Prak Metklim Iii.docx

  • Uploaded by: maqilatus sa'diyah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Prak Metklim Iii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,409
  • Pages: 7
I.

TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang alat penakar hujan manual dan otomatis. 2. Mahasiswa dapat menghitung curah hujan menggunakan metode aritmatik, isohyet, dan poligon theisen.

II.

ALAT DAN BAHAN Alat: 1. Observatorium. 2. Hellman. 3. Laptop. 4. Penghapus. 5. Pensil. 6. Penggaris. Bahan: 1. Kertas kalkir. 2. Milimeter block. 3. peta wilayah titik hujan. 4. HVS. 5. Sumber refrensi

III.

DASAR TEORI a. Alat Ukur Curah Hujan Curah hujan yang jatuh kepermukaan bumi dapat diketahui dan dapat dihitung besarnya melalui alat penakar hujan. Terdapat dua jenis alat penakar hujan, yitu alat menual dan otomatis, dimana alat pengukur curah hujan manual merupakan alat pengukur yang tidak dapat mencatat secara langsung dan harus dilakukan pencatatan dengan manual. Sedangkan alat penakar hujan otomatis merupakan alat yang dapat mencatat besarnya hujan tanpa harus menggunakan perhitungan secara manual. Contoh dari alat penakar hujan manual yaitu Observatorium. Pengamatan curah hujan dengan Observatorium dapat dilakukan setiap hari, yaitu mulai pukul 07.00 waktu setempat (meskipun tidak ada hujan). Hellman merupakan alat pengukur hujan yang memiliki jenis recording atau otomatis (dapat mencatat besarnya hujan). Hellman dapat dipaki pada jam-jam tertentu, meskipun pada cuaca cerah. Hellman merupakan alat penakar curah hujan

yang banyak digunakn, karena alat ini dapat mencatat besarnya curah hujan yang terjadi pada jangka waktu tertentu. b. Curah hujan Wilayah curah hujan wilayah adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah selama priode waktu tertentu yang diukur dengan satuan (mm) diantas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off, dan infiltrasi. Hujan memiliki sifat-sifat yang merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang telah ditetapkan. Sifat hujan dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Diatas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rataratanya. 2. Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85%--115% terhadap rata-ratanya. 3. Dibawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rataratanya. Terdapat 3 metode dalam melakukan perhitungan curah hujan, yaitu: 1. Metode Poligon Thiessen, 2. Metode Isohyet 3. Metode Aritmatik IV.

LANGKAH KERJA 1. Menggambar alat penakar hujan manual (obsevatorium) dan otomatis (hellman). 2. Membuat tabel perbandingan alat pengukuur hujan otomatis dengan manual. 3. Menghitung rata-rata curah hujan wilayah dengan metode aritmatik. 4. Menghitung rata-rata curah hujan wilayah dengan metode isohyet a. Menarik garis pada tiap stasiun yang ada didalam peta. b. Mencari jarak titik x dengan contur interval 200 menggunakan rumus ๐‘ฅโˆ’๐‘›๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘– ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘’๐‘›๐‘‘๐‘Žโ„Ž ๐‘›๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘– ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘ก๐‘–๐‘›๐‘”๐‘”๐‘–โˆ’๐‘›๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘– ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘’๐‘›๐‘‘๐‘Žโ„Ž

๐‘ฅ๐‘—๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ ๐‘ก๐‘Ž๐‘ ๐‘–๐‘ข๐‘› 1 ๐‘˜๐‘’ ๐‘ ๐‘ก๐‘Ž๐‘ ๐‘–๐‘ข๐‘› 2(๐‘๐‘š).

c. Menghubungkan daerah-daerah yang mempunyai nilai curah hujan yang sama. d. Menyalin gambar pada milimeter block. e. Menghitung kotak pada tiap nilai curah hujan. f. Mengkonversi hasil yang didapat dari milimeter block dengan rumus ๐ด = ๐‘—๐‘ข๐‘š๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘˜๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ฅ ๐‘ ๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘Ž2 .

g. Menghitung rata-rata curah hujan dengan rumus

โˆ‘ แน•๐‘ฅ๐ด โˆ‘๐ด

.

h. Menyalin gambar pada kertas kalkir. 5. Menghitung rata-rata curah hujan wilayah dengan metode poligon theisen.

a. Menarik garis pada tiap stasiun yang ada didalam peta. b. Mencari titik tengah pada garis yang menghubungkan tiap stasiun, kemudian menarik gerais tengah tersebut pada titik stasiun. c. Menghubungkan titik temu antara garis tengah hingga membentuk poligon. d. Memindah gambar pada milimeter block. e. Menghitung kotak yang ada pada tiap stasiun. f. Mengkonversi jumlah kotak yang telah didapatkan pada tiap stasiun dengan rumus ๐ด = ๐‘—๐‘ข๐‘š๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘˜๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ฅ ๐‘ ๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘Ž2 . g. Mencari rata-rata curah hujan dengan rumus แน•=

๐ด1.๐‘ƒ1+๐ด2.๐‘ƒ2+โ‹ฏ+๐ด๐‘›.๐‘ƒ๐‘› ๐ด๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™

.

h. Memindah gambar pada kertas kalkir 6. Menganalisi kasus yang terjadi. 7. Menyusun laporan.

Menggambar sketsa alat penakar hujan.

Membuat perbandingan alat pengukur hujan

Menghitung rata-rata curah hujan wilayah dengan metode Aritmatik

Menghitung rata-rata curah hujan wilayah dengan metode Poligon Theisen

Menghitung rata-rata curah hujan wilayah dengan metode Isohyet

Memindah gambar pada milimeter Block Memindah gambar pada kertas kalkir Menganalisi kasus yang terjadi Menyusun laporan

i.

HASIL PRAKTIKUM 1. Sketsa gambar penakar hujan Observatorium (terlampir) 2. Sketsa gambar penakar hujan Hellman (terlampir)

3. Tabel perbandingan alat penakar hujan Observatorium dan Hellman. 4. Analisis kasus halaman 273. 5. Seketsa gambar hujan wilayah metode Isohyet pada milimeter block dan kertas kalkir 6. Sketsa gambar hujan wilayah metode Poligon Theisen pada milimeter block dan kertas kalkir. 7. Hasil perhitungan hujan wilayah dengan metode Aritmatik, Isohyet, dan Poligon Thiesen. j.

PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dapat diketahui bahwa alat pengukur curah hujan dibagi menjadi 2 yaitu alat yang otomatis dan manual. Alat penakar curah hujan yang otomatis dinamakan Hellman dan yang menualadalh observatorium. Cara kerja pada alat penakar hujan observatorium diawali dengan membuka mulut gelas ukur dan meletakkannya dibawah kran, lalu menakar secara keseluruhan hingga air dikran habis dan menutup krannya lagi, kemudian mengangkat gelas ukur sejajar dengan mata, lalu menulis hasil pengukuran di ME 48, dan ME 45, kemudian memberikan kode pada grup enam, setelah selesai air didalam gelas ukur harus dibuang karena gelas ukur harus dalam keadaan bersih. Sedangkan cara kerja pada alat penakar hellmanan adalah, pada saat hujan turun, air hujan masuk kedalam melalui corong menuju ketempat pelampung. Ketika air masuk ketempat pelampung maka pelampung serta tangkainya akan terangkat dan pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakannya mengikuti tangkai pelampung dan akan mencatat pada kertas pias yang diletakkan pada silinder jam yang dapat berputar. Jika air pada tabung penuh, maka air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selangdalam tabung, setelah itu tangkai pelampung yang terdapat pena akan turun lagi dan mencatat curah hujan kembali. Dalam menghitung curah hujan terdapat 3 metode yaitu metode aritmatik, isohyet dan poligon theisen. Dari ketiga metode yang ada yang paling mudah untuk digunakan adalah metode aritmatik, tetapi dalam metode ini terdapat kelemahan yaitu kita tidak dapat mengetahui titik hujan dengan curah hujan tertentu, karena pada metode aritmatik yang diketahui hanya curah hujan disekitar stasiun prngukuran. Metode isohyet merupakan metode yang paling rumit karena dalam mencari rata-rata curah hujan yang terjadi diperlukan banyaknya perhitungan ditiap CI (contur interval) tertentu untuk mengetahui letak curah hujan x, dan juga melakukan perhitungan pada tiap curah hujan

tertentu dengan menggunakan milimeter block. Dan terakhir pada metode poligon Theisen kita diharuskan mencari titik tengah pada garis antar stasiun dan kemudian titik tengah itu dihubungkan sampai menjadi bentuk poligon, lalu perhitungan curah hujan pada metode poligon theisen ini dilakukan dimilimeter block. pada tiap metode akan menghasilkan nilai rerata yang berbeda-beda tetapi antara hasil yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. k.

KESIMPULAN 1. Terdapat 2 macam alat penakar hujan yaitu manual dan otomatis. Alat penakar hujan manual dinamakan observatorium dan alat penakar hujan otomatis dinamakan hellman. 2. Perhitungan curah hujan dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu metode aritmatik, isohyet dan poligon theisen. Dan pada metode isohyet dan poligon theisen perhitungan dilakukan di milimeter block untuk mengetahui jumlah rerata curah hujan.

l.

DAFTAR PUSTAKA Muliantara, Agus. 2015. Perancangan Alat Ukur Ketinggian Curah Hujan Otomatis Berbasis Mikrokontroler. Bali: Universitas Udayana. Silviana,

Rizki.

2016.

Curah

Hujan

Wilayah.

Bogor:

ITB.

(online.

https://rizkisilvianaipblnk52.blogspot.com/2016/11/laporan-curah-hujanwilayah.html. Diakses pada tanggal 13 maret 2019 pukul 20.12). Utomo, Dwiyono Hari. 2018. Meteorologi Klimatologi. Yogyakarta: Magnum

Tabel perbandingan alat penakar hujan. No 1

INDIKATOR Media Pengukuran

OBSERVATORIUM Menggunakan gelas ukur.

HELLMAN Menggunakan tangki pelampung, tangki pena. Mulut corong, lebar corong, empat gembok, tangki pelampung, silinder jam tempat

2

Komponen Penyusun

Corong penakar, tempat

meletakkan pias, tangki pena,

penampung air hujan, kran air,

tabung tempat pelampung,

kaki kayu yang menyangga

pelampung, pintupenakar hujan,

penakar, pondasi.

alat penyimpan data, alat pengatur tinggi rendahnya selang gelas, tempat gembok, panci pengukur alat hujan.

3

Cara Kerja Cangkupan

4

Pengukuran Curah

Pada kawasan terbatas.

Pada kawasan terbatas.

Hujan

5

Hal yang harus diperhatikan

Harus selalu horizontal, alat harus tetap bersih, gelas penakar harus dijaga kebersihannya.

Pena harus selalu dalam keadaan bersih, gelas ukur harus bersih, pen harus selalu dalam keadaan bersih.

Pada pengamatan agroklimat 6

Waktu Peengambilan

dilakukan tiap jam 7, sedangkan

Data

pada pengamatan sinoptik

Sehari (24 jam)

dilakukan tiap jam. Waktu saat terjadinya hujan dalam satuan jam, priode hujan 7

Data Yang di

dalam satuan jam, intensitas

Satuan jam, intensitas curah

Hasilkan

curah hujan dalam satuan

hujan (mm/menit atau mm/jam).

mm/jam, dan jumlah curah hujan dalam satuan mm.

4. Analisis kasus dari soal halaman 273 pada buku METEOROLOGI KLIMATOLOGI

1. menurut saya, terjadinya fariasi curah hujan diberbagai wilayah disebabkan karena adanya interaksi fisik dan non fisik. Interaksi tersebutlah yang menyebabkan perbedaan karakteristik tiap wilayah yang membuat wilayah tersebut memiliki pola hujannya sendiri. Pada suatu wilayah pasti memiliki aspek fisik dan sosial sehingga akan menciptakan pola curah hujannya sendiri. Contoh dari aspek fisik yang dapat mempengaruhi pola hujan adalah topografi, letak lintang. Sedangkan aspek sosial seperti kegiatan manusia salah satunya pada pabrik yang dapat menghasilkan polusi udara dan juga air apabila limbahnya tidak di kelola dengan baik.

Related Documents

Prak Metklim Iii.docx
December 2019 18
Metklim
October 2019 5
Prak Fenomena.docx
June 2020 20
Prak 4
May 2020 25
Prak Integrasi.docx
April 2020 30

More Documents from "David Santon"

Geoeko.docx
December 2019 8
Prak Pj Iii Maqil.docx
December 2019 13
Prak Metklim Iii.docx
December 2019 18
Maqilatus_oseano_i.docx
December 2019 7
Prak Pj Ii Qq.docx
December 2019 15