Preskas Cipamokolan.docx

  • Uploaded by: Devi Widyaningsih
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Preskas Cipamokolan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,020
  • Pages: 41
BAB II TINJAUAN TEORI

I. KONSEP PERSALINAN A. Defnisi Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Jannah, 2015). Persalinan adalah bagian dari proses melahirkan sebagai respons terhadap kontraksi uterus, segmen bawah uterus teregang dan menipis, serviks berdilatasi, jalan lahir terbentuk dan bayi bergerak turun ke bawah melalui rongga panggul. (Hanretty, 2014). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari dalam Rahim melalui jalan lahir dengan LBK atau dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Mochtar, 2013)

B. Klasifikasi Persalinan 1. Persalinan Spontan

Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut. 2. Persalinan Buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria. 3. Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin. Persalinan berdasarkan umur kehamilan : 1. Abortus : Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr. 2. Partus immaturus : Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram. 3. Partus prematurus Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram. 4. Partus maturus atau a’terme Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih. 5. Partus postmaturus atau serotinus : Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.

C. Sebab-Sebab Persalinan Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Penurunan Kadar Progesteron Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan

kerentanan

otot

rahim.

Selama

kehamilan

terdapat

keseimbangan antara kadar progesteronn dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu. 2. Teori Oxitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar

progesteron

menurun

sehingga

oxytocin

bertambah

dan

meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.

3. Keregangan Otot-otot. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan. 4. Pengaruh Janin Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan. 5. Teori Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi

dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.(Kemenkes RI,2017) D. Patofisiologi

E. Tanda-Tanda Persalinan

1. Tanda pendahuluan menurut (Mochtar, 2013) adalah : a.

Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul.

b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun. c. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. d. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”. e. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show). 2. Tanda Pasti Persalinan meliputi: a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan teratur. b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada serviks. c. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya. d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

F. Faktor Persalinan Menurut Rukiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, yaitu faktor power, faktor passenger, faktor passage, dan faktor psyche: 1. Faktor Power (Kekuatan)

Power adalah kekuatan janin yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna. (Oxorn, 2010) 2. Faktor Passanger (Bayi) Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin,yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah janin, dan posisi janin. (Rohani, 2011) 3. Faktor Passage (Jalan Lahir) Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas: a. Bagian keras : tulang-tulang panggul (rangka panggul). b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligamentligament. (Asrinah, 2010) 4. Faktor psyche (Psikis) Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama bersalin dan kelahiran anjurkan merreka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk didampingi. (Rukiyah, 2009) 5. Posisi Ibu (Positioning)

Posisi ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. (Sondakh, 2013)

G. Kala Persalinan Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu: 1. Kala I Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. a. Fase laten persalinan -

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servix secara bertahap

-

Pembukaan servix kurang dari 4 cm

-

Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam

b. Fase aktif persalinan Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi

-

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih

-

Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm)

-

Terjadi penurunan bagian terendah janin

Fisiologi Kala 1 : 1. Uterus: Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan relaksasi memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik. 2. Serviks Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut: -

Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir kehamilan normal berubah – ubah (beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan panjangnya serviks berkurang secara teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sangat tipis ini disebut sebagai menipis penuh

-

Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks. Untuk mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter dengan menggunakan jari tangan saat peeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka lengkap setelah mencapai diameter 10 cm

-

Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah sedikit atau sedang dari serviks,

2. Kala II Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah: 1. Ibu ingin meneran 2. Perineum menonjol 3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka 4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat 5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali. 6. Pembukaan lengkap (10 cm ) 7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5 jam 8. Pemantauan a. Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus

b. Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak c. jantung bayi setelah kontraksi d. Kondisi ibu sebagai berikut: Kemajuan Tenaga

Kondisi Pasien

Kondisi Janin

Persalinan Usaha

Penumpang

mengedan Periksa

Palpasi

nadi

dan Periksa detak jantung

kontraksi tekanan darah selama janin setiap 15 menit

uterus (kontrol tiap 30

menit.

Respons atau

lebih

10 menit )

keseluruhan pada kala dilakukan

-

Frekuensi

II:

-

Lamanya

-

-

Kekuatan -

-

makin

sering dengan dekatnya

Keadaan

kelahiran Penurunan

dehidrasi

presentasi

dan

Perubahan

perubahan

posisi

sikap/perilaku

Warna

cairan

Tingkat

tenaga tertentu

(yang memiliki)

FISIOLOGI KALA II 1. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya tiap 2-3 menit

2. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan kekuningkuningan sekonyong-konyong dan banyak 3. Pasien mulai mengejan 4. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka 5. Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala membuka pintu” 6. Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala keluar pintu 7. Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut. 8. Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan 9. Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir 10. Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah

11. Lama kala II pada primi 50 menit pada multi 20 menit 3. Kala III Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban a. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit b. Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta c. Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan Tanda-tanda pelepasan plasenta : a. Perubahan ukuran dan bentuk uterus b. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim c. Tali pusat memanjang d.

Semburan darah tiba tiba

Fisiologi Kala III Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta

akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360 cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten. Tanda-tanda Klinik dari Pelepasan Plasenta a. Semburan darah b. Pemanjatan tali pusat c.Perubahan dalam posisi uterus:uterus naik di dalam abdomen Pemantauan Kala III a. Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika ada maka tunggu sampai bayi kedua lahir b. Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak rawat bayi segera

4. Kala IV Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu a. Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung b.

Masa 1 jam setelah plasenta lahir

c. Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering d. Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini e. Observasi yang dilakukan : Tingkat kesadaran penderita., Pemeriksaan tanda vital, Kontraksi uterus, Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500cc. Fisiologi Kala IV Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyamananyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Tujuh (7) Langkah Pemantauan Yang Dilakukan Kala IV a. Kontraksi Rahim Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang normal adalah

pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri. b. Perdarahan Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa c. Kandung kencing Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu diminta untuk kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasi. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya. d. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas : Derajat I Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan Derajat II Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur Derajat III

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani external Derajat IV Derajat III ditambah dinding rectum anterior Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur khusus e. Uri dan selaput ketuban harus lengkap f. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit 1) Keadaan Umun Ibu Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan jika kondisi itu tidak stabil pantau lebih sering, Apakah ibu membutuhkan minum, Apakah ibu akan memegang bayinya 2) Pemeriksaan tanda vital. 3) Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri: Rasakan apakah fundus uteri berkontraksi kuat dan berada dibawah umbilicus. Periksa fundus : -

2-3 kali dalam 10 menit pertama

-

Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.

-

Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan

-

Masage fundus (jika perlu) untuk menimbulkan kontraksi

g. Bayi dalam keadaan baik. H. Pemeriksaan Penunjang 1. USG 2. Pemeriksaan Hb I. Penatalaksanaan Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu: 1. Kaji kondisi fisik klien 2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus 3. Menganjurkan klien istirahat 4. Mengobservasi perdarahan 5. Memeriksa tanda vital 6. Memeriksa kadar Hb 7. Berikan cairan pengganti intravena RL 8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature. J. Asuhan Keperawatan 1. KALA I (fase laten) a. Pengakajian 1) Integritas ego : Klien tampak tenang atau cemas 2) Nyeri atau ketidaknyamanan : Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan

3) Seksualitas : Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir. b. Diagnosa Keperawatan 1) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi. 2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi. 3) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan kontaminasi fekal. 4) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut. 5) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system pendukung.

NO 1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NOC

NIC

Ansietas b/d krisis situasi Setelah dilakukan asuhan  Orientasikan klien pada kebutuhan tidak terpenuhi. keperawatan selama lingkungan, staf dan prosedur ……..diharapkan ansietas  Berikan informasi tentang pasien berkurang dengan perubahan psikologis dan criteria hasil: fisiologis pada persalinan o TTV dbn  Kaji tingkat dan penyebab o Pasien dapat ansietas mengungkapkan perasaan  Pantau tekanan darah dan cemasnya nadi sesuai indikasi o Lingkungan sekitar pasien  Anjurkan klien

tenang dan kondusif

2.

mengungkapkan perasaannya  Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk pasien

Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan  Kaji persiapan,tingkat kemajuan persalinan b/d keperawatan pengetahuan dan harapan kurang mengingat informasi selama….,pengetahuan klien yang diberikan, kesalahan pasien tentang persalinan  Beri informasi dan kemajuan interpretasi informasi. meningkat dengan criteria persalinan normal  Demonstrasikan teknik dapat pernapasan atau relaksasi mendemonstrasikan teknik dengan tepat untuk setiap fase pernafasan dan posisi yang persalinan tepat untuk fase persalinan

hasil: o Pasien

3.

Risiko infeksi

tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan  Kaji latar belakang budaya maternal b/d keperawatan klien.

pemeriksaan vagina berulang selama….diharapkan  Kaji sekresi vagina, dan kontaminasi fekal. infeksi maternal dapat pantau tanda-tanda vital. terkontrol dengan criteria  Tekankan pentingnya hasil: mencuci tangan yang baik. o TTV dbn  Gunakan teknik aseptic saat o Tidak terdapat tanda-tanda pemeriksaan vagina. infeksi  Lakukan perawatan perineal setelah eliminasi. 4.

Risiko

tinggi

terhadap Setelah dilakukan asuhan 

kekurangan cairan b/d keperawatan masukan dan peningkatan selama…,diharapkan  kehilangan cairan melalui cairan seimbang dengan pernafasan mulut. kriterian hasil: o TTV dbn o Input dan output cairan  seimbang

Pantau

masukan

dan

haluaran. Pantau suhu setiap 4 jam atau lebih sering bila suhu tinggi, pantau tanda-tanda vital. DJJ sesuai indikasi. Kaji produksi mucus dan turgor kulit.

o Turgor kulit baik

5.

Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system pendukung.



Kolaborasi pemberian cairan parenteral.  Pantau kadar hematokrit.

Setelah dilakukan asuhan  Tentukan pemahaman dan keperawatan harapan terhadap proses selama…..,diharapkan persalinan koping pasien efektif  Anjurkan mengungkapkan

dengan criteria hasil: perasaan o Pasien dapat  Beri anjuran mengungkapkan perasaannya

thd

mekanisme koping positif dan  Bantu relaksasi

2. KALA II a. Pengkajian 1) Aktivitas/ istirahat -

Melaporkan kelelahan

-

Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi

-

kuat

Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi : Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg 3) Integritas ego :Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya 4) Eliminasi :Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih 5) Nyeri / ketidaknyamanan -

Dapat merintih / menangis selama kontraksi

-

Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum

-

Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

-

Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit

6)

Pernafasan : Peningkatan frekwensi pernafasan

7)

Seksualitas -

Servik dilatasi penuh (10 cm)

-

Peningkatan perdarahan pervagina

-

Membrane mungkin rupture, bila masih utuh

-

Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi 2) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena 3) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik c.

NO 1.

Intervensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri

akut

mekanis presentasi

b/d pada

NOC

NIC

tekanan Setelah dilakukan asuhan Identifikasi derajat bagian keperawatan selama….,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil: o TTV dalam batas normal o Pasien dapat mendemostrasikan

ketidaknyamanan Berikan tanda/ tindakan kenyamanan seperti perawatan kulit, mulut, perineal dan alat-alat tahun yang kering nafas Bantu pasien memilih

dalam dan teknik mengejan

2.

posisi yang nyaman untuk mengedan  Pantau tanda vital ibu dan DJJ  Kolaborasi pemasangan kateter dan anastesi

Perubahan curah jantung b/d Setelah dilakukan asuhan Pantau tekanan darah dan fluktasi aliran balik vena

keperawatan selama…..,diharapkan

nadi tiap 5 – 15 menit  Anjurkan pasien untuk

kondisi cardiovaskuler pasien membaik dengan criteria hasil:  o TD dan nadi dbn o Suplay O2 tersedia 3.

Risiko

tinggi

inhalasi dan ekhalasi selama upaya mengedan Anjurkan klien / pasangan memilih posisi persalinan yang mengoptimalkan sirkulasi

terhadap Setelah asuhan keperawatan Bantu klien dan pasangan

kerusakan integritas kulit b/d selama….,diharapkan pada interaksi hipertonik integritas kulit terkontrol dengan criteria hasil: o Luka perineum tertutup (epiostomi) 

pada posisi tepat Bantu klien sesuai kebutuhan Kolaborasi epiostomi garis tengah atau medic lateral Kolaborasi terhadap pemantauan kandung kemih dan kateterisasi

3. KALA III a.

Pengkajian 1) Aktivitas / istirahat :Klien tampak senang dan keletihan 2) Sirkulasi : Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal

dengan cepat,

akibat analgetik dan anastesi, Nadi melambat

Hipotensi

3) Makan dan cairan :Kehilangan darah normal 250 – 300 ml 4) Nyeri / ketidaknyamanan :Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil 5) Seksualitas : Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas, Tali pusat memanjang pada muara vagina b. Diagnosa Keperawatan 1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral, muntah. 2) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan 3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan c. Intervensi

NO 1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NOC

NIC

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….,diharapkan  cairan seimbang denngan criteria hasil:  o TTV dbn  o Darah yang keluar ± 200 –

Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral, muntah.

300 cc

Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi Kaji tanda vital setelah pemberian oksitosin Palpasi uterus Kaji tanda dan gejala shock Massase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta

 Kolaborasi pemberian cairan parentral

2.

Nyeri akut b/d trauma Setelah dilakukan asuhan jaringan setelah melahirkan keperawatan selama….,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil: o Pasien dapat control nyeri 

Bantu penggunaan teknik pernapasan Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan Ganti pakaian dan liner basah

 Berikan selimut penghangat  Kolaborasi perbaikan episiotomy 3.

Risiko tinggi terhadap cedera Setelah dilakukan asuhan maternal b/d posisi selama keperawatan persalinan selama….,diharapkan  cidera terkontrol dengan criteria hasil: o Plasenta keluar utuh o TTV dbn

Palpasi fundus uteri dan massase dengan perlahan Kaji irama pernafasan Bersihkan vulva dan perineum dengan air dan larutan antiseptic

 Kaji perilaku klien dan perubahan system saraf pusat  Dapatkan sampel darah tali pusat, kirim ke laboratorium untuk menentukan golongan darah bayi  Kolaborasi pemberian cairan parenteral

II. KONSEP POST PARTUM A. Definisi Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan

seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015). Masa nifas (puerperium) adalah maasa pamulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Amru, 2012). Periode post partum atau puerperium adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktur reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2008). Jadi post partum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana kondisi pemulihan dari persalinan hingga kembali ke kondisi sebelum hamil, kurang lebih terjadi selama 6 minggu. B. Etiologi Post Partum Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Post partum dini Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan hematoma. 2. Post partum lambat Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

C. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut walyani & Purwoastuti (2015) menjadi 3, yaitu: 1. puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta beraktivitas layaknya wanita noemal. 2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu. 3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau watru persalinan mempunyai komplikasi.

D. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas Perubahan fisiologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu : 1. Sistem kardiovaskuler a. Volume darah Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variable, contoh

kehilangan

darah

selama

persalinan,

mobilisasi,

dan

pengeluaran cairan ekstravaskuler, dalam 2-3 minggu setelah persalinan volume darah seringkali menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan. b. Cardiac output Cardiac output terus meningkat selama kala 1 dan kala 2 persalinan. Puncaknya selama masa nifas dengan tidak memperhatikan tipe

persalinan dan penggunaan anastesi, cardiac output akan kembali seperti semula sebelum hamil dalam 2-3 minggu. 2. Sistem haematologi a. Keadaan hematokrit dan hemoglobin akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu post partum. b. Leukosit selama 10-12 hari setelah persalinan umumnya bernilai antar 20.000-25.000/mm3. c. Factor pembekuan, pembekuan darah setelah melahirkan. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat pengaluaran dari tempat plasenta. d. Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda thrombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang dirasakan keras atau padat ketika disentuh). e. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali setelah persalinan. 3. Sistem reproduksi a. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehigga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. b. Lochea adalah cairan secret ysng berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. 1) Lochea rubra : darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari

post partum. Lochea ini muncul pada hari pertama hingga hari ke tiga masa post partum. Warnanya merah dan mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut 2) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lender, hari 3-5 post partum. 3) Lochea serosa : Lochea ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan. Warnanya kekuningan atau kecoklatan, terdiri atas sedikit darah dan lebih banyak serum 4) Lochea alba : Lochea ini muncul lebih dari hari ke-10-14. Warnanya

lebih

pucat,

putih

kekuningan,

lebih

banyak

mengandung leukosit, selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang mati. 5) Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran ratarata 240-270 ml. 6) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. 7) Locheastasis : lochea tidak lancer keluarnya. c. Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tengah, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

d. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar seelama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama setelah partus keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3 minggu secara perlahan-lahan akan kembali ke keadaan sebelum hamil. e. Perineum akan menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekana kepala bayi dan tampak terdapat robekan jika dilakukan episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu. f. Payudara, suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara, air susu saat diproduksi disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara didisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi. 4. Sistem perkemihan Buang air kecil sering sulit selama 24 jam, urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Keadaan ini menyebabkan dieresis, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu. 5. Sistem gastrointestinal Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal, namun asupan makan kadang juga mengalami penurunan selama 1-2 hari, rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang. 6. Sistem endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum, progesterone turun pada hari ke 3 post partum, kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang. 7. Sistem musculoskeletal Abulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum, ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi. 8. Sistem integument Penurunan

melanin

umumnya

setelah

persalinan

menyebabkan

berkurangnya hyperpigmentasi kulit. 9. Perubahan Tanda- Tanda Vital Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika wanita dlam keadaan normal a. Suhu badan Satu hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. b. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa. Sehabis melahirkan biasanya nadi menjadi lebih cepat. c. Tekanan darah

Tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi

pada post

partum

dapat

menandakan terjadinya pre eklampsia post partum d. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan

E. Patofisiologi Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dngan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Di dalam poses persalinan normal atau partus spotan terkadang harus melalui proses induksi atau pacuan agar bayi dapat keluar. Ada beberapa hal yang menyebabkan persalinan tersebut harus dilakukan pacuan atau induksi, indikasi pada ibu yaitu penyakit yang diderita, komplikasi kehamilan, kondisi fisik ibu, rupture sponan berlebih, perdarahan antepartum, kanker, kala 1 lama, kemudian ada beberapa indikasi pada janin yang menyebabkan persalinan harus menggunakan induksi atau pacuan yaitu kehamilan lewat waktu (post mature), plasenta previa parsialis, solution plasenta ringan, kematian intrauterine, kematian berulang dalam rahim, ketuban pecah dini, diabetes kehamilan, recurrent intrauterine death. Pada pasien post partum spontan atau nifas akan mengalami perubahan fisiologis dan psikologis.

Perubahan yang terjadi pada pasien post partum spontas akan menyebabkan pengeluaran ASI tidak lancer yang disebabkan oleh penurunan hormone estrogen dan progesterone sehingga menstrimulasi hipofisis anterior dan posterior lalu sekresi prolactin dan oksitosin terjadi membuat diagnosa kerewatan ketidakefektifan pemberian ASI muncul. Pada ibu nifas juga akan mengalami involusi uteri yang menyebabkan pelepasan desidua lalu mengalami kontraksi uterus dan munculnya lochea. Ibu nifas yang dilakukan tindakan episiotomi saat persalinan akan menyebabkan resiko infeksi karen luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Dari proses persalinan bisa terjadi komplikasi post partum pada ibu nifas yaitu perdarahan yang menyebabkan volume cairan menurun dan menimbulkan diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan. Dari luka episiotomi tersebut menimbulkan nyeri di perineum saat defekasi menyebabkan konstipasi pada ibu nifas. Perubahan psikologis juga terjadi pada ibu nifas pada fase taking in yang berlangsung 1-3 hari setelah persalinan ibu terfokus pada diri sendiri termasuk dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan untuk dirinya, kurangnya informasi tentang pemilihan alat kontrasepsi yang cocok digunakan untuk sang ibu membuat dignosa keperawatan defisiensi pengetahuan muncul. Fase taking hold berlangsung selama 3-10 hari, timbul rasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung jawab ibu dalm merawat bayinya, hal ini menyebabkan defisiensi pengetahuan tentang peran menjadi orang tua. Fase letting go

berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan disini ibu sudah mandiri dalam menyesuaikan diri dengan kebiasaan bayinya.

F. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu : 1. Fase taking in Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dar hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. 2. Fase taking hold Fase taking hold adalah periode yang berlangsung atara 3-10 hari setelah melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. 3. Fase letting go Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

G. Pemeriksaan Penunjamg 1. Pemeriksaan laboratorium

2.

USG bila diperlukan

H. Komplikasi 1. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam pertama setelah kelahiran bayi) 2. Infeksi a. Endometritis (radang edometrium) b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus) c. Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus) d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras dan berbenjol-benjol) e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses) f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.) g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas) 3. Gangguan psikologis

a. Depresi post partum b. Post partum Blues c. Post partum Psikosa d. Gangguan involusi uterus

I. Penatalaksaan medis 1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan) 2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri 3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas. 4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk 5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

J. Diagnosa keperawatan Menurut Nanda (2012), yaitu : 1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi) NOC : setelah dikakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan nyeri berkurang. Kriteria hasil :

a. Mampu

mengontrol

nyeri

(tahu

penyebab

nyeri,

mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) b. Melaporkan

bahwa

nyeri

berkurang

dengan

menggunakan

manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang e. Tanda vital dalam rentan normal NIC : a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi (PQRST) b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien d. Ajarkan tentang teknik non farmakologi e. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri f. Motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi yang bergizi g. Tingkatkan istirahat

h. Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai membaik i. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri j. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih. k. Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur. l. Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak. m. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik 2. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum. NOC : Setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam, ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat. Kriteria hasil : a. Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas. b. Kelemahan dan kelelahan berkurang. c. Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan. d. frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal. e. kulit hangat, merah muda dan kering NIC :

a. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD,

dispnea,

nyeri

dada,

kelelahan

berat,

kelemahan,

berkeringat, pusing atau pinsan. b. Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan aktifitas senggang yang tidak berat. c. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri. d. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri. e. Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien. f. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst. 3. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan. NOC : Setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam, Pasien dapat mendemostrasikan status cairan membaik. Kriteria evaluasi: Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, haluaran urine di atas 30 ml/jam, kulit kenyal/turgor kulit baik.

NIC : Fluid management a. Observasi Tanda-tanda vital setiap 4 jam. b. Observasi Warna urine c. Status umum setiap 8 jam d. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat e. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan f. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian g. Lakukan terapi IV h. Berikan cairan i. Dorong masukan oral j. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap. k. Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi. l. Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.

4. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir. NOC : Setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam, Infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil: tanda infeksi tidak ada, luka episiotomi kering dan bersih, takut berkemih dan BAB tidak ada. NIC : a. Pantau: vital sign, tanda infeksi.

b. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah. c. Kaji luka perineum, keadaan jahitan. d. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak. e. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi). 5. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi. NOC : Setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam, Gangguan proses parenting tidak ada. Kriteria

hasil: ibu

dapat merawat

bayi

secara mandiri

(memandikan, menyusui). NIC : a. Beri kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri. b. Libatkan suami dalam perawatan bayi. c. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur. d. Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP. e. Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi.

Related Documents

Preskas Ahc.docx
August 2019 39
Preskas Anggi.pdf
May 2020 21
Preskas Keebumen.docx
May 2020 22
Preskas Cipamokolan.docx
October 2019 32
Preskas Tfa.docx
May 2020 15
Preskas Sepsis.docx
October 2019 28

More Documents from "Eka Wijaya Warmandana"