Prereview_cita Arunnika Risyudianti.docx

  • Uploaded by: Cita Arunnika Risyudianti
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Prereview_cita Arunnika Risyudianti.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,602
  • Pages: 14
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS UDARA DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA Cita Arunnika Risyudianti *, Rudatin Windraswara Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Universitas Negeri Semarang Gedung F5 Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati Semarang 50229 Email: [email protected] ABSTRAK Berdasarkan data Dinas Pehubungan kemacetan di Jalan Kaligawe dengan rasio V/C 0,88. Data kualitas udara ambien kota Semarang oleh BLH Kota Semarang di Jalan Kaligawe pada tahun 2016 kadar NO2 (46,1 µgr/m3) pada tahun 2017 kadar SO2 dan TSP (39,9 µgr/m3 dan 646 µgr/m3) tertinggi di Kota Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien (SO2, NO2, TSP) dengan gangguan fungsi paru pada Pedagang Kaki Lima di Jalan Kaligawe Semarang. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 31 pedagang kaki lima di Jalan Kaligawe dengan teknik simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji Mann Withney karena data numeric. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar SO2 (p=0,008), kadar NO2 (p=0,008), TSP (p=0,008) dan kebiasaan merokok (p=0,029) dengan gangguan fungsi paru. Simpulan penelitian ini yaitu SO2, NO2 dan TSP berhubungan dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan Kaligawe. Disarankan untuk menggunakan APD berupa masker ketika bekerja. Kata Kunci : Kualitas udara ambien, kendaraan bermotor, fungsi paru, pedagang

ABSTRACT Based on Department of Transportation road congestion on Jalan Kaligawe with a V/C ratio of 0.88. Ambient air quality measurement results for Semarang city by the Semarang City Environmental Agency The air quality at Jalan Kaligawe in 2016 NO2 levels (46.1 μg /Nm3) in 2017 the levels of SO2 and TSP (39,9 μg/Nm3 and 646 μg/Nm3) higest in Semarang City. The purpose of this study was to determine the relationship between ambient air quality (SO2, NO2, TSP) with lung function among street vendors in Kaligawe Street Semarang. The type of this study was analytic observational with cross sectional design. The sample was 31 street vendors with simple random sampling technique. Data were analyzed using Mann Whitney test for numerical data. The results showed there were related between SO2 (p = 0,008), NO2 (p= 0,008) and TSP (P=0,008). The conclusions were SO2, NO2, and TSP related with the lung function at street vendors. It’s recommended to use personal safety when working. Key Word: Ambien Air Quality, Motor Vehicle, Lung Function, street vendors

PENDAHULUAN Kendaraan bermotor memiliki pengaruh terbesar atas memburuknya polusi udara yang terjadi. Bahan pencemar yang terutama terdapat di dalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah CO, senyawa Hindrokarbon, NO2, SO2, dan partikulat debu termasuk timbal (Pb). Menurut WHO, sekitar 92% populasi dunia tinggal di tempat dengan polusi udara melampaui

batas

maksimal

yang

ditetapkan

WHO.

Pencemaran

udara

ambien

menyumbang sekitar tiga juta kematian tiap tahunnya akibat kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular dan stroke. Jumlah korban terbesar berasal dari negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah seperti negara-negara di Asia Tenggara dan Pasifik barat. Secara umum, nilai Indeks Kualitas Udara (IKU) pada periode tahun 2011– 2016 apabila dilihat kecenderungan linear-nya maka nilai IKU cenderung menurun dengan laju penurunan 0,014 per tahun (KemenLH, 2017). Survei yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Semarang pada tahun 2017 yang menunjukkan Jalan Kaligawe merupakan jalan dengan kemacetan yang tinggi dengan rasio V/C 0,88 dengan volume kendaraan sebesar 7.641,93 smp/jam dan kapasitas kendaraan sebesar 8.663,52 smp/jam. Hal ini menggambarkan arus mendekati tidak stabil, kecepatan mulai terganggu oleh kondisi jalan dan terjadi kemacetan lalu lintas. Kemacetan jalan tersebut umumnya terjadi karena di jalan Kaligawe merupakan jalan nasional yang merupakan jalan penghubung utama antara kota Semarang dengan kota lain, baik secara konstelasi regional yaitu Demak maupun nasional yaitu Surabaya. Dengan adanya kemacetan tersebut menunjukkan semakin banyak jumlah kendaraan bermotor yang digunakan per satuan waktu pada wilayah tertentu, maka semakin tinggi pencemaran udara sebagai emisi gas buang ke udara. Berdasarkan data hasil pengukuran kualitas udara ambien Kota Semarang oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang kualitas udara di Jalan Kaligawe untuk parameter NO 2 berada pada posisi tertinggi pertama di Kota Semarang pada tahun 2014, 2015 dan 2016 masing-masing sebesar 10,8 µgr/m3, 115 µgr/m3, dan menurun pada tahun 2016 menjadi 46,5 µgr/m3, dan pada tahun 2017 tergolong rendah yaitu 9,5 µgr/m3. Kadar SO2 pada tahun 2014 sebesar 40,6 µgr/m3 tergolong tinggi dibandingkan daerah lain, pada tahun 2015 dan 2016 kadar SO2 memiliki angka yang sama <26 µgr/m3 yakni tergolong rendah, sedangkan pada tahun 2017 kadar SO2 meningkat sebesar 39,9 µgr/m3 menempati urutan pertama di Kota Semarang. Sedangkan kadar debu (TSP) pada tahun 2014 menempati urutan pertama sebesar 865 µgr/m3, pada tahun 2015 dan 2016 menurun masing-masing sebesar 353 µgr/m3 dan 370 µgr/m3 akan tetapi masih tergolong tinggi, pada tahun 2017 kadar debu menempati urutan tertinggi sebesar 646 µgr/m3. Senyawa SO2 dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan bronchitis, senyawa NO2 dapat menyebabkan penyakit asma, bronchitis kronis serta gangguan pernapasan jika

kadar NO2 cukup tinggi dalam waktu kurang dari 3 jam (Wardhana, 2004). Emisi gas buang ke udara yang dihirup masyarakat akibat emisi kendaraan bermotor di Jalan Kaligawe dapat menggangu fungsi paru pedagang kaki lima, dimana mereka merupakan kelompok yang melakukan aktivitas relatif permanen terkait dengan pekerjaannya. Gangguan fungsi paru merupakan gangguan paru berupa ketidakmampuan pengembangan (elastisitas) parunya maupun gangguan saluran napas baik struktural (anatomis) maupun fungsional yang menyebabkan perlambatan aliran udara respirasi. Mereka cenderung menempati lokasi yang bukan peruntukannya seperti trotoar atau badan jalan sehingga dapat mengganggu arus lalu lintas dan menyebabkan kemacetan di Jalan Kaligawe mengakibatkan pencemaran udara yang berasal dari kenderaan bermotor. Di kawasan tersebut banyak terdapat pedagang kaki lima yang setiap harinya berdagang mulai dari pagi hari hingga malam hari. Sehingga mereka merupakan kelompok yang rentan mengalami gangguan fungsi paru karena cemaran udara. Dalam studi kohort paparan jangka panjang untuk polusi udara ambien (PM2,5) dapat mengakibatkan penurunan fungsi paru-paru dan peningkatan risiko kejadian PPOK, setiap 5 µg/m3 peningkatan debu dikaitkan dengan penurunan 1-18% FVC dan 1-46% FEV1 dan 021% untuk rasio FEV1/FVC (Guo et al., 2018). Terdapat pengaruh polusi udara terhadap fungsi kapasitas paru petugas parkir di Wilayah parkir zona C Kota Surakarta, dengan pvalue = 0,000 (Haris & Kusuma, 2017). Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kapasitas vital paru pada pedagang kaki lima yakni kebiasaan merokok p value 0,001 (Sari, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap 10 pedagang kaki lima di jalan Kaligawe menunjukan hasil bahwa mayoritas pedagang di jalan tersebut adalah perempuan yang berusia di atas 35 tahun, memiliki masa kerja terlama 27 tahun dan masa kerja terpendek yaitu 1 tahun, 4 dari 10 pedagang berdagang 24 jam dalam sehari. Hal ini tentu sangat meningkatkan risiko terkena penyakit akibat paparan udara tercemar. Data hasil wawacara mengenai keluhan pernapasan ditemukan 8 dari 10 pedagang mengalami keluhan gangguan pernapasan, keluhan yang paling umum dialami yakni batuk (60%), produksi sputum berlebih (30%), sesak napas (20%), nyeri dada (10%) dan untuk keluhan batuk berdarah umumnya tidak dialami oleh pedagang di jalan Kaligawe. Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya pada variabel penelitian ini adalah kualitas udara ambien (SO2, NO2 dan TSP) terhadap gangguan fungsi paru dan Lokasi penelitian sebelumnya berada di pasar, ruang parkir bawah tanah dan industri pengolahan kayu. Pada penelitian ini meneliti di jalan raya kaitannya dengan kepadatan lalu lintas yang dapat mempengaruhi kualitas udara. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan Kaligawe Semarang.

METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan resiko efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Jalan Kaligawe Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima di sepanjang trotoar Jalan Kaligawe Kota Semarang yaitu sejumlah 48 pedagang. Pada penelitian ini metode perolehan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Selanjutnya, peneliti menentukan pedagang yang dijadikan sampel pada masing-masing area dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus proporsi sampel. Pengukuran Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2) dan Total Suspended Particulate (TSP) akan dilakukan satu jam pada tiga titik lokasi pengukuran. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Terdapat dua jenis data primer dalam penelitian ini yaitu data primer mengenai kualitas udara ambien dan data gangguan fungsi paru pedagang. Pertama, kualitas udara ambien berisi hasil pengukuran kadar SO2, NO2 dan TSP. Kedua, gangguan fungsi paru yang beirisi hasil pengukuran fungsi paru normal dan tidak normal pada seluruh sampel penelitian. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, pengukuran dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar observasi, spirometer untuk mengukur fungsi paru pedagang, spektrofotometer metode Griess Saltzman untuk mengukur NO2, spektrofotometer metode pararosanilin untuk mengukur SO2 dan High Volume Sampler

untuk Pengukuran Total

uspended Particulate (TSP). Pengukuran sampel udara ambien didasarkan pada SNI 197119.6-2005 mengenai penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien. Dimana kriteria yang digunakan diantaranya:area dengan konsentrasi pencemar tinggi, area dengan kepadatan penduduk tinggi, dan mewakili seluruh wilayah studi. Pengukuran Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2) dan Total Suspended Particulate (TSP) akan dilakukan satu jam pada tiga titik lokasi. Penentuan titik dilakukan dengan memilih zona padat lalu lintas dan dimana terdapat banyak pedagang.. Cara analisis data menggunakan

analisis univariat, analisis bivariatdan analisis

multivariat. analisis univariat dalam penelitian ini analisis dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dari setiap variabel penelitian yakni variabel Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Total uspended Particulate (TSP) dan karakteristik responden (lama paparan, masa kerja, status gizi, kebiasaan merokok dan riwayat penyakit paru). Variabel tersebut disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dalam bentuk presentase dari tiap variabel. Sedangkan analisis bivariat dilakukan

terhadap 2 variabel yang diduga saling berhubungan atau berkorelasi, dalam penelitian ini variabel yang diduga saling berhubungan yakni variabel bebas Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Total uspended Particulate (TSP) dengan variabel terikatnya yakni gangguan fungsi paru. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji Independent T-Test untuk data numeric apabila data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal maka digunakan uji alternatif yaitu uji Mann Whitney. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel bebas yang paling

signifikan dengan variabel terikat. Pada

penelitian ini, variabel yang dianlisis secara multivariat antara lain kebiasaan merokok, riwayat penyakit, kadar sulfur dioksida (SO2), kadar nitrogen dioksida (NO2) dan Total Suspended Particulate (TSP), dengan variabel terikat yaitu gangguan fungsi paru pada pedagang. Pada penelitian ini menggunakan jenis uji regresi logistik karena skala data variabel terikat adalah kategorik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik reponden diketahui dari 32 pedagang didapatkan bahwa pedagang lakilaki sebanyak 15 orang (48,4%), sedangkan pedagang perempuan sebanyak 16 orang (51,6%). Rata-rata umur pedagang adalah 42,8 tahun. Umur pedagang termuda adalah 18 tahun dan umur pedagang tertua adalah 64 tahun. Pedagang sebagian besar pada kelompok umur 41-50 tahun (31,2%). Pedagang dengan status gizi normal sebanyak 8 orang (25,8%), dan pedagang dengan status gizi tidak normal sebanyak 23 orang (74,2%). Pedagang dengan masa kerja lebih atau sama dengan 5 tahun sebanyak 25 orang (80,7%) sedangkan pedagang dengan masa kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 6 orang (19,3%). Sebanyak 21 orang (61,7%) merupakan pedagang dengan lama paparan lebih dari 8 jam per hari sedangkan sebanyak 10 orang (32,3%) pedagang dengan lama paparan kurang atau sama dengan 8 jam per hari. Jumlah pedagang yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 8 orang (25,8%) sedangkan pedagang yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 23 orang (74,2%). Dari 32 pedagang yang memiliki riwayat penyakit paru sebanyak 3 orang (9,7%), sedangkan pedagang yang tidak memiliki riwayat penyakit paru sebanyak 28 orang (90,2%). Seluruh pedagang yang berada di Jalan Kaligawe tidak menggunakan APD berupa masker.

Tabel 1 Kadar Sulfur Dioksida (SO2) di Jalan Kaligawe Konsentrasi Polutan No

(µg/Nm3)

Titik SO2

NO2

TSP

1.

Titik 1

20,78

11,92

267

2.

Titik 2

20,19

14,74

532

3.

Titik 3

20,39

13,97

492

Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kadar SO2 di Jalan Kaligawe sebesar 20,51 µg/Nm3, dengan nilai minimal 20,19 µg/Nm3 dan maksimal 20,78 µg/Nm3. Berdasarkan baku mutu SO2 di provinsi Jawa Tengah berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 yaitu 632 µg/Nm3 untuk 1 jam pengukuran, sehingga kadar SO2 di Jalan Kaligawe masih memenuhi nilai baku mutu. Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kadar NO2 di Jalan Kaligawe sebesar 13,7887 µg/Nm3, dengan nilai minimal 11,92 µg/Nm3 dan maksimal 14,74 µg/Nm3. Berdasarkan baku mutu NO2 di provinsi Jawa Tengah berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 yaitu 316 µg/Nm3 untuk 1 jam pengukuran, sehingga kadar NO2 di Jalan Kaligawe masih memenuhi nilai baku mutu. Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kadar TSP di Jalan Kaligawe sebesar 452 µg/Nm3, dengan nilai minimal 267 µg/Nm3 dan maksimal 532µg/Nm3, serta standar deviasi 224,14 µg/Nm3. Berdasarkan baku mutu SO2 di provinsi Jawa Tengah berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 yaitu 230 µg/Nm3, sehingga kadar TSP di Jalan Kaligawe melebihi nilai baku mutu.

Tabel 2 Distribusi Gambaran Fungsi Paru pada Pedagang Kaki Lima Gambaran Fungsi Paru

Jumlah

Persentase (%)

Tidak normal

24

77,4

Normal

7

22,6

Jumlah

32

100,0

Hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan gambaran fungsi paru, diketahui bahwa dari 32 pekerja pedagang kaki lima di jalan Kaligawe yang memiliki fungsi paru tidak normal yaitu 24 responden atau 77,4%, sedangkan pekerja yang memiliki fungsi paru normal sejumlah 7 responden atau 22,6%.

Tabel 3 Distribusi Fungsi Paru berdasarkan Kualitas Udara Ambien (SO2, NO2 dan TSP) Konsentrasi Polutan No

Fungsi paru (%)

(µg/Nm3)

Titik SO2

NO2

TSP

Normal

Tidak Normal

1.

Titik 1

20,78

11,92

267

62,5

37,5

2.

Titik 2

20,19

14,74

532

7,1

92,9

3.

Titik 3

20,39

13,97

492

11,1

88,9

Keterangan : Titik 1 : Area depan Kampus Unisula Titik 2 : Area depan Pos Polisi Titik 3 : Area depan Nasmoco Kaligawe Lokasi penelitian pengukuran kualitas udara di Jalan Kaligawe dilakukan pada tiga titik yakni titik 1 (area depan kampus Unisula), titik 2 (area depan Pos Polisi) dan titik 3 (area depan Nasmoco Kaligawe). Pada masing-masing titik diambil responden berdasarkan rumus proporsi dengan titik 1 berjumlah 8 pedagang, titik 2 berjumlah 14 pedagang dan titik 3 berjumlah 9 pedagang. Hasil pengukuran kualitas udara pada masing-masing titik yakni titik 1 kadar SO2 (20,78 µg/Nm3), kadar NO2 (11,92 µg/Nm3) dan kadar TSP (267 µg/Nm3) ; titik 2 kadar SO2 (20,19 µg/Nm3), kadar NO2 (14,74 µg/Nm3) dan kadar TSP (532µg/Nm3) ; titik 3 kadar SO2 (20,39 µg/Nm3), kadar NO2 (13,97 µg/Nm3) dan kadar TSP (492 µg/Nm3). Jumlah fungsi paru pada titik 1 sebesar 3 pedagang dengan fungsi paru tidak normal dan 5 pedagang dengan fungsi paru normal. Jumlah fungsi paru pada titik 2 sebesar 13 pedagang dengan fungsi paru tidak normal dan 1 pedagang dengan fungsi paru normal. Jumlah fungsi paru pada titik 3 sebesar 8 pedagang dengan fungsi paru tidak normal dan 1 pedagang dengan fungsi paru normal. Fungsi paru yang tidak normal terjadi pada pedagang di kawasan Jalan Kaligawe paling besar terjadi pada area depan pos polisi yaitu sebesar 92,9% dibandingkan dua titik area lainnya. Hal tersebut menunjukan, bahwa tingginya konsentrasi polutan di udara ambien pada satu titik area akan berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kasus fungsi paru yang tidak normal.

Tabel 4 Hubungan antara SO2, NO2 dan TSP dengan Gangguan Fungsi Paru

No

1. 2.

Variabel Sulfur dioksida (SO2) (µg/Nm3; median(min-maks)) Nitrogen dioksida (NO2) (µg/Nm3; median(min-maks))

3.

Fungsi Paru Tidak Normal

Normal

20,78(20,19-

20,19(220,19-

20-78)

20-78)

11,92(11,92-

14,74(11,92-

14,74)

14,74)

532(267-532)

267(267-532)

p value

0,008

0,008

Total Suspended Particulate (TSP)

0,008

3

(µg/Nm ; median(min-maks))

Variabel paparan udara ambien (SO2, NO2 dan TSP) dianalisis dengan menggunakan uji Mann Withney karena skala data numerik dan data tidak terdistribusi normal. Hasil dari uji statistik menunjukan nilai p pada variabel Sulfur dioksida (SO2) sebesar 0,008 pada variabel Nitrogen dioksida (NO2) sebesar 0,008 dan pada variabel Total Suspended Particulate (TSP) sebesar 0,008. Hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara SO 2, NO2 dan TSP dengan gangguan fungsi paru karena nilai p<0,05. Kualitas udara ambien dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu suhu, kecepatan angin, tekanan udara dan kelembaban. Adapun suhu di Jalan Kaligawe berada pada rentang 35°C41°C. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara makin tinggi. Kelembaban di jalan tersebut berada pada rentang 56% -66% semakin tinggi kelembaban akan menyebabkan konsentrasi pencemar menjadi besar). Kecepatan angin juga memengaruhi kadar pencemar di Jalan Kaligawe berada pada rentang 0,4 m/s - 0,8 m/s. kecepatan angin memengaruhi distribusi pencemar, konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin kencang. Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-kemana dan kadar pencemar rendah. Berdasarakan hasil analisis hubungan antara paparan Sulfur dioksida (SO2) dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan Kaligawe menggunakan uji statistik Mann Withney diperoleh bahwa nilai p (0,008) < α (0,05) sehinggan Ho ditolak, maka dapat diketahui ada hubungan antara paparan SO2 dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima dengan. Meskipun hasil pengukuran SO2 di lokasi penelitian masih berada di bawah baku mutu, namun paparan yang terjadi secara terus menerus dalam waktu lama akan meningkatkan potensi terjadinya gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan

Kaligawe. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sandra (2013) bahwa ada hubungan antara kadar SO2 dengan fungsi paru pada polisi lalu lintas dengan nilai p=0,002, menyebutkan bahwa dalam konsentrasi yang kecil sekalipun dapat menyebabkan gangguan paru pada polisi lalu lintas. Dalam penelitian Wijiarti dkk (2016) tentang analisis risiko kesehatan lingkungan paparan SO2 pedagang kaki lima menyebutkan bahwa pedagang yang berisiko kesehatan non karsinogenik yakni pada pedagang yang bekerja 7 hari dalam seminggu tanpa memperhatikan hari libur dan berisiko tinggi terjadinya keracunan gas SO 2 apabila terpapar terus menerus. Pajanan SO2 jangka lama dapat menyebabkan perubahan volume paru, histologi dan perubahan BALF (bronchoalveolar lavage fluid). Menurut Wardhana (2004) udara yang tercemar

SO2

menyebabkan

manusia

akan

mengalami

gangguan

pada

sistem

pernafasannya. Serangan gas SO2 tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena. Daya iritasi SO2 pada setiap orang ternyata tidak sama. Rute pajanan SO2 ke tubuh manusia yang utama adalah melalui inhalasi. Responden pada konsentrasi gas SO2 rendah pun dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi paru karena paparan yang terjadi secara terus menerus dalam waktu lama akan meningkatkan potensi terjadinya gangguan fungsi paru. Gas SO2 dapat menyebabkan timbulnya keluhan kesehatan iritasi tenggorokan jika kadar pencemar tersebut mencapai 8-12 ppm. Gas ini sangat berbahaya bagi manusia terutama pada konsentrasi di atas 0,4 ppm. Gas SO2 mudah menjadi asam dan menyerang selaput lender pada hidung, tenggorokan sampai pada paru-paru. Pada konsentrasi 1-2 ppm, bagi yang sensitive serangan gas ini menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena langsung namun orang yang cukup kebal akan terasa teriritasi pada konsentrasi 6 ppm pada pemaparan singkat. Oleh karena itu ada hubungan antara paparan SO2 dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima. Berdasarakan hasil analisis hubungan antara paparan Nitrogen dioksida (NO2) dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan Kaligawe menggunakan uji statistik Mann Withney diperoleh bahwa nilai p (0,008) < α (0,05) sehinggan Ho ditolak, maka dapat diketahui ada hubungan antara paparan NO2 dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima dengan. Meskipun hasil pengukuran NO2 di lokasi penelitian masih berada di bawah baku mutu, namun paparan yang terjadi secara terus menerus dalam waktu lama akan meningkatkan potensi terjadinya gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan Kaligawe. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ahadiansyah (2017) bahwa ada hubungan antara kadar NO2 dengan faal paru pada juru parker sektor E di Kabupaten Jember dengan nilai p=0,030. Menurut Dinayah (2014) paparan gas NO2 meskipun dalam konsentrasi yang relatif rendah dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat seperti

meningkatkan keluhan pernapasan dan terjadinya penurunan fungsi paru bila terpapar secara terus menerus. Dalam penelitian Sari (2013) dalam penelitiannya menunjukkan hasil pengukuran kadar NO2 yang dilakukan pada ketiga titik di pasar Sangkumpal Bonang tidak ada titik yang melebihi batas baku mutu, meskipun tidak ada satu titik yang melebihi batas baku mutu, namun pada paparan gas selama beberapa tahun dapat menimbulkan keluhan pada saluran pernapasan yang lebih banyak daripada keluhan paparan gas selama 3 bulan. Menurut Wardhana (2004) paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernapas, selanjutnya pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia dapat mengakibatkan kesulitan dalam bernapas. Inhalasi NO2 dapat menyebabkan gangguan paru dan saluran pernapasan, kemudian dapat masuk ke dalam peredaran darah dan menimbulkan akibat di organ tubuh lain. Kelarutan NO2 dalam air rendah sehingga dapat mudah melewati trakea, bronkus, dan mencapai alveoli. Di dalam saluran pernapasan NO2 akan terhidrolisis membentuk asam nitrit (HNO2) dan asam nitrat (HNO3) yang bersifat korosif terhadap mukosa permukaan saluran napas. Responden pada konsentrasi gas NO2 rendah pun dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi paru karena paparan yang terjadi secara terus menerus dalam waktu lama akan meningkatkan potensi terjadinya gangguan fungsi paru. Oleh karena itu ada hubungan antara paparan NO2 dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima. Berdasarakan hasil analisis hubungan antara paparan Total Suspenden Particulate (TSP) dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan Kaligawe menggunakan uji statistik Mann Withney

diperoleh bahwa nilai p (0,008) < α (0,05)

sehinggan Ho ditolak, maka dapat diketahui ada hubungan antara paparan TSP dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima dengan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Oriza (2016) tentang paparan debu dengan kapasitas fungsi paru di Perusahaan Metra Ekspedisi menunjukan bahwa ada hubungan antara kadar debu dengan kapasitas fungsi paru pada pekerja dengan nilai p=0,044. Tinggi nya debu di

lingkungan dapat menyebabkan terjadinya kelainan fungsi paru. Hal ini

berkaitan dengan penelitian Pakkala (2013) studi perbandingan untuk menunjukkan efek polusi udara karena knalpot mobil pada fungsi paru pedagang asongan yang terpapar di daerah perkotaan yang tercemar lingkungan dengan kelompok serupa di pedesaan dengan lingkungan yang bebas polusi, diitemukan bahwa ada penurunan fungsi paru yang signifikan pada kelompok kasus. Dalam Zhang et al., (2015) juga menyebutkan PM2,5 pada udara ambien memiliki efek buruk pada fungsi paru-paru. Dalam Shalihah dkk (2017) menyebutkan tingginya konsentrasi debu yang terakumulasi di udara dapat mempengaruhi fungsi paru orang yang terpapar secara terus menerus. Fauziah (2017) menyebutkan bahwa semakin banyaknya volume lalu lintas yang ada di terminal maka konsentrasi PM10 di udara

ambien juga semakin meningkat. Pada proses pembakaran bahan bakar dapat menyebabkan timbulnya gas buang dari kendaraan, dimana kendaraan dengan bahan bakar solar akan menghasilkan emisi lebih tinggi dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin. Paparan dari partikel debu ini dapat menimbulkan gangguan saluran pernapasan sehingga terbentuk fibrosis paru dan akhirnya menimbulkan gangguan kapasitas fungsi paru. Penelitian Dinayah (2014) Di Swiss didapatkan terjadinya penurunan FVC responden yang bertempat tinggal di daerah dengan polusi debu tinggi. Debu yang dihirup secara terus menerus oleh manusia dalam jangka waktu yang lama berakibat terjadinya gangguan fungsi paru baik berupa restriksi, obstruksi maupun kombinasi restriksi-obstruksi. responden pada kadar TSP tinggi dan faktor pajanan seperti lama pajanan dan durasi pajanan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi paru karena paparan yang terjadi secara terus menerus dalam waktu lama akan meningkatkan potensi terjadinya gangguan fungsi paru. Oleh karena itu ada hubungan antara paparan TSP dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima.

Tabel 5 Hasil Analisis Multivariat dengan Regresi Logistik No. 1. 2.

Variabel Total Suspended Particulate (TSP ) Kebiasaan Merokok

Constan

B

p-value

(OR)

95% CI

2,782

0,009

15,828

1.985-126.238

-1,045

0,361

0,352

0,37-3.315

-0,156

0,851

0,856

Hasil analisis multivariat menunjukkan terdapat 2 variabel yang paling berhubungan dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan Kaligawe Semarang yaitu kadar Total Suspended Particulate (TSP) dengan rasio prevalensi 0,009 (CI 95% = 1.985126.238) dan kebiasaan merokok dengan rasio prevalensi 0,361 (CI 95% = 0,37-3.315). dari kedua variabel tersebut, variabel yang paling berhubungan dengan gangguan fungsi paru yaitu kadar Total Suspended Particulate (TSP). Hal ini dikarenakan variabel kadar Total Suspended Particulate (TSP) memiliki nilai p yang paling kecil yaitu 0,009 dan nilai B yang paling besar yaitu 2,782. Dapat disimpulkan bahwa setelah mengontrol variabel lain, seseorang yang terpapar Total Suspended Particulate (TSP) berisiko 15,828 kali lebih besar memiliki gangguan fungsi paru tidak normal dibandingkan dengan seseorang yang tidak terpapar Total Suspended Particulate (TSP).

PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan ada hubungan antara kualitas udara ambien berupa Sulfur dioksida (SO2) dengan p value = 0,008, kadar Nitrogen dioksida (NO2) dengan p value = 0,008 dan Total Suspended Particulate (TSP) dengan p value = 0,008 dengan gangguan fungsi paru pada Pedagang Kaki Lima di Jalan Kaligawe Semarang. Dimana variabel yang paling berhubungan dengan gangguan fungsi paru pada pedagang kaki lima di Jalan Kaligawe Semarang yaitu kadar Total Suspended Particulate (TSP). Saran yang dapat diberikan bagi pedagang di Jalan Kaligawe sebaiknya menggunakan masker saat berdagang di kawasan Jalan Kaligawe untuk meminimalisir polutan-polutan berbahaya di udara ambien yang dapat terhirup. Bagi Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang yang pertama untuk meningkatkan kembali kegiatan pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup setiap tahun. Akan lebih baik jika lokasi-lokasi pengukuran tersebar di semua jalan-jalan nasional dan kontinyu setiap tahunnya sehingga dapat lebih mudah melihat tren per jalan, kedua untuk bekerja sama dengan Dinas Pertamanan melakukan penambahan jumlah pepohonan di sepanjang Jalan Kaligawe, ketiga untuk bekerja sama dengan Dinas Perhubungan melakukan uji emisi bagi kendaraan-kendaraan bermotor di Jalan Kaligawe dan sebaiknya dilakukan secara rutin setiap tahun. Bagi Penelitian Selanjutnya sebaiknya mengambil data paparan polutan yang diterima per individu agar dapat melihat pengaruh polutan terhirup dengan gangguan fungsi paru.

DAFTAR PUSTAKA Ahdiansyah, Reza. 2017. Hubungan antara Kadar NO2 dengan Faal Paru pada Juru Parkir Sektor E di Kabupaten Jember . Skripsi. Jember:Universitas Jember. Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang tentang Kualitas Udara Ambien 2014-2017. Dinas Perhubungan Kota Semarang tentang Data Kepadatan Lalu Lintas Tahun 2017. Diyanah, Khuliyah C. 2014. Kualitas Udara, Fungsi Paru, dan Keluhan Pernapasan Ibu Rumah Tangga di Wilayah Terdampak dan Tidak Terdampak Semburan Lumpur Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 7(2): 90–97.

Fauziah, Dhita Ayu, Mursid Rahardjo, Nikie Astorina Yunita Dewanti. (2017). Analisis Tingkat Pencemaran Udara di Terminal Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Mayarakat. 5 (5): 2356-3346. Guo, C., Zhang, Z., Lau, A. K. H., Lin, C. Q., Chuang, Y. C., Chan, J., … Lao, X. Q. (2018). Effect of long-term exposure to fine particulate matter on lung function decline and risk of chronic obstructive pulmonary disease in Taiwan: a longitudinal, cohort study. The Lancet Planetary Health, 2(3), e114–e125. Haris, R. A., & Kusuma, I. C. (2017). Paru Pada Petugas Parkir Di Wilayah Parkir Zona C, 10(1). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2017). Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2016, 173. Oriza, Novalita. (2016). Hubungan Paparan Debu dengan Kapasitas Fungsi Paru pada Pekerja Di Perusahaan Ekspedisi Metra Millenium Medan. Tesis. Medan:Universitas Sumatra Utara Pakkala, A., Raghavendra, T., & Ganashree, C. (2013). Effect of automobile pollution on pulmonary function tests of exposed hawkers. Muller Journal of Medical Sciences and Research, 4(2), 96. Sari, Erly Nindia. (2013). Gambaran Kualitas Udara Ambien Terminal Kaitannya dengan Gangguan Fungsi Paru Pedagang Tetap Wanita di Terminal Joyoboyo Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. 2(1):90-95. Sari, M., Santi, D. N., & Chahaya, I. (2013). Analisa Kadar Co Dan No2 Di Udara Dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013, (2), 1–9. Sandra, Christyana.(2013). Pengaruh Penurunan Kualitas Udara terhadap Fungsi Paru dan Keluhan Pernafasan pada Polisi Lalu Lintas Polwiltabes Surabaya. Jurnal IKESMA. 9(1):1-8. Shalihah, A. A., Nurjazuli, & Setiani, O. (2017). Analisis Perbedaan Fungsi Paru Pada Masyarakat Berisiko Berdasarkan Kepadatan Lalu Lintas Dan Kadar Debu Total Ambien Di Jalan Kota Semarang. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (E-Journal), 5, 348–358.

Wardhana, W.A, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Cetakan keempat, Penerbit ANDI, Yogyakarta. WHO.

Retrieved

Febuari

5,

2018,

from

WHO

Web

site:

http://www.who.int/airpollution/ambient/en/ Wijiarti, Kunti, Hanani D, Yusniar, Astorina Yunita D, Nikie. 2016. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Sulfur Dioksida (SO2) Udara Ambien pada Pedagang Kaki Lima di Terminal Bus Pulogadung, Jakarta Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(4): 2356-3346. Zhang, Y., He, M., Wu, S., Zhu, Y., Wang, S., Shima, M., … Ma, L. (2015). Short-term effects of fine particulate matter and temperature on lung function among healthy college students in Wuhan, China. International Journal of Environmental Research and Public Health, 12(7), 7777–7793.

Related Documents


More Documents from "Cita Arunnika Risyudianti"