Laporan Pratikum Alat Spirometeri
Tanggal Pelaksanaan : 22 Desember 2018
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SUKOHARJO 2019
1|Page
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Praktikum Judul untuk praktikum kali ini adalah Praktikum Spirometri.
B. Waktu, Tanggal Praktikum Praktikum ini dilakukan pada tanggal 22 Desember 2018.
C. Tujuan Praktikum 1. Memahami mekanisme respirasi eksternal (ventilasi pulmonal). 2. Memahami volume dan kapasitas paru. 3. Memahami teknik pemeriksaan spirometri dan peakflowmetri. 4. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan spirometri dan Peakflowmetri. 5. Memahami patofisiologi singkat Asma dan mekanisme kerja obat Asma.
Tujuan Instruksional Umum Setelah praktikum ini mahasiswa mampu melakukan pengukuran fungsi paru dengan spirometri dan peakflow.
Tujuan Instruksional Khusus Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pemeriksaan spirometri 2. Melakukan pemeriksaan spirometri 3. Menganalisa hasil pemeriksaan
D. Dasar Teori Mekanisme Pernapasan Paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis, dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara
2|Page
paru dan dinding dada di bawah tekanan atmosfer. Paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir (Syaifuddin,H., 2011). Pada waktu menarik napas dalam, otot berkontraksi tetapi pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif. Diafragma menutup ketika penarikan napas, rongga dada kembali memperbesar paru, dinding badan bergerak, diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk ketika bernapas dalam dan volume udara bertambah (Syaifuddin,H., 2011). Pada waktu inspirasi udara melewati hidung dan faring. Udara dihangatkan dan diambil uap airnya. Udara berjalan melalui trakea, bronkus, bronkiolus, dan duktus alveolaris ke alveoli. Alveoli dikelilingi oleh kapiler-kapiler. Terdapat kira-kira 300 juta alveoli. Luas total dinding paru yang bersentuhan dengan kapiler-kapiler pada kedua paru kira-kira 70 m2 (Syaifuddin,H., 2011). Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam. Pada waktu istirahat pernapasan menjadi dangkal akibat
tekanan
abdomen
yang
membatasi
gerakan
diafragma
(Syaifuddin,H., 2011). Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksternal: 1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2. Arus darah melalui paru-paru. 3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh. 4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2lebih mudah berdifusi daripada oksigen (Pearce, Evelyn C.,2011).
3|Page
Volume dan Kapasitas Paru Metoda yang sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah dengan merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar paru. Alat yang digunakan dinamakan spirometri atau spirogram yang dapat memperlihatkan perubahan dalam volume paru pada berbagai keadaan pernapasan (Syaifuddin,H., 2011).
Volume Paru Ada empat volume paru bila semua dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang mengembang, masing-masing volume itu adalah: 1. Volume tidal: Merupakan volume udara yang diinspirasikan dan di ekspirasikan di setiap pernapasan normal, jumlahnya sekitar 500 ml. 2. Volume cadangan inspirasi: Merupakan volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas volume tidal normal, biasanya 3.000 ml. 3. Volume cadangan ekspirasi: Merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya lebih kurang 1.100 ml. 4. Volume sisa: Volume udara yang masih tersisa di dalam paru setelah kebanyakan ekspirasi kuat, volume ini rata-rata 1.200 ml. Ventilasi paru normal hampir sepenuhnya dilakukan oleh otot-otot inspirasi, pada waktu otot inspirasi berelaksasi sifatnya elastis, paru dan toraks mengempis secara pasif. Bila semua otot berelaksasi kembali ke suatu keadaan istirahat. Volume udara di dalam paru pada tingkat yang sama dengan kapasitas sisa fungsional kira-kira 2.300 ml (Syaifuddin,H., 2011).
4|Page
Volume Sisa Udara yang tidak bisa dikeluarkan dari paru bahkan dengan ekspirasi yang kuatpun tidak bisa dikeluarkan, fungsinya menyediakan udara dalam alveolus untuk menyerasikan darah di antara dua siklus pernapasan. Seandainya tidak ada udara sisa, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida di dalam darah akan naik dan turun secara jelas (Syaifuddin,H., 2011). Volume Respirasi Per Menit Volume respirasi per menit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke dalam saluran pernapasan setiap menit, sama dengan volume tidal kecepatan respirasi. Volume tidal normal sekitar 500 ml dan kecepatan respirasi normal 12 kali per menit. Rata-rata volume respirasi per menit sekitar 6 liter/menit. Seseorang dapat hidup untuk waktu singkat dengan volume respirasi permenit sedikitnya 1,5 liter dan kecepatan respirasi serendahnya 2-4 kali permenit (Syaifuddin,H., 2011). Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapai 40-50 kali per menit dan volume tidal dapat menjadi sama besar dengan kapasitas vital, kirakira 4.600 ml pada pria dewasa muda. Kecepatan bernapas tinggi tidak dapat mempertahankan suatu volume tidal yang lebih besar dari setengah kapasitas vital, dengan mengombinasikan kedua faktor ini laki-laki dewasa muda mempunyai kapasitas pernapasan maksimum 100-120 liter/menit (Syaifuddin,H., 2011). Kapasitas Paru Dalam peristiwa siklus paru perlu menyatukan dua volume atau lebih. Kombinasi seperti ini disebut kapasitas paru sebagai berikut : 1. Kapasitas inspirasi: Sama dengan volume tidal, ditambah dengan volume cadangan inspirasi, kira-kira 3.500 ml. Jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang mulai pada tinggat ekspirasi normal dan mengembangkan parunya sampai jumlah maksimum.
5|Page
2. Kapasitas sisa fungsional: Sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume sisa. Jumlah udara yang tersisa di dalam paru pada akhir ekspirasi normal kira-kira 2.300 ml. 3. Kapasitas vital: Sama dengan volume cadangan ditambah dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ia mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4.600 ml. 4. Kapasitas total paru: Adalah volume maksimum pengembangan paru dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya kira-kira 5.800 ml (Syaifuddin,H., 2011). Spirometri Spirometri adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur aliran udara kedalam dan keluar dari paru (Blonshine, 2000) . Seseorang yang bernapas melalui “mouthpiece” spirometri perlu ditutup hidungnya. Responden yang meniup diinstruksi mengenai cara bernapas sewaktu prosedur. Tiga maneuver pernapasan dicoba dahulu sebelum menentukan data prosedur dan data yang tertinggi dari tiga kali percobaan diambil untuk mengevaluasi pernapasan. Prosedur ini mengukur aliran udara melalui prinsip-prinsip perpindahan elekronik atau mekanik
dan
menggunakan
mikropresessor
dan
perekam
untuk
menghitung serta memplot aliran udara (Blonshine, 2000). Tes ini menghasilkan rekaman ventilasi responden dalam kondisi yang melibatkan usaha normal dan maksimal. Rekaman yang diperoleh disebut “spirogram” yang akan menunjukkan volume udara serta tingkat aliran udara yang memasuki dan keluar dari paru. Spirometri dapat menghitung beberapa kapasitas paru. Akurasi pengukuran tergantung pada betapa benar responden melakukan maneuver ini. Pengukuran yang paling umum diukur melalui spirometri adalah :
6|Page
a. Vital Capacity (VC) Vital Capacity adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar dari paru sewaktu pernapasan yang normal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan mengekspirasi secara normal untuk mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai normal biasanya 80% dari jumlah total paru. Akibat dari elastisitas paru dan keadaan toraks, jumlah udara yang kecil akan tersisa didalam paru selepas ekspirasi maksimal. Volume inidisebut residual volume (RV) (Guyton, 2006). b. Forced vital capacity (FVC) Setelah
mengekspirasi
secara
maksimal,
responden
disuruh
menginspirasi dengan usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan cepat. FVC adalah volume udara yang diekspirasi kedalam spirometri dengan usaha inhalasi yang maksimum (Ganong, 2005). c. Forced expiratory volume (FEV) Pada awalnya maneuver FVC diukur dengan volume udara keluar ke dalam spirometri dengan interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Jumlah dari semua nilai itu memberikan ukuran sebanyak 97% dari FVC. Secara umum, FEV-1 digunakan lebih banyak yaitu volume udara yang diekspirasi kedalam spirometri pada 1 detik. Nilai normalnya adalah 70% dari FVC ( Ganong, 2005) . d. Maximal voluntary ventilation (MVV) Responden akan bernapas sedalam dan secepat mungkin selama 15 detik. Rerata volume udara (dalam liter) menunjukkan kekuatan otot respiratori. (Guyton, 2006) Semua nilai normal pengukuran yang dilakukan melalui spirometri sangat tergantung pada umur, kelamin, berat badan, tinggi dan ras (Braunwald, 2001).
7|Page
Tujuan Spirometri Spirometri dapat membantuk untuk mendeteksi berbagai penyakit yang menggangu fungsi paru. Antaranya adalah asma, chronic obstructive pulmonary disease (COPD), emfisema, dan kelainan kronik paru yang lain. Jika nilai spirometri menunjukkan nilai dibawah batas normal, maka dapat dipastikan adanya kelainan fungsional paru. Prosedur spirometri dapat dilakukan dengan cepat tanpa menyebabkan nyeri (Blonshine, 2000).
Indikasi Spirometri Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri seperti:
Diagnostik o Untuk mengevaluasi gejala dan tanda o Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru o Untuk menilai resiko pra-operasi o Untuk menilai prognosis o Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program
Monitoring o Untuk menilai intervensi terapeutik o Untuk
menggambarkan
perjalanan
peyakit
yang
mempengaruhi fungsi paru-paru o Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui o Untuk memantau orang terkena agen merugikan
Penurunan Nilai Evaluasi o Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi o Untuk menilai resiko seb agai bagian dari evaluasi asuransi
Kontraindikasi Spirometri
8|Page
Spirometri dikontraindikasi pada responden yang : a. Hemoptisis b. Pneumotoraks c. Sakit jantung d. Angina Pektoris e. Aneurisme pada toraks, abdominal, cranial f. Kondisi trombotik g. Pembedahan toraks atau abdominal h. Nausea dan muntah (Blonshine, 2000)
Peak Flow Meter (PFM) Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Ventilasi patologis terdiri dari ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan ventilasi campuran yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi restriktif.
E. Metode Pemeriksaan Dalam praktikum ini untuk mengetahui fungsi paru probandus dengan menggunakan alat Spirometri.
F. Alat Bahan a. Spirometri b. Tissue c. Tinta spirometri d. Mouth piece dispposible e. Penjepit hidung
9|Page
G. Cara Kerja Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru a. Siapkan alat pencatat atau spirometri b. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi probandus menghadap alat. c. Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan umur. d. Hubungkan probandus dengan alat dengan cara menyuruh probandus memasukan mouth piece ke dalam mulutnya dan tutuplah hidung probandus dengan penjepit hidung. e. Instruksikan probandus untuk bernapas tenang terlebih dahulu untuk beradaptasi dengan alat. f. Tekan tombol start alat spirometri untuk memulai pengukuran. g. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perihtah dari alat
untuk ekspirasi maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan
secara benar akan keluar data dan kurva di layar spirometri. h. Bila perlu tanpa melepaskan mouthpiece, ulangi pengukuran dengan inspirasi dalam dan ekspirasi yang maksimal. i. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva dilanjutkan dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).
Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru (FVC=Force Vital Capacity) a. Siapkan alat pencatat atau spirometri. b. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi probandus menghadap alat. c. Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan umur. d. Instruksikan probandus untuk inspirasi dalam dari luar alat. e. Segera setelah siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan ekspirasi dengan kuat melalui alat. f. Bila perlu tanpa melepaskan mouth piece, ulangi pengukuran dengan inspirasi dalam dan ekspirasi yang maksimal.
10 | P a g e
g. Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).
*Catatan: Pencetakan dapat dilakukan setelah kedua pemeriksaan langsung Analisa hasil pemeriksaan dengan menuliskan pada lembar lampiran hasil yang didapatkan. Analisa berupa kesenjangan yang terjadi selama pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.
11 | P a g e
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Data Probandus Nama Probandus
: XYZ
Tanggal Pemeriksaan
: 22 Desember 2018
Usia
: 23 Tahun
Tinggi Badan
: 168 cm
Berat Badan
: 68 kg
2. Hasil Tes Spinometri No.
Kapasitas Paru yang Diuji
Prediksi Alat
Hasil Sebenarnya
%
3,788
3,109
82,%
1.
VC
2.
TV
0,507%
3.
IRV
0,00%
4.
ERV
2,296
2,602%
5.
IC
2,495
0,507
20,3%
3. Foto hasil tes spirometri
12 | P a g e
B. Pembahasan 1. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru Pada percobaan ini mula-mula probandus memberikan informasi berupa umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan. Kemudian mouth piece dipasangkan ke alat dan masukan mouth piece ke dalam mulut probandus dan probandus menutup hidungnya sendiri. Lalu alat mulai dinyalakan, setelah dinyalakan probandus mulai bernapas normal sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi dan inspirasi secara maksimal. Data spirogram menunjukkan adanya penurunan kapasitas vital paru yaitu 3,109 L. Sehingga presentasenya hanya sebesar 82,%. Penurunan kapasitas vital paru dapat disebabkan karena adanya penurunan volume tidal, volume cadangan inspirasi maupun volume cadangan ekspirasi. Karena kapasitas vital paru diperoleh dari hasil penambahan ketiga variable tersebut. Penurunan kapasitas vital paru pada probandus disebabkan oleh penurunan: Volume tidal = 3,109 L Volume cadangan inspirasi = 0,00 L Volume cadangan ekspirasi = 2,602L Sehingga didapatkan : VC= VT +IRV+ERV VC= 3,109 + 0,00 + 2,602 VC= 5,711L 2. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru Instruksikan probandus untuk inspirasi dalam dari luar alat. Kemudian alat dinyalakan, segera setelah alat siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan eskpirasi dengan kuat melalui mouth piece. Sesuai instruksi alat, inspirasi dan ekspirasikan secara cepat dan kuat kurang dari 6 detik. Hasil spirogram menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami kelainan pada sistem pernapasannya
13 | P a g e
C. Aplikasi Klinis Penyakit Paru Obstruktif Kronik 1. Asma Merupakan serangan berulang dispnea paroksimal, dengan radang jalan nafas dan mengakibatkan kontraksi spasmodic bronkus. (Dorland, 2006) Patofisiologi asma dapat dijelaskan dengan bagan di bawah ini. Alergen Terbentuk Antibodi dalam tubuh (IgE) Alergen dan IgE berikatan Menyebabkan Sel mast melepaskan mediator primer (Histamin)dan mediator sekunder (Leukotrien/SRSA) Efek segera (dalam 5-10 menit); Kontriksi bronkiolus, Hipersekresi dan Edema dinding bronkiolus Penyempitan lumen bronkiolus Udara sulit keluar dari bronkiolus Udara terperangkap pada bagian distal
Hiperinflasi progresif paru (timbul mengi ekspirasi memanjang), mengalami sesak; Asma (Danusantoso, 2000, Silbernagl dan Lang, 2006)
14 | P a g e
Cara Kerja Obat 1. Kortikosteroid Kortikosteroid umumnya digunakan untuk mengurangi pembengkakan, kemerahan, gatal, dan reaksi alergi. Seringkali digunakan untuk mengobati sejumlah penyakit yang berbeda, seperti alergi parah, masalah kulit, asma, dan artritis. Kortikosteroid juga dapat digunakan untuk kondisi lain seperti yang ditentukan oleh dokter. Kortikosteroid merupakan obat yang sangat kuat. Selain dapat membantu mengobati masalah kesehatan, efek sampingnya juga dapat sangat serius. Meminum obat ini dapat menimbulkan masalah jika mengkonsumsi lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh tubuh. Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter. Beberapa contoh sediaan obat ini adalah: Prednisone, Prednisolone, Halsinoid, Betametason, dan lain-lain. 2. Beta 2 Agonis Untuk mengatasi serangan akut, obat golongan beta-agonist misalnya salbutamol menjadi obat lini pertama yang bekerja sebagai bronkodilator (merelaksasi bronkus). Obat golongan ini pun sudah banyak tersedia dalam bentuk inhalasi sehingga bekerja lebih efektif dalam mengatasi serangan akut. Pada keadaan darurat dimana pasien mengalami kesulitan bernapas yang parah digunakan metode pemberian obat secara nebulisasi. Nebulisasi merupakan metode semacam pengasapan obat yang diberikan pada pasien sehingga obat dapat masuk ke saluran nafas dalam kondisi sulit bernafas sekalipun. Trias Asma 1. Kontraksi otot polos bronkus Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan leukotrien yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga saluran nafas menjadi sempit. 2. Hipersekresi lendir
15 | P a g e
Parahipersekresi lendir menyebabkan pertukaran gas terganggu dan clearance mukosiliar berkurang, mendorong kolonisasi bakteri dan eksaserbasi penyakit 3. Edema (pembengkakan) Kebocoran mikrovaskuler mengakibatkan edema saluran napas sehingga terjadi pelepasan epitel, diikuti penebalan submukosa.
16 | P a g e
BAB III KESIMPULAN
Dari praktikum di atas maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai kapasitas vital paru pada dasarnya dipengaruhi oleh bentuk anatomi tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernapasan serta pengembangan paru dan otot dada. 2. Semakin besar berat badan seseorang maka semakin kecil pula kapasitas vital paru-parunya.Volume dan kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut spirometer.
17 | P a g e
Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Spirometri. http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/spirometri. diakses tanggal : 16 Oktober 2014 Blonshine, 2000. "Spirometry: Asthma and COPD Guidelines Creating Opportunities for RTs." AARC Times : 43-7 Braunwald, E., Fauci, A.S., Isselbacher, K.J., Wilson, J.D., Martin, J.B., Kasper, D.L., et al, 2001. Harrison's Principles of Internal Medicine. Philadelphia: McGraw-Hill Danusantoso, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates. Dorlan,W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC. Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders. Ganong W.F., 2005. Review of Medical Physiology. 22nd ed. USA: McGraw Hill Companies Pearce, Evelyn C.. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Syaifuddin,H.. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan. EGC : Jakarta
18 | P a g e