Pkd Ipa.docx

  • Uploaded by: Listya Xlalu Ztia
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pkd Ipa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,153
  • Pages: 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Beberapa pengertian Penyakit campak : a.

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c ata lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )

b. Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu kesehatan anak 2:624 ) c.

Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.

Etiologi Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus. Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste des petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi bersama lebih awal dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing, ternak, kambing, manusia ). Gambar 2 : virus campak.

Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks protein yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah pleomorfik, dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah ditemukan dan fungsinya terlibat dalam beberapa sifat khas virus yang telah diketahui ( table 2-1 ). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka waktu lama pada temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam berbagai cara, baik dibiakan sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang berasal dari manusia dan monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah berbiak dalam biakan jaringan spesies lain.

Klasifikasi campak Pada klasifikasi campak ini di kelompokan menjadi 3 yaitu : 1.

campak dengan komplikasi berat apabkla di temukan adanya tanda bahaya umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pada daerah mulut yang da;lam dan luas serta adanya tanda umum campakl seperti adanya ruam kemerahan di kulit yan menyeluruh, adanya batuk, pilek atau mata merah.

2. Klasifikasi campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila di temukan tandah mata bernanah serta luka di mulut 3. Klasifikasi campak apabila hanya tanda khas campak yang tidak di sertai tanda klasifikasi di atas. Klasifikasi campak dapat di lakukan tindakan sebagai berikut apabila campak dijumpai dengan 1. komplikasi berat maka tindakanya adalah pemberian fitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin atau kloramfenikol apabila di jumpai kekeruhan pada kornea, pepberian parasetamol apabila di sertai demam tinggi ( 38,5 derajat cercius ), kemudian rujuk segera. 2. campak di sertai komplikasi mata dan mulut di tambahkan dengan pemberian gentian violet. 3. apabila hanya campak saja tidak di temukan penyakit atau komplikasi lain maka tindaklanya hanya di berikan vitamin A.

BAB III PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measlesdalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen(dalam bahasa Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola(nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus yang

sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit) Ada beberapa pengertian tentang campak menurut beberapa ahli, yaitu : a.

Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di tandai dengan 3 stadium yaitu stadium prodromal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang di manifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).

b.

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).

c.

Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3, 2001).

B.

PATOGENESIS / RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT CAMPAK

Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a.

Tahap prepatogenesis

b.

Tahap pathogenesis

c.

Tahap Akhir/ pasca pathogenesis.

Tahap prepatogenesis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka Pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen Penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang pejamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun begitu pejamunya ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap pathogenesis.

Tahap pathogenesis

Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu :  Tahap Inkubasi,  Tahap Dini,  Tahap Lanjut,  Tahap Akhir.  Tahap Inkubasi Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahap Ini individu masih belum merasakan bahwa dirinya sakit. 2. Tahap Dini Mulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah infeksi, yaitu Berupa : Panas badan Nyeri tenggorokan Hidung meler (coryza) Batuk (cough) Bercak koplik Nyeri otot Mata merah (conjunctivitis) Tahap Lanjut Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai Kecil-kecil dan jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu Seperti pulau-pulau. Ruam umumnya muncul pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera menjalar menuju dada, punggung, perut serta terakhir kaki-tangan. Pada saat ruam ini muncul, panas si anak mencapai puncaknya (bisa mencapai 40C), ingus semakin banyak, hidung semakin mampat, tenggorokan semakin sakit dan batuk-batuk kering dan juga disertai mata merah.

4. Tahap akhir/ pasca pathogenesis Berakhirnya perjalanan penyakit campak.

Tahap akhir/ pasca pathogenesis Berakhirnya perjalanan penyakit campak. Dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu :  Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.

 Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.  Carrier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.  Penyakit tetap berlangsung kronik.  Berakhir dengan kematian.

C.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT CAMPAK

1. ETIOLOGI Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini terdapat dalam darah dan secret (cairan)nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir. 1.

Bentuk virus Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di bungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA ), merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

2 . Ketahanan virus Pada temperature kamar virus campak kehilangan 60 % sifat infeksifitasnya selama 35 hari pada 37oC waktu paruh umurnya 2 jam, pada 56oC hanya satu jam. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -70oC selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4- 6oC dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak aktif pada PH asam. Oleh karena selubung luarnya terdiri dari lemak maka ia termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20 % ether selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.

3. Struktur Antigenik

Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukkan neutralizing antibody, complement fixing antibody, dan haemagglutinine inhibition antibody. Imunoglobulin kelas IgM dan IgG muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi sekitar 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terukur, sehingga IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama. Antibodi protektif dapat terbentuk dengan penyuntikan antigen haemagglutinin murni.

2. PATOFISIOLOGI Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.

3.Komplikasi Penyakit Campak Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak diinginkan. adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti : Otitis media akut, Ensefalitis, Bronchopneumonia, dan Enteritis 1.

Bronchopneumonia Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia. Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein.

2.

Otitis Media Akut Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta. 3. Ensefalitis

Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4 – 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 – 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke dalam ota 4. Enteritis Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.

Gejala klinis Meliputi pemeriksaan fisik (physic diagnostic ) yaitu : 1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam ( biasanya tinggi ) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis. 2. Pada umumnya anak tampak lemah 3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas ( akhir stadium kataral ) 4. Pada stadium erupsi timbul ruam ( rash ) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka dan kemudian ke seluruh tubuh. Pemeriksaan laboratorium 1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, Dimana jumlah leukosit cenderung menurun disertai limfositosis relative. 2. Pemeriksaan serologic dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya ras dan puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.

D.

CARA PENULARAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK

1. Cara Penularan Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirupPercikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahirdari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).

Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :  Bayi berumur lebih dari 1 tahun  Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi  Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

2.

Cara Pencegahan Penyakit Campak

a. Pencegahan Primordial Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya factor predisposisi/ resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik.

b. Pencegahan Primer Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut. 1.

Penyuluhan Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.

2.

Imunisasi Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau

polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Dimana imunisasi ini terbagi atas 2 yaitu :

a. Imunisasi aktif Pencegahan

campak

aktif pada bayi

berumur

dilakukan 9

dengan

bulan atau

lebih.

pemberian

Pada tahun 1963

imunisasi telah

dibuat

dua macam vaksin campak, yaitu :  vaksin yang berasal dari virus campak hidup yang dilemahkan 

vaksin

(tipe Edmonstone B),

yang

berasal

dari virus campak yang dimatikan (dalam larutan formalin dicampur dengan garam alu munium.

b. Imunisasi pasif Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan Immune serum globulin (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB intramuskuler, maksimal 15 ml dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera mungkin. Perlindungan yang sempurna diindikasikan untuk bayi, anakanak dengan penyakit kronis, dan para kontak di bangsal rumah sakit serta institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8 dari masa inkubasi, maka jumlah antibodi yang diberikan

harus

ditingkatkan

untuk

mendapatkan

derajat

perlindungan

yang

diharapkan.Kontraindikasi vaksin : reaksi anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin, kehamilan imunodefisiensi (keganasan hematologi atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan jangka panjang, infeksi HIV dengan imunosupresi berat.

3. Isolasi Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit

campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita

campak

untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan

sekitar.

c.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan

sekunder

adalah

upaya

untuk

mencegah

atau

menghambat

timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untukEdukasi dan pengelolaan campak memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.

d. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat

dibutuhkan

untuk

meningkatkan

motivasi

pasien

untuk

mengendalikan

penyakit campak. Dalam penyuluhan ini hal yang dilakukan adalah : 1. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik 2. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan 3.

Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan

keadaan hidup

dengan komplikasi kronik.

E.

PENGOBATAN PENYAKIT CAMPAK Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan.Sehingga pengobatannya bersifat symptomatic, yaitu memperbaiki keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya saja dalam hal ini :  Anak memerlukan istirahat di tempat tidur

 Kompres dengan air hangat bila demam tinggi namun dapat diberikan antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam  Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50-100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. 

Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu

 Narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.  Mukolitik bila perlu.vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat. Pemberian vitamin A 100.000 IU per oral satu kali.  Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi (cukup cairan dan kalori)

Dan bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti :

 Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.  Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid dosis tinggi yaitu : 1. Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari. 2. Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu., perlu dilakukan koreksi elektrolit dan ganguan gas darah.  Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.  Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.

Hasil penelitian penyakit campak di makassar

Tabel 2. Diskripsi Jenis Kelamin, Umur, Kadar Albumin dan Frekuensi Kejadian Infeksi campak di RSUD.HAJI MAKASSAR

Status responden

campak N

Jenis kelamin : laki – laki

Umur

Status gizi

% 13

6

8

3

Tidak campak n % 12 9

5 4

25 17

perempuan : 1-5 tahun

5

2

0

0

5

6-10 tahun

9

4

8

3

17

11-14 tahun : baik

7 5

3 2

13 4

6 1

20 10

15

7

17

8

32

22 20

Lebih

Frekuensi infeksi : <3 x / 3

0

0

5

1 2

bulan

21

100

16

7

≥3x/3 bulan

total

Hasil analisis deskriptif untuk jenis kelamin, umur, kadar albumin dan frekuensi kejadian infeksi dalam 3 bulan terakhir (januari-juni 2008) dikota makassar dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar penderita campak adalah laki-laki (62 %). Sebagian besar penderita campak (81%) mempunyai kadar albumin lebih.

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet. Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan isolasi penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang.

B. KRITIK DAN SARAN

kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A., ( 2008 ), Pengantar Ilmu kesehatan anak untuk pendidikankebidanan, Salemba medika, Jakarta Hidayat, Aziz Alimul A., ( 2008 ), Pengantar Ilmu Keperawatan 1, Salemba medika, Jakarta Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC Rodolfh.Dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volum I.EGC, Jakarta. B.Santosa, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Prima Medika,Jakarta. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.EGC, Jakarta Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Related Documents

Pkd Illa.docx
April 2020 23
Pkd Ipa.docx
July 2020 14
Makalah Pkd
September 2019 40
Proposal Pkd
August 2019 36
Resensi Pkd Septi.docx
December 2019 26

More Documents from "Anastasia Nur Halisa"

Macam.docx
July 2020 7
Bab I.docx
July 2020 6
Pkd Ipa.docx
July 2020 14
Education.docx
July 2020 5
Da_voucher Umum Box 2.xls
November 2019 15