Pneumococcal Conjugate Vaccine Kelompok 5.docx

  • Uploaded by: giovani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pneumococcal Conjugate Vaccine Kelompok 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,925
  • Pages: 12
PNEUMOCOCCAL CONJUGATE VACCINE (PCV)

OLEH :

Kelompok Anggota

:5 : 1. Giovani R. Hadi

1608010005

2. Augenina M. Radja

1608010019

3. Maria C. Mau Meta

1608010038

Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana 2018/2019

I.

Penyakit Pneumokokkus (Pneumococcal Disease) Penyakit Pneumokokkus adalah nama yang diberikan pada kelompok penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang disebut Streptococcus pneumoniae yang dapat menyebar dari seseorang ke orang lainnya melalui kontak yang dekat. Infeksi ini dapat menyebabkan infeksi telinga, dan juga dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius dari: 

Paru-paru (Pneumonia)



Darah (Bakterimia)



Otak dan Medulla Spinalis (Meningitis)

Pneumonia Pneumokokkus merupakan infeksi pneumokokkus yang paling sering terjadi pada orang dewasa. Meningitis Pneumokokkus dapat menyebabkan ketulian dan kerusakan otak, dan dapat menyebabkan kematian pada sekitar 1 dari 10 orang anak yang terinfeksi. Setiap indvidu dapat terinfeksi penyakit Pneumokokkus, tetapi anak-anak berusia kurang dari 2 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas, orang-orang dengan kondisi medis tertentu serta perokok memiliki faktor risiko paling tinggi. Pneumokokkus diklasifikasikan ke dalam beberapa serotypes, berdasarkan pada komposisi dari lapisan luar kapsulnya. Terdapat sekitar 93 serotypes yang telah diketahui yang prevalensinya bervariasi tergantung pada regio geografi serta usia. Berbagai serotypes yang berbeda ini memiliki beragam potensi untuk menyebabkan penyakit, dengan secara relatif beberapa serotypes berkaitan

dengan penyakit yang serius pada anak-anak. Beberapa serotypes juga lebih sering berhubungan dengan terjadinya resistensi antibiotik. Pneumokokkus dapat tersebar melalui sekresi sistem respirasi dari orang yang mengidap pneumokokkus dalam hidung atau tenggorokannya. Diagnosis infeksi Pneumokokkus sulit dilakukan berdasarkan gejala yang timbul bahkan spesimen yang dikumpulkan untuk diperiksa sering tidak menghasilkan bakteri; terkhusunya pada penyakit Pneumonia Pneumokokkus karena spesimen dari paru-paru yang sulit untuk dikumpulkan dan hanya dalam konsentrasi kecil infeksi Pneumonia Pneumokokkus ditemukan di darah. Meskipun demikian, infeksi Pneumokokkus umumnya didiagnosis melalui tes darah. Sebelum ditemukannya vaksin terhadap penyakit Pneumokokkus, penelitian di Amerika Serikat (United States) menunjukkan: lebih dari 700 kasus meningitis, sekitar 13.000 infeksi darah, dan sekitar 5 juta infeksi telinga serta 200 kematian pada anak-anak setiap tahunnya terjadi karena penyakit Pneumokokkus.

Sejak

vaksin

tersedia,

penyakit

berat

akibat

infeksi

Pneumokokkus pada anak-anak menurun sebanyak 88%. Sekitar 18.000 orang dewasa meninggal akibat infeksi Pneumokokkus setiap tahunnya di Amerika Serikat. Karena beberapa strain kuman ini telah menjadi kebal terhadap pemberian antibiotik maka pencegahan melalui vaksinasi menjadi suatu hal yang lebih penting.

II.

Jenis Vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) Pneumococcal Conjugate Vaccine (atau yang disingkat PCV) melindungi tubuh dari infeksi bakteri Pneumokokkus. PCV mengandung gula (polisakarida) dari kapsul bakteri Streptokokkus pneumoniae yang dikonjugasikan ke sebuah protein karier. Terdapat dua jenis vaksin PCV yang tersedia sejak tahun 2009, yaitu 13-valent (PCV13) dan 10-valent (PCV10). Vaksin PCV yang paling pertama yaitu 7-valent (PCV7) sudah tidak lagi digunakan. Saat ini terdapat pula PPSV23 atau Pneumovax23 yang merupakan jenis vaksin pneumococcus terbaru. Pneumococcal Cojugate Vaccine 13 (PCV13) memberikan perlindungan pada tubuh terhadap 13 jenis bakteri Pneumokokkus. PCV13 secara rutin diberikan pada anak-anak saat berusia 2, 4, 6, dan 12-15 bulan. Vaksin ini juga direkomendasikan untuk anak-anak dan orang dewasa usia 2 hingga 64 tahun dengan kondisi medis tertentu, dan untuk semua orang tua berusia 65 tahun ke atas. Cara pemberian PCV13 dengan melalui injeksi intramuscular (IM) dalam dosis tunggal (fully liquid vial) dan jumlah dosis yang butuh diberikan pada bayi yaitu sebanyak 3 dosis dengan interval minimal dan maksimal diantara dosis pemberian yaitu 4-8 minggu. Setiap orang yang pernah memiliki reaksi alergi/anafilaksis pada vaksin ini, pada vaksin terdahulu yang disebut PCV7, atau setiap vaksin yang mengandung toxoid difteria (contohnya, DTaP) tidak boleh mendapat vaksin PCV13. Setiap orang yang mempunyai alergi yang berat terhadap setiap komponen dari vaksin PCV13 tidak boleh mendapat vaksin ini.

Setiap pengobatan, termasuk vaksin akan memiliki kemungkinan terjadinya reaksi alergi. Biasanya reaksi ini bersifat moderat (sedang) dan menghilang dengan sendirinya, akan tetapi reaksi yang serius dapat juga terjadi. Masalahmasalah yang dilaporkan timbul karena pemberian vaksin PCV13 bervariasi tergantung usia dan dosis yang diberikan. Masalah yang umumnya dilaporkan terjadi pada anak-anak adalah: 

Sekitar sebagian anak yang mendapat vaksin PCV13 mengalami kantuk setelah divaksinasi, mengalami kehilangan nafsu makan sementara waktu, atau timbul kemerahan dan nyeri pada daerah vaksin diinjeksikan.



Timbul bengkak pada daerah injeksi pada sekitar 1 dari 3 anak.



Sekitar 1 dari 3 anak mengalami demam subfebris, dan sekitar 1 dari 20 anak mengalami demam dengan suhu di atas 102.20F.



Hingga sekitar 8 dari 10 anak menjadi rewel dan gampang marah.

Orang dewasa yang diinjeksikan vaksin ini dilaporkan merasakan nyeri, timbul bengkak kemerahan pada daerah injeksi, juga terjadi demam subfebris, fatique (kelemahan), nyeri kepala, menggigil, dan nyeri otot. Anak-anak yang diberikan vaksin PCV13 bersama dengan vaksin FLU inaktif pada saat yang bersamaan mungkin dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang yang disebabkan karena demam.

III.

Cara Kerja Vaksin PCV Untuk dapat memahami cara kerja vaksin maka perlu dipahami terlebih dahulu mengenai cara kerja sistem imun tubuh manusia. Pada saat seseorang terinfeksi baik oleh infeksi virus atau bakteri, maka sistem imun tubuh akan mengeluarkan sel-sel imun dan antibodi untuk melawan infeksi kuman-kuman tersebut. Sel-sel imun tersebut antara lain: makrofag, sel limfosit B dan sel limfosit T. 

Makrofag adalah sel darah putih yang menelan dan mencerna kuman kemudian bagian dari kuman tersebut akan diperkenalkan sebagai antigen yang akan merangsang sistem imun lainnya untuk menyerang infeksi kuman tersebut.



Sel limfosit B berfungsi menghasilkan antibodi yang dapat memusnahkan antigen dengan bantuan makrofag.



Sel limfosit T merupakan tipe sel darah putih yang bersifat menyerang sel tubuh yang terinfeksi.

Setelah sistem imun tubuh berhasil mengalahkan infeksi kuman, tubuh akan menyimpan memori mengenai infeksi kuman tersebut sehingga bila suatu ketika tubuh terinfeksi kuman serupa sistem imun tubuh akan bekerja lebih cepat dalam melawan dan memusnahkan infeksi kuman tersebut. Vaksin PCV membantu tubuh dengan membuat kekebalan yang serupa dengan infeksi primer. Vaksin PCV mengandung kapsul bakteri Streptococcus

pneumoniae yang dapat menjadi sebuah antigen bagi sistem imun tubuh sehingga dapat merangsang sistem imun untuk memproduksi limfosit T dan antibodi yang akan melawan antigen tersebut. Walaupun demikian, infeksi yang disebabkan oleh pemberian vaksin ini tidak akan sampai menimbulkan penyakit. Kadangkadang setelah mendapatkan vaksinasi, dapat muncul gejala seperti demam ringan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena tubuh dianggap sedang membuat kekebalan. Setelah infeksi buatan dengan pemberian vaksin ini berakhir, maka sel-sel limfosit baik B maupun T akan menyimpan ingatan (memori) cara untuk melawan infeksi penyakit tersebut di kemudian hari. Akan tetapi, pembentukan imunitas dari vaksin ini memerlukan waktu sehingga tetap ada kemungkinan seorang yang telah divaksinasi terinfeksi oleh kuman Pneumococcus bukan karena vaksinnya tidak bekerja, hanya saja imun (kekebalan) yang terbentuk belum begitu sempurna.

IV.

Indikasi (Sasaran) dan Kontra Indikasi Vaksin PCV CDC merekomendasikan pemberian rutin PCV kepada populasi yang memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terkena infeksi penyakit Pneumokokkus yaitu semua anak-anak berusia kurang dari 2 tahun dan semua orang tua berusia 65 tahun ke atas, orang-orang dengan kondisi medis tertentu serta perokok. Vaksin Pneumokokkus sebaiknya tidak diberikan kepada siapapun juga yang memiliki reaksi alergi berat terhadap dosis atau komponen dari vaksin yang diberikan, termasuk toxoid difteri. Bayi yang mengalami sakit moderat atau berat

(temperatur ≥ 390C) sebaiknya tidak divaksinasi hingga keadaannya membaik. Anak yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas bukan merupakan kontraindikasi, justru anak tersebut seharusnya diberikan vaksin PCV.

V.

Cara Pemberian Vaksin PCV Vaksin PCV untuk bayi diberikan secara injeksi intramuskular (IM) dengan dosis 0,5 ml. Vaksin PCV dapat diberikan bersamaan dengan pemberian vaksin dasar lainnya. Vaksin tidak dapat dicampur dengan vaksin lainnya dalam alat suntik yang sama. Jika vaksin PCV diberikan dengan vaksin yang lain pada kunjungan imunisasi yang sama maka daerah vaksin diinjeksikan harus berbeda (misalnya, jika pentavalen diberikan pada paha kiri, maka PCV seharusnya diberikan pada paha kanan).

VI.

Manajemen Penyimpanan Vaksin PCV Vaksin PCV sebaiknya disimpan pada suhu 2-80C, dan jangan dimasukkan pada freezer. Cairan vaksin akan kehilangan potensi untuk memberikan efek proteksi melawan penyakit, jika disimpan dalam freezer. Test kocok/shake test dapat dilakukan untuk mengecek apakah vaksin telah mengalami pembekuan atau tidak.

VII.

Efek Samping Vaksin PCV Vaksin PCV yang diberikan relatif aman dan ditoleransi dengan baik, reaksi berbahaya yang kemungkinan timbul jarang terjadi. Efek samping moderat (sedang) seperti rasa nyeri pada daerah injeksi, demam yang bersifat sementara dengan suhu ≥ 390C dilaporkan terjadi kurang dari 5% kasus. Walaupun vaksin PCV sangat aman, namun peran orang tua dalam memantau efek samping vaksinisasi harus tetap diingatkan. Reaksi lokal telah dilaporkan terjadi pada 10%-20% anak-anak yang mendapatkan vaksin PCV. Dari presentasi tersebut, hanya sekitar 3% yang mengalami efek samping yang dianggap berat (misalnya, adanya rasa nyeri yang mengganggu pergerakan kaki atau lengan). Beberapa anak juga mengalami demam yang bersifat sementara. Reaksi yang lebih berat dari efek samping yang telah disebutkan sangat jarang terjadi.

VIII.

Penanganan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) Vaksin PCV Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) vaksin PCV merupakan reaksi-reaksi lokal yang timbul di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan tertentu yang merupakan efek samping yang timbul setelah pemberian vaksin PCV. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, reaksi yang timbul setelah penyuntikkan vaksin PCV umumnya bersifat ringan hingga moderat dan biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.

Di tempat suntikkan kadang-kadang akan timbul kemerahan, pembengkakkan, gatal, atau nyeri. Kompres menggunakan air hangat dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Jika timbul demam maka dapat diberikan tablet atau sirup parasetamol atau ibuprofen dengan dosis yang sesuai dengan usia anak. Jika terjadi reaksi yang serius setelah suntikkan vaksin PCV maka sebaiknya anak segera di bawa ke fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) sesegara mungkin dan apabila terjadi reaksi anafilaksis maka anak harus segera diberikan injeksi adrenalin.

IX.

Jadwal Pemberian Vaksin PCV Untuk pemberian PCV pada bayi, WHO merekomendasikan 3 dosis primer (3p+0) atau, sebagai alternatif, dapat diberikan 2 dosis primer ditambah sebuah booster (2p+1). Dalam memilih diantara jadwal 3p+0 dan 2p+1, negara-negara harus mempertimbangkan faktor-faktor lokal yang terkait termasuk distribusi usia dari penyakit Pneumokokkus, cakupan vaksin yang memadai, dan ketepatan waktu dosis vaksin. Jika jadwal 3p+0 yang digunakan, vaksinasi dapat mulai diberikan sedini mungkin saat bayi berusia 6 minggu, dengan dosis interval antara 4-8 minggu, contohnya pada minggu ke 6, 10, dan 14 atau pada bulan 2, 4, dan 6, bersama dengan pemberian pentavalen (DPT-HepB-Hib) dan vaksin rotavirus. Jika jadwal 2p+1 yang dipilih, 2 dosis primer idealnya dipenuhi dalam usia 6 bulan, dimulai sedini mungkin saat usia 6 minggu dengan interval minimal 8 minggu atau lebih, tetapi sebaiknya vaksinasi mulai diberikan pada anak sedini

mungkin. Satu dosis booster sebaiknya diberikan pada usia antara 9-15 bulan. Pada jadwal ini, pemberian dosis booster mungkin dapat diberikan bersamaan dengan vaksin campak dan suplementasi vitamin A. Anak-anak yang sebelumnya tidak divaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap

(termasuk

didiagnosis

anak-anak

menderita

yang

penyakit

melalui

pemeriksaan

Pneumokokkus)

sebaiknya

laboratorium divaksinasi

menggunakan regimen sesuai usia yang direkomendasikan. Jadwal vaksinasi yang terputus-putus harus dimulai kembali tanpa mengulangi dosis sebelumnya. Untuk anak-anak usia 12-24 bulan dan belum mendapatkan vaksinisasi serta anak-anak usia 2-5 tahun yang memiliki risiko yang tinggi untuk terinfeksi Pneumokokkus, dua dosis catch-up dengan interval sekurang-kurangnya 8 minggu mungkin dapat diberikan. Umur Dosis Pertama

Imunisasi Dasar

Dosis Ulangan

2-6 bulan

3 dosis, interval 6-8 minggu

1 dosis pada umur 12-15

7-11 bulan

2 dosis, interval 6-8 minggu

bulan

12-23 bulan

2 dosis, interval 6-8 minggu

≥ 24 bulan

1 dosis (Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia/IDAI)



Dosis ulangan diberikan minimal 6-8 minggu setelah dosis terakhir dari imunisasi dasar.



Pada umur < 12 bulan, vaksin dapat diberikan dengan interval minimum antara 2 dosis adalah 4 minggu.

Daftar Pustaka Jadwal Imunisasi Kemenkes dan IDAI oleh dr. Mei Neni Sitaresmi, PhD, SpA(K), divisi Tumbuh Kembang Anak-Pedsos, FK UGM-RS DR. Sardjito, Yogyakarta. World Health Organization (WHO). 2013. Introduction of Pneumococcal Vaccine PCV13, A Handbook for District and Health Facility Staff. Switzerland. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2015. Vaccine Information Statement PCV13. United State.

Related Documents


More Documents from "Noemi Lardizabal-Dado"