Praktikum 1.docx

  • Uploaded by: Bella S Meirani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Praktikum 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,454
  • Pages: 12
PRAKTIKUM FITOKIMIA IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOIDA (Ekstrak Piper nigrum L.)

Disusun oleh Nama

: Bella Sintiya Meirani

NIM

: 201610410311201

Kelas

: Farmasi E

Kelompok

: 6 (Enam)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019

A. TUJUAN UMUM Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan alkaloida dalam tanaman.

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tanaman (Piper Nigrum L.) Taksonomi Piper Nigrum L. Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Magnoliidae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : piper Spesies : Piper nigrum (Tri Mustika S, dkk, 2017) Lada (Piper nigrum) merupakan tanaman yang berkembang biak dengan biji, namun juga dapat dilakukan dengan penyetekkan untuk mengembangkannya. Akar lada merupakan akar tunggang namun jika berkembangbiak secara penyetekan maka berakar serabut. Ukurannya kecil-kecil dan tidak panjang sebagaimana pada akar tunggang biasanya. Sesuai dengan jenisnya, akar tanaman ini dibedakan menjadi dua, yakni akar lekat dan akar tanah. Akar lekat adalah akar yang tumbuh pada setiap ruas buku yang berada di permukaan tanah dan mempunyai panjang rata-rata 2,5-3,5 cm. Dalam satu ruas buku bisa tumbuh sebanyak 10-15 helai akar. Kemudian akar tanah adalah akar yang tumbuh pada batang tanaman lada yang berada di dalam tanah. (Tri Mustika S, dkk, 2017) Batang tanaman lada di sebut juga batang stolon yaitu batang dengan tumbuh tegak keatas namun juga batang pada tanaman ini bercabang dan menjalar. Batang lada berbentuk agak pipih dan beruas-ruas dengan panjang ruas 4-7cm, panjang batang bisa mencapai 15 m. Daun pada tanaman ini berupa daun tunggal dengan panjang 12 – 18 cm dan lebar 3 cm dengan tangkai panjang 4 cm. Daun tumbuhan Piper ningrum berbentuk bulat telur (Ovatus), dengan ujung daun meruncing (Acuminatus), pertulangan daun melengkung (Cervinervis) ukuran daun biasanya mencapai panjang 12-18 cm dengan lebar 5-10 cm dan tumbuh berselang-seling, sedangkan bunga pada tanaman lada berbentuk majemuk dan tumbuh pada ketiak tangkai daun. (Tri Mustika S, dkk, 2017) Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut bunga lada (amentum), masing-masing kecil tanpa hiasan bunga, berkelamin tunggal atau banci dengan 1 sampai 10 benang sari, putik terdiri dari 1 sampai 6 dan buah, dengan 1 sampai 6 kepala putik, beruang 1 dengan 1 bakal biji yang tegak pada dasarnya. Dalam biji terdapat selsel minyak atsiri (Tjitrosoepomo, 2004). Kandungan kimia dari buah lada hitam adalah alkaloid, fenol, tanin, kumarin, saponin, flavonoid, glikosida, dan minyak atsiri (Nahak dan Sahu, 2011; Trivedi et al., 2011). Di dalam buah lada terdapat kandungan yang bermanfaat bagi tubuh salah

satunya sebagai antibakteri. Antibakteri yang ada pada buah lada adalah fenol, alkaloid, dan minyak esensial. (Trivedi, M. N., dkk, 2011). Selain itu juga digunakan dalam industri kosmetik, industri parfum dan telah digunakan sebagai bahan obat, baik secara tunggal maupun campuran dengan bahan lainnya (Asim et al., 2016). Lada mengandung bahan aktif utama piperin yang tergolong kepada kelompok pyridine yang telah digunakan sebagai bahan untuk obat batuk, anti malaria, serta anti pembengkakan. Kandungan piperin pada lada adalah rata – rata 6%, namun dalam bentuk oleoresin dapat mengandung 25,74% hingga 48,32% piperin (Dang and Phan, 2014). Alkaloid piperine yang diisolasi dari lada berperan sebagai antimikroba, antioksidan, anti pembengkakan, anti kanker, anti depresi (relaksan), dan sebagai analgesic (Vasavirama and Upender, 2014). Ekstrak etanol lada mengandung anti oksidan yang tinggi, yaitu sebesar 74,61% (Gayatri And Sahu, 2011; Reshmi et al. 2010). Lada juga dapat digunakan sebagai bahan pestisida alami, ekstraksi etanol lada sangat efektif menekan pertumbuhan Salmonela typhii (penyebab penyakit typus) dan dapat berperan sebagai insektisida ataupun larvasida (Damanhouri and Ahmad, 2014). 2. Senyawa alkaloid Alkaloid dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Alkaloid sejati (True Alkaloid) Alkaloid sejati adalah senyawa yang mengandung nitrogen pada struktur heterosiklik, struktur kompleks, distribusi terbatas yang menurut beberapa ahli hanya ada pada tumbuhan. Alkaloid sejati ditemukan dalam bentuk garamnya dan dibentuk dari asam amino sebagai bahan dasar biosintesis. 2. Pseudoalkaloid Pseudoalkaloid memiliki sifat seperti alkaloid sejati tetapi tidak diturunkan dari asam amino. Contoh: isoprenoid, terpenoid (coniin), dan alkaloid steroidal (paravallarine). 3. Protoalkaloid Protoalkaloid adalah senyawa amin sederhana dengan nitrogen tidak berada pada cincin heterosiklik. Contoh: mescaline, betanin, dan serotonin (Swastini, Dewa Ayu,2007). Senyawa alkaloid berkhasiat sebagai anti diare, anti diabetes, anti mikroba dan anti malaria, akan tetapi beberapa senyawa golongan alkaloid bersifat racun sehingga diperlukan adanya identifikasi senyawa golongan alkaloid yang dapat diketahui manfaatnya. Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang memiliki atom nitrogen, yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Sebagian besar senyawa alkaloid bersumber dari tumbuh-tumbuhan, terutama angiosperm. Lebih dari 20% spesies angiosperm mengandung alkaloid (Wink, 2008). Alkaloid dapat ditemukan pada berbagai bagian tanaman, seperti bunga, biji, daun, ranting, akar dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari

jaringan tumbuhan. Pada kehidupan sehari-hari alkaloid selamabertahun-tahun telah menarik perhatian terutama karena pengaruh fisiologisnya terhadap bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampirsama. Hal ini disebabkan karena alkaloid bersifat basa, sehingga dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sebagian besar senyawa alkaloid bersumber pada tumbuh-tumbuhan. Alkaloid dapat ditemui pada berbagai bagian tanaman seperti akar, batang, daun, dan biji. Alkaloid pada tanaman berfungsi sebagai racun yang dapat melindunginya dari serangga dan herbivora, faktor pengatur pertumbuhan, dan senyawa simpanan yang mampu menyuplai nitrogen dan unsur-unsur lain yang diperlukan tanaman (Wink, 2008).

3. Identifikasi Senyawa Alkaloida a. Reaksi Pengendapan 1. Reaksi Mayer : HgI HgCl2 1 bagian + KI 4 bagian Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening → + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya. 2.

Reaksi Bouchardat I2 2 bagian + KI 4 bagian + aqua ada 100 Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol → endapan larut.

b. Reaksi Warna 1. Reaksi dengan asam kuat Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna kuning atau merah. 2. Reaksi Marquis Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9 bagian). Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga. 3. Reaksi Warna AZO Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.

4. Reaksi Frohde Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat. Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan. 5. Reaksi Mandelin Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H2SO4 pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan. c. Reaksi Kristal 1. Reaksi Dragendorf Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan menghasilkan endapan jingga. 2. Reaksi Meyer Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya. 3. Reaksi Bauchardat Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol endapannya larut. 4. Reaksi Fe-complex & Cu-complex: Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.  Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel,sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.  Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakuradi mikroskop.  Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet) (Anonim,2016) 4.Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam

(padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas) yang menyebabkan terjadinya perbedaan migrasi dari masing-masing komponen. Perbedaan migrasi merupakan hasil dari perbedaan tingkat afinitas masing-masing komponen dalam fase diam dan fase gerak. Afinitas senyawa dalam fase diam dan fase gerak 9 ditentukan oleh sifat fisika kimia dari masing-masing senyawa. (Lestyo Wulandari, 2011) Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Beberapa teknik kromatografi yang banyak digunakan antara lain Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Kolom (KK). Prinsip dari KLT di mana suatu analit bergerak melintasi lapisan fase diam di bawah pengaruh fase gerak, yang bergerak melalui fase diam. Semakin polar suatu senyawa fase gerak, semakin besar partisi ke dalam fase diam gel silika, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan fase gerak untuk bergerak menyusuri plat sehingga semakin pendek jarak tempuh senyawa tersebut menaiki plat dalam waktu tertentu (Watson, 2005). a. Fase Diam Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran ratarata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silica dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi. (Ibnu Gholib G. & Abdul Rohman,2007) b. Fase Gerak Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. (Ibnu Gholib G. & Abdul Rohman,2007) Identifikasi senyawa-senyawa yang terpisah pada kromatografi lapisan tipis dapat menggunakan harga Rf (Retardation factor) yang menggambarkan jarak yang ditempuh suatu komponen terhadap jarak keseluruhan, yaitu: 𝑅𝑓 =

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑐𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙

Harga Rf berjangka antara 0,00-1,00 dan hanya dapat ditentukan dua decimal. Harga Rf dipengaruhi oleh struktur kimia dari senyawa yang seang dipisahkan, sifat dari penyerap, jenis eluen dan jumlah cuplikan. (Sastrohamidjojo, 1991)

C. ALAT DAN BAHAN a. Alat  Pipet  Tisu dan kain lap  Sudip  Label  Penjepit kayu  Aluminium foil  Pinset  Vial 10ml  KLT  Plat Kaca

b. Bahan  Ekstrak Piper nigrum L.  Etanol  HCl 2N  NaCl  Pereaksi Mayer  Pereaksi Wagner  NH4OH  CHCl3  Pereaksi Dragendorf  Kiesel gel GF 254

D. PROSEDUR KERJA 1. Bagan Alir a. Preparasi sampel 0,9 gram ekstrak + etanol ad larut

Ditambah 5 ml HCl 2N, dipanaskan dipenangas air selama 2-3 menit sambil diaduk

Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata lalu disaring

Filtrat ditambah 5 ml HCl 2N lalu dibagi menjadi 3 larutan IA, IB dan IC

b. Reaksi pengendapan

Larutan 1A + Pereaksi Mayer, Larutan 1B + Pereaksi Wagner, dan Larutan 1C sebagai blanko

Adanya kekeruhan / pengendapan menunjukkan adanya senyawa alkaloida

c. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Larutan 1C + NH4OH pekat 28% sampai larutan menjadi basa

Diekstraksi dengan 5 mL kloroform

Filtrat ( fase CHCl3) diuapkan sampai kering

Dilarutkan dalam methanol (1 ml) dan siap untuk pemeriksaan KLT

Fase diam: Kiesel gel GF 254 Fase gerak: CHCL3-Etil asetat (1:1) Penampak noda: Pereaksi dragendorf

Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak

2. Skema Kerja a. Preparasi sampel

Timbang ekstrak piper nigrum L. 0,9 gram

Setelah dingin ditambahkan 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring

Tambahkan etanol ad larut

Ditambahkan 5 ml HCl 2N

Dipanaskan diatas penangas air selama 2-3 menit sambil diaduk

Filtar dibagi menjadi tiga bagian disebut sebgai larutan IA, IB, IC

Filtrat ditambah 5 ml HCl 2N

b. Reaksi pengendapan

Larutan IA + pereaksi Mayer Larutan IB + pereaksi Wagner Larutan IC sebagai blanko

Adanya kekeruhan/ endapan menunjukkan adanya alkaloid

c. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Larutan IC + NH4OH pekat 28% ad larutan menjadi basa

Dilarutkan dalam methanol (1 ml) dan siap untuk pemeriksaan KLT

Fase diam: Kiesel gel GF 254 Fase gerak: CHCL3-Etil asetat (1:1) Penampak noda: Pereaksi dragendorf

Diekstraksi dengan 5 ml kloroform (dalam tabung reaksi)

Filtrat ( fase CHCl3) diuapkan sampai kering

Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak

DAFTAR PUSTAKA Asim, A.K., Jameel A and P. Kapoor. 2016. Efficacy of Pipper nigrum (Black pepper) Dalam Agus Kardinan, I Wayan Laba Dan Rismayani, 2017. Peningkatan Daya Saing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik. Perspektif Vol. 17 No. 1 /Juni 2018. Hlm 26- 39. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor-Indonesia. Dang, Q.T. and N.N. Phan. 2014. Optimization of supercritical CO2 extraction of Oleoresin from black pepper (Piper nigrum L) and antioxidant capacity of the oleoresin Dalam Agus Kardinan, I Wayan Laba dan Rismayani, 2017. Peningkatan Daya Saing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik. Perspektif Vol. 17 No. 1 /Juni 2018. Hlm 26- 39. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor-Indonesia. Damanhouri, Z.A. and A. Ahmad. 2014. A review on therapeutic potential of Piper nigrum L (Black pepper) : The king of Spices Dalam Agus Kardinan, I Wayan Laba Dan Rismayani, 2017. Peningkatan Daya Saing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik. Perspektif Vol. 17 No. 1 /Juni 2018. Hlm 26- 39. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor-Indonesia. https://www.academia.edu/29378499/IDENTIFIKASI_GOLONGAN_ALKALOID diakses pada 25 Februari 2019 Ibnu Gholib Gandjar. Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Nahak, G. dan R.K Sahu. 2011. Phytochemical Evaluation and Antioxidant Activity of Piper cubeba and Piper nigrum. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 1. No. 8. pp. 153157 Sastrohamidjojo, H, 1991, Kromatografi, Edisi II, hal 26-36, Liberty, Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Tri Mustika S., Mawardi, Ekariana S. Pandia, & Devi Wulandari.2017. Identifikasi Morfologi Dan Anatomi Tipe Stomata Famili Piperaceae Di Kota Langsa. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(2): 182-191. Universitas Samudra, Langsa. Trivedi, M. N.,dkk.2011. Pharmacognistic, Phytochemical Analysis and Antimicrobial Activity of Two Piper Species Dalam Irresta Zainistya P. , M. Chair E., dan Sumarno,. Perbedaan Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Lada Hitam (Piper Nigrum L.) dengan Ekstrak Etanol Lada Putih (Piper Nigrum L.) terhadap Streptococcus Mutans secara In Vitro. Universitas Brawijaya Malang. Vasavirama, K. And M. Upender, 2014. Piperine : A valuable alkaloid from piper species Dalam Agus Kardinan, I Wayan Laba dan Rismayani, 2017. Peningkatan Daya Saing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik. Perspektif Vol. 17 No. 1 /Juni 2018. Hlm 2639. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor-Indonesia.

Watson, D. (2005). Analisis Farmasi Dalam Syahmani, Leny, Rilia Iriani, dan Noor Elfa, 2017. Penggunaan Kitin Sebagai Alternatif Fase Diam Kromatografi Lapis Tipis Dalam Praktikum Kimia Organik. JURNAL VIDYA KARYA, VOLUME 32, NOMOR 1. Wink, M. (2008). Ecological Roles of Alkaloids. Wink, M. (Eds.)Modern Alkaloids, Structure, Isolation Synthesis and Biology Dalam Retno N., Elly Purwanti, Sukarsono, 2016. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Batang Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) Sebagai Bahan Ajar Biologi Untuk Sma Kelas X. JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 Halaman 231-236. Universitas Muhammadiyah Malang.

Related Documents

Tugas Praktikum
April 2020 26
Modul Praktikum
June 2020 29
Praktikum I.docx
December 2019 48
Praktikum Antena.docx
November 2019 53
Praktikum Ii.docx
December 2019 53
Praktikum B.xlsx
April 2020 21

More Documents from "mah rida"