka calon guru tersebut harus mengikuti beberapa program, yaitu: 1) Bachelor of Education (graduate entry) - 1.5-2 years 2) Graduate Diploma of Education - 1 year (equivalent to a teacher certificate program) 3) Masters of Teaching - 1.5 years b. Peningkatan Profesionalitas Guru Seiring dengan kemajuan teknologi serta perkembangan pengetahuan, profesionalitasan guru pun harus ditingkatkan. Berbagai program dilakukan untuk meningkatkan profesionalitasan guru di Australian. Salah satu program yang dilakukan oleh ALTC (Australian Learning and Teaching Council) adalah Teaching Preparations Programs (TPPs) yang ditujukan untuk guru. Program ini telah mulai dilakukan di 39 universitas. Meski demikian, setiap Negara bagian ataupun teritori memiliki program maupun cara tersendiri untuk meningkatkan profesionalitasan guru

Pandangan Islam lainnya. (Lutfi, 2003). Ketiga, perlunya melakukan revolusi pembelajaran pendidikan agama dengan cara mempraktikkan nilai-nilai luhur agama tersebut dalam kehidupan nyata yang ditopang oleh prinsip-prinsip keadilan atau kerukunan antar umat beragama(Nuruddin, 2003). Keempat, diperlukan adanya reformulasi materi pembelajaran pendidikan agama Islam. Disamping perlu adanya reformasi materi-materi Pendidikan Agama Islam yang selama ini menjebak pada ranah kognitif dengan mengabaikan ranah psikomotorik dan afektif, materi pendidikan agama Islam dipandang masih jauh dari pendekatan pendidikan multikultural, akibatnya masih banyak kerusuhan di berbagai tempat (Depag RI, 2001). Kelima, diperlukan adanya transformasi dan internalisasi nilai-nilai agama ke dalam pribadi peserta didik dengan cara; pergaulan, memberikan suri tauladan dan mengajak serta mengamalkannya (Ihsan, 1995).

32

Pandangan Indonesia pemerintah menaikkan gaji guru, mereka. berupa gaji pokok,tunjangan yang melekat pada gaji ,tunjangan profesi dan lain-lain, Selain itu untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu: a. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. b. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang

Pandangan Sekuler

Pandangan Islam Keenam, diperlukan sumberdaya guru agama Islam yang berkualitas. Pada saat ini ada kecenderungan untuk menunjuk guru sebagai salah satu faktor penyebab minimnya kualitas lulusan.

33

Pandangan Indonesia berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi peserta didik.

Pandangan Sekuler

Pandangan Islam

Kesimpulan: Solusi pendidikan yang ditawarkan sesuai dengan problem dan problem pendidikan baik di Indonesia, Australia dan islam. Peningkatan kualitas pendidikan Indonesia, peningkatan profesionalisme guru di autralia dan pendidikan moral islami.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Problem pendidikan saat ini tidak lepas dari masalah kualitas pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai problematika seperti, profesionalitas guru, masalah budaya, dan teknologi. Selain itu, masalah strata sosial juga menjadi masalah pendidikan yang harus diselesaikan, sehingga tidak ada perbedaan dimata pendidikan. Masalah karakter, moral dan kepribadian juga harus menjadi problem bersama pendidikan Indonesia. Dalam pandangan islam problem pendidikan di era globalisasi adalah masalah moral dan kepribadian. Masalah akhlak menjadi masalah besar yang harus diselesaikan. Karena pendidikan yang sesungguhnya adalah maslaah moral dan karakter.Secara umum problem pendidikan yang muncul di era globalisasi ini adalah pendidikan yang kompetitif dan inovatif serta identitas. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan kompetisi, yang harus dilakukan adalah penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kesiapan mental sekaligus kesiapan skill atau manusia professional. Di indonesia upaya yang dilakukan dalam menghadapi problem dan problem pendidikan di era globalidsasi yaitu melalui peningkatan kualitas pendidikan Indonesia dan peningkatan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru. Di Autralia upaya yang dilakukan dalam menghadapi problem dan problem pendidikan di era globalidsasi yaitu melalui peningkatan kualifikasi guru dan peningkatan profesionalisme guru. Selanjutnya dalam pendidikan islam upaya yang dilakukan dalam menghadapi problem dan problem pendidikan di era globalidsasi yaitu melalui telaah kritis dan menyeluruh terhadap agama, pengintegrasian pendidikan agama dengan ilmuilmu lain, melakukan revolusi pembelajaran pendidikan agama dengan cara mempraktikkan nilai-nilai luhur agama tersebut dalam kehidupan nyata dan perlunya peningkatan profesionalisme guru.

34

35

B. Saran Globalisasi yang terjadi telah merubah berbagai aspek kehidupan. Pendidikan tidak terlepas dari dari kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan kebudayaan suatu bangsa karena pada hakikatnya krisis yang dihadapi berkenaan dengan hasil dan proses pendidikan. Perlu adanya kesadaran yang mendalam dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan untuk berupaya menghadapi problem di era globalisasi dengan meningkatkan sumber daya manusia,salah satunya dengan menempuh pendidikan. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui pembelajaran di sekolah, diantaranya yaitu pembelajaran Fisika. Oleh sebab itu, pembelajaran Fisika seyogyanya mampu membentuk manusia-manusia Indonesia seutuhnya dalam upaya pembangunan nasional Indonesia dimana membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia secara keseluruhan berdasarkan Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA Abdul, Khobir. 1997. Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis danPraktis), Pekalongan: STAIN Pekalongan Press. Abudin Nata. 2003.Manajemen Pendidikan,Mengatasi PendidikanIslam di Indonesia. Bogor : Kencana.

Kelemahan

Achmad, Nur Fathoni. 1997. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islamdi Sekolah, Jurnal Ilmiah Tarbiyah Vol. 17 1997. Ahmad Janan Asifudin. 2009.Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam(Tinjauan Filosofis). Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press. Bashori Muchsin dan Abdul Wahid. 2009. Kontemporer.Bandung : PT. Refika Aditama.

Pendidikan

Islam

Departemen Agama RI. 2001. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Depag RI. Ihsan, Fuad. 1996. Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Luthfi, As-Syaukani. 2003. Pendidikan Agama Melalui Pelajaran Umum , Kompas.Diakses Desember 2017. Mohd. Rafiq. 2011. Problem dan Peluang Komunikasi Islam Pada EraGlobalisasi Informasi”, idb2.wikispaces.com/file/view/ok2015.pdf, Nuruddin. 2002. Saatnya Merevolusi Pendidikan Agama, Kompas. Diakses Desember 2017. Oemar, Hamalik. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: UPI Kerjasama dengan Rosdakarya. Tilaar, H.A.R, 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta Zakiyah , Daradjat. 1990. Kesehatan Mental, Jakarta: PT H. Masagung.

36

Related Documents


More Documents from "ghina"