Prak Farkol 1 Completed.docx

  • Uploaded by: Retno Tri Rahayu
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Prak Farkol 1 Completed.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,881
  • Pages: 30
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I TEORI DASAR LABORATORIUM FARMAKOLOGI

Kelompok 1D Ghina Khalidah

11171020000076

Alvinia Maulidiah

11171020000086

Salsabila Ineke Putri

11171020000088

Khaerunnisa

11171020000090

Retno Tri Rahayu

11171020000094

Jihan Istiqomah

11171020000096

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MARET/2019

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...................................................................................................................................2 BAB I..............................................................................................................................................3 PENDAHULUAN..........................................................................................................................3 1.1

Latar Belakang................................................................................................................3

1.2

Tujuan.............................................................................................................................3

BAB II............................................................................................................................................5 TEORI............................................................................................................................................5 2.1 Hewan Percobaan yang Digunakan di Laboratorium Farmakologi.......................................5 2.2 Bobot Badan, Luas Permukaan Badan dan Dosis Obat.........................................................6 2.3 Volume Administrasi Obat....................................................................................................7 2.4 Konversi Dosis pada Spesies Lain........................................................................................8 2.5 Identifikasi/Penandaan Hewan..............................................................................................9 2.6 Faktor-Faktor Lingkungan yang Dapat Mempengaruhi Hasil-Hasil Eksperimen................11 BAB III.........................................................................................................................................13 METODE PRAKTIKUM.............................................................................................................13 3. 1 Alat dan Bahan...................................................................................................................13 3. 2 Prosedur Kerja....................................................................................................................13 BAB IV.........................................................................................................................................16 HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................................16 4.1 Hasil....................................................................................................................................16 4.2 Pembahasan.........................................................................................................................19 BAB V..........................................................................................................................................24 KESIMPULAN.............................................................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25 LAMPIRAN.................................................................................................................................26 Lampiran 1................................................................................................................................26 Lampiran 2................................................................................................................................28

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Farmakologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang sejarah, asal usul sifat fisik, sifat kimia, cara mencampur dan membuat obat. Farmakologi juga mempelajari efek obat terhadap fungsi biokimia sel tubuh, fungsi fisiologi tubuh, cara kerja obat, absorbsi obat, distribusi obat, biotransformasi obat, ekskresi obat, efek obat, efek keracunan obat, serta penggunaan obat (Nita Noviani, 2017: 1). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. Hal yang paling penting dalam pemberian obat yaitu ketepatan dosis, dimana dosis tersebut mempunyai relevansi dengan bobot badan, tinggi badan, umur dan luas permukaan tubuh. Praktikum kali ini yaitu praktikum tentang Teori Dasar Laboratorium Farmakologi. Dalam praktikum ini farmasis dituntut untuk terampil bekerja dengan beberapa hewan percobaan, salah satunya mencit. Mencit merupakan hewan yang paling sering digunakan sebagai hewan percobaan dalam uji praklinis. Dalam memperlakukan mencit sebagai hewan percobaan, dibutuhkan teknik-teknik khusus. Perlakuan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam hasil pengamatan. Oleh karena itu dengan dilakukannya praktikum ini diharapkan mahasiswa farmasi

dapat

bekerja

dengan

baik

dan

dapat

meminimalisir

terjadinya

penyimpangan-penyimpangan dalam hasil pengamatan di laboratium farmakologi. 1.2 Tujuan Setelah menyelesaikan praktikum di laboratorium, mahasiswa diharapkan: 1. Terampil bekerja dengan beberapa hewan percobaan, antara lain: mencit, tikus, kelinci. 2. Dapat mengaplikasikan prinsip farmakologi yang diperoleh secara teoritis. 3

3. Mampu menerapkan dan memodifikasi metode-metode farmakologi untuk penilaian efek obat. 4. Mampu memberikan penilaian terhadap hasil-hasil eksperimen yang diperoleh. 5. Mampu memberikan tafsiran mengenai implikasi praktis dari hasil-hasil eksperimen.

4

BAB II TEORI 2.1 Hewan Percobaan yang Digunakan di Laboratorium Farmakologi Hewan percobaan mempunyai nilai yang tinggi dalam penelitian dan perkembangan obat-obatan untuk manusia. Dalam praktikum farmakologi ini, percobaan dilakukan terhadap hewan hidup, dan hendaknya diperlakukan dengan penuh rasa kemanusiaan. Perlakuan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam hasil pengamatan. a. Mencit Dalam laboratorium mencit mudah ditangani. Dia bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul dengan sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi, dan lebih aktif pada malam hari. Kehadiran manusia akan menghambat mencit. Suhu tubuh normal 37,40C, laju respirasi normal 163 per menit. b. Tikus Tikus putih pada umumnya tenang dan mudah ditangani. Ia tidak bersifat fotofobik dan kecenderungannya untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktifitasnya tidak terganggu dengan adanya manusia disekitarnya. Suhu tubuh normal 37,50C. Laju respirasi normal 210 tiap menit. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi nutrisi tikus menjadi galak dan sering menyerang si pemegang. c. Kelinci Kelinci jarang sekali bersuara, hanya dalam keadaan nyeri luar biasa ia bersuara. Kelinci pada umumnya cenderung untuk berontak apabila keamanannya terganggu. Suhu rektal pada kelinci sehat adalah 38,5 - 40 0C, pada umumnya 39,50C. suhu rektal ini berubah apabila hewan tersebut tereksitasi ataupun karena gangguan lingkungan. Laju respirasi kelinci dewasa normal adalah 38-65 per menit, pada umumnya 50 (pada kelinci muda laju ini dipercepat, pada kelinci bayi bisa mencapai 100 per menit). d. Marmot Marmot sangat jinak, tidak akan mengalami kesukaran pada waktu dipegang dan jarang menggigit. Marmot yang sehat selalu bersikap awas, kulitnya harus dan berkilat, tidak dikotori oleh feses, maupun urin. Bila dipegang bulunya tebal. Tidak ada cairan yang keluar dari hidung dan telinga, tidak meneteskan air liur dan diare. Pernapasannya teratur dan tidak berbunyi. Sikap dan cara berjalannya 5

normal. Dalam satu spesies variasi bobot badan dan ukuran badan tiap marmot yang berumur sama, tidak besar. Laju denyut jantung marmot normal adalah 150160 per menit, laju respirasi 110-150 per menit, dan suhu rektal antara 39 dan 400C. e. Katak Katak bersifat lembab dan licin. 2.2 Bobot Badan, Luas Permukaan Badan dan Dosis Obat Dosis obat yang diterapkan oleh farmakope-farmakope umumnya berdasarkan usia atau bobot badan. Orang dewasa Indonesia umumnya dianggap mempunyai bobot badan 60 kg. Wanita yang perawakannya lebih kecil dan massa tubuh yang mengandung lebih banyak lemak umumnya mempunyai bobot badan yang lebih rendah daripada pria. Pendapat mutakhir menganjurkan perhitungan dosis obat seseorang berdasarkan luas permukaan badan. Berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois luas permukaan badan adalah: Luas Permukaan Tubuh (m2) = √ (

Tinggi ( cm) × Bobot ( kg ) ) 3600

Berdasarkan luas permukaan badan dapat diturunkan dosis anak sebagai berikut: Dosis anak =

luas permukaanbadan anak (m2) × dosis dewasa luas permukaanbadan dewasa( m2)

(luas permukaan badan dewasa rata-rata = 1.73 m2) Selain berdasarkan rumus di atas, luas permukaan badan juga dapat dihitung dengan menggunakan Body Surface Area graft berikut:

6

Dosis obat dinyatakan dalam jumlah obat/ m 2 luas permukaan badan yang dapat dihitung sebagai berikut: Dosis individu = jumlah obat/ m2 × luas permukaan badan (m2) Atau lebih lazim dinyatakan dalam mg/kg bobot badan yang dapat dihitung sebagai berikut: Dosis individu = mg/kg × bobot badan (kg) Dosis obat juga ada yang dinyatakan dalam unit, misalnya unit vitamin A dan D, antibiotika tertentu, serta hormone-hormon. Satuan unit menyatakan jumlah tertentu aktifitas biologic obat tersebut USP sering melakukan standarisasi unit obat-obat tertentu sehingga dengan demikian disebut unit USP. Ini berarti satu unit obat tersebut dihitung berdasarkan prosedur uji USP. 2.3 Volume Administrasi Obat Volume cairan yang diberikan pada hewan percobaan harus diperhatikan tidak melebihi jumlah tertentu. Batas volume maksimum pemberian obat pada hewan percobaan dapat dilihat pada tabel berikut: 7

Hewan

Batas Volume Maksimum (ml) per Ekor Untuk Cara Pemberian

Percobaan

Iv

im

ip

sc

oral

Mencit

0.5

0.05

1

0.5

1

Tikus

1

0.1

3

2

5

Marmot

2

0.2

3

3

10

Kelinci

3-10

0.5

10

3

20

Jumlah obat yang diberikan kepada hewan percobaan dihitung berdasarkan rumus: mg ) kgBB mg Konsentrasi( ) ml

Berat ( kg ) × Dosis ( VAO

=

2.4 Konversi Dosis pada Spesies Lain Untuk dapat memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada setiap

hewan

percobaan,

diperlukan

data

mengenai

aplikasi dosis secara

kuantitatif. Beberapa spesies hewan percobaan yang sering digunakan dipolakan perbandingannya terhadap luas permukaan tubuh seperti tercantum pada tabel dibawah ini.

8

HED

= Dosis Hewan (mg/kg) x [

Hewan ( km ) ] Manusia ( km )

Atau HED = Dosis Hewan (mg/kg) x [

Berat Hewan(kg) ¿ Berat Manusia(kg)

0.23

2.5 Identifikasi/Penandaan Hewan Dosis obat yang diberikan pada hewan dinyatakan dalam mg atau g per g bobot tubuh hewan. Karena itu perlu diketahui berat dari tiap hewan yang akan digunakan dalam percobaan dan tiap hewan diberi tanda (titik/garis) menggunakan pewarna untuk mengidentifikasinya. Tabel berikut daerah dari lokasi yang diberi tanda:

No. Hewan

Lokasi Tanda

Identifikasi 9

1

Kepala

K

2

Punggung

P

3

Ekor

E

4

Kepala Punggung

KP

5

Kepala Ekor

KE

6

Punggung Ekor

PE

7

Kepala Punggung Ekor

KPE

8

Kaki Anterior

KKA

9

Kaki Posterior

KKP

10

Kaki Anterior Kanan

KKA ka

11

Kaki Anterior Kiri

KKA ki

12

Kaki Posterior Kiri

KKP ki

13

4 Kaki

14

2 Kaki Kanan

2 KK ka

15

2 Kaki Kiri

2 KK ki

16

Blanko

4 kk

B

Penandaan hewan percobaaan (tikus dan mencit) dapat pula dilakukan pada ekornya berupa garis melintang sejajar atau tanda (+) yang dirumuskan atau dibaca sebagai angka (nomor hewan) dimulai dari pangkal ekornya. Gunakan spidol

10

Tanda pada ekor Satu garis melintang

dibaca sebagai nomor 1 2 3

Satu garis melintang satu garis sejajar

4

Satu garis sejajar

5

Satu garis sejajar dan garis melintang

6 7 8

Satu garis melintang dan satu tanda (+)

9

Satu tanda (+):

10

Tanda (+) dan melintang:

11 12 13

Satu (+), garis melintang dan sejajar:

14

Tanda(+) dan garis melintang:

15

Tanda(+) garis sejajar & garis melintang:

16 17 18

Tanda (+) garis melintang &tanda (+):

19

Dua tanda (++):

20

2.6 Faktor-Faktor Lingkungan yang Dapat Mempengaruhi Hasil-Hasil Eksperimen Dalam laboratorium farmakologi, sebagian besar eksperimen dilakukan pada hewan percobaan dan pada jaringan atau organ hewan percoban. Sebagian makhluk hidup atau struktur hidup, persyaratan-persyaratan dan kebutuhan- kebutuhan tertentu harus dipenuhi agar respon terhadap manipulasi farmakologi yang dialaminya dapat secara pasti dikatakan merupakan respon untuk perlakuan farmakologi yang diamati.

11

1. Keadaan kandang Bahan yang diletakkan pada dasar kandang sebagai tempat tidur dapat menyebabkan perbedaan respon terhadap obat. Lamanya tidur pada mencit-mencit putih jantan berbeda setelah diberikan heksobarbital-Na atau pentobarbital-Na jika untuk alas tidur digunakan pecahan tongkol jagung. 2. Suasana kandang baru yang asing juga menambah variabilitas terhadap respon obat, terutama pada uji pirogen dan efek purgatif atau dalam pengujian efek obat terhadap keawasan, denyut jantung, aktivitas lokomotorik, ekskresi urine. 3. Pengamatan hewan dalam kandang Penempatan hewan dalam kandang secara sendiri atau bersama-sama juga dapat mengubah respon terhadap obat. Mencit-mencit strain tertentu yang ditempatkan secara

bersama-sama ternyata

menunjukkan

peningkatan toksisitas amfetamin

sebesar sepuluh kali dari pada bila ditempatkan sendiri- sendiri. Pengalaman hewan sebelum menerima obat: latihan – latihan melompat dalam menghindari stimulus goncangan (shock) yang kuat mengakibatkan hewan percobaan menjadi lebih resisten dan tahan terhadap pengaruh obat-obat fenotiazin. 4. Keadaan ruangan tempat hidup hewan percobaan (cuaca) o Suhu kamar sekitar 27 C ternyata menaikkan toksisitas amfetamin dibandingkan o dengan suhu sekitar 15,5 C. Panas mendilatasi pembuluh pembuluh perifer dan mengintensifkan vasodilator dan diafotretik.

BAB III METODE PRAKTIKUM 3. 1 Alat dan Bahan 1. Koran

2. Tisu 3. Alat suntik 1 ml 4. Jarum oral 5. Sarung Tangan 6. Air 7. Kandang mencit 8. 1 Ekor Mencit 9. Responden 3. 2 Prosedur Kerja 1. Cara Memegang Mencit a. Mencit diangkat dengan cara ujung ekornya dipegnag dengan tangan kanan. Lalu mencit di biarkan menjangkau kawat kandang dengan kakinya.

b. Selanjutnya dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari.

13

c. Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri, hingga mencit cukup erat dipegang.

d. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

2. Cara Menyonde

14

Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit, kemudian dimasukkan sampai ke esofagus dengan hati-hati.

3. Cara Menghitung Luas Permukaan Tubuh a. Bobot badan ditmbang dan tinggi badan diukur untuk anggota setiap kelompok. b. Data ynag didapat dicatat dan sebuah tabel dibuat dengan mengandung data diantaranya bobot badan, umur, jenis kelamin, luas permukaan tubuh menurut perhitungan, luas permukaan tubuh menurut kutipan ( pustaka) c. Luas permukaan tubuh rata-rata dihitung untuk seluruh kelas, perempuan saja, lakilaki saja, atau pengelompokkan lain yang dianggap relevan (misalnya umur). d. Hasil percobaan kemudian dibahas.

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Bobot Badan dan Luas Permukaan Badan Responden: Mahasiswa farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 kelas D

N

Responden

o

L

Umur

TB

/

(tahun)

(cm)

BB (kg)

P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Dhiya Charissa Aufa Nafilah S. Ghina Khalidah Anida Yuana M. Shabrina Kamila Barokah Nurillah Jubaidah Munasyifa Azizaturrahmah Alvinia Maulidiyah Revina Amorita Salshabila Ineke P. Nur Fadhilah H. Khaerunnisa Erza Agustia

P P P P P P P P P P P P P P

19 19 19 19 19 19 18 19 19 19 21 20 19 19

160 169 154 160 162 152 152 152 158 159 149 156 150 160

53 68 64 60 60 50 45 42 91 58 49 65 40 48

LPT

LPT

berdasarkan

berdasarkan

BSA graft

perhitungan

(m2) 1,53 1,80 1,70 1,65 1,66 1,47 1,39 1,34 2,10 1,60 1,47 1,69 1,30 1,46

(m2)* 1,53 1,79 1,65 1,63 1,64 1,45 1,38 1,33 2,00 1,60 1,42 1,67 1,29 1,46 16

15 16 17 18 19 20 21 22

Citri Ayu Blezenski Farida Putri S. Retno Tri Rahayu Diah Jayani Ikhtiyar Inayahdin Aldina Sausan F. Jihan Istiqomah Angelia Nuuril F. N. Total

P P P P L P P P

17 20 18 18 19 21 19 19

*Berdasarkan rumus Du Bois and Du Bois, BSA (m2) =

159 159 160 155 160 163 150 158



42 58 54 52 59 80 50 43

1,37 1,60 1,55 1,50 1,62 1,98 1,46 1,38 34, 62 [Tinggi(cm)x Berat (kg)] ( ) 3600

1,36 1,60 1,55 1,50 1,62 1,90 1,44 1,37 34, 18

Perhitungan Luas Permukaan Tubuh Rata-Rata

a. Luas Permukaan Badan Rata-Rata Satu Kelas 34, 62 1) Berdasarkan BSA graft = 22 = 1, 57 m2 34, 18 2) Berdasarkan perhitungan = 22 = 1, 55 m2 b. Luas Permukaan Badan Rata-Rata Perempuan 33,00 1) Berdasarkan BSA graft = 21 = 1,57 m2 32,56 2) Berdasarkan perhitungan = 21 = 1,55 m2 c. Luas Permukaan Badan Laki-Laki 1, 62 1) Berdasarkan BSA graft = 1 = 1, 62 m2 1, 62 2) Berdasarkan perhitungan = 1 = 1, 62 m2 d. Luas Permukaan Tubuh Berdasarkan Umur 1) Umur 21 tahun 3,45 a) Berdasarkan BSA graft = 2 = 1,73 m2 3,32 b) Berdasarkan perhitungan = 2 = 1,66 m2 2) Umur 20 tahun

17

a) Berdasarkan BSA graft b) Berdasarkan perhitungan 3) Umur 19 tahun a) Berdasarkan BSA graft b) Berdasarkan perhitungan 4) Umur 18 tahun a) Berdasarkan BSA graft b) Berdasarkan perhitungan 5) Umur 17 tahun a) Berdasarkan BSA graft b) Berdasarkan perhitungan

3,29 2 = 1,65 m2 3,27 = 2 = 1,64 m2 =

22,06 14 = 1,58 m2 21,8 = 14 = 1,56 m2 =

4,44 3 = 1,48 m2 4,43 = 3 = 1,48 m2 =

1,37 1 = 1,37 m2 1,36 = 1 = 1,36 m2 =

2. Bobot Mencit No

Kelompok

Bobot (gram)

1

1

18

2

2

16

3

3

17

4

4

16

4.2 Pembahasan Praktikum kali ini mempelajari tentang teori dasar laboratorium farmakologi. Hal-hal yang dipelajari dalam praktikum ini diantara yaitu tentang hewan percobaan, penimbangan 18

bobot badan, pengukuran tinggi badan, perhitungan luas permukaan tubuh, dan dosis. Hewan percobaan yang dapat digunakan dalam praktikum farmakologi diantaranya mencit, tikus, kelinci, marmot, dan katak. Namun pada praktikum kali ini hewan percobaan yang digunakan adalah mencit. Dalam sebuah penelitian, hewan percobaan yang digunakan mempunyai spesifikasispesifikasi yang harus terpenuhi. Spesifikasi-spesifikasi tersebut meliputi genetis atau keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya. Selain itu hewan percobaan juga sebaiknya mudah terjangkau dan ekonomis, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip dengan manusia. Mencit (Mus musculus) merupakan hewan model percobaan yang paling sering digunakan dalam penelitian di laboratorium yaitu sekitar 40-80%. Hal tersebut dikarenakan mencit mempunyai siklus hidup yang relatif pendek, angka kelahiran tinggi, mudah ditangani, dan sifat anatomis dan fisiologinya terkarakterisasi dengan baik. Mencit dapat hidup sampai umur 1-3 tahun, tetapi terdapat perbedaan usia dari berbagai galur terutama berdasarkan kepekaan terhadap lingkungan dan penyakit. Tingkat kesuburan mencit sangat tinggi karena dapat menghasilkan kurang lebih satu juta keturunan dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun, dimana produktivitas seksualnya berlangsung selama 7-8 bulan dengan rata-rata anak yang dilahirkan sebanyak 6-10 anak/kelahiran. Maka dari itu mencit sering digunakan sebagai hewan percobaan dalam laboratorium farmakologi. Dalam memperlakukan mencit sebagai hewan percobaan terdapat teknik-teknik yang harus diperhatikan supaya tidak menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam hasil yang akan didapatkan nantinya. Teknik pertama yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu cara memegang mencit. Cara ideal memegang mencit yaitu pertama mencit diangkat dengan cara memegang ekornya (3-4 cm dari ujung ekor). Kemudian diletakkan pada lembaran kawat atau alas kasar lainnya, hal tersebut dilakukan supaya mencit dapat mencekeram kawat atau alas kasar tersebut ketika ekornya ditarik. Kaki belakang mencit jangan sampai dibiarkan menjangkau kawat, karena jika hal itu terjadi maka mencit akan bisa berjalan di atas kawat sehingga

dapat

menimbulkan

kesulitan

dalam

mengontrolnya.

Kemudian

dengan

menggunakan tangan kiri, tengkuk mencit dijepit diantara telunjuk dan ibu jari. Posisi tubuh mencit dibalikkan dan ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari

19

kelingking tangan kiri, sehingga posisi permukaan abdomen mencit menghadap ke arah praktikan yang memegangnya, dengan demikian maka mencit tidak dapat bergerak lagi. Jika mencit diperlakukan dengan cara yang tidak sesuai teknik di atas maka mencit akan buang air besar atau buang air kecil. Hal tersebut didapati oleh kelompok kami, dimana mencit buang air besar ketika praktikan mempelakukannya dengan ragu-ragu karena masih merasa takut, selain itu refleks praktikan seperti berteriak ketakutan juga menyebabkan mencit buang air besar ketika dipegang. Buang air besar atau buang air kecil dilakukan mencit karena mencit merasa stress dan ketakutan. Selain mencit, hewan-hewan lain seperti tikus, marmot, dan kelinci juga akan melakukan hal yang sama jika merasa terancam. Selain teknik memegang mencit, pada praktikum kali ini juga dilakukan pemberian obat secara per-oral. Pada praktikum kali ini bukan obat yang diberikan kepada mencit melainkan aquades. Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat yang umum dilakukan karena relatif mudah dan praktis. Kerugiannya ialah kadang obat yang diberikan tidak sepenuhnya masuk semua ke dalam tubuh. Seperti pada praktikum yang dilakukan, ketika mencit diberikan aqudes didapati aquades yang dikeluarkan kembali oleh mencit dari dalam mulutnya. Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan percobaan akan diberikan sediaan uji. Sonde oral dimasukkan ke dalam mulut (searah atau berbanding lurus dengan mulut mencit), kemudian perlahan-lahan dimasukkan melalui langit-langit kearah belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Sebagai tanda yang memastikan sonde sudah masuk ke dalam lambung dengan benar dapat dirasakan adanya area yang kosong di sekitar sonde tersebut. Cara menyonde yang keliru bisa membuat sonde masuk ke saluran pernapasan atau paru-paru yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan bahkan kematian. Cara mengetahui pemberian obat secara oral ini berhasil atau tidaknya dapat dilihat dari cairan yang dimasukkan tersebut. Bila dari hidung hewan percobaan keluar cairan seperti yang diberikan menunjukkan adanya kesalahan dalam proses pemberian. Sedangkan jika tidak terjadi apa-apa maka menunjukkan proses pemberian tersebut berhasil. Hal dasar ketiga yang dipelajari dalam praktikum ini yaitu menghitung luas permukaan tubuh. Luas permukaan tubuh merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam 20

menghitung dosis. Hal tersebut dikarenakan permukaan tubuh mempunyai hubungan dengan laju metabolisme obat sehingga sangat memungkinkan untuk menghitung dosis dengan tepat. Luas permukaan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Du Bois dan Du Bois yaitu Luas permukaan tubuh (m2 ) ¿ √ (

Tinggi ( cm ) × Bobot ( kg ) ) 3600

Selain menggunakan persamaan Du Bois dan Du Bois, luas permukaan tubuh juga dapat dihitung dengan menggunakan tabel nomogram Body Surface Area (BSA). Pada praktikum ini didapatkan 22 data tinggi badan dan bobot badan. Dari 22 data tersebut diperoleh nilai rata-rata luas permukaan tubuh jika dihitung berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois sebesar 1, 55 m 2 dan sebesar 1, 57 m2 jika dihitung dengan menggunakan nomogram BSA. 22 data tersebut terdiri dari 21 perempuan dan 1 laki-laki. Nilai rata-rata luas permukaan tubuh perempuan sebesar 1, 57 m 2 jika dihitung berdasarkan nomogram BSA dan sebesar 1, 55 jika dihitung dengan menggunakan persamaan Du Bois dan Du Bois. Sedangkan nilai rata-rata luas permukaan tubuh laki-laki sebesar 1, 62 m 2, baik jika dihitung berdasarkan nomogram BSA ataupun berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois. Berdasarkan data tersebut, terdapat perbedaan yang bermakna antara luas permukaan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana luas permukaan tubuh laki-laki rata-rata lebih besar daripada luas permukaan tubuh perempuan. Perbedaan ini dikarenakan terdapat perbedaan yang signifikan parameter antropometri, yaitu berat, tinggi, indeks massa tubuh, dan luas permukaan tubuh pada laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut sangat berhubungan dengan perbedaan tingkat hormonal dalam massa pertumbuhan yang akan menyebabkan perbedaan pembentukan tubuh dan deposit lemak. Berdasarkan rumus perhitungan luas permukaan tubuh, dengan peningkatan berat badan maka luas permukaan tubuh akan semakin besar. Jika 22 data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan umur, maka didapati data 2 mahasiswa berumur 21 tahun dengan nilai rata-rata luas permukaan tubuh sebesar 1, 73 m 2 jika dihitung berdasarkan nomogram BSA dan sebesar 1, 66 m 2 jika dihitung berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois, 2 mahasiswa berumur 20 tahun dengan nilai rata-rata luas

21

permukaan tubuh sebesar 1, 65 m2 jika dihitung berdasarkan nomogram BSA dan sebesar 1, 64 jika dihitung berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois, 14 mahasiswa berumur 19 tahun dengan nilai rata-rata luas permukaan tubuh sebesar 1, 58 m2 jika dihitung berdasarkan nomogram BSA dan 1, 56 m2 jika dihitung berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois, 3 anak berumur 18 tahun dengan nilai rata-rata luas permukaan tubuh sebesar 1, 48 m2, baik jika dihitung dengan nomogram BSA maupun dengan persamaan Du Bois dan Du Bois, dan 1 mahasiswa berusia 17 tahun dengan nilai luas permukaan tubuh sebesar 1, 37 m 2 jika dihitung berdasarjan nomogram BSA dan 1, 36 jika dihitung berdasarkan persamaan Du Bois dan Du Bois. Berdasarkan hasil tersebut semakin bertambahnya umur luas permukaan tubuh semakin besar. Pada umumya masa bertumbuh secara linear yang utama pada manusia terjadi pada 18 tahun pertama. Dalam masa ini, pemeliharaan yang ajeg akan mempengaruhi tumbuh kembang yang sehat dari seorang individu. Pertumbuhan secara fisik ini berhenti pada umur yang berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan. Meskipun pertumbuhan pada manusia bisa berhenti, peningkatan berat badan tidak memiliki batasan umur. Maka dari itu ketika semakin besar bobot badan seseorang maka semakin besar pula luas permukaan tubuh seseorang. Namun ketika seseorang memasuki usia senja, terjadi penurunan metabolisme tubuh. Ketika metabolisme menurun maka akan terjadi penurunan massa otot dan perubahan komposisi tubuh. Ketika massa otot menurun maka bobot badan akan menurun. Dan ketika bobot badan turun maka luas permukaan tubuh akan berkurang. Besar dan kecilnya nilai luas permukaan tubuh ini akan memberikan efek terhadap dosis obat yang akan diberikan, semakin besar nilai luas permukaan tubuh maka semakin besar dosis obat yang dibutuhkan, begitu juga sebaliknya, semakin kecil nilai luas permukaan tubuh maka semakin kecil pula dosis obat yang dibutuhkan. Berdasarkan data di atas juga didapati bahwa tidak semua luas permukaan untuk setiap mahasiswa sesuai dengan pustaka (nomogram BSA). Hal tersebut dikarenakan bobot badan, tinggi badan, umur dan jenis kelamin berbeda-beda. Dalam menghitung dengan menggunakan nomogram BSA terdapat kemungkinan kurangnya ketelitian dalam membaca nomogram sehingga terdapat perbedaan perhitungan luas permukaan tubuh dengan menggunakan persamaan Du Bois dan Du Bois dan dengan nomogram BSA.

22

Obat dalam pemberiaannya terhadap hewan percobaan, selain dosis terdapat juga hal lain yang harus diperhatikan yaitu volume cairan supaya tidak melebihi batas tertentu. Pada hewan mencit, volume cairan maksimal yang bisa diberikan melalui per oral sebesar 1 ml. Jika setelah dihitung volume cairan yang diberikan melebihi jumlah maksimal yang diperbolehkan, cara untuk mengatasinya yaitu dengan memperbesar konsentrasi cairan (memekatkan cairan) dikarenakan konsentrasi cairan berbanding terbalik dengan volume administrasi obat. Untuk dapat memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada setiap hewan percobaan, diperlukan konversi dosis pada spesies lain. Untuk menentukan dosis obat yang dapat diberikan pada hewan uji diperlukan data hewan uji, maka dari itu hewan uji harus ditimbang bobot badannya. Bobot badan mencit yang digunakan untuk praktikum berbedabeda setiap kelompok. Bobot mencit kelompok 1 sebesar 18 gram, bobot mencit kelompok 2 dan 4 sebesar 16 gram, dan bobot mencit kelompok 3 sebesar 17 gram. Cara menimbang bobot badan hewan uji yaitu dengan meletakkan hewan uji pada suatu wadah diatas timbangan supaya hewan uji tidak bisa pergi saat ditimbang. Dalam mengidentifikasi hewan uji juga diperlukan penandaan pada hewan uji. Untuk penandaan yang tidak terbatas bisa dilakukan penomoran pada ekor berupa garis melintang sejajar atau tanda plus.

23

BAB V KESIMPULAN Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Mencit merupakan hewan yang paling sering digunakan sebagai hewan percobaan karena mudah ditangani, tingkat reproduksinya yang tinggi, ekonomis, dan mempunyai sifat anatomis dan fisiologis yang mirip dengan manusia. 2. Dosis obat dipengaruhi oleh bobot badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh, dan usia. 3. Luas permukaan tubuh dan usia berbanding lurus dengan dosis obat. 4. Volume administrasi obat berbanding lurus dengan bobot badan dan dosis, serta berbanding terbalik dengan konsentrasi. 5. Diperlukan penandaan pada hewan percobaan supaya tidak tertukar dengan hewan percobaan lain.

DAFTAR PUSTAKA Artaria, Myrtati D. Perbedaan antara Laki-Laki dan Perempuan: Penelitian Antropometris pada Anak-Anak Umur 6-19 Tahun. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik Tahun 22, Nomor 4 : 343-349. Harmita dan Radji, Maksum. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati, Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 24

Noviani, Nita dan Nurilawati, Vitri. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi Farmakologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Nuzuliana, Fatmalia Fhierziandrini. dkk. 2018. Perbandingan Luas Permukaan Telapak Tangan terhadap Luas Permukaan Tubuh berdasar Jenis Kelamin dan Indeks Massa Tubuh pada Dewasa Muda (Comparation of Hand Surface Area on Body Surface Area based on Sex and Body Mass Index in Young Adults. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 6 (no. 1). Stevani, Hendra. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tolistyawati, Intan dkk. 2014. Gambaran Kesehatan Mencit (Mus musculus.) pada Instalasi Hewan Coba. Sulawesi Tengah : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Yanti, Aplrilita Rina. 2016. Petunjuk Praktikum Farmakologi. Jakarta: Universitas Esa Unggul. Yardi, dkk. 2019. Penuntun Praktikum Farmakologi. Tangerang Selatan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

LAMPIRAN Lampiran 1 Soal Latihan dan Jawaban 1. Tentukan konsentrasi sediaan yang akan dibuat Obat Dosis VAO Berat mencit

: Metformin : 500 mg (dosis oral manusia dewasa) : 1 ml : 20 gram = 0,02 kg 25

Jawab

mg ) kg = mg Konsentrasi ( ) ml 500 mg 0,02kg × 60 kg = mg Konsentrasi ( ) ml 500 mg 0,02kg × 60 kg = 1 ml mg = 0,17 ml Berat ( kg ) × Dosis(

VAO

1 ml

Konsentrasi Konsentrasi

2. Hitung dosis untuk metformin Dosis Bobot mencit Jawab

: 500 mg (dosis manusia dewasa) : 30 gram = 0,03 mg

HED

= Dosis hewan (

Dosis hewan

Dosis hewan

mg ¿ kg

=

HED Hewan ( km ) [ ] Manusia ( km )

=

500 mg 60 kg 3 km 37 km

×[

hewan ( km ) ] manusia ( km )

mg kg 0,081

8,33

Dosis hewan

=

Dosis hewan

= 102,84

mg kg

Dosis untuk mencit dengan berat 0,03 kg

26

mg kg

Dosis mencit

= 102,84

Dosis mencit

= 3,085 mg

× 0,03 kg

3. Hitung VAO Obat

: Diazepam

Dosis

: 10 mg (dosis oral dewasa)

Sediaan

: injeksi

Berat mencit

: 30 gram = 0,03 kg

10 mg 2 ml

=5

mg ml

Jawab mg ) kg mg Konsentrasi ( ) ml

Berat ( kg ) × Dosis( VAO

=

0,03 kg × VAO

=

VAO

= 0,001 ml

10 mg 60 kg

¿ ¿ mg 5 ml

27

Lampiran 2 Soal dan Jawaban tentang Bobot Badan, Luas Permukaan Badan, dan Dosis Obat 1. Apakah ada perbedaan nyata antara luas permukaan tubuh pria dan wanita? Jawab Terdapat perbedaan nyata antara luas permukaan tubuh pria dan wanita karena tinggi badan dan berat badan antara pria dan wanita berbeda. Perbedaan tersebut sangat berhubungan dengan perbedaan tingkat hormonal dalam massa pertumbuhan yang akan menyebabkan perbedaan pembentukan tubuh dan deposit lemak. 2. Apakah luas permukaan badan untuk tiap anggota kelompok sesuai dengan kutipan atau pustaka? Jawab Tidak semua luas permukaan badan untuk tiap anggota kelompok sesuai dengan kutipan atau pustaka dikarenakan berat badan, tinggi badan, umur dan jenis kelamin pada tiap kelompok berbeda. Selain dari itu juga terdapat perbedaan rumus dalam menghitung luas permukaan tubuh. 3. Jika dianggap bahwa dosis yang diberikan farmakope untuk orang dewasa adalah 60 kg, berapa besar penyimpangan untuk kelompok-kelompok kelas, jika tidak dilakukan penyesuaian? Jawab

28

Tidak terjadi penyimpangan untuk kelompok-kelompok kelas jika tidak dilakukan penyesuaian. Jadi, dosis obat itu berhubungan dengan berat badan, tinggi badan, umur serta luas permukaan tubuh. Semakin besar tinggi badan, berat badan, umur dan luas permukaan tubuh maka semakin besar dosis yang diberikan. 4. Kesimpulan apa yang saudara kemukakan dari pengamatan ini (dalam konteks dosis)? Jawab Kesimpulan yang dapat kami kemukakan dari pengamatan ini dalam konteks dosis yaitu dosis obat dipengaruhi oleh berat badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh, dan usia. Luas permukaan tubuh dan usia berbanding lurus dengan dosis obat. 5. Turunkan sebuah rumus yang menyatakan dosis anak sebagai persentase dosis orang dewasa! Jawab Luas PermukaanTubuh Anak ( m2) × Dosis Dewasa Dosis anak = Luas PermukaanTubuh Dewasa (m2) 6. Bagaimana menurut saudara mengenai dosis untuk usia lanjut? Jawab Dosis untuk usia lanjut N

Umur (tahun)

Dosis (Dosis Dewasa)

O 1 60-70 4/5 2 70-80 ¾ 3 80-90 2/3 4 >90 1/2 7. Apakah yang dimaksud dengan dosis, dosis terapi, dosis maksimum, dosis letalis, dosis toksis, dan dosis efektif? Jawab a. Dosis merupakan banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk obat dalam atau obat luar. b. Dosis terapi yaitu dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan si sakit. c. Dosis maksimum yaitu dosis yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan. d. Dosis letal adalah dosis yang menyebabkan kematian. Dosis letal ada dua yaitu 1) LD50 : dosis yang dapat menyebabkan kematian 50% pada hewan percobaan. 2) LD100 : dosis yang dapat menyebabkan kematian 100% pada hewan percobaan. e. Dosis toksik yaitu dosis yang dapat menyebabkan keracunan. f. Dosis efektif yaitu besar dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi yang nilainya adalah jumlah perkalian dosis equivalen yang diterima organ dengan faktor bobot organ.

29

30

Related Documents


More Documents from "Indah Mutiara Fadhillah"