PNEUMOKONIASIS Oleh : Luqmanul Hakim Perceptor : dr. Diah Ambarwati, Sp. Rad., M. Sc.
• Pneumokoniosis adalah kelainan paru dimana terhisapnya partikel bahan-bahan, debu, atau iritasi gas, timbul kelainan paru.
EPIDIMIOLOGI
KLASIFIKASI • Pneumoconiosis jinak, partikel-partikel yang terhisap tidak menyebabkan fibrosis paru sehingga keluhannya pun tidak ada atau sangat ringan. • Pada pneumoconiosis ganas terjadu pembentukan fibrosis paru. • Yang termasuk pneumoconiosis ganas antara lain: silikosis, asbestosis, talkosis, berylliosis. • pneumoconiosis jinak adalah: antrokosis, siderosis, baritosis, stannosis, kadang-kadang dapat terdiri atas beberapa jenis partikel misalnya: anthrakosilikosis, siderosilikosis.
KLASIFIKASI
PATOGENESIS • Sifat Debu dan Hubungannya dengan Penyakit Paru Respons jaringan tubuh seseorang terhadap debu yang terinhalasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat fisik, kimia dan faktor pejamu. Efek debu terhadap paru dipengaruhi oleh tingkat pajanan debu.
PATOGENESIS • Mekanisme Deposisi Partikel di Saluran Napas Tingkat deposisi partikel seperti debu di saluran napas dan paru dipengaruhi oleh konsentrasi debu, ukuran debu, waktu pajanan, rerata pernapasan dan volume tidal
• Impaksi Mekanisme impaksi adalah kecenderungan partikel tidak dapat berubah arah pada percabangan saluran napas. Akibat hal tersebut banyak partikel tertahan di mukosa hidung, faring ataupun percabangan saluran napas besar. Sebagian besar partikel berukuran lebih besar dari 5 mm tertahan di nasofaring.
• Sedimentasi Sedimentasi adalah deposisi partikel secara bertahap sesuai dengan berat partikel terutama berlaku untuk partikel berukuran sedang (1-5 mm). Umumnya partikel tertahan di saluran napas kecil seperti bronkiolus terminal dan bronkiolus respiratorius. Debu ukuran 3-5 mikron akan menempel pada mukosa bronkioli sedangkan ukuran 1-3 mikron (debu respirabel) akan langsung ke permukaan alveoli paru.
• Difusi Difusi adalah gerakan acak partikel akibat kecepatan aliran udara. Terjadi hanya pada partikel dengan ukuran kecil. Debu dengan ukuran 0,1 mm sampai 0,5 mm keluar masuk alveoli, membentur alveoli sehingga akan tertimbun di dinding alveoli (gerak Brown).
• Mekanisme Pertahanan Paru terhadap Partikel Terinhalasi 1. Garis pertahanan pertama adalah filtrasi mekanik udara inspirasi di saluran napas atas dan bawah. 2. Garis pertahanan ke-2 yaitu cairan yang melapisi saluran napas dan alveoli serta mekanisme bersihan silia (bersihan mukosiliar). 3. Garis pertahanan ke-3 adalah pertahanan spesifik paru yang terbagi atas 2 sistem utama yaitu imunitas humoral (produksi antibodi) dan imunitas seluler (limfosit T).
DIAGNOSIS Ada tiga kriteria mayor yang dapat membantu untuk diagnosis dari pneumoconiosis 1. Pajanan yang signifikan dengan debu mineral yang dicurigai dapat menyebabkan pneumokoniasis dan disertai periode laten yang mendukung 2. Gambaran spesifik penyakit terutama pada kelainan radiologi dapat membantu menentukan jenis pneumokoniasis
3. Tidak dapat dibuktikan ada penyakit lain yang menyerupai pneumokoniasis
SILIKOSIS • Partikel SiO2 menyebabkan gambaran fibrotik yang tipis sekitar bronkovaskular. • Bila proses berlangsung lebih lanjut, maka gambaran akan menjadi bentuk noduler tersebar pada kedua lapangan paru. • Kelenjar hilus dapat membesar dengan kalsifikasi tipis yang dikenal dengan gambaran kulit telur (egg shell appreance).
• Pada arthrokosilikosis bayang-bayangan nodular fibrosis dapat bersatu menjadi bayangan yang massif.
SILICOSIS • Chest radiograph shows multiple small nodules and masses in both lungs, predominantly in the upper and middle zones, and eggshell calcifications (arrows) in the lung hilum and the mediastinum
Axial thin-section CT scan (1.0-mm-thick section) obtained at the level of the aortic arch shows large symmetric bilateral opacities with irregular margins (arrows) indicative of progressive massive fibrosis, as well as numerous small nodules and septal thickening (arrowheads).
SILIKOSIS DENGAN MASIF FIBROSIS
ASBESTOSIS • Pada asbestosis biasa terjadi pada pasien yang mendapatkan paparan debu asbes yang telah berlangsung lama (10-15 tahun) • Pemeriksaan radiologi sering menunjukan penebalan pleura disertai fibrosis paru, biasanya terjadi di lapangan paru bawah, terutama paru kiri sekitar parakardial yang menutupi batas jantung kiri. • Kadang-kadang dapat ditemukan pembesaran kelenjar hilus. • Karsinoma bronkogen sering dijumpai pada pasienpasien dengan asbestosis.
ASBESTOSIS
ASBESTOSIS
SIDEROSIS • Endapan debu besi yang terhisap diparu berupa bayangan noduler dengan densitas yang lebih tinggi daripada fibrotic dan menmpunyai batas yang tegas. • Tidak pernah terjadi pembesaran kelenjar hilus dan umumnya tidak ada keluhan.
• Computed tomography (CT) scan bukan merupakan bagian dari klasifikasi pneumokoniosis secara radiologi. • Pemeriksaan CT mungkin sangat bermanfaat secara individual untuk memperkirakan beratnya fibrosis interstisial yang terjadi, menilai luasnya emfisema dan perubahan pleura atau menilai ada tidaknya nekrosis atau abses yang bersamaam dengan opasiti yang ada.
• High resolution CT (HRCT) lebih sensitif dibanding radiologi konvensional untuk evaluasi abnormalitas parenkim pada asbestosis, silikosis dan pneumokoniosis lainnya.
TATALAKSANA • Pneumokoniosis tidak akan mengalami regresi, menghilang ataupun berkurang progresivitasnya hanya dengan menjauhi pajanan. • Tata laksana medis umumnya terbatas hanya pengobatan simptomatik. • Tidak ada pengobatan yang efektif yang dapat menginduksi regresi kelainan ataupun menghentikan progesivitas pneumokoniosis.
• Pencegahan merupakan tindakan yang paling penting.
KESIMPULAN • Pneumokoniosis adalah kelainan paru dimana terhisapnya partikel bahan-bahan, debu, atau iritasi gas, timbul kelainan paru. • Pneumoconiosis dibagi menjadi fibrosis (ganas) dan non fibrosis (jinak) • Terdapat beberapa jenis pneumoconiosis berdasarkan penyebabnya. • Pneumokoniois yang sering dijumpai meliputi asbestosis, silicosis, dan pneumoconiosis batu bara. • Diagnosis pada pneumoconiosis dapat ditegakan bila dilakukan anamnesis, pemeriksaan penunjang serta penyingkiran penyakit lain yang mirip dengan penyakit ini. • Tatalaksana pada pneumoconiosis hanya dapat dilakukan secara simptomatik.
DAFTAR PUSTAKA • Buchari, 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. USU Repository. (Online), (http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf) • Muzio, Pneumokoniosis, diakses pada tanggal 18 Juni 2016, (http://radiopaedia.org/articles/pneumoconiosis) • Kang, Owen. Asbestosis, diakses pada tanggal 18 Juni 2016, (http://radiopaedia.org/articles/asbestosis) • Kang, Owen. Coal Workers Pneumonia, diakses pada tanggal 18 Juni 2016, (http://radiopaedia.org/articles/coal-workers-pneumoconiosis-2) • Tatco, Vincent. Silicosis, diakses pada tanggal 18 Juni 2016. (http://radiopaedia.org/articles/silicosis) • Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI • Sutanto, A.D., 2011. Pneumokoniosis, Jurnal Indonesia Med Assoc, Volume 61, Nomor : 12, Desember 2011. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah sakit Persahabatan Jakarta