Produksi_dan_produktivitas_tenaga_kerja.docx

  • Uploaded by: purnaminiluhekha
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Produksi_dan_produktivitas_tenaga_kerja.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,267
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Ekonomi Sumber Daya Manusia merupakan ilmu ekonomi yang

menjelaskan dan menganalisis pembentukan, perencanaan serta pemanfaatan sumberdaya manusia yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi. Peran Sumber Daya Manusia dalam kegiatan ekonomi difungsikan sebagai tenaga kerja. Aktivitas ekonomi mengasumsikan bahwa manusia sebagai tenaga kerja dikategorikan sebagai input produksi. Untuk melihat produktivitas tenaga kerja dalam aktivitas produksi maka digunakan fungsi-fungsi produksi.

B.

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah

ini adalah : a. Apa saja jenis-jenis Fungsi Produksi? b. Bagaimana peran tenaga kerja atau labour dalam fungsi produksi? c. Bagaimana hubungan produktivitas tenaga kerja dengan output produksi?

C.

METODOLOGI PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pada

literatur buku bahan ajar, jurnal, dan literatur online pada situs www.google.com.

1

BAB II PEMBAHASAN

A. FUNGSI PRODUKSI COUBB-DOUGLAS Fungsi produksi coubb-douglas adalah fungsi yang menggambarkan elastisitas factor input (modal dan tenaga kerja) serta distribusi pendapatan antara factor input. Bentuk fungsi coubb-douglas dinyatakan sebagai berikut: Q=A.Kᵅ.Lᵝ Keterangan : Q = Jumlah produksi K = Modal L = Tenaga Kerja A, α, β = Konstanta Nilai α menunjukkan elastisitas produksi terhadap factor modal, sedangkan nilai β menunjukkan elastisitas produksi terhadap factor tenaga kerja. Disamping itu, dengan melihat nilai (α+β) dapat diketahui tingkat skala hasil (return to scale) dari kegiatan produksi tersebut. Jika nilai (α+β) < 1, hal ini menunjukkan skala hasil produksi yang menurun (decreasing return to scale). Bila nilai (α+β)= 1, hal ini menunjukkan produksi mencapai skala hasil konstan (constant return to scale). Sedangkan apabila nilai (α+β)> 1 menunjukkan skalah hasil produksi yang meningkat (increasing return to scale). Pada fungsi coubbdouglas nilai elastisitas subtitusi (εs) antara dua faktor input produksi adalah 1. B. FUNGSI PRODUKSI CES Terdapat dua prinsip dalam fungsi produksi CES, yaitu : nilai elastisitas subtitusi (εs) antara dua faktor input produksi adalah 0<εs<∞ dan nilai elastisitas subtansi sama sepanjang kurva isoquant, tanpa memperhatikan rasio input yang digunakan. Fungsi produksi CES ini pertama kali dikenalkan oleh Robert M Sollow pada tahun 1956. Namun fungsi produksi ini mulai banyak dikenal ketika Sollow menulis sebuah artikel jurnal bersama K.J. Arrow dan H.B. Chenery pada tahun 1961 dengan makalah berjudul Capital Labor Substitution and Economic Efficiency. Dalam tulisan tersebut, mereka menjelaskan teori fungsi produksi CES yang mereka tawarkan berbeda dengan teori fungsi produksi yang sudah ada, yaitu teori fungsi produksi Walras-Leontief-Harold-Domar (yang kemudian lebih dikenal dengan fungsi produksi Leontief) dan fungsi produksi Cobb-Douglas, di mana fungsi produksi Leontief berasumsi bahwa dalam fungsi produksi terdapat

2

koefisien input yang konstan, sedangkan fungsi produksi Cobb-Douglas berasumsi bahwa dalam fungsi produksi terdapat substitusi elastis yang seimbang antara modal dan tenaga kerja. Dalam CES, Sollow dkk menekankan bahwa ada aspek penting lain yang tidak diperhitungkan oleh kedua fungsi produksi yang sudah ada, yaitu tingkat penggunaan teknologi yang berbeda dari masing-masing industri yang berbeda. Dari sini kemudian Sollow dkk mengkaitkannya dengan produktivitas pekerja dalam menghasilkan barang, yang pada akhirnya menghasilkan 3 parameter inti, yaitu parameter substitusi, parameter distribusi dan parameter efisiensi. Dari situlah kemudian ia menyimpulkan bahwa substitusi antara modal dan tenaga kerja bersifat konstan atau terus menerus. Dalam penulisan matematis, fungsi produksi CES :

Keterangan : Y = Output C = parameter efisiensi K = input modal N = input tenaga kerja π ∈ = parameter distribusi σ = elastisitas substitusi modal dan tenaga kerja Berdasarkan formulasi di atas, Sollow dkk berasumsi bahwa elastisitas substitusi antara modal dan tenaga kerja tidak selalu tetap. Maka dari itu, mereka beranggapan bahwa fungsi produksi CES lebih fleksibel dan lebih realistis dari fungsi-fungsi produksi yang sudah ada. C. PRODUKSI JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG 1) Produksi Jangka Pendek Pendekatan produksi jangka pendek menggunakan asumsi bahwa factor input yang berubah hanya salah satu dari factor input produksi yaitu capital (K) atau labour (L). Diasumsikan bahwa untuk menambah factor input produksi diperlukan waktu dan jangka pendek tidak semua faktor input dapat berubah. Fungsi produksi yang digunakan juga tergantung pada faktor input apa yang berubah :  Apabila K berubah maka TP=Q=f(Ḵ;L) dan MPk =∆Q/∆K= α .A.Kᵅ-1.Lᵝ  Apabila L berubah maka TP=Q=f(K; Ḻ) dan MPL =∆Q/∆L= β.A.Kᵅ.Lᵝ-1

3

Dalam fungsi produksi jangka pendek hanya ada satu MP tergantung faktor input produksi apa yang berubah. 2) Produksi Jangka Panjang Dalam produksi jangka panjang berarti produksi dengan 2 input (K dan L) bersifat variabel. Jika 2 faktor input produksi bersifat variabel maka bentuk funsi produksinya: TP=Q=f(K;L). Ada dua jenis Marginal Product (MP) yaitu : a) MPk =∆Q/∆K= α .A.Kᵅ-1.Lᵝ b) MPL =∆Q/∆L= β.A.Kᵅ.Lᵝ-1 Isoquant adalah kurva yang menggambarkan alternative penggunaan faktor input yang dapat menghasilkan output yang SAMA.

Isocost adalah garis yang menggambarkan alternative pembelian faktor input produksi yang dapat menghasilkan total pengeluaran yang SAMA. C = r.K + w.L atau K = (C/r) – (w/r) . L C = total pengeluaran r = biaya untuk memperoleh 1 unit capital w = biaya untuk memperoleh 1 unit labor (upah/orang) K = Kapital L = Labour

4

Efisiensi Produksi adalah tingkat penggunaan faktor input produksi (K* dan L*) untuk menghasilkan output secara optimal. Syarat efisiensi produksi MPL/ MPk = w/r

Expansion Path adalah garis alternative titik-titik efisiensi produksi.

yang menghubungkan berbagai

D. SKALA HASIL (RETURN TO SCALE) Skala hasil adalah angka yang menunjukkan dampak perubahan proporsional faktor input produksi terhadap output-nya. Dengan mengetahui kondisi skala hasil suatu produksi akan dapat dilakukan kebijakan yang tepat dalam menambah faktor input, agar diperoleh output yang lebih baik. Untuk

5

fungsi produksi Q = f ( K , L ) dilakukan penambahan proporsional faktor input sebesar k, maka fungsi produksi akan menjadi hQ = f ( kK , kL ). Dari fungsi tersebut, h adalah proporsi kenaikan output Q sebagai akibat dari bertambahnya faktor input secara proporsional sebesar k. Terdapat tiga kondisi yang terjadi yaitu: 1. hk, apabila persentase perubahan output Q lebih besar dibandingkan persentase perubahan faktor input. Dalam fungsi Coub-Douglas kondisi tersebut dicerminkan dengan jumlah α dan β –nya. Kondisi skala hasil :

Skala hasil tersebut disebut Constan Return to Scale (CSR) karena ketika masing-masing faktor input berubah naik 100% maka output juga berubah naik 100% dari output semula.

6

Skala hasil tersebut disebut Decreasing Return to Scale (DRS) karena ketika masing-masing faktor input-input berubah naik 200% dari input semula namun output yang dihasilkan hanya berubah naik 100% dari output semula.

Skala hasil Increasing Return to scale (IRS) ketika masing-masing faktor input-input ditingkatkan sebesar 100% akan menaikkan output 200%. E. INTENSITAS FAKTOR PRODUKSI Yang dimaksud dengan intensitas faktor produksi adalah perbandingan penggunaan faktor-faktor input dalam menghasilkan output. Apabila faktor input dalam fingsi produksi adalah modal dan tenaga kerja, maka yang dimaksud intensitas faktor produksi adalah rasio antara modal dengan tenaga kerja di dalam menghasilkan output. Indicator intesitas faktor produksi sangat penting dalam analisisproduksi karena dapat digunakan untuk melihat masing-masing faktor input dalam menghasilkan produk.

7

Terdapat tiga kemungkinan dalam intensitas faktor produksi ini : a. Padat karya, penggunaan tenaga kerja lebih besar disbanding penggunaan modal. Hal ini ditunjukkan dnegan nilai intensitas faktor produksi > 1 b. Berimbang, penggunaan tenaga kerja sama besar dengan penggunaan modal, intensitas faktor produksi = 1 c. Padat modal, penggunaan tenaga kerja lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan modal. Intensitas faktor produksi < 1 Melalui pendekatan konsep isoquant, intensitas faktor produksi dapat diketahui apakah kombinasi penggunaan faktor produksi cenderung berimbang atau mengalami ketimpangan pada salah satu faktor sehingga dapat diketahui intensitas faktor produksinya. Dari kurva tersebut dapat dilihat intensitas faktor produksi di titik A = K1/L1 dan di titik B = K2/L2. Rasio K1/L1 lebih besar dibandingkan dengan K2/L2, karena slope isoquant di A lebih besar disbanding di B. sehingga penggunaan faktor produksi di A lebih padat modal dibandignkan di B.

F. ELASTISITAS SUBSTITUSI Elastisitas substitusi adalah angka yang menunjukkan persentasi perubahan rasio modal dengan tenaga kerja dibagi dengan persentase perubahan MRTS (Marginal Rate of Technical Subtitution). Dengan mengetahui nilai elastisitas subtitusi ini akan dapat dilihat mudah tidaknya subtitusi antar faktorfaktor input. Secara matematis nilai elastisitas subtitusi ini adalah: σs = (%∆K/L)/(%∆MRTS)= MRTS / (K/L)

8

Nilai elastisitas subtitusi (σs) adalah 0< σs<∞. Jika nilai σs = 0 artinya subtitusi antara faktor input produksi tidak mungkin dilakukan dan σs<1 artinya subtitusi antara faktor input sukar dilakukan. Sedangkan jika nilai σs≥ 1 artinya subtitusi antar faktor input produksi mudah dilakukan dan σs=∞ berarti subtitusi sempurna. Untuk fungsi Cobb-Douglas nilai elastisitas substitusi sama dengan satu (σ𝑠 = 1), dalam setiap derajad skala hasil (Return to Scale). Sedangkan untuk fungsi produksi CES (Constant Elasticity of Substitution), nilai elastisitasnya adalah 0 < σ𝑠 < ∞. G. EKSPLOITASI TENAGA KERJA Untuk menghasilkan output dalam proses produksi dibutuhkan minimal dua faktor input, yaitu tenaga kerja dan modal. Upah tenaga kerja yang dibayarkan oleh perusahaan adalah biaya tambahan per unit tenaga kerja. Upah tersebut sama nilainya dnegan VMPL dalam penggunaan optimum tenaga kerja oleh perusahaan. Persamaannya dinyatakan sebagai berikut : VMPL = MPL x PL = Upah Menggunakan persamaan diatas untuk memutuskan penggunaan tenaga kerja yang optimum oleh perusahaan akan diperoleh keseimbangan antara jumlah pendapatan yang diperoleh pengusaha dengan pengeluaran yang dibayarkannya pada tenaga kerja. Tetapi dalam kejadian di lapangan seringkali terjadi bahwa tambahan penerimaan pengusaha karena menambah satu tenaga kerja (VMPL = MPL x P) lebih besar daripada tambahan biaya untuk satu tenaga kerja (upah). Kondisi tersebut menggambarkan keadaan eksploitasi tenaga kerja oleh perusahaan. Sebaliknya apabila penerimaan pengusaha lebih kecil dari biaya tenaga kerjanya maka tenaga kerja memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan nilai yang diberikannya kepada pengusaha. H. PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Konsep produktivitas secara sederhana adalah rasio jumlah output riil dengan factor input. Sehingga pengertian untuk prodduktivitas tenaga kerja adalah rasio jumlah output riil dengan jumlah tenaga kerja yang di gunakan untuk menghasilkan jumlah output tersebut. Produktivitas Tenaga Kerja = Jumlah Output Riil / Jumlah Tenaga Kerja Dari persamaan di atas dapat di katakana bahwa bilamana output per unit factor input naik, maka produktivitas tenaga kerja naik. Konsep produktivitas yang lain adalah dengan membandingkan antara nilai tambah yang di hasilkan dengan jumlah tenaga kerja yang menghasilkannya.

9

Produktivitas Tenaga Kerja Riil = Nilai Tambah Outpu Riil / Jumlah Tenaga Kerja Riil

Pengukuran produktivitas tenaga kerja ini penting untuk dapat melihat perkembangan output riil atau nilai tambah riil yang di hasilkan oleh satu orang tenaga kerja. Dengan adanya pengukuran produktivitas tenaga kerja akan dapat dijadikan dasar bagi peningkatan upah riil dan standar hidup pekerja. Bilamana upah riil dapat diperbaiki berdasarkan kenaikan produktivitas pekerja, maka baik tenaga kerja atau perusahaan tidak mungkin terugikan. Tenaga kerja akan dapat memeprbaiki standar hidupnya, karena yang diberikan adalah upah riil yang terbebas dari pengaruh inflasi. sedangkan bagi industri dengan adanya peningkatan produktivitas pekerja ini akan dapat memperoleh peningkatan output riil. Pada teori produktivitas marginal tenaga kerja terdapat dua asumsi yang di pakai : 1. Ada kecenderungan dari pemilik perusahaan untuk menyewa tenaga kerja lebih banyak bila tambahan satu orang tenaga kerja masih dapat menambah pendapatan perusahaan yang lebih besar. 2. Pemilik perusahaan akan menyewa jumlah tenaga kerja (penggunaan optimum tenaga kerja) di perpotongan Marginal Revenue Product of Labor (MRPL) dan biaya tenaga kerja (upah). 1. Pengukuran Pertumbuhan Produktivitas Ada beberapa pengukuran produktivitas tenaga kerja di antaranya :

10

a) Indeks Produktivitas Tenaga Kerja Penggunaan indeks produktivitas tenaga kerja ini di lakukan untuk melihat perubahan yang terjadi pada produktivitas tenaga kerja dari tahun dasar tertentu. Indeks produktivitas tahun dasar = (produktivitas tahun ke-1/ produktivitas tahun dasar) x 100 Indeks produktivitas tahun ke-n = (produktivitas tahun ke-n / produktivitas tahun dasar) x 100 b) Pertumbuhan Produktivitas Riil Pertumbuhan produktivitas riil dapat digunakan untuk melihat secara langsung perkembangan yang terjadi dari tahun sebelumnya ke tahun sekarang. Karena lebih praktis maka metode ini sangat di sukai oleh peneliti Pertumbuhan Produktivitas Riil =

𝑃𝑟𝑜𝑑 𝑟𝑖𝑖𝑙𝑡+1 – 𝑃𝑟𝑜𝑑 𝑟𝑖𝑖𝑙 𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑖𝑖𝑙𝑡

2. Produktivitas Dan Upah Untuk mengukur kesejahteraan tenaga kerja salah satunya dilakukan dengan melihat upah riil yang di terimanya. Karena dengan upah riil tersebut seorang tenaga kerja akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa di pengaruhi oleh tingkat inflasi. Ada beberapa factor yang dapat meningkatkan upah riil seorang tenaga kerja yaitu permintaan tenaga kerja yang meningkat lebih cepat dari peningkatan penawarannya, atau naiknya upah nominal tanpa kenaikan indeks harga konsumen atau naikknya tingakt produktivitas tenaga kerja adanya kenaikan indeks harga konsumen Alasan yang sering dikemukakan kalangan industri untuk tidak meningkatkan upah tenaga kerja adalah tidak adanya kenaikan produktivitas tenaga kerja yang dapat menutup pengeluarannya. Untuk memahami hubungan antar perubahan tingkat upah, produktivitas dan biaya tenaga kerja per unit output dapat dilihat dari rumus di bawah ini : Persentase Perubahan Biaya Tenaga Kerja Per Unit Output

= Persentase Perubahan Upah – Persentase Perubahan Produktivitas

Usaha-usaha untuk peningakatan produktivitas pekerja dapat dilakukan melalui pelatihan intensif untuk meningkatkan rata-rata kualitas tenaga kerja, melalui jumlah dan kualitas yang di gunakan dan peningkatan efisiensi kerja melaui perencanaan kerja, penggunaan teknologi, monitoring , evaluasi dan implementasi perbaikan kinerja

11

BAB III PENUTUP Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input produksi sedangkan tingkat produksi yang dihasilkan disebut sebagai output. Pada persamaan fungsi produksi menunjukkan tingkat produksi suatu barang tergantung pada tingkat input yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi dalam jumlah yang berbeda-beda pula. Manusia memegang peranan dalam faktor produksi sebagai tenaga kerja. Dengan fungsi produksi dapat dilihat sejauh mana peran tenaga kerja dan tingkat produktivitasnya dalam menghasilkan input produksi. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan faktor-faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah barnag tersebut.

12

DAFTAR PUSTAKA

Feriyanto, Nur. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia, dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Sukirno, Sadono. 2011. Mikroekonomi, Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

13

More Documents from "purnaminiluhekha"