Pendididkan Teknik Bangunan Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh: • Laili Estu Rini • Nur Rahmat • Rif’an Rochmatdhoni • Rivai Handayani • Salma Gatari Warsito • Yani Pratiwi • Rahma selly yana (K1517066)
(K1517048) (K1517063) (K1517067) (K1517070) (K1517072) (K1517078)
BETON BERTULANG
Faktor Keamanan
Faktor Beban
Faktor Reduksi
Faktor Beban a. Beban Mati [D] BEBAN AIR HUJAN [R]
U = 1,4.D b. Beban Hidup [L] & Beban Mati [D] U = 1,2.D + 1,6.L + 0,5.(Lr atau R) c.Beban Hidup [L], Beban Mati [D] & Beban Angin [W] - U = 1,2.D + 1,6.(Lr atau R) + (1,0.L atau 0,5.W)
BEBAN HIDUP [L]
- U = 1,2.D + 1,0.W + 1,0.L + 0,5.(Lr atau R) - U = 0,9.D + 1,0.W d. Beban Gempa [E]
BEBAN GEMPA [E]
- U = 1,2.D + 1,0.E + 1,0.L
- U = 0,9.D + 1,0.E
Dalam pasal 9.3 SNI 2847-2013: 9.3.2.1 : struktur dengan penampang terkendali tarik (yaitu jika regangan baja tarik terjauh (ɛt) 0,005 pada saat regangan beton tekan mencapai batas asumsi 0,003, misalnya : balok) ø = 0,90. Pasal 9.3.2.2 : Struktur dengan penampang terkendali tekan ( yaitu jika regangan baja tarik terjauh (ɛt) 0,005 pada saat regangan beton tekan mencapai batas asumsi 0,003) : a) Komponen struktur dengan tulangan spiral, ø = 0,75 b) Komponen struktur dengan tulangan lainnya, ø = 0,65 Pasal 9.3.2.3 : Geser dan torsi, ø = 0,75 Pasal 9.3.2.4 : Tumpuan pada Beton, ø = 0,65
Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen struktur.
Jenis Kekuatan Beton Bertulang Menurut pasal 2.2 SNI 2847-2013, 1. Kuat Nominal Kuat nominal diartikan sebagai kekuatan komponen struktur atau penampang yang dihitung sesuai dengan ketentuan dan asumsi metode desain kekuatan sebelum dikalikan dengan faktor reduksi Pada penampang beton bertulang, nilai kuat tekan bergantung pada dimensi penampang, jumlah dan letak tulangan serta mutu beton dan tulangan. 2. Kuat Desain Kuat desain dapat diartikan sebagai kekuatan komponen struktur atau penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal dan faktor reduksi kekuatan. 3. Kuat Perlu Kuat perlu diartikan sebagai kekuatan komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam terkait dalam suatu kombinasi beban Karena pada dasarnya kuat desain merupakan gaya dalam, sedangkan kuat perlu merupakan kekuatan dari gaya luar yang bekerja pada struktur, maka agar desain struktur dapat dijamin keamanannya harus dipenuhi syarat : kuat desain lebih besar atau sama dengan kuat perlu
Prinsip Hitungan Struktur Beton Bertulang
Pada Dasarnya Meliputi 2 Buah Hitungan
1
2
Hitungan yang bekaitan dengan gaya luar
Hitungan yang bekaitan dengan gaya dalam
Hitungan Gaya dari Luar Harus disertai dengan faktor kesamaan yang disebut faktor beban sehingga diperoleh kuat perlu Ru .
Hitungan Gaya dari Dalam Disertai dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi kekutan ꬾ sehingga diperoleh kuat desain Rd=ꬾRu .
Selanjutnya, agar struktur mampu memikul beban dari luar yang bekerja pada stuktur tesebut maka harus dipenuhi syarat bahwa kuat desain Rd minimum sama dengan kuat perlu Ru .
Prinsip hitungan stuktur beton bertulang yang menyangkut gaya luar dan gaya dalam tersebut secara jelas dapat digambarkan secara skematis
Hitungan stuktur beton bertulang
Hitungan gaya dalam
Hitungan gaya luar
Momen, gaya geser, torsi, dan lainnya Beban mati, beban hidup, beban gempa, dan lainnya Kuat nominal Rn
Kuat perlu Ru
Kuat desain Rd=ꬾRn
Syarat : Rd atau ꬾRn ≥ Ru
Pemasangan Tulangan Longitudinal / Memanjang Tulangan longitudinal (memanjang) dipasang pada serat-serat beton yang mengalami tegangan tarik.
Pemasangan Tulangan Geser Retakan yang terjadi di daerah ujung balok yang dekat dengan tumpuan disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau gaya lintang balok yang cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh material beton dari balok yang bersangkutan.
Retak geser ditahan oleh gaya tarik dan gaya potong ( dowel action ) dari tulangan longitudinal.
Agar balok dapat menahan gaya geser tersebut, maka diperlukan tulangan geser yang dapat berupa tulangan-miring/tulangan-serong atau berupa sengkang/begel.
Jarak Tulangan Pada Balok Tulangan longitudinal maupun begel balok diatur pemasangannya dengan jarak tertentu, seperti terlihat pada gambar berikut : Keterangan gambar : •Sb = tebal penutup beton minimal (9.7-1 SNI 03-2847-2002).Jika berhubungan dengan tanah/cuaca : Untuk D >atau =16 mm, tebal Sb = 50 mm. ; Untuk D< 16 mm, tebal Sb = 40 mm ; Jika tak berhubungan tanah dan cuaca tebal Sb = 40 mm. •b = Jarak maksimum (as-as) tulangan samping (3.3.6-7 SK SNI T-15-1991-03), diambil < atau = 300 mm dan < atau = balok (1/6) kali tinggi efektif balok.Tinggi efektif = tinggi balok – ds atau d = h – ds •S av = Jarak bersih tulangan pada arah vertikal (9.6-2 SNI 03-2847-2002) diambil > atau = 25 mm, dan > atau = D. •Sn = Jarak bersih tulangan pada arah mendatar (9.6-1 SNI 03-2847-2002) diambil > atau = 25 mm, dan > atau = D. Disarankan d > atau = 40 mm, untuk tulangan balok. •D = diameter tulangan longitudinal (mm) •ds = Jarak titik berat tulangan tarik sampai serat tepi beton bagian tarik, sebaiknya diambil > atau = 60 mm.
Jumlah Tulangan Maksimal Dalam 1 Baris Dimensi struktur biasanya diberi notasi b dan h, dengan b adalah ukuran lebar dan h adalah ukuran tinggi total dari penampang struktur. Sebagai contoh dimensi balok ditulis b/h atau 300/500, berarti penampang dari balok tersebut berukuran lebar balok b = 300 mm dan tinggi balok h = 500 mm
Keterangan gambar : •As = luas turangan tarik (mm2) •As’ = luas tulangan tekan (mm2) •b = lebar penampang balok (mm) •c = jarak antara garis netral dan tepi serat beton tertekan (mm) •d = tinggi efektif penampang balok (mm) •ds1= Jarak antara titik berat tulangan tarik baris pertama dan tepi serat beton tarik (mm) •ds2= jarak antara titik berat tulangan tarik baris kedua dengan tulangan tarik baris pertama (mm) •ds’ = jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan (mm) •h = tinggi penampang balok (mm)
TERIMA KASIH