ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN IKTERUS NEONATERUM
Yanda Octa H P1337420617053 2A3 Reguler
Definisi
Keadaan klinis pada bayi yang ditandai pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin yang berlebih dalam 24 jam.
Etiologi
Peningkatan hormon Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
Gangguan fungsi hati Gangguan ekskresi
Klasifikasi
Ikterus Fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai pada suatu nilai
Manifestasi Klinis
Pucat
Dehidrasi
Pembesaran hati dan limpa
Peradangan umbilikus Feses dempul disertai urin warna coklat
Komplikasi
Asites atau penimbunan cairan dirongga perut
Hipertensi pulmonal
Gangguan pembekuan darah
Kernikterus
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Bilirubin Serum
3. Radioisotope scan
2. Ultrasound
Penatalaksaan 1. Terapi Sinar (fototerapi) 2.Terapi Obat-obatan 3.Menyusui dengan ASI 4.Terapi Sinar Matahari
1. Terapi Sinar Pada bayi premature dilakukan fototerapi apabila:
•BB bayi <1000 kg •kadar bilirubin 7-9mg/dL(1000-1500g) •kadar bilirubin 10-12mg/dL (1500-2000g) •kadar bilirubin 13-15 mg/dL (2000-2500g)
Pada bayi matur (sesuai usia kehamilan) dilakukan fototerapi apabila : •bayi kuning <24 jam setelah lahir •bayi usia 24-48 jam kadar bilirubinnya 15-18mg/dL •bayi usia 48-72 jam kadar bilirubinnya 18-20mg/dL • bayi usia >72 jam kadar bilirubinnya >20mg/dL
Standart Operasional Prosedur : a. Menyiapkan lingkungan b. Hangatkan ruangan inkubator dengan menyalakan lampu dengan suhu 28-30 derajat celcius c. Pasang sprei putih pada inkubator dan letakkan tirai putih disekitarnya untuk memantulkan kembali sinar ke bayi d. Meletakkan bayi dibawah sinar fototerapi dengan cahaya dan berikan pada jarak 35-50 cm diatas bayi e. Melepaskan pakaian yang dikenakan bayi kecuali popok f. Mengenakan penutup mata bagi bayi g. Mengubah posisi bayi dalam 3 jam sekali h. Memeriksa kadar bilirubin setiap 12 atau 24 jam i. Memantau suhu bayi j. Mengobservasi intake dan output bayi k. Melakukan evaluasi tindakan l. Mendokumentasikan semua tindakan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar a. Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam b. Daerah kemaluan ditutup c. Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm di atas tubuh bayi d. Lakukan pemantauan tanda dehidrasi e. Lamanya terapi sinar dicatat
Asuhan Keperawatan
Pengkajian 1. Identitas 2. Keluhan utama 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang b. Riwayat kesehatan dahulu c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Pemeriksaan Fisik 1. Kepala-leher : ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
4. Ekstremitas: kelemahan pada tonus otot. 7.Urogenital : Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat tetapi pada bayi yang sudah fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.
2.Dada : pergerakan dada yang abnormal.
5. Kulit: turgor kulit jelek dan elastisitasnya menurun. Saat dilakukan fototerapi kulit bayi berubah menjadi ruam kemerahan
3.Perut : membucit, kadang mencret disebabkan oleh gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.
6. Pemeriksaan neurologis : kejangkejang dan penurunan kesadaran
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, Risiko volume efek kekurangan fototerapi dan diare. cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, efek fototerapi dan diare. 2. Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi.
3. Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses fototerapi. 4. Risiko gangguan kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia.
Intervensi Keperawatan 1. Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, efek fototerapi dan diare Intervensi a. Monitor berat badan b. Timbang popok c. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat d. Monitor vital sign e. Monitor pernafasan, tekanan darah, nadi, dan urine
2.Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi Intervensi a.Monitor suhu minimal tiap 2 jam. b.Monitor nadi dan RR. c.Monitor warna dan suhu kulit. d.Sesuaikan suhu yang sesuai dengan kebutuhan pasien. e.Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi.
3. Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses fototerapi Intervensi a.Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien. b.Menghindari lingkungan yang berbahaya. c.Kolaborasi pemberian obat untuk meningkatkan transportasi dan konjugasi seperti pemberian albumin atau pemberian plasma. d.Mengontrol lingkungan dari kebisingan.
4.Risiko gangguan kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia Intervensi a.Monitor berat badan. b.Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. c.Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat) d.Hindari kerutan pada tempat tidur. e.Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering. f.Mobilisasi (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali. g.Monitor akan adanya kemerahan.
DAFTAR PUSTAKA Herdman. 2015.Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi Edisi 10.Jakarta. ECG
Hidayat, A,A . 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta. Salemba Medika Widagdo.2012.Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Ikterus.Jakarta.CV Sagung Seto Surasmi,Asrining.2005.Perawatan Bayi Risiko Tinggi.Jakarta.ECG
Ketut,Ni Mendri.2009.Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dan Bayi Resiko Tinggi.Yogyakarta.