Ppt Head To Toe.pptx

  • Uploaded by: WindaNiaNidya
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt Head To Toe.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,490
  • Pages: 21
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE OLEH KELOMPOK 2 Novita Anggraini Noviana Daten Yulianti Eliaser Manit Winda Nidya Adnan Yunita Nurul Khalisah A.R Saman

PENDAHULUAN Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh pasien baik secara lokal atau (head to toe) guna memperoleh informasi atau data dari keadaan pasien secara komprhensif untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maupun kedokteran. Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah : 

 



Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya. Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.

PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT, DAN KUKU

Pemeriksaan kulit • Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi, lesi/perlukaan, cari apakah ada area yang memar, sianosis, dan pucat. Karena normal:nya kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis. • Palpasi : kelembapan kulit ,suhu apakah hangat atau dingin, tekstur perhatikan ketebalannya, edema, dan turgor kulit dengan cara cubit secara halus kulit lengan bawah karena normalnya bila kulit cepat kembali ke bentuk semula berarti turgor pasien normal.

Pemeriksaan rambut • Inspeksi : bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan rambut, disribusi rambut merata atau tidak karena bisa saja rambutnya ada yang utuh ataupun kebotakan pada rambut, kemudian perhatikan kulit kepala atau rambutnya kotor atau tidak, dan rambutnya bercabang /tidak karena rambut bercabang adalah rambut yang tidak sehat • Palpasi : adanya pembengkakan di kepala rambutnya mudah rontok/tidak, serta tekstur rambut nya kasar atau halus

Pemeriksaan kuku • Inspeksi : perhatikan kebersihan kuku, bentuk kuku atau permukaan kuku harus sedikit melengkung atau datar, dan warna kuku yang normalnya orang yang berkulit putih mempunyai kuku berwarna merah muda dan orang berkulit hitam mempunyai kuku berwarna coklat • Palpasi : kulit di bawah kuku untuk memeriksa ketebalan kuku dan kekuatan perlekatan ke dasarnya. Tekan kulit di bawah kuku untuk memeriksa sirkulasi perifer. Perhatikan berapa lama warnanya kembali ketika melepas tekanan tadi, warnanya harus kembali dalam kurang dari 3 detik.

PEMERIKSAAN MATA,TELINGA, HIDUNG, MULUT, DAN LEHER

PEMERIKSAAN MATA

• Inspeksi: dimulai dari garis kulit kepala dan tentukan apakah mereka dalam posisi normal (kesimetrisan kedua mata), mata harus dapat membuka dan menutup secara total, tepi mata harus berwarna merah muda dan bulu mata mengarah ke atas, lihat iris yang harus tampak datar dan berukuran, berwarna serta berbentuk sama. Periksa kornea dengan menyinari mata dengan senter pena, pertama dari setiap sisi dan kemudian langsung dari depan. Inspeksi konjungtiva dengan meminta pasien untuk melihat ke atas, pelan-pelan tarik kelopak mata bawah ke arah bawah, konjungtiva harus terlihat jernih dan bersinar dengan warna merah muda. Serta lihat sclera yang normalnya tampak berwarna putih. Untuk mengetes ketajaman mata digunakan snellen card atau rosenbaum card (dalam bentuk angka).

Pemeriksaan Hidung

Pemeriksaan Telinga • Inpeksi : perhatikan bentuk dan kesimetrisan telinga. Inspeksi aurikula untuk mencari apakah ada lesi, secret, atau kemerahan. Tarik heliks ke belakang dan perhatikan apakah terasa nyeri atau tidak . Inspeksi lubang saluran telingan apakah ada sekret , kemerahan, dan bau, serta serumen (kotoran telinga), dan memakai alat bantu dengar atau tidak • Palpasi : area mastoid di belakang setiap aurikula, perhatikan apakah ada nyeri tekan. Untuk mengetes pendengaraan lakukan tes weber dan tes rinne, perhatikan apakah pendengaran pasien normal ataukah masuk pada kategori tuli konduktif atau tuli sensori

• Inspeksi : hidung eksternal (perhatikan posisi, kesimetrisan, dan warna hidung pasien), rongga hidung (perhatikan apakah ada pendarahan, sekret, dan pembesaran lubang hidung ) bila ada secret perhatikan warna, kuantitas dan konsistensinya, bila ada pembesaran lubang hidung cari tanda-tanda lain kesulitan bernapas, hidung internal (perhatikan apakah ada kemerahan, lesi, dan tanda-tanda infeksi). Karena normalnya hidung itu simetris, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tandatanda infeksi. • Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris apakah terdapat pembengkakan dan nyeri tekan.

Pemeriksaan Mulut • Inpeksi dan Palpasi : inpeksi bibir pasien, pakai sarung tangan dan palpasi bibir untuk mencari apakah ada benjolan atau kelainan pada permukannya. Inspeksi gigi, perhatikan kondisi gigi dan apakah ada gigi yang hilang atau tidak, bila pasien memakai gigi palsu perhatikan pas tidaknya lalu periksa gusi di bawahnya. Normalnya untuk • Bibir : merah muda, lembab, dan simetris; warna kebiruan atau bintik-bintik pigmentasi dapat muncul pada pasien berkulit hitam. • Mukosa mulut : merah muda, licin, dan lembab . • Gusi : merah muda dan lembab dengan tepi yang tegas pada setiap gigi Pemeriksaan Leher • Inspeksi : perhatikan leher pasien. Harus simetris dan kulitnya kencang. Perhatikan apakah ada jaringan parut , denyut nadi yang terlihat, massa, atau pembengkakan • Palpasi : mintalah pasien untuk menelan, sambil meraba ismus tiroid, yang harus naik saat menelan. Geser tiroid ke kanan lalu ke kiri, palpasi kedua lobus untuk mencari apakah ada pembesaran, nyeri tekan atau sensai berpasir. Periksa jarak antara tepi luar trakea dan otot sternokleidomastoideus, periksa jarak pada sisi lainnya dan bandingkan keduanya harus sama.

SISTEM PERNAPASAN

INPEKSI

Perhatikan pernapasan pasien: hitung frekuensi pernapasan, normalnya 16-20x/menit, perhatikan pola pernapasan harus seimbang, kemudian penggunaan otot-otot tambahan yang sering dapat merupakan tanda adanya gangguan pernapasan. Perhatikan toraks harus simetris, peerhatikan apakah ada massa, perubahan warna pada kulit yang menandakan trauma atau operasi, perhatikan batas kosta (sudut antara iga dan sternum pada titik tepat di atas prosesus xiphoideus)

PALPASI

Palpasi untuk mencari apakah ada nyeri tekan. Rabalah dengan jarijari seluruh sangkar iga dan jaringan parut, benjolan , lesi, serta otot harus terasa padat dan licin. periksa tractile fremitus. (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien) normalnya taktil fremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

PERKUSI

Gunakan ujung jari tengah dari tangan yang dominan untuk mengetuk jari tengah tangan yang lainnya tepat di bawah sendi distal (yang terjauh) : perkusi toraks membantu menentukan batas paru-paru dan apakah paru-paru terisi dengan udara, cairan atau bahan padat.

AUSKULTASI

Auskultasi paru, bedakan antara bunyi pernapasan normal dengan yang tidak normal. Ada 4 jenis bunyi pernapasan pada paru-paru yang normal: 1. Vesikuler : memanjang selama inspirasi dan memendek selama ekspirasi 2. bronkial : terdengar keras ketika pasien menghembuskan napas; tidak kontinyu 3. Trakeal : terdengar sangat keras ketika pasien menarik atau menghembuskan napas 4. Bronkovesikuler : terdengar sedang ketika pasien menarik atau menghembuskan napas secara kontinyu

SISTEM KARDIOVASKULER

1. INSPEKSI Pengamatan pertama mencari ictus cordis, yaitu denyutan dinding thorax karena pukulan ventrikel kiri pada dinding thorax. Bila normal akan berada di ICS-5 pada linea medioclavikularis kiri selebar 1 cm saja. Inspeksi ictus cordis sulit didapat pada pasien-pasien yang gemuk, berotot besar atau kelenjar mammaeyang besar. Dengan mengetahui letak ictus, secara tidak langsung bias diperroleh gambaran tentag ada tidaknya pembesaran jantung (pembesaran jantung ictus cordis bias sampe berada di linea axilaris anterior). Ictus cordis yang sangat nyata/=kuat sesuai juga dengan meningkatkan kerja ventrikel kiri seperi pada seorang yang sedang sangat berdebar ketakutan atau hipertensi sistolik. Bulging precodial (daerah precordial yang lebih menonjol dari dinding thorax yang lain). Menunjukan kemungkinan pembesaran ventrikel kanan atau aneurysma pangkal aorta.

2. PALPASI Pada ictus cordis meraba ictus cordis dengan telapak jari II-IIIIV(seringkali juga ictus tidak tampak namun bias teraba). Dirasakan kekuatan pukul dan ditentukan lebarnya ictus cordis yang normal tidak lebih dari 1 cm persegi. Kalau teraba lebIh lebar dan pukulannya kuat serta letaknya bergeser kekiri hal ini sesuai dengan Hipertrifi Ventrikel Kiri (misalnya karena Hipertensi yang lama). Sedangkan Hipertrofi Ventrikel Kanan akan menimbulkan gerakn naik turun didaerah linea sternalis kiri. Keadaan ini disebut Rigth Ventricular Lift/=Heaving. Hitung frekuensi jantung/= hear rate(HR) Pada palpasi dihitung frekuensi jantung (HR) selama 1 menit penuh serta diamati teratur tidaknya denyut jantung. Kemudian membandinkan HRdengan frekuensi nadi yang telah kita hitang sebelumnya (atau lebih tepat bersamaan waktu bila ada pemeriksaan lain yang membantu). Bila ternyata ada perbedaan jumlah denyut nadi dengan HR . Hal ini sesuai dengan adanya Fibrilasi Atrium . Memeriksa ada tidaknya thrill, yaitu getaran ictus cordis, tidak lain ini adalah murmur (pada auskultasi) derajat 5-6 yang karena kers/kasarnya dapat kita raba.

3. PERKUSI Pada pemeriksaan perkusi ditentukan batas-batas jantung, karena daerah jantung terdengar pekak. Dengan demikian, dapat ditentukan ukuran jantung apakah lebih besar dari pada batas-batas normal ataukah tidak membesar. Pembesaran jantung yang dapat diperiksa dengan perrkusi adalah pembesaran ventrrikel kiri, yaitu dapat membessar kekiri agak ke bawah. Pembesaran ventrikel kanan kurang dapat ditentukan dengan perkusi karena pembesarannya lebih ke arah antero posterior. Perkusi pada pasien gemuk atau sangat berotot akan menyulitkan penetuan batas-batas jantung dengan baik.

4. AUSKULTASI Auskultasi jantung yaitu mendengar bunyi jantung dengan alat stetoskop. Untuk itu, diperlukan suasana yang tenang agar bunyi jantung terdengar baik. Kesalahan terbanyak pada auskultasi adalah ingin mendengar sekaligus/seketika semua bunyibunyi jantung yang semestinya satu demi satu sesuai dengan tempatnya, bunyi jantung mana yang kita perhatikan. Mula-mula gunakanlah sisi membrane dengan tekanan kuat untuk mendengar nada-nada yang lebih tinggi, kemudian sisi bell dengan tekanan ringan untuk mendengar nada-nada yang lebih rendah. a. Bunyi jantung (BJ) b. BJ I. adalah bunyi menutupnya katup mitral dan tricuspidalis c. BJ II. Adalah bunyi menutupnya katup aorta dan pulmonalis d. Tentang Bunyi Jantung III/BJ III (kalau ada). BJ III didengar didaerah M. BJ III terdengar sesudah BJ II dengan jarak cukup jauh. Namun, tidak melewati separuh fase diastolik, nadanya rendah (sehingga lebih jelas dengan sisi bell.

PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN AKSILA PAYUDARA 1. Inspeksi : perhatikan kulit payudara harus licin tanpa ada lesung dan warnanya sama dengan kulit lainnya. Periksa apakah ada edema yang dapat menyertai obstruksi limfe dan menandakan adanya suatu kanker. Inspeksi putting : perhatikan ukuran dan bentuknya. Ingatlah perkembangan payudara yang normal selama masa hidup, dan karakteristik payudara akan berubah bila dalam kehamilan dan penuaan. 2. Palpasi : pilihlah satu metode untuk melakukan palpasi payudara: metode sirkulai, gerakan jari-jari melingkar secara konsentrik mengelilingi seluruh payudara. Metode mengapit, gerakan jari-jari dari putting ke arah luar dilakukan di seluruh bagian payudara. Metode jalur vertikal: gerakan jari-jari ke atas dan ke bawah pada seluruh payudara dalam garis vertikal. Periksa apakah ada nodul atau nyeri tekan yang tidak wajar. Palpasi areola dan putting, putting harus terasa kasar, elastis, dan bundar serta menonjol keluar dari payudara, dan periksa apakah ada sekret pada putting,

AKSILA

Inspeksi : kulit aksila untuk melihat apakah ada kemerahan, infeksi atau pigmentasi yang tidak wajar, Palpasi : tempatkan jari jari tepat di belakan otot pektoralis, mengarah ke midklavicula. Sapu jari-jari ke bawah menekaan tulang iga dan otot seratus anterior untuk melakukan palpasi midaksila, atau bagian tengah , kelenjar getah bening. Rasakan apakah ada nyeri tekan, besar, dan keras. Palpasi aksila untuk memeriksa ada tidaknya kelenjar getah bening abnormal.

SISTEM PENCERNAAN

INPEKSI

• Atur posisi yang tepat, yaitu berbaring telentang dengan tangan di kedua sisi dan sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan di bawah lutut untuk menyokong dan melemaskan otot-otot abdomen. • Buka abdomen mulai dari prosesus xifoideus sampai simpisis pubis. • Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan perut, (adanya) retraksi, benjolan, (adanya) ketidak simetrisan, jaringan perut, striae, dll. • Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan (adanya) inflamasi atau pengeluaran umbilikus. • Amati gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi.

AUSKULTASI

•Letakkan sisi diafragma stetoskop di atas kuadran kanan bawah pada area sekum, Berikan tekanan yang sangat ringan. •Minta klien agar tidak berbicara. Mungkin diperlukan 5 menit secara terus menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan menentukkan tidak adanya bising usus. Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya. •Jika bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengarkan setiap kuadrat abdomen. •Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada hiperaktif atau hipoaktif.

Perkusi Mulailah perkusi dari kuadarn kiri bawah kemudian bergerak searah gerak jarum jam (dari sudut pandang klien). Perhatikan reaksi klien dan catat jika terdapat keluhan. Ada 2 bunyi yang normal terdengar saat perkusi yaitu timppani dan pekak

Palpasi Palpasi perut meliputi sentuhan ringan dan dalam yang membantu: menentukan ukuran, bentuk, posisi, dan nyeri tekan dari organ utama perut, serta mendeteksi massa dan kumpulan cairan.

PEMERIKSAAN FISIK PADA ALAT KELAMIN 1. Pemeriksaan genitalia pada pria Inspeksi

:



Rambut pubis, perhatikan penyebaran dan pola pertumbuhan rambut pubis. Catat bila rambut pubis tumbuh sedikit atau tidak sama sekali.



kulit, ukuran, dan adanya kelainan lain yang tampak pada penis.



Pada pria yang tidak dikhitan, pegang penis dan buka kulup penis, amati lubang uretra dan kepala penis untuk mengetahui adanya ulkus, jaringan parut, benjolan, peradangan, dan rabas ( bila pasien malu,penis dapat dibuka oleh pasien sendiri ). Lubang uretra normalnya terletak di tengah kepala penis. Pada beberapa kelainan lubang uretra ada yang terletak di bawah batang penis ( hipospadia ) dan ada yang terletak di atas batang penis (epispadia)



skotrum dan perhatikan bila ada tanda kemerahan, bengkak, ulkus, eksoriasi, atau nodular. Angkat skrotrum dan amati area di belakang skrotrum. Palpasi :



untuk mengetahui adanya nyeri tekan, benjolan , dan kemungkinan adanya cairan kental yang keluar.



stroktum dan testis dengan menggunakan jempol dan tiga jari pertama. Palpasi tiap testis dan perhatikan ukuran, konstitensi, bentuk, dan kelicinannya.

normalnya teraba elastis, licin, tidak ada benjolan atau massa, dan berukuran sekitar 2-4 cm. •

Palpasi epidemis yang memanjang dari puncak testis ke belakang.

Normalnya epididimis teraba lunak. •

saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk. Saluran sperma biasanya ditemukan pada puncak bagian lateral skrotum dan teraba lebih keras daripada epidedimis.

2. Pemeriksaan genetalia pada wanita Inspeksi dan palpasi : Pertumbuhan rambut membentuk segitiga diatas perineum dan sepanjang permukaan medial paha. Kulit perineal sedikit lebih gelap, halus dan bersih. Membrane tampak merah muda dan lembab. Labia mayora kering / lembab, dan simetris. Labia minora lebih tipis dan salah satunya berukuran lebih besar. Klitoris: lebar <1cm dan panjang 2 cm tidak ada inflamasi, dan nyeri. Pisahkan labia dengan satu tangan dan lakukan palpasi dengan tangan yang lain (labia harus terasa lunak dan pasien tidak boleh merasakan nyeri, perhatikan apakah ada pembengkakan, daerah keras atau nyeri tekan, jika menemukan massa atau lesi, lakukan palpasi untuk menentukan ukuran, bentuk, dan konsistensi) 3. Inspeksi dan palpasi Rektum : Kulit perianal utuh, tidak ada benjolan, ruam/inflamasi, Warna lebih gelap dari jaringan sekitar, Spngter anus memiliki tonus otot yang baik, Dinding fectum licin dan tidak nyeri, Kelenjar prostate(pria): tidak nyeri, Serviks (wanita): tidak nyeri, dan licin

PEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS DAN EKTREMITAS BAWAH

Ekstremitas Atas

Ekstremitas Bawah

Inpeksi : Range or Motion (ROM), apakah bergerak bebas tanpa nyeri/spasme otot/ sendi bengkak/ kontraktur, apakah bergerak terbatas bisa karena nyeri, spasme otot, kekuatan otot terhadap kontraksi otot, rentang gerak penuh dengan melawan gaya gravitasi, kekuatan otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tanaga dorongan, serta tidak ada kontraksi otot Test refleks patella dan plantar gerakan respon singkat(tidak berlebihan/sangat lambat). Refleks berupa ekstensi dari tungkai bawah (refleks patella). Refleks berupa penekukan ibu jari kaki ke bawah (refleks plantar), perhatikan gerakan hypoaktif( minim activity) atau hiperaktif ( sangat cepat)

•Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot •Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan. Motorik: untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan. Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps. Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,temperature,rasa ,gerak dan tekanan.

TERIMA KASIH

Related Documents

Ppt Head To Toe.pptx
April 2020 0
Head To Head
May 2020 25
Head To Toe Lansia.docx
December 2019 21
Head
April 2020 35

More Documents from "Maintenance Circle"

Ppt Head To Toe.pptx
April 2020 0