Ppt Gizi Pesisir Stunting.pptx

  • Uploaded by: nadia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt Gizi Pesisir Stunting.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,422
  • Pages: 23
FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING ATAU GAGAL TUMBUH DI WILAYAH PESISIR



Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4.

SYIFA SHIDQI PUTRI

25010116120088

NADIA DELA AYUNDA 25010116120089 MUSLIMAHTUN BAADIAH 25010116120110 KASIH YULIANI 25010116120117 5. NAUFAL AFIF 25010116140133

2

Latar Belakang  Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia (SDM). Jika kualitas SDM meningkat, maka produktivitas kerja akan meningkat.  Masalah gizi yang banyak terjadi di Indonesia (sebagai negara berkembang) saat ini, yaitu gizi kurang, pendek dan kurus pada balita atau anak  Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance). 3

Lanjutan... o

Periode seribu hari kehamilan, yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkan, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan masa ini akan bersifat permanen menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi terlihat pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan

o

Stunting (tubuh yang pendek) menggambarkan keadaan gizi kurang yang sudah berjalan lama.

o

Stunting sudah dimulai sejak sebelum kelahiran disebabkan karena gizi ibu selama kehamilan buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan juga yang buruk, dan intensitas frekuensi menderita penyakit yang sering

o

Menurut WHO, prevalensi balita pendek yang mencapai 20% atau lebih merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat 4

Lanjutan...

o Keadaan letak geografis di daerah pesisir memiliki perbedaan dalam sumber daya, perairan, suhu, iklim, cuaca, kesuburan tanah dan keadaan lingkungan o Ketersediaan pangan yang berbeda berpengaruh terhadap konsumsi pangan sehingga asupan zat gizi akan tidak maksimal dan dapat berpengaruh terhadap status gizi dari balita yang bertempat tinggal di wilayah tersebut

5

TUJUAN TELAAH ARTIKEL Secara umum tujuan makalah ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang menyebabkan stunting pada anak balita, besarnya risiko infeksi terhadap kejadian stunting pada anak, serta menganalisis besarnya pengaruh jumlah asupan protein dan seng anak balita terhadap kejadian stunting di daerah pesisir.

6

Jurnal 1 Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12 Bulan Di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal.

Jurnal 1  Judul Artikel : Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12 Bulan Di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. 

Penulis : Friska Meilyasari dan Muflihah Isnawati

 Metode : Penelitian ini dilaksanakan di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada bulan November-Desember 2013. Jenis penelitian observasional dalam bidang gizi masyarakat dengan rancangan penelitian case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 12 bulan yang berada di Desa Purwokerto. 8

Hasil Telaah ༝

Stunting atau pendek dapat diartikan sebagai salah satu indikator status gizi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Prevalensi stunting pada balita di Kabupaten Kendal mencapai 42% dengan kejadian tertinggi di Kecamatan Patebon (38,7%). Stunting dapat meningkatkan risiko terjadinya kesakitan, kematian, gangguan perkembangan motorik dan penurunan produktivitas di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kejadian stunting balita usia 12 bulan di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal.



Hasil analisis bivariat menunjukkan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita usia 12 bulan di Desa Purwokerto adalah panjang badan lahir rendah (OR=16,43; p=0,002), prematuritas (OR=11,5; p=0,023) dan usia makan pertama (OR=4,24; p=0,040). Berat badan lahir rendah (OR=3,28; p=0,609), lama pemberian ASI eksklusif (OR=2,06; p=0,303), dan skor MP-ASI (OR=1,41; p=0,77) bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada penelitian ini. 9

Kesimpulan ༝

Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 12 bulan di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon Kabupaten

Kendal

adalah

panjang badan lahir rendah, usia kehamilan dan usia makan pertama.

10

Jurnal 2 Pengaruh Konsumsi Protein Dan Seng Serta Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida

Jurnal 2 

Judul Artikel : Pengaruh Konsumsi Protein dan Seng Serta Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III. Arc. Com. Health. Vol. 3 No. 1 :36-46



Penulis : Ida Ayu Kade Chandra Dewi, Kadek Tresna Adhi



Metode : Penelitian menggunakan desain studi case-control dengan jenis observasional analitik. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Nusa Penida III dari bulan Januari sampai Mei 2014. Kriteria inklusi kasus adalah anak balita umur 24-59 bulan yang tinggal di wilayah penelitian dengan kriteria TB/U <-2SD dari standar WHO 2005.

12

Hasil Telaah ༝

Puskesmas Nusa Penida III merupakan puskesmas yang berada di Kabupaten Klungkung, dari hasil pelaksanaan operasi timbang pada tahun 2013 Puskesmas Nusa Penida III memiliki prevalensi dan kasus stunting tertinggi di Kabupaten Klungkung yaitu sebesar 5,47% dengan 56 kasus anak balita pendek (Dinkes Kabupaten Klungkung, 2013).



Pada penelitian ini anak balita yang mengalami stunting palingbanyak berada pada kelompok umur 24-47bulan, hasil ini sama seperti penelitian Suiraoka, Kusumajaya & Larasati (2011) bahwa anak dengan umur 24-35 serta 36-47bulan lebih banyak mengalami stuntingdibandingkan anak dengan umur 48-59bulan.



Dalam penelitian ini juga menyebutkan bahwa dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kejadian stunting, didapatkan bahwa variabel konsumsi seng dan riwayat penyakit infeksi sebagai faktor dominan yang mempengaruhi stunting di wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III. Anak balita yang kekurangan konsumsi seng memiliki risiko 9,94 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting dibandingkan anak balita yang konsumsi sengnya mencukupi serta anak balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi memiliki risiko 5,41 kali lebih tinggi untuk terkena stunting dibandingkan anak balita yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi.

13

Kesimpulan ༝

Ada pengaruh yang bermakna pada konsumsi protein, konsumsi seng dan riwayat penyakit infeksi terhadap kejadian stunting. Faktor dominan yang mempengaruhi kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Nusa Penida III adalah konsumsi seng dan riwayat penyakit infeksi anak.

14

Hasil dan Pembahasan

15

STUNTING

FAKTOR PENYEBAB STUNTING

PANJANG BADAN LAHIR

KONSUMSI ASUPAN ZAT GIZI

USIA KEHAMILA N

KONSUMSI ENERGI

RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI

16

Hasil dan Pembahasan ༝

Anak balita merupakan kelompok yang berisiko menderita kekurangan gizi salah satunya adalah stunting.



Kejadian stunting ini terjadi karena berbagai faktor antara lain seperti berat badan lahir, panjang badan lahir, usia kehamilan, konsumsi asupan zat gizi, konsumsi energi dan riwayat penyakit infeksi 17

Lanjutan... ༝

Panjang badan lahir menjadi faktor risiko stunting balita usia 12 bulan. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa anak dengan panjang badan lahir kurang dari 48 cm memiliki risiko untuk mengalami stunting pada usia 6 – 12 bulan sebesar 2,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lahir dengan panjang badan lahir normal



Berat badan lahir bukan merupakan faktor risiko stunting. Sebagian subjek memiliki berat badan lahir yang normal



Lama pemberian ASI ekslusif bukan merupakan faktor risiko stunting balita usia 12 bulan

18

Lanjutan... ༝

Jenis kelamin balita tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian stunting karena tidak adanya perbedaan dalam kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh balita



Kelompok yang mengalami stunting ini memiliki tingkat konsumsi energi yang kurang. Kurangnya konsumsi energi ini dapat disebabkan oleh keadaan wilayah geografis seperti yang terjadi pada wilayah Nusa Penida yang merupakan wilayah terisolasi sehingga sulit dijangkau dan memiliki tanah yang tandus kering menyebabkan masyarakat sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya

19

Lanjutan... ༝

Tingkat asupan gizi makro seperti protein dan seng juga memiliki peran dalam kejadian stunting. Karena lebih banyaknya asupan protein dan lebih beragamnya makanan yang dikonsumsi perharinya pada kelompok anak balita normal dalam penelitian ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak memiliki laju pertumbuhan yang baik sesuai dengan umurnya.



Selain asupan zat gizi, riwayat penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab dari kejadian stunting. Dari penelitian Picauly & Toy (2013) yang menunjukkan bahwa anak yang memiliki riwayat penyakit infeksi akan diikuti dengan peningkatan kejadian stunting sebesar 2,332 kali

20



KESIMPULAN Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang biasanya ditandai dengan tinggi badan yang kurang dari standar normal. Anak balita yang mengalami stunting paling banyak berada pada kelompok umur 24-47 bulan. Kejadian stunting ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain, panjang badan lahir, usia kehamilan, konsumsi asupan zat gizi, konsumsi energi dan seng serta riwayat penyakit infeksi. Keadaan wilayah geografis yang merupakan wilayah terisolasi sehingga sulit dijangkau dan memiliki tanah yang tandus kering menyebabkan masyarakat sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sementara itu, kurangnya asupan seng dianggap berpengaruh terhadap kejadian stunting karena dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi pada balita.

21

REKOMENDASI Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengatasi stunting pada balita di daerah pesisir yaitu : Memberikan KIE pada pasangan usia subur di daerah pesisir mengenai kejadian stunting dan faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya stunting pada anak Memaksimalkan posyandu untuk memantau balita yang memiliki gejala stunting sehingga harapannya dapat dilakukan suatu intervensi oleh Puskesmas setempat. Menambah atau memberbaiki akses jalan pada daerah pesisir sehingga dapat dengan mudah dilalui untuk pendistribusian bahan pangan secara merata oleh pemerintah daerah setempat.

Thanks for your attention !

23

Related Documents

Ppt Gizi Seimbang.pptx
April 2020 35
Monev Gizi Tw 4.ppt
June 2020 23
Makalah Pesisir
July 2020 14
Kerusakan Pesisir Jawa Walhi
December 2019 31
Sd Pesisir Non Hayati
June 2020 8

More Documents from ""