KONSEP DASAR
A. Pengertian Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik yang bersifat total maupun sebagian yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2012). Tibia merupakan salah satu dari dua tulang yang menyusun batang kaki (Dwisang, 2014). Sedangkan menurut Muttaqin (2012), fraktur tibia adalah terputusnya hubungan tulang tibia yang disebabkan oleh cedera dari trauma langsung yang mengenai kaki. ROI (Removele of Inplate) adalah suatu tindakan operasi pembedahan untuk pelepasan internal fiksasi yang berbentuk plate dan skrew yang diberikan untuk memfiksasi tulang panjang yang mengalami fraktur (Prasetyo, 2011) Aff (Abrasive Flow Finishing) implant Radiusmerupakan istilah yang digunakan pada tindakan pembedahan orthopedi untuk melepaskan implan (pen) yang berada pada tulang Radius.Implant adalah perangkat medis yang diproduksi untuk menggantikan tulang atau sendi untuk mendukung tulang yang rusak. Di bidang Orthopedi, pada umumnya implan dipasang dengan tujuan membantu proses penyembuhan tulang atau penyambungan tulang. Sehingga bila tujuan sudah tercapai, dianjurkan untuk mengeluarkan implan tersebut dari dalam tubuh (Ebnezar, 2005). Keuntungan melepas implan pada tulang adalah membuat daya elastis tulang yang terpasang pen kembali seperti semula, 5 tulang lebih kuat dan mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap pen. Pada kondisi post pembedahan, biasanya pasien mengeluhkan nyeri. Nyeri setelah pembedahan adalah hal yang normal.Nyeri yang dirasakan pasien meningkat seiring dengan berkurangnya pengaruh anastesi.Area insisi mungkin menjadi satusatunya sumber nyeri (Perry, dkk 2006). Menurut Muttaqin 2008, pergerakan atau mobilitas akan terbatas akibat adanya nyeri. Penurunan kekuatan otot
juga dapat terjadi sebagai akibat dari adanya nyeri yang dirasakan pasien, selain itu juga karena adanya pengaruh ansietas dan pengaruh dari anastesi.
B. Etiologi Fraktur disebabkan oleh beberapa hal, menurut Helmi (2012) adalah: a. Fraktur Traumatik Disebabkan oleh adanya trauma langsung maupun tidak secara tibatiba baik ringan maupun berat yang mengenai tulang. b. Fraktur stres Fraktur yang terjadi akibat tulang mengalami tekanan yang terlalu sering. 2 c. Fraktur patologis Fraktur yang disebabkan oleh kondisi sebelumnya, seperti kondisi proses patologik penyakit yang mengakibatkan rentang fraktur C. Patofisiologi Fraktur disebabkan oleh beberapa hal di antaranya karena adanya traumatik pada tulang. Tulang yang telah melemah oleh kondisi sebelumnya terjadi pada fraktur patologis.(Helmi, 2012) Patah tulang tertutup atau terbuka akan mengenai serabut syaraf yang akan menimbulkan rasa nyeri. Selain itu fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2010), tulang tidak mampu digerakkan sehingga mobilitas fisik terganggu. Intervensi medis dengan penatalaksanaan pembedahan menimbulkan luka insisi yang menjadi pintu masuknya organisme patogen serta akan menimbulkan masalah resiko tinggi infeksi pascabedah, nyeri akibat trauma jaringan lunak.(Muttaqin, 2012). Intervensi pembedahan pada fraktur tertutup adalah ORIF (Open Reduction Internal Fixation) merupakan tindakan bedah yang dilakukan guna untuk mempertemukan dan memfiksasi kedua ujung fragmen tulang yang patah serta untuk mengoptimalkan penyembuhan dan hasil (Journal of Orthopaedic Surgery, 2011), dengan cara pemasangan plate
dan skrew.Setelah tulang menyambung (satu-dua tahun) maka plate dan skrew akan dilepas, dirumah sakit pelepasan tersebut sering disebut dengan operasi ROI apabila tidak dilakukan maka dapat mengganggu pertumbuhan tulang serta reaksi penolakan dari tubuh seperti infeksi. D. Tanda Dan Gejala 1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat. 3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm 4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
E. Pemeriksaan Penunjang 1. Radiologi : a. X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. b. Sebagai
penunjang,
pemeriksaan
yang
penting
adalah
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka
diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. c. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks. d. MRI:
menggambarkan
semua
kerusakan
akibat
fraktur.(Ignatavicius, Donna D, 1995) 2. Laboratorium : a. Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah b. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang. c. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. d. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang . 3. Pemeriksaan lain-lain a. Pemeriksaan
mikroorganisme
kultur
dan
test
sensitivitas:
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi. b. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi. c. Elektromyografi:
terdapat
kerusakan
konduksi
saraf
yang
diakibatkan fraktur. d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan. e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
F. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan
konservatif.
Merupakan
penatalaksanaan
non
pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi. a. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah. b. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacammacam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur
yang perlu dipertahankan posisinya
dalam proses
penyembuhan. c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini. d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi. 2. Penatalaksanaan pembedahan. a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari. b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah
G. Komplikasi
Komplikasi terbagi dua pada saat kecelakaan atau luka dan setelah penatalaksanaan atau operasi. Pada saat kecelakaan komplikasi yang terjadi syok dan tekanan pada saraf, ligament, tendon, otot, pembuluh darah atau jaringan sekitarnya. Komplikasi post operatif berhubungan dengan penatalaksanaan fraktur rahang termasuk maloklusi, osteomyelitis, sequester tulang, penundaan union, non union, deformitas wajah, fistula oronasal dan berbagai macam abnormalitas bentuk gigi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1.
Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba) (Mansjoer A, 2000). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26).
2. Nursing Care Plan
NO 1
DX
TUJUAN
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Nyeri akut
Tujuan :
DAN
INTERVENSI (NIC) a. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 –
a. Terjadinya
10)
penurunan
atau
b. Berikan
istirahat
hilangnya
rasa
dengan
posisi
nyeri,
dengan
kriteria
klien
semifowler c. Anjurkan
klien
melaporkan
untuk
terjadinya
makanan yang dapat
penurunan
atau
menghindari
meningkatkan kerja
hilangnya ras nyeri.
asam lambung d. Anjurkan
klien
untuk
tetap
Kriteria hasil :
mengatur
a. Mampu mengontrol
waktu
makannya
nyeri. b. Melaporkan bahwa
e. Observasi TTV tiap 24 jam
nyeri berkurang. c. Mampu mengenali
f. Diskusikan ajarkan
skala nyeri.
dan teknik
relaksasi Kolaborasi
dengan
pemberian obat analgesik 2
Harga Diri Rendah
NOC a) Body
Definisi
:
NIC Image, Self
disiturbed
Enhancement
Perkembangan
b) Coping, ineffective
persepsi
negative
c) Personal
tentang harga diri
disturbed
sebagai
respons
d) Health
terhadap
situasi
risk
saat ini (sebutkan)
e) Self
Esteem
identity,
a) Tunjukan
percaya diri terhadap kemampuan
behavior,
rasa
untuk
pasien mengatasi
situasi esteem
situasional, low
b) Dorong
pasien
mengidentifikasi kekuatan dirinya
Kriteria Hasil :
c) Ajarkan keterampilan
a) Adaptasi terhadap
perilaku yang positif
ketunadayaan fisik
melalui
:
peran, model peran,
respon
klien
adaptif terhadap
tantangan
bermain
diskusi d) Dukung peningkatan
fungsional penting
tanggung jawab diri,
akibat
jika diperlukan
ketunadayaan fisik
e) Buat statement positif
b) Resolusi berduka : penyesuaian
terhadap pasien f) Monitor
frekuensi
dengan kehilangan
komunikasi
aktual
atau
pasien yang negative
kehilangan
yang
g) Dukung pasien untuk
akan terjadi
menerima
c) Penyesuaian
verbal
tantangan
baru
psikososial
:
h) Kaji
alasan-alasan
perubahan hidup :
untuk mengkritik atau
respon psikososial
menyalahkan
adaptiv
sendiri
individu
terhadap
i) Kolaborasi
perubahan bermakna
dalam
pribadi
tentang harga diri e) Mengungkapkan penerimaan diri
terbuka
lain
(petugas dinas social, perawat
d) Menunjukkan
f) Komunikasi
dengan
sumber-sumber
hidup
Penilaian
diri
spesialis
klinis, dan layanan keagamaan) j) Counseling k) Menggunakan proses pertolongan interakftif
yang
berfokus
pada
g) Mengatakan
kebutuhan,
masalah,
optimisme tentang
atau perasaan pasien
masa depan
dan
h) Menggunakan strategi
orang
untuk
koping
efektif
terdekat
meningkatkan
atau
mendukung
koping
pemecahan
masalah 3
Gangguan
Citra
Tubuh
NOC
NIC
a.
Body image
Body
b.
Self esteem
enhancement
Definisi : Konfusi Kriteria Hasil : dalam
gambaran
mental
tentang
diri-fisik individu
a.
b.
·
Kaji secara verbal dan
Body
image non verbal respon klien
positif
terhadap tubuhnya
Mampu
·
mengidentifikasi kekuatan
c.
image
Monitor
frekuensi
mengkritik dirinya
·
Jelaskan
tentang
personal
pengobatan,
Mendiskripsikan
kemajuan dan prognosis
secara
perawatan,
faktual penyakit
perubahan fungsi · Dorong
d.
klien
tubuh
mengungkapkan
Mempertahankan
perasaannya
interaksi sosial·
Identifikasi pengurangan
arti melalui
pemakaian alat bantu ·
Fasilitasi kontak dengan individu
lain
dalam
kelompok kecil 4
Gangguan integritas kulit
NOC
NIC
a. Tissue Integrity : Pressure Management
Skin and Mucous Definisi
:
Membranes
Perubahan
/
b. Hemodyalis
gangguan epidermis atau dermis
kulit
kebersihan agar
tetap
bersih dan kering
akses dan
a. Jaga
b. Monitor kulit akan
/
adanya kemerahan Kriteria Hasil :
c. Oleskan lotion atau
a. Integritas yang
baik
kulit
minyak/baby
bisa
pada daerah yang
dipertahankan
tertekan
(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
d. Monitor
pada kulit
nutrisi pasien
dengan sabun dan air hangat
jaringan
baik
b. Insision site care a. Membersihkan,
d. Menunjukkan
memantau
pemahaman dalam
meningkatkan
proses
proses
perbaikan
kulit
dan
mencegah terjadinya
cedera
penyembuhan pada
dengan jahitan, klip atau straples
e. Mampu
b. Monitor
melindungi
kulit
dan
kesembuhan
proses area
insisi
mempertahankan kelembaban
alami
dan
luka yang ditutup
berulang
dan
status
e. Memandikan pasien
b. Tidak ada luka/lesi
c. Perfusi
oil
kulit
perawatan
c. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi d. Bersihkan
area
sekitar jahitan atau
staples, menggunakan
lidi
kapas steril e. Gunakan antiseptic,
preparat sesuai
program f. Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MedAction
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Oetomo Koernia Swa. 2009. Trauma Maxillofascial. Dalam: Bedah Gawat Darurat. Surabaya: RSUD Haji. Hal: 69.
Sjamsuhidajat R, Jong W. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi III. Jakarta : EGC
Suardi, NPEP & AA GN Asmara Jaya. 2012. Fraktur pada Tulang Maksila. Bagian Ilmu Bedah RSUP Sanglah : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana