DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.........................................................................................
i
DAAFTAR ISI.................................................................................... ..............
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah....................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN A. Hakekat Kompetensi Guru.......................................................................................................... 2 1. Kompetesi Pedagogis.......................................................... ................ 2 2. Kompetensi Kepribadian....................................................................
5
3. Kompetensi Sosial............................................................................... 7 4. Kompetensi Profesional...................................................................... 7 B. Menjadi Guru Profesional................................................ ........................ 8 1. Ciri-ciri Guru Profesioanal......................................................... ......... 8 2. Prinsip Profesionalitas Guru............................................................... 8 3. Organisasi Profesi............................................................................... 9 C. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................... 10 B. Saran.................................................................................................. 10
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Pengembangan Profesi Keguruan. Dengan judul”Kompetensi Guru ”. Dalam menulis makalah ini penulis banyak mendapatkan kesulitan-kesulitan. Namun atas usaha dan doa kesulitan dapat diatasi. Denagan selesainya makalah ini penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Siti Khadijah selaku dosen
matakuliah dan teman-teman angakatan yang telah memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini ada manfaatnya terutama bagi pengembangan wawasan penulisdan semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah-Nya Amin.
Tangerang, 15 Maret 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah tenaga pendidik yang bertugas untuk mendidik anak-anak bangsa suapaya menjadi insan kamil di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Guru sebagai suatu profesi di Indonesia masih dalam taraf sedang tumbuh yang tingkat kematangannya belum sampai seperti profesi-profesi lainya sehingga guru dikatakan sebagai profesi yang belum sepenuhnya profesional. banyak yang beranggapan bahwa pekerjaan guru tidak perlu diakui sebagai pekerjaaan profesional. Alasan mereka adalah karena bidang pekerjaan guru dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki pendidikan yang cukup dan sedikit pengalaman mengajar. Pendapat tersebut tentu kurang bijak. Mengingat pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang mudah karena pendidik harus memahami karakteristik peerta didik, membaca potensinya, dan mengembangkan secara optimal.. Seorang guru tidak hanya memberikan mata pelajaran saja kepada anak didiknya, namun juga harus bisa membimbing mereka. Guru yang berhasil melaksanakan tugasnya adalah guru profesional. Untuk menjadi guru yang profesional maka guru harus mempunyai berbagai macam kemampuan, diantaranya yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan pedagogik, kemampuan profesional, kemampuan kepribadian, dan kemampuan sosial. Berdasarkan alasan tersebut maka kami akan membahas tentang kopetensi guru profesional dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah 1. Jelaskan macam-macam kopetensi guru? 2. Bagaimana menjadi guru profesional? C. Tujuan Penulisan 1. Mampu mengetahui dan memahami macam-macam kompetensi guru dengan baik 2. Mampu mengetahui dan memahami cara menjadi guru profesional BAB II PEMBAHSAN A. Hakikat Kompetensi Guru Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan penegetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dimana prosesnya melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Menurut Mulyasa (2007), “kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pegembangan pribadi dan profesional.” Kompetensi terkait erat dengan standar. Seseorang disebut kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan, keterampilan, sikapnya, dan hasil kerjanya sesuai standar yang ditetapkan.[1] Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional. Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesioal dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Karena itu, guru harus selalu belajar dengan tekun disela-sela menjalankan tugasnya. Hakikat seorang pengajar adalah belajar. Tujuan pendidikan nasioanl dapat diraih jika para guru telah benar-benar kompeten. 1. Kompetensi Pedagogis Menurut Badan Standar Nasional Yang dimaksud kemampuan pedagogis adalah: Kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi: (a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) Pemahaman tentang peserta didik; (c) Pengembangan kurikulum/silabus; (d) Perancangan pembelajaran; (e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) Evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mngaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Pedagogis atau ilmu mendidik merupakan suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui keadaan atau hakikat suatu objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya harus bertindak.[2] Pemahaman atau landasan kependidikan. Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep terkait dengannya. Diantaranya fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan dan berbagai implikasinya, kemudian peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional dan inovasi pendidikan. Joseph Fischer mengatakan, “pendidikan adalah penanaman pengetahuan, keterampilan, nilai dan perilaku melalui prosedur yang standar.” Pemahaman tentang peserta didik. Menurut Sukmadinata “Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang memengaruhinya.” Pada dasarnya anak-anak memiliki rasa ingin tahu, dan sebagian tugas guru adalah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, dan membuat mereka lebih ingin tahu.[3] Horowitz dalam Educating Teacher for Developmentally Appropriate Practice, menjelaskan tentang kriteria guru yang baik dan efektif berikut ini: Guru yang baik memahami bahwa mengajar bukan sekedar berbicara, dan belajar bukan sekedar mendengarkan. Guru yang efektif mampu menunjukan bukan hanya apa yang ingin mereka ajarkan, namun juga bagaimana siswa dapat memahami dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru. Selanjutnya, mereka tahu apa yang dibutuhkan siswa, maka mereka memilih tugas yang produktif, dan mereka menyusun tugas ini melalui cara yang menimbulkan pemahaman. Akhirnya, mereka memantau keterlibatan siswa di sekolah, belajar produktif, dan tumbuh sebagai anggota masyarakat yang kooperatif dan bijaksana yang akan berpartisipasi di masyarakat. Pengembangan kurikulum/silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Meskipun demikian, guru harus memerhatikan proses pengembangan kurikulum. Menurut miller dan Seller mencakup tiga hal: a.
Menyusun tujuan umum (TU) dan tujuan khusus (TK)
b. Mengidentifikasi materi yang tepat c.
Memilih strategi belajar mengajar[4] Guru harus memahami hakikat kurikulum. Guru sebagai pengembang kurikulum juga diharapkan tidak melupakan aspek moral dalam proses pembelajarannya. John D. Mc Neil menegaskan, “Manusia telah sadar betul bahwa tanpa dasar moral, pendekatan pemerintah,
teknologi, dan materi tidak akan cukup. Karena itu, pengembang kurikulum harus peduli moral.” Perancangan pembelajaran. Guru menyiapkan metode dan media pembelajaran setiap akan mengajar. Dampak positif dari perancangan pembelajaran yaitu siswa akan selalu mendapat pengetahuan baru, siswa akan merasa senang dan giat belajar, dimana belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari guru, karena pada umumnya mereka belum memahami pentingnya belajar. Maka, guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, dengan pembelajaran yang menyenangkan, menantang dan tidak monoton dari sisi kemasan maupun isi materinya. Mengajar adalah proses dari dua arah, yaitu dimana siswa dapat mengklarifikasi hal-hal yang belum dipahaminya dari apa saja yang sedang disampaikan guru dalam kelas. Siswa berkomunikasi secara langsung dengan guru dan guru memeriksa tugas siswa, merupakan dua contoh umpan balik bagi guru. Tanpa umpan balik ini guru tidak mengetahui bagaimana pembelajaran berlangsung. Evaluasi hasil belajar. kesuksesan seorang guru sebaga pendidik professional tergantung pada pemahamnannya terhadap penlaian pendidikandan kemampuannya bekerja efektf dalam penilaian. Guru harus kreatif dalam menggunakan penilaian dalam pengajaran. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya. Pollar mengatakan “belajar merupakan proses dimana pengetahuan, konsep, keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan, dan dikembangkan. Anak-anak mengetahui perasaan mereka melalui rekannya dan belajar. Maka, belajar merupakan proses kogntif, sosial, dan perilaku.” Guru harus bisa menjadi motivator bagi para muridnya, sehingga potensi mereka berkembang maksimal.[5] 2. Kompetensi Keprbadian Kompetensi personal berkaitan langsung dengan rhomaterial personaliti. Artinya, bahwa suatu personaliti profesi yang memiliki ketehanan diri dalam menghadapi goncangan profesi. Dalam ranah ini kompetensi kepribadian melingkupi kemampuan kepribadian seseorang profesional yang mantap, berakhlak mulia, berwibawa, dan teladan bagi lingkungan kerja dan masyarakat.[6] Dalam Badan Standar Nasional, kompetensi kepribadian yaitu “kemampuan kepribadian yang: (a) berakhlak mulia; (b) mantap, stabil, dan dewasa; (c) arif dan bijaksana; (d) menjadi teladan; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan diri; dan (g) religious.”
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yaitu: a.
Beriman dan bertaqwa
b. Berakhlak mulia c.
Arif dan bijaksana
d. Demokratis e. f.
Mantap Berwibawa
g. Stabil h. Dewasa i.
Jujur
j.
Sportif
k. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat l.
Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri
m. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan[7] Menurut An-Ncahlawi, seorang pendidik muslim harus memiliki sifat-sifat berikut ini: a.
Pengabdi Allah
b. Ikhlas c.
Sabar
d. Jujur Seorang guru harus tentram hatinya agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Peserta didik selalu belajar dari figure guru dan orang-orang yang dianggapnya baik. Anak-anak membutuhkan contoh nyata tentang apa itu yang baik melalui sikap dan perilaku orang dewasa hal ini lebih mudah dan efektif bagi anak-anak dibanding sekedar ucapan dan atau tulisan.[8] 3. Kompetens Sosial Menurut Sukmadinata (2006), “diantara kemampuan sosal dan personal yang paling mendasar yang harus dikuasai guru adalah idealism, yaitu cita-cita luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita ini dapat diwujudkan dengan tiga hal: a.
Kesungguhannya mengajar dan mendidik para murid
b. Pembelajaran masyarakat melalui interaksi atau komunikas langsung c.
Guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya melalui tulisan
4. Kompetensi Profesional
Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada murid tidak hanya mengetahui materi yang akan diajarkannya tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) kompetens profesional adalah: Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara professional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Kesuksesan seorang guru tidak hanya dipengaruhi kecerdasan intelektual, tetapi juga dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan spiritual. Bahkan pengaruh keduanya lebih besar dbanding kecerdasan intelektual. Hamerness menjelaskan tentang kemampuan guru yang ahli, bahwa “guru yang ahli mampu melakukan beragam aktifitas tanpa harus berhent dan berfkir bagaimana melakukan hal itu.[9]
B . Menjadi Guru Profesional 1. Ciri-ciri guru profesional a.
Kemampuan intelektual melalui pendidikan
b. Mengetahui pengetahuan spesialisasi c.
Menjadi anggota organisasi profesi
d. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien e.
Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan
f.
Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri
g. Mementingkan kepentingan orang lain h. Memiliki kode etik i.
Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas
j.
Mempunyai sistem upah budaya profesional
k. Melaksanakan pertemuan profesional tahunan[10]
2. Prinsip profesionalitas guru Guru mempunyai kedudukan sebagai tennaga profesional pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional harus dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Pengakuan ini berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dalam raangka meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan tujuannya adalah melaksanakan sistem pendidikan nasional agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mengingat guru
merupakan bidang profesi, maka pelaksanaan tugasnya harus didasarkan pada prinsip-prinsip profesionalitas. Prinsip-prinsip profesionalitas yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah sebagai brikut: a.
Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme..
b.
Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
c.
Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, karena merupakan syarat mutlak seorang profesional. e.
Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f.
Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan perstai kerja.
g.
Memiliki kesmpatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindugan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. i.
Memiliki orgtanisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.[11]
3. Organisasi Profesi Sebagai seorang profesional, guru wajib menjadi anggota profesi. Organisasi profesi ini bersifat independen yang berfungsi memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. Agar dapat menjalankan profesinya dengan baik, organisasi profesi guru mempunyai kewenangan sebagai berikut: a.
Menetapkan dan menegakan kode etik guru;
b. Memberikan bantuan hukum kepada guru; c.
Memberikan perlindungan profesi guru;
d. Melakukan pembinann dan pengembangan profesi guru; e.
Memajukan pendidikan nasional. Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru, organisasi profesi guru membentuk kode etik. Kode etik berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan. Untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik, maka dibentuk dewan kehormatan oleh orgasnisasi profesi. Dewan kehormatan memberikan rekomendasi kepada orgasnisasi peofesi. Dewan kehormatan memberikan rekomendasi kepada organisasi
profesi guru dengan objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.[12]
DAFTAR PUSTTAKA Barnawi dan Ariffin , Mohammad, Etika dan Profesi Kependidikan, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012 Danim, Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: kencana, 2011 Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta: Kencana,2011 Triamto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &Tenaga Kependidikan, Jakarta: Kencana, 2011
[1] Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana,2011) h. 27-28 Barnawi dan Mohammad Ariffin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012), h. 121. [3] Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana,2011) h. 31 [4] Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana,2011) h. 35 [5] Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana,2011) h. 42 [2]
Triamto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 2, h. 22. [7] Ibid,h.54-55 [8] Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana,2011), h. 51 [9] Ibid, h. 54-55 [10] Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: kencana, 2011), h. 106-108. [11] Barnawi dan Mohammad Ariffin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012), h.37-38 [12] [12] Ibid., h. 43. [6]