Pleno Skenario 5: Blok 7 (lokomosi)

  • Uploaded by: Zacky Abdoel Azam
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pleno Skenario 5: Blok 7 (lokomosi) as PDF for free.

More details

  • Words: 1,777
  • Pages: 40
PLENO SKENARIO 5 BLOK 7 (LOKOMOSI)

Oleh : KELOMPOK 3 NEURON ‘15 FK UNRAM 2016

Nama Kelompok • Baiq Saka Muara Ardian • Baiq Widaning Dwi Anjani • Dhanu Pribadi Putra • Giant Wira Saka • Nova Ulyana Oktaviani • Shofi Suryalathifani • Yusika Saftari Handini • Zakiyuddin Abd. Azam

(H1A015010) (H1A015011) (H1A015016) (H1A015028) (H1A015052) (H1A015059) (H1A015068) (H1A015069)

Outline • Skenario • Mind Map • LO dan Pembahasan • Kesimpulan

Skenario

Mind Map

Penyeba b

Siklus Berjalan

Kelainan

Berjala n

Jaras yang berperan

Struktur yang berperan

LO 1. 2. 3. 4. 5.

Siklus berjalan Struktur yang berperan dalam proses berjalan Jaras yang berperan dalam proses berjalan Peran ganglia basal dalam motorik Kelainan yang terjadi jika lesi pada cerebelum, cortex cerebri, & ganglia basal 6. Penyebab kelainan berjalan 7. Jenis-jenis gait abnormal 8. Analisis skenario

1. Siklus berjalan Satu siklus berjalan dimulai ketika tumit mengenai lantai hingga tumit yang sama mengenai lantai kembali. Tiap langkah memiliki 2 fase : • Fase menapak (stance phase) Ketika kaki kontak dengan lantai • Fase mengayun (swing phase) Ketika kaki tidak kontak dengan lantai

Con’t Terdapat titik tertentu dalam satu siklus berjalan : •0% : heel strike (tumit menyentuh lantai) • 15 % : foot flat (kaki bagian depan menyentuh lantai) • 30 % : heel off (tumit terangkat dari lantai) • 45 % : knee band (lutut dan panggul menekuk) • 60% : toe off (jari-jari terangkat dari lantai) • 100% : heel strike kembali pada tumit kaki yang sama Dalam satu siklus berjalan total, terdapat 60% fase menapak (stance phase) dan 40% fase mengayun (swing phase)

Con’t

Stance Phase

Terdapat 5 bagian : 1. Initial contact (heel strike) 2. Loading response (foot flat) 3. Midstance 4. Terminal stance 5. Toe off (pre-swing)

Con’t

Swing Phase

Terdapat 3 bagian :

1. Initial swing 2. Midswing 3. Terminal swing

2. Struktur yg berperan dalam proses berjalan a. b. c. d. e. f.

Korteks motorik Jaras Desendens Cerebellum Ganglia basalis Medula spinalis Tulang, otot, sendi

Con’t 1. Korteks motorik Korteks motorik primer (area Brodmann 4) terletak pada gyrus presentalis lobus frontalis, terbentang dari fisura lateralis hingga batas dorsal hemisfer dan sebagian permukaan media lobus frontalis rostal dari lobulus parasentralis. Korteks motorik primer berhubungan dengan penampilan gerakan. Disebelah rostal area motorik primer tedapat kortesk premotor (area Brodmann 6). Pada permukaan lateral hemisper yang berhubungan dengan pemuliaan (inisiasi) gerakan.

Con’t 2. Jaras desendens

• Traktus corticospinalis Traktus kortikospinalis menimbulkan pengaruh fasilitasi dan inhibisi pada interneuron spinal dan motor neuron. Aktivasi traktus kortikospinalis umumnya menimbulkan potensial eksitatorik postsinaptik pada interneuron dan motorneuron dari otot-otot fleksor dan potensial inhibitorik postsinaptok pada otot-otot ekstensor.

Con’t 2. Jaras desendens

• Traktus kortikobulbar Fungsi traktus ini memfasilitasi fleksor dan inhibisi ekstensor motor neuron α, β dan τ, terutama yang mensarafi bagian distal lengan. • Traktus rubrospinalis Jaras ini umumnya memfasilitasi aktifitas motor neuron yang berproyeksi pada otot-otot ekstensor dan meninginhibisi aktivitas motor neuron yang berproyeksi pada otot-otot fleksor.

Con’t 3. Cerebellum Fungsi serebelum adalah sebagai pusat koordinasi untuk mempertahankan keseimbangan dan Tonus otot. Serebelum diperlukan untuk mempertahankan postur dan keseimbangan untuk berjalan dan berlari. 4. Ganglia basalis Kontrol aktivitas motorik dilakukan melalui berbagai sirkuit yang melibatkan basal ganglia, korteks serebri dan serebelum kemudian diteruskan melalui jaras motorik desendens yang selanjutnya mempengaruhi aktivitas lower motorneuron. Gerakan yang dipengaruhi oleh basal ganglia adalah yang berhubungan dengan postur, gerakan otomatis (ayunan tangan waktu berjalan), dan gerakan terampil. Basal ganglia diduga mempunyai peran dalam perencanaan gerakan dan sinergi gerakan.

Con’t 5. Medulla spinalis

Serabut-serabut dari traktus piramidalis dan berbagai jaras ekstrapiramidalis, dan serabut aferen yang memasuki medula spinalis melalui radiks posterior, berakhir pada badan sel atau dendrit dari α motor neuron besar dan kecil dan τ motor neuron secara langsung atau melalui interneuron dalam medula spinalis. 6. Tulang, Otot, Sendi Tulang, otot dan sendi tentunya berfungsi sebagai alat gerak tubuh yang nantinya akan diinervasi oleh sistem saraf untuk melakukan suatu proses yang menyebabkan terjadinya gerakan berjalan.

3. Jaras yg berperan dalam proses berjalan Traktus Motorik

Traktus piramidal

Kortikospinalis

Kortikobulbar

Traktus Ekstrapiramida l Traktus vestibulospinal

Kortikospinalis anterior

Traktus retikulospinal

Kortikospinalis lateral

Traktus rubrospinal

Traktus tectospinal

Traktus motorik secara fungsional dapat dibagi menjadi dua kelompok besar: • Traktus Piramidal - traktus ini berasal dari korteks serebri, membawa serabut motor ke medulla spinalis dan medulla oblongata. Bersifat monosinaps. • Traktus Ekstrapiramidal - traktus ini berasal dari medulla oblongata, yang membawa serabut motor ke medulla spinalis. Bersifat polisinaps.

Traktus kortikospinalis • Traktus kortikospinalis berawal dari korteks serebri, yaitu: • Korteks motor primer • Korteks premotor • Area supplementer motorik

• Setelah keluar dari korteks serebri, turun menuju capsula interna yang terletak antara talamus dan ganglia basalis. Kemudian menuju pons dan medulla. • Pada medulla oblongata, jaras kortikospinalis bercabang menjadi 2: • Kontralateral : Kortikospinalis lateral • Ipsilateral : Kortikospinalis anterior

Traktus Kortikobulbar • Dari 1/3 bawah girus presentralis menuju ke kapsula interna kemudian ke pars ventralis pedunculi cerebri • Akson kortikobulbar menginervasi nukleus motor kranial secara billateral. • Mereka secara langsung menginnevasi nukleus nervi kranial cranial V, VII, XI and XIIdan secara tidak langsung mengginnervasi nukleus nervi kranial III, IV and VI dengan interneuron.

Traktus Rubrospinal • Saluran rubrospinal berasal dari nukleus rubra di mesensefalon. kemudian turun kontralateral ke medulla spinalis.

Traktus Vestibulospinal • Ada dua jalur: • Traktus vestibulospinal lateral • Traktus vestibulospinal medial

• Jaras ini mengontrol postur tubuh dengan menginervasi otot-otot tubuh.

Traktus Reticulospinal • 2 saluran recticulospinal memiliki fungsi yang berbeda-beda: • Saluran reticulospinal medial keluar dari pons. Bersifat eksitatorik(nukleus reticularis pontine). • Saluran reticulospinal lateralis keluar dari medula. Bersifat inhibitorik (nukleus reticularis medullar).

Traktus Tectospinal • Jalur ini dimulai di colliculus superior mesensefalon. Colliculus superior merupakan struktur yang menerima masukan dari serabut optik. Kemudian jaras ini kontralateral turun ke medulla spinalis dan berakhir pada C1-C4.

4. Peran Ganglia Basalis dalam Motorik Hubungan Ganglia Basalis - Korteks Cerebri

Hubungan Sirkuit Ganglia Basalis – Corticospinal Cerebellar  Peran ganglia basalis:

Mengendalikan aktivitas dengan gerakan kompleks

 Sirkuit utama ganglia basalis:

• Sirkuit Putamen: Pola aktivitas motorik • Sirkuit Kaudatus: Pengendalian kognitif

Sirkuit Putamen • Peran: melaksanakan pola gerakan yg telah dipelajari • Jika rusak? • Globus pallidus: gerak menggeliat spontan pd tangan, leher atau wajah  atetosis • subthalamus: gerakan menghempas tiba2 seluruh anggota tubuh  hemibalismus • Putamen: gerakan tersentak pd tangan, wajah, dll  korea • Substansia nigra: rigiditas, akinesia, tremor  parkinson

Sirkuit Kaudatus • Peran: Pengendalian kognitif terhadap pola gerakan motorik berurutan. Misal: ketika melihat singa. • Area motorik assesorius: penyusunan pola urutan pergerakan

Motorik assesorius

5. Kelainan yg terjadi jika lesi pada cerebelum, cortex cerebri, & ganglia basal

Lesi pada Cerebellum 1. 2.

3. 4. 5.

Sindrom vermis : Kesulitan mempertahankan kepala dan badan dalam posisi stabil dan tegak, tidak mengenai bagian ekstremitas. Sindrom Hemispherium cerebelli - Tumor pada salah satu hemispherium cerebelli - Gerakan ekstremitas terganggu, terutama lengan. - Lambat memulai gerakan seluruh segmen ekstremitas secara bersamaan dan terkoordinasi. Hipotonia : hilangnya fungsi cerebellum terhadap refleks regang sederhana. - otot kehilangan kontur kenyalnya -penurunan resistensi pada gerakan pasif di sendi-sendi Disdiadokokinesia -Ketidakmampuan melakukan gerakan berganti-ganti secara teratur dan cepat. Contoh : meminta pasien melakukan gerakan pronasi dan supinasi secara cepat. Gangguan gerakan volunter (Ataksia) - Otot-otot berkontraksi secara iregular dan lemah. - Terjadi tremor saat melakukan gerakan halus seperti mengancing baju, menulis, dan mencukur. - Ketika pasien disuruh menyentuh hidung dengan jari telunjuk, jari telunjuknya melewati hidungnya (past pointing).

Lesi pada Cortex Cerebri 1.

2.

3.

Korteks motorik - Lesi korteks motorik pada salah satu hemisfer menimbulkan paralisis ekstremitas kontralateral. - Destruksi pada area motorik primer (area 4) dan dan area motorik sekunder (area 6) menyebabkan paralisis total sisi kontralateral. Area bicara motorik Broca - Hilangnya kemampuan berbicara (Afasia ekspresif) tetapi pasien tetap mampu memikirkan dan menuliskan kata-kata yang ingin diucapkan, dan mengerti ketika melihat atau mendengarkan kata-kata tersebut. Area bicara sensorik Wernicke -Hilangnya kemampuan memahami kata-kata lisan dan tulisan disebut (Afasia reseptif). - Pasien dapat berbicara lancar, tetapi ucapannya ngelantur karena tidak mengerti kata-kata yang kita ucapkan.

Lesi pada Ganglia Basal 1. Korea : pasien menunjukkan gerakan-gerakan involunter cepat, menghentak, serta gerakan kepala dan ekstremitas yang tiba-tiba. 2. Hemibalismus : Bentuk gerakan involunter yang mengenai satu sisi tubuh. -Otot-otot ekstremitas bagian proksimal dan anggota badan tiba-tiba bergerak ke segala arah tanpa dapat dikendalikan.

6. Penyebab kelainan berjalan 1. Kelainan non neurologik (tidak berasal dari gangguan saraf), seperti Kelainan struktural (bentuk dan panjang tulang), Kelainan sendi dan jaringan (ex: artritis, kontraktur ), Kehamilan, asites (akumulasi dari cairan seperti cairan serosa) serta tumor abdomen 2. Kelainan neurologik ( neuromuskular ) : gangguan susunan saraf pusat, gangguan saraf tepi dan otot (infrak, tumor, hidrosefalus,

atrofi serebelar, mielopati, gangguan sensorik, neuropati, distrofi muskulorum dll )

6. Gait Abnormal

Gait Ataksik Berkaitan dengan gangguan serebelum. Dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Gait Ataksia Sensoris • Terjadi karena gangguan pada jaras proprioseptif di medula spinalis • Hilangnya orientasi spasial • Berjalan normal saat mata terbuka, tetapi tidak teratur saat mata tertup 2. Gait Ataksia Serebeler • Ganggun mekanisme koordinasi serebelum dan penghubungnya • Terjadi saat mata tertutup atau terbuka • Jalan bergoyang, sempoyongan, ireguler, mengayun ke salah satu sisi • Terdapat goyangan atau devial kearah lesi

Gait Spastik Terjadi karena gangguan pada jaras kortikospinal unilateral dan bilateral: 1. Hemiplegi Spastik (Hemiparese) • Kausa biasanya penyakit serebrovaskular • Hemiparese spastik kontralateral pada sisi lesi • Tandanya seperti di skenario 2. Paraplegi Spastik (Paraparese) • Parese spastik di kedua ekstremitas inferior • Terlihat scissors gait

Gait Lainnya 1. Gait Parkinsonian • Terjadi Karena sindroma ekstrapiramidal, terutama penyakit Parkinson • Berjalan lambat, kaku, diseret, dan pasien berjalan dengan langkah kecil seperti dibuat-buat 2. Waddling Gait • Terjadi kelemahan pada otot-otot panggul (biasanya otot gluteal) 3. Steppage Gait • Biasa terjadi Karena lesi nervus peroneus komunis atau profundal

8. Analisis skenario • Pak agus mengalami kelainan berjalan yang tergolong “Hemiparese

spastik gait” dimana pada skenario digambarkan bahwa pak agus berdiri dengan kaki yang lemah, lengan tertekuk merapat ke badan dan diputar ke dalam. Tungkai kiri tampak sulit ditekuk dengan kaki dan jari kaki yang

plantar fleksi. Ketika berjalan, pak agus menyeret kaki kirinya dalam setengah lingkaran, serta beberapa waktu yang lalu pak agus terkena serangan stroke . Hal tersebut menandakan bahwa terjadi kelainan

berjalan jenis “Hemiparese spastik gait”

Kesimpulan Siklus berjalan terbagi menjadi dua fase, yaitu stance phase

dan swing phase. Prosesnya sendiri melibatkan korteks motorik, jaras desendens, cerebellum, ganglia basal, medula spinalis, tulang, otot, serta sendi. Kerusakan pada salah satu struktur tersebut dapat menyebabkan pola berjalan (gait) yang abnormal,

salah

satunya

ialah

ataksia

disebabkan gangguan koordinasi serebelum.

serebellaris

yg

Sumber Adams and Victor’s Principles of Neurology, 8th ed. Guyton & Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 12. Jakarta: EGC Japardi, I., 2002. Aspek Neurologik Gangguan Berjalan, Universitas Sumatera Utara Dapat Diakses Pada Http://Library.Usu.Ac.Id/Download/Fk/BedahIskandar%20japardi3.Pdf http://neuroscience.uth.tmc.edu/s3/chapter02.html

Stanfordmedicine25.stanford.edu

Terima Kasih

Related Documents


More Documents from "BIntangsinaga"