Print Tutor.docx

  • Uploaded by: Luciana Lorenza
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Print Tutor.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,259
  • Pages: 10
1. peraturan menteri kesehatan RI No. 416 Tahun 1990. www.kelair.bppt.go.id/Hukum/data/kepmen/bml/907-2002.pdf 2. Tri, W. 2016. www.eprints.dinus.ac.id/17921/10/bab2_17803.pdf.

9. Prinsip dasar sanitasi Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah. 1) Penyediaan Air Bersih Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bgaian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunkan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain.12 Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan seharihari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan.13 Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas. a. Syarat Kuantitas Kebutuhan masyarakat terhadap air bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Konsumsi air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga,

diperkirakan sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi,cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter.14 b. Syarat kualitas Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.15 1. Parameter Fisik Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah. a) Bau Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. b) Rasa Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. c) Warna Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warna pun dapat berasal dari buangan industri. d) Kekeruhan Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat

berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. e) Suhu Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga. f) Jumlah Zat Padat Terlarut Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut. 2. Parameter Mikrobiologis Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan

jenis

bakteri

berbeda

sesuai

dengan

tempat

dan

kondisi

yang

mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan seharihari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen. 3. Parameter Radioaktifitas Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. 4. Parameter Kimia Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat

dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9. Sumber Air12 Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi : a. Air angkasa (hujan) Air angkasa (air hujan) merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran jika di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia. b. Air permukaan Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, dan lainnya. Dibandingkan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat perbuatan manusia, flora, fauna, dan zat-zat lain. c. Air tanah Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialamu air hujan tersebut, didalam perjalannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penyernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan disbanding sumber air lainnya. Air tanah mengadung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa. 2) Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkan.16 Sedangkan syarat jamban sehat menurut Depkes RI (1985), antara lain 17 : Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur air minum (sumur pompa tangan, sumur gali, dan lainlain). Tetapi kalau keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian juga bila letak jamban di sebelah atas dari sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15 meter ; 1. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. Untuk itu tinja harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa atau penutup lubang yang rapat; 2. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya, untuk itu lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran 1×1 meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok; 3. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan bahanbahan yang ada setempat; 4. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang; 5. Cukup penerangan; 6. Lantai kedap air; 7. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah; 8. Ventilasi cukup baik; 9. Tersedia air dan alat pembersih Berdasarkan PERMENKES NO.3 Tahun 2014, standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari18 : Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap) Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

a) Bangunan tengah jamban Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu: - Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup. - Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

b) Bangunan Bawah Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu: - Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut. - Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut

ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.

3) Pengelolaan Sampah dan Salurannya Menurut UU NO. 18 Tahun 2008 bahwa Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: 1. Pengurangan sampah Pengurangan sampah meliputi kegiatan: a. pembatasan timbulan sampah b. pendauran ulang sampah; dan/atau c. pemanfaatan kembali sampah. 2. Penanganan sampah Kegiatan penanganan sampah meliputi: a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. Sampah dikumpulkan dari sumbernya seperti rumah tangga, jalan dan taman, perkantoran, pertokoan, pasar, hotel, dsb. Sampah–sampah tersebut dikumpulkan dalam suatu wadah berupa bak, tong, kantong plastik, keranjang atau ember. Wadah sampah yang baik adalah (a) selalu tertutup sehingga lalat, anjing, kucing atau tikus bisa dicegah masuk ke dalamnya, (b) mudah dibersihkan atau dicuci sehingga terpelihara kebersihannya, dan (c) mudah diambil sampahnya oleh tukang sampah. c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah

terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. Pengangkutan sampah biasa dilakukan dengan gerobak kecil dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) yang biasanya berupa transfer depo, kontainer atau pool gerobak. Pengangkutan sampah secara teratur dan berkala akan mencegah menumpuknya sampah di sekitar wadah. Di TPS, sampah diangkut secara berkala ke TPA. Jika tidak, maka beberapa permasalahan akan muncul seperti bau busuk, berkembangbiaknya ribuan lalat, sarang nyamuk, tikus, kucing dan anjing, sampah tercecer ke jalanan dan got sehingga terkesan kumuh dan dapat mengakibatkan banjir. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA menggunakan truk sampah. d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah dan/atau e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Pembuangan akhir merupakan kegiatan akhir dalam mengelola sampah. TPA yang beroperasi saat ini umumnya menggunakan sistem landfill atau open dumping. Area open dumping biasanya berupa area terbuka cukup luas yang digali atau bekas jurang. Area tersebut kemudian digunakan sebagai tempat pembuangan sampah dari segala penjuru kota. Pengoperasian open dumping relatif mudah, murah dan luwes. Untuk pengelolaan sampah spesifik baik B3 (bahan berbahaya dan beracun) dan sampah medis yang bersifat infektius mengenai pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.19,20 4) Pembuangan Air Limbah Sanitasi tepat guna dalam bidang pembuangan air limbah domestik terdiri 2 (dua) sistem, yaitu: 1. Sistem pembuangan setempat (on-site system) Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas sanitasi yang berada di dalam

daerah persil (batas tanah yang dimiliki). Sarana sistem pembuangan setempat dapat dibagi 2 (dua) yaitu: - Sistem individual: tangki septic, cubluk - Sistem komunal: MCK 2. Sistem pembuangan terpusat (off-site system) Sistem pembuangan terpusat adalah fasilitas sanitasi yang berada di luar persil. Contoh sistem sanitasi ini adalah sistem penyaluran air limbah yang kemudian dibuang ke suatu tempat pembuangan (disposal site) yang aman dan sehat, dengan atau tanpa pengolahan sesuai dengan kriteria baku mutu dan besarnya limpahan. Adapun tempat pembuangan dapat berupa lahan terbuka sebagai tempat peresapan (misal di padang pasir) atau badan-badan aliran air sebagai Badan Air Penerima (BAP). Di Indonesia umumnya sungai sebagai badanbadan aliran air (Badan Air Mengalir (BAM) yang sebagai BAP, kecuali di daerah perkotaan pantai. Badan Air Laut (BAL) adalah sebagai BAP. Prinsip-prinsip penyaluran limbah adalah sebagai berikut: 1. Disalurkan kedalam saluran tertutup, dan harus rapat air 2. Jalur salurannya disesuaikan sedemikian rupa, sehingga sedapat mungkin melalui daerah pelayanan (service area) sebanyak-banyaknya, sehingga jalur seluruhnya sambung-menyambung dari mulai saluran awal (lateral), menuju saluran cabang cabangnya, yang kemudian menuju kedalam saluran-saluran induknya. Dari saluran– saluran induk tersebut, air limbang dibuang ke pembuangan akhir yang aman dengan atau diolah dalam bangunan pengolahan air limbah tertentu, dengan tingkat pengolahan, sesuai dengan karakteristik air limbahnya, dan tempat pembuangan akhirnya, sehingga badan air setelah bercampur dengan air limbah, memenuhi persyaratan-persyaratan kaulitas tertentu. 3. Aliran air limbah harus mampu membawa kotoran-kotorannya (self cleansing velocity) dan tidak boleh merusak salurannya. 4. Kedalaman aliran air limbah harus mampu dipakai berenangnya bendabenda yang ada di dalamnya dan juga tidak boleh penuh. Kecuali yang

pengalirannya memerlukan pemompaan. 5. Sedapat mungkin aliran air limbah dapat terus-menerus membawa bendabenda yang terhenti atau mengendap di dalam jalur salurannya. Bila terjadi pembusukan di dalam saluran akan timbul gas yang berbahaya dan beracun.21

Related Documents

Print
October 2019 73
Print
June 2020 42
Print
November 2019 58
Print
October 2019 70
Print
August 2019 76
Print
November 2019 54

More Documents from ""