Sumber Ilmu Psikologi Toggle navigationMenu
15:41 Unknown No comments
TINGKAH LAKU DAN KOMUNIKASI NONVERBAL Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, kita berusaha menemukan informasi-informasi tentang orang itu. Bisa saja kita bertanya kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Akan tetapi, cara ini tidak selalu memberikan hasil yang tepat. Orang bisa saja mengatakan sesuatu yang berbeda, bahkan bertentangan dari yang dialaminya. Apalagi jika orang lain itu adalah orang yang baru kita kenal. Orang-orang cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain yang baru dikenalnya. Mereka bahkan berusaha menutupi atau membantah informasi tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya, terutama pada saat mereka merasakan emosi negatif. Usaha untuk menutupi dan menyembunyikan pikiran dan perasaan juga dilakukan pada orang-orang yang melakukan kejahatan. Usaha untuk menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakan hampir selalu ditampilkan orang-orang yang sedang melakukan negosiasi, juga pada orang yang sedang berjudi. Kita tidak dapat mengandalkan informasi verbal mereka untuk mengetahui serta mengerti apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Apa yang mereka katakan, tidak jarang bertolak belakang dengan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Dalam keadaan seperti itu, untuk memahami orang lain kita mengandalkan informasi yang ditampilkan oleh penampilan fisik mereka; kita mencoba mengenali mereka melalui tingkah laku nonverbal mereka, seperti perubahan ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan gerakan badan. Tingkah laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai beragam tujuan (Patterson, 1983) sebagai berikut. 1. Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek. Contohnya, emosi sedih yang dialami seseorang dapat dikenali dari ekspresi wajahnya meskipun orang itu menyatakan is tidak sedang sedih. 2. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola interaksi. Sebagai contoh, dalam kegiatan diskusi, ekspresi wajah atau seseorang yang mengangkat tangan dapat menjadi tanda bahwa orang itu hendak ikut berbicara dalam diskusi sehingga peserta diskusi lainnya dapat memberi kesempatan padanya. 3. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengungkapkan keintiman, misalnya melalui sentuhan, rangkulan, dan tatapan mata. 4. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menegakkan dominasi atau kendali, seperti kita kenal dalam ancaman nonverbal seperti mata melotot, rahang yang dikatupkan rapat-rapat, dan gerakangerakan yang diasosiasikan sebagai tindakan agresif tertentu.
5. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan, dengan cara menunjuk, memberi tanda pujian dengan mengangkat jempol, dan menampilkan senyum sebagai tanda memberi dukungan positif. Dari penampilan fisik tersebut, kitdmengenali tanda-tanda nonverbal untuk mencari tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Di sisi lain, orang lain juga mencoba mengenali kita melalui tingkah laku nonverbal. Aktivitas saling mengenali melalui tingkah laku nonverbal itu disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal didefinisikan sebagai cara orang berkomunikasi tanpa kata-kata, balk secara sengaja maupun tidak sengaja. Dalam komunikasi nonverbal, kita mencermati tekanan suara, sentuhan, gestur (gerakan-gerakan tubuh), ekspresi wajah, dan tanda-tanda nonverbal lainnya. Tingkah laku nonverbal digunakan untuk mengungkapkan emosi, menunjukkan sikap, mengomunikasikan sifat-sifat kepribadian, dan memfasilitasi atau memperbaiki komunikasi verbal.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan komunikasi nonverbal. Contohnya, saat melewati rumah tetangga dan orangnya sedang duduk di teras depan, kita tersenyum kepadanya dan is juga membalas dengan senyum. Di situ kita telah melakukan komunikasi nonverbal dengan tetangga kita. Orang juga sering menggunakan komunikasi nonverbal pada saat tertarik kepada lawan jenisnya. Tatapan mata, senyuman, ekspresi wajah yang terarah kepada orang lain untuk menunjukkan kekaguman atau kepedulian merupakan tanda-tanda nonverbal yang sering digunakan dalam komunikasi nonverbal. Penelitian-penelitian tentang tingkah laku dan komunikasi nonverbal banyak dilakukan oleh psikolog social (di antaranya Ekman & Frieson, 1974; Izard, 1991; Keltner, 1995; Forest & Fieldman, 2000; Neumann & Strack, 2000; DePaulo et al., 2003). Dari penelitian-penelitian itu diperoleh pamahaman bahwa tanda-tanda nonverbal yang ditampilkan orang lain dapat memengaruhi perasaan kita, bahkan ketika kita tidak memberi perhatian kepada hal itu secara sadar. Pengaruh tanda-tanda nonverbal bekerja meskipun kita tidak memfokuskan atau memikirkannya. Contohnya, ketika kita tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang menampilkan ekspresi wajah marah dan tekanan suara yang tinggi, kita bisa dengan tiba-tiba juga menampilkan ekspresi wajah marah atau kesal dan tekanan suara kita pun meninggi. Kita bisa juga menjadi takut jika orang lain itu adalah atasan kita. Dari contoh ini dapat dikatakan bahwa tanda-tanda nonverbal memiliki efek penularan emosional. Neumann dan Strack (2000) menunjukkan terjadinya penularan emosional itu melalui penelitiannya. Mereka menemukan bahwa ketika orang mendengarkan orang lain membaca pidato, tekanan suara orang yang membaca itu (senang, netral, atau sedih) dapat memengaruhi mood atau suasana hati si pendengar meskipun si pendengar berkonsentrasi kepada isi dari pidato yang dibacakan. Penularan emosional adalah sebuah mekanisme transfer perasaan yang seakan-akan berlangsung secara otomatis dari satu orang ke orang lain.
Saluran Komunikasi Nonverbal
Ketika orang mengalami perasaan tertentu, apa yang mereka rasakan terlihat dalam tingkah laku nonverbal mereka. Secara sadar atau tidak sadar, mereka menyalurkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan melalui bagian-bagian tubuh tertentu. Pada bagian-bagian tubuh itu, aktivitas nonverbal berlangsung dengan memanfaatkan fungsi-fungsi bagian tubuh itu masing-masing. Aktivitas-aktivitas nonverbal pada bagianbagian tubuh itu disebut saluran-saluran nonverbal karena semuanya menyalurkan tanda-tanda nonverbal yang dapat menjadi petunjuk tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang. Penelitian-penelitian tentang komunikasi nonverbal menemukan ada lima saluran komunikasi nonverbal: ekspresi wajah, kontak mata, gerakan badan, postur, dan sentuhan.
Ekspresi Wajah sebagai Tanda dari Emosi Orang Lain Melalui ekspresi wajah, kita dapat mengenali dan mengerti emosi orang lain. Penelitian-penelitian tentang hubungan antara ekspresi wajah dengan emosi menunjukkan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas diwakili oleh ekspresi wajah: marah, takut, bahagia, kaget, dan jijik (Izard, 1991; Rozin, Lowery, & Ebert, 1994). Ekspresi wajah, selain mengungkapkan emosi secara sendiri-sendiri, juga dapat mengungkapkan kombinasi emosi, seperti marah bercampur kaget dan sedih bercampur takut. Persoalan tentang apakah ekspresi wajah sebagai cerminan emosi berlaku secara universal, banyak dikaji oleh para ahli komunikasi nonverbal. Riset-riset awal tentang ekspresi emosi memberikan hasil yang memperkuat pernyataan bahwa ekspresi wajah adalah universal (seperti yang dikemukakan oleh Ekman & Friesen, 1975). Akan tetapi, beberapa temuan yang lebih mutakhir memperkuat pernyataan bahwa ekspresi wajah tidak universal (di antaranya Russell, 1994; Carol & Russel, 1996). Perbedaan budaya ikut berperan dalam menentukan ekspresi wajah seperti apa yang ditampilkan pada situasi emosional tertentu (Baron, Byrne, & Branscombe, 2006).
Kontak Mata sebagai Tanda Nonverbal "Mata adalah jendela jiwa." Pernyataan dari penyair kuno ini mendapat penguatan dari penelitianpenelitian tentang hubungan antara kontak mata dan tatapan sebagai tanda-tanda nonverbal dengan keadaan emosional. Kontak mata menyediakan informasi sosial dan emosional (Zimbardo, 1977; Kleinke, 1986). Orang secara sadar atau tidak sadar sering melakukan aktivitas yang melibatkan kontak mata. Contoh, pada saat orang ingin mengetahui apakah suasana hati orang lain yang sedang ditemuinya bervalensi negatif atau positif, orang melihat kepada mata orang lain itu. Dalam beberapa konteks, pertemuan dua mata membangkitkan emosi kuat. Di beberapa bagian dunia, khususnya di Asia, kontak mata dapat menimbulkan kesalahpahaman antara orang dari suku atau kebangsaan yang berbeda. Mempertahankan kontak mata dengan supervisor di perusahaan atau dengan orang yang lebih tua dapat membuat kita dianggap kasar, tidak sopan, dan agresif. Hal ini berbeda dengan di masyarakat Barat. Untuk masyarakat Barat, pada level yang tinggi, kontak mata mencerminkan persahabatan dan rasa suka. Kontak mata merupakan unsur penting dalam penjajakan hubungan intim dan percintaan. Kontak mata yang lama juga menjadi tanda dari ketertarikan dan keinginan mengenal lebih jauh.
Gerak-gerik, Gerakan Badan, dan Postur
Ingatlah sebuah kejadian yang membuat Anda marah. Pikirkan apa yang Anda lakukan waktu itu. Lalu ingatlah kejadian lain yang membuat Anda sedih. Pikirkan juga apa yang Anda lakukan saat itu. Kemudian bandingkan gerak-gerik badan Anda pada saat marah dan gerak gerik badan Anda saat sedih. Apakah gerak badan Anda sama pada kedua situasi itu? Umumnya orang menampilkan gerakan badan yang berbeda pada saat marah dengan pada saat sedih. Orang mengubah gerakan badannya ketika perasaannya berubah. Posisi tubuh berubah, gerakan berubah baik dari bentuk maupun kecepatannya. Gerakan badan mencerminkan keadaan emosionalnya. Sebagai salah satu saluran komunikasi nonverbal, gerakan badan memberikan kita tanda-tanda nonverbal sehingga ketika dapat mengenali dan mengerti keadaan emosional orang lain. Perpaduan posisi tubuh, gerakan badan, dan postur biasa disebut juga bahasa tubuh (body language). Bahasa tubuh dapat menunjukkan kepada kita keadaan emosional orang lain. Banyaknya gerakan yang dilakukan orang dapat memberi kita petunjuk tentang keadaan terangsang yang sedang dialami orang tersebut. Gerakan dalam jumlah besar dan berulang-ulang (menyentuh, menghentak, menggaruk) yang ditampilkan seseorang menunjukkan bahwa orang itu dalam keadaan terangsang (contohnya: menghasrati objek seksual, bersemangat, gatal). Semakin besar frekuensi gerakan, semakin tinggi pula tingkat keterangsangan atau kegelisahan yang dialami. Gerakan-gerakan kecil (gesture) yang berulang-ulang dapat mencerminkan perasaan cemas dari orang yang melakukannya. Gerakan besar yang melibatkan seluruh tubuh dapat juga menjelaskan perasaan orang yang menampilkannya (Aronoff, Woike, & Hyman, 1992). Gerakan semacam itu dapat menunjukkan perasaan terancam, keterbukaan, keinginan untuk menantang, rasa hormat, kagum, dan sebagainya. Sebagai contoh, posisi tangan yang terbuka dengan wajah yang menghadap ke depan menunjukkan keterbukaan terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Contoh lain, posisi bertopang dagu dapat memberi petunjuk tentang perasaan bosan orang yang melakukannya. Gestur dapat memberikan informasi yang lebih banyak tentang perasaan orang lain. Salah satu yang terpenting dari gestur adalah emblem, yaitu gerakan tubuh yang membawa makna khusus dalam budaya tertentu. Contoh, di budaya tertentu gerakan meloncat setelah mencapai keberhasilan dianggap sebagai cara yang baik untuk menampilkan kegembiraan, sedangkan pada budaya lain, gerakan seperti itu bisa saja dianggap ungkapan dari kesombongan. Gestur tertentu memiliki makna yang berbeda untuk perempuan dan laki-laki (Schubert, 2004). Untuk lakilaki, gestur yang menunjukkan kekuatan seperti menghentakkan Redua tangan yang mengepal merupakan ungkapan kekuatan, sedangkan untuk perempuan mengungkapkan perasaan lemah atau panik.
Sentuhan Sentuhan orang lain pada kita, dapat membantu memahami apa yang dirasakan orang lain terhadap kita. Sentuhan bisa menjadi petunjuk dari afeksi, kepedulian, minat seksual, dominansi, atau agresi. Pemahaman terhadap apa yang hendak diungkapkan melalui sentuhan bergantung pada beberapa faktor yang terkait dengan: (1) siapa yang menampilkan sentuhan (keluarga, teman, orang asing, orang sesama jenis kelamin, atau berbeda jenis kelamin); (2) jenis kontak fisik (lama atau sebentar, lembut atau kasar, bagian tubuh mana yang disentuh); dan (3) konteks yang ada pada saat sentuhan ditampilkan (situasi bisnis, situasi sosial, atau ruang praktik dokter). Pengenalan serta pemahaman terhadap pikiran dan perasaan orang lain melalui sentuhan merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Namun, dalam beberapa budaya, jenis-jenis sentuhan tertentu secara konvensional dipahami sebagai ekspresi dari pikiran dan perasaan tertentu. Pada masyarakat Barat, sentuhan sering kali menghasilkan reaksi positif pada orang yang disentuh (Alagna, Whitcher, & Fisher, 1979; Smith, Gier, & Willis, 1982). Sedangkan pada masyarakat lain, reaksi terhadap sentuhan bisa berbeda. Bentuk sentuhan yang umum di berbagai budaya ketika bertemu dengan orang lain adalah berjabat tangan. Dari informasi tentang bagaimana orang berjabat tangan, ada banyak pengetahuan yang kita dapat tentang orang lain. Bahkan, kita dapat memperoleh pengetahuan tentang kepribadian orang dari caranya berjabat tangan. Jabat tangan yang mantap merupakan cara yang baik untuk memberikan kesan positif terhadap orang lain (Chaplin, et al., 2000). Semakin mantap dan lama jabat tangan dilakukan, semakin kuat kesan positif yang dihasilkan.
Komunikasi Nonverbal melalui Multi-saluran
Dalam interaksi sehari-hari, kita biasanya menerima informasi dari beragam saluran dalam waktu bersamaan. Archer dan Akert (1991) menunjukkan bahwa orang mampu menafsirkan tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam saluran komunikasi nonverbal dengan cukup tepat, dengan memanfaatkan berbagai tanda meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang. Misalnya, orang yang ekstrovert lebih baik kemampuannya dari pada orang yang introvert. Perbandingan antara informasi dari saluran-saluran yang berbeda dapat meninikatkan ketepatan penafsiran terhadap tingkah laku nonverbal. Dengan mencermati beragam tanda dari beragam saluran komunikasi nonverbal, dapat diperoleh pengenalan dan pemahaman yang lebih komprehensif tentang apa yang dirasakan orang lain. Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Reactions:
Related Posts:
MATERI UAS INTERVENSI 1 : INDIVIDU TEORI (IBU KONDANG_3)Silahkan didownload sebagai materi UAS ! … Read More
MATERI EKSPERIMEN DALAM BELAJAR IBU SANTIDownload ya... … Read More
Konflik dan Akibat dari Saingan / Konflik Antar kelompokKonflik dan Akibat dari Saingan / Konflik Antar kelompok Schein (1980) membahasa beberapa akibat dari saingan atau konflik antar kelompok . ia mengutip eksperimen yang dilakukan oleh sheriff,Harvey,white,hood dan juga b… Read More
KONSELING KELUARGA DAN PERKAWINAN (PERTEMUAN 4-5 CINTA DALAM PSIKOLOGI)Silahkan Download ! … Read More
MATERI UAS INTERVENSI 1 : INDIVIDU TEORI (IBU KONDANG_1)Silahkan didownload sebagai materi UAS...! … Read More
← Newer PostOlder Post →Home
0 comments: Post a Comment Links to this post Create a Link Subscribe to: Post Comments (Atom)
Categories
INDUSTRI DAN ORGANISASI INTERVENSI DASAR 3 : ORGANISASI KONSELING KELUARGA DAN PERKAWINAN MATERI KULIAH pendidikan PRAK. INTERVENSI DASAR 2 : KELOMPOK DAN KOMUNITAS Psikologi Remaja SEMINAR SOSKLIN sosial
Blog Archive ► 2017 (35) ► 2016 (54) o o o o o o o o o o
▼ ▼ ► ► ► ► ► ► ► ► ►
2015 (132) December (36) November (22) October (23) September (17) August (4) July (8) June (5) May (10) April (5) March (2)
Blog Archive ► 2017 (35) ► 2016 (54) o
▼ 2015 (132) ▼ December (36) TINGKAH LAKU DAN KOMUNIKASI NONVERBAL PERSEPSI SOSIAL SEBAGAI PROSES PERSEPSI SOSIAL HUBUNGAN INDIVIDU DENGAN LINGKUNGANNYA FAKTOR ENDOGEN DAN FAKTOR EKSOGEN DALAM PERKEMBANG... MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
o o o o o o o o o
CABANG-CABANG PSIKOLOGI ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI ( Gestalt ) ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI ( Humanistik ) ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI ( Psikoanalisis ) ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI ( Behaviorisme ) ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI ( Fungsionalisme ) ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI ( Strukturalisme ) METODE-METODE PENYELIDIKAN DALAM PSIKOLOGI PERBEDAAN PSIKOLOG DAN PSIKIATER HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAIN LETAK PSIKOLOGI DALAM SISTEMATIKA ILMU DEFINISI PSIKOLOGI Bagaimana Hubungan Intelijensi dengan Kehidupan Se... Tes Intelijensi dan Hasil-hasil Penyelidikan Intel... Faktor-faktor Apakah yang Mempengaruhi Intelijensi... Apakah Ciri-ciri Perbuatan Intelijen? Percobaan-percobaan Kohler tentang Intelijensi Apakah Intelijensi Itu? MASALAH SOSIAL PERUBAHAN SOSIAL DAN PERUBAHAN KONSEP KOMUNITAS Hasil-hasil Penyelidikan tentang Berpikir Beberapa Macam Cara Berpikir Pendapat Beberapa Aliran Psikologi tentang Berpiki... BERPIKIR Motivation GANGGUAN WAHAM GANGGUAN SKIZOTIPAL SKIZOFRENIA Klasifikasi Motif-motif MOTIVASI ► November (22) ► October (23) ► September (17) ► August (4) ► July (8) ► June (5) ► May (10) ► April (5) ► March (2) Powered by Blogger.
Apakah ilmu yang ada di blog ini bermanfaat ? Popular Posts
TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI SOSIAL TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI SOSIAL 1. TEORI GENETIK Teori ini menekankan kualitas pembawaan sejak lahir atas tingkah laku sosial. Bah...
DEFINISI PSIKOLOGI Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Para pr...
Kognisi Sosial: Berfikir Tentang Dunia Sosial Kognisi Sosial ( Social Cognition ) Baron & Byrne (2003) Kognisi sosial adalah tata cara kita dalam menginterpretasi, engan...
DAYA TARIK INTERPERSONAL A. FAKTOR-FAKTOR DAYA TARIK INTERPERSONAL Keinginan untuk melakukan kontak dengan orang lain pada umumnya dilandasi oleh adanya imb...
CABANG-CABANG PSIKOLOGI
Sebagaimana yang telah dgelaskan di atas, psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan sudah ada sejak lama. Psikologi berasal dari bahasa Yun...
PENGERTIAN DAN SEBAB-SEBAB TERJADINYA PRASANGKA SOSIAL Berbagai bentuk prasangka dapat kita lihat dalam beragam peristiwa. Ketika terjadi peristiwa pemboman di World Trade Center (WTC) di Amerik...
FAKTOR ENDOGEN DAN FAKTOR EKSOGEN DALAM PERKEMBANGAN MANUSIA Faktor endogen adalah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. 'Jadi, faktor endogen merupak...
Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Industri dan Organisasi ( PIO ) Titik awal perkembangan psikologi sebagai suatu ilmu ditandai dengan didirikannya laboratorium psikologi pertama di University of Leipzing,...
Dasar-dasar Perilaku Individu dalam Organisasi Dasar-dasar Perilaku Individu dalam Organisasi PIO sebagai ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia di tempat kerja. Di mana pe...
PRESENTASI DIRI Manusia terlihat termotivasi tidak hanya untuk merasakan dirinya dalam cara-cara peningkatan diri namun juga untuk menampilkan diri merek...
Recent Posts Text Widget Ordered List Definition List Total Pageviews
657063 Sample Text Labels
INDUSTRI DAN ORGANISASI INTERVENSI DASAR 3 : ORGANISASI KONSELING KELUARGA DAN PERKAWINAN MATERI KULIAH pendidikan PRAK. INTERVENSI DASAR 2 : KELOMPOK DAN KOMUNITAS Psikologi Remaja SEMINAR SOSKLIN sosial Copyright © 2019 Sumber Ilmu Psikologi | Powered by Blogger Template Sponsored by http://www.hcginjectionsweb.com, www.buy3dsflashcart.com, http://www.hcgdropinfo.com - http://www.shopsi gnalbooster.co.uk
PakarKomunikasi.com
Teori Atribusi – Pengertian – Jenis – Penerapan Ketika kita melihat apa yang dilakukan oleh orang lain, tak jarang kita akan mencoba untuk mengetahui atau memahami alasan mengapa mereka melakukan perbuatan tertentu. Begitu juga dengan perilaku yang kita tampilkan di hadapan orang lain. Dalam psikologi sosial, hal ini dinamakan dengan atribusi. Yang dimaksud dengan atribusi adalah proses dimana individu menjelaskan penyebab dari berbagai kejadian dan perilaku orang lain. Sementara itu, menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne, yang dimaksud dengan atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Rakhmat, 2001 : 93). Teori atribusi menyuguhkan sebuah kerangka kerja untuk memahami bagaimana setiap individu menafsirkan perilaku mereka sendiri dan perilaku orang lain. Teori atribusi menekankan pada bagaimana individu menafsirkan berbagai kejadian dan bagaimana hal ini berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka. Teori atribusi pertama kali dikemukakan oleh Fritz Heider (1958) dan dikembangkan lebih lanjut oleh Edward Jones dan Keith Davis (1965), Harold Kelley(1967, 1972), dan Bernard Weiner (1974). Baca juga :
Sistem Komunikasi Interpersonal Proses Komunikasi Interpersonal
Pengertian Beberapa ahli psikologi telah merumuskan berbagai pengertian atribusi dan dari pengertian tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah teori. Para ahli psikologi seperti Fritz Heider, Edward Jones, Harold Kelley, dan Bernard Weiner adalah ahli-ahli yang mendefinisikan atribusi dari sudut pandang masing-masing. Adapun pengertian atribusi menurut mereka adalah sebagai berikut (Malle, 2007 : 74) : 1. Fritz Heider (1958) Fritz Heider adalah salah satu ahli psikologi yang pertama kali mendefinisikan istilah atribusi. Terdapat dua pengertian atribusi menurut Heider, yaitu atribusi sebagai proses persepsi dan atribusi sebagai penilaian kausalitas. a. Atribusi sebagai proses persepsi Menurut Heider, atribusi merupakan inti dari proses persepsi manusia. Lebih jauh Heider berpendapat bahwa manusia terikat dalam proses psikologis yang menghubungkan pengalaman subyektif mereka dengan berbagai obyek yang ada. Kemudian, berbagai obyek tersebut direkonstruksi secara kognitif agar menjadi sumbersumber akibat dari pengalaman perseptual. Sebaliknya, ketika orang mencoba untuk membayangkan sebuah obyek, maka mereka akan menghubungkan pengalaman tersebut ke dalam alam pikiran mereka. (Baca juga : Teori Perbandingan Sosial)
b. Atribusi sebagai penilaian kausalitas Ketertarikan Heider pada kognisi sosial telah mengantarkannya pada perumusan atribusi selanjutnya. Menurutnya, kognisi sosial adalah proses dimana orang merasakan dan membuat penilaian tentang orang lain. Di sinilah kemudian muncul atribusi sebagai penilaian kausalitas yang menekankan pada penyebab orang berperilaku tertentu. Terdapat dua jenis atribusi kausalitas yaitu atribusi personal dan atribusi impersonal. Yang dimaksud dengan atribusi personal adalah penyebab personal atau pribadi yang merujuk pada kepercayaan, hasrat, dan intensi yang mengarahkan pada perilaku manusia yang memiliki tujuan. Sedangkan, atribusi impersonal adalah penyebab diluar pribadi yang bersangkutan yang merujuk pada kekuatan yang tidak melibatkan intensi atau tujuan. Untuk itu, dalam ranah persepsi sosial, orang akan berupaya untuk menjelaskan terjadinya sebuah perilaku. (Baca juga : Teori Sosial Kognitif) 2. Edward E. Jones (1965) Edward E. Jones adalah salah seorang peneliti yang tertarik pada suatu penilaian yang terkadang diberikan oleh seseorang ketika mereka mengamati perilaku orang lain. Inferensi yang dibuat umumnya terkait dengan disposisi orang yang lebih stabil seperti sifat, sikap, dan nilai. Misalnya, kita melihat orang bertato dan bertampang seram dan kemudian kita langsung menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah preman. Kita lebih suka membuat atribusi disposisi walaupun perilaku dalam situasi tertentu tidak menjamin simpulan yang dihasilkan. Baca juga :
Komunikasi Interpersonal – Komunikasi Antar Pribadi Teori-teori Komunikasi Antar Pribadi
3. Para ahli psikologi sosial Para ahli psikologi sosial menyatakan bahwa responsibility attributions dan blame attributions merupakan penilaian yang bersifat moral. Ketika keluaran atau hasil negatif terjadi maka orang akan mencoba untuk menemukan siapa yang bertanggung jawab terhadap keluaran tersebut dan siapa yang harus disalahkan. Kerapkali, responsibility attributionsberhubungan langsung dengan atribusi kausalitas namun kadangkala lebih kompleks. Responsibility attributions didasarkan pada kausalitas dan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang. Itulah beberapa pengertian atribusi yang diungkapkan oleh para ahli. Dengan demikian, pada umumnya yang dimaksud dengan atribusi adalah berbagai inferensi atau simpulan yang digambarkan oleh manusia mengenai penyebab terjadinya sesuatu atau perilaku orang lain dan perilaku dirinya sendiri. Baca juga : Komunikasi Sosial Menurut Para Ahli – Pengantar Ilmu Komunikasi – Psikologi Komunikasi Asumsi Dasar
Pada umumnya, teori atribusi menekankan pada bagaimana setiap individu menafsirkan berbagai kejadian dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka. Teori atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan. Orang akan berusaha untuk memahami mengapa orang lain melakukan sesuatu dan memberikan penyebab bagi perilaku. Terkait dengan hal ini, Heider menyatakan bahwa orang dapat membuat dua atribusi yaitu atribusi internal dan atribusi eksternal. Atribusi internal adalah inferensi yang dibuat oleh seseorang tentang sikap, karakter, atau pribadi seseorang. Sementara itu, atribusi eksternal adalah inferensi yang dibuat seseorang terakit dengan situasi dimana ia berada. Baca juga : Sistem Pers Otoriter – Tujuan Media Relations
Teori-teori Atribusi Meskipun disebut sebagai teori atribusi, namun sejatinya teori atribusi meliputi beberapa macam teori atribusi yang telah dirumuskan oleh para ahli psikologi, diantaranya adalah teori atribusi Fritz Heider, teori atribusi Edward Jones dan Keith Davis, teori atribusi Harold Kelley, dan teori atribusi Bernard Weiner. a. Teori Atribusi Fritz Heider Fritz Heider adalah peneliti pertama yang mengenalkan teori atribusi saat teori-teori belajar dari pendekatan behaviorisme (contohnya teori operant conditioning), teori-teori memori dan teori-teori psikoanalisis mendominasi ranah psikologi akademis. Teori-teori tersebut jarang sekali digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia. Sebaliknya, melalui teori atribusinya, Heider mencoba untuk menekankan bahwa mempelajari atribusi sangatlah penting karena atribusi memberikan pengaruh pada apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan oleh manusia. Heider juga merupakan peneliti pertama yang mengkaji tentang proses atribusi khususnya pada bagaimana seseorang membangun sebuah impresi atau kesan bagi orang lain. Menurutnya, impresi atau kesan ini dibangun melalui tuga tahapan proses yaitu pengamatan perilaku, menentukan apakah perilaku itu disengaja atau tidak, dan mengelempokkan perilaku ke dalam perilaku yang termotivasi secara internal atau eksternal. (Baca juga : Teori Interaksi Simbolik). b. Teori Atribusi Edward Jones dan Keith Davis Pada tahun 1965, Edward Jones dan Keith Davis mempublikasikan sebuah teori correspondent inference atau inferensi koresponden. Berdasarkan teori inferensi koresponden, kita cenderung menggunakan informasi tentang perilaku orang lain dan efeknya untuk menggambarkan sebuah inferensi koresponden dimana perilaku tersebut dikaitkan dengan karakteristik disposisi atau kepribadian. Hal ini dilakukan dengan caracara sebagai berikut :
Pertama, mengidentifikasi maksud dari efek perilaku seseorang. Kita cenderung untuk menarik inferensi koresponden jika perilaku tersebut muncul dengan disengaja dibandingkan dengan tidak disengaja.
Kedua, kita cenderung memutuskan ada korespondensi bila dampak dari perilaku tersebut tidak diinginkan secara sosial.
Baca juga : Proses Interaksi Sosial – Jenis-jenis Interaksi Sosial Inferensi koresponden dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu efek-efek yang tidak umum, keinginan sosial, dan kebebasan memilih.
Efek-efek tidak umum – berbagai elemen pola tindakan yang tidak dibagi dengan pola tindakan alternative. Keinginan sosial – perilaku yang tidak diinginkan secara sosial dapat menuntun pada inferensi koresponden dibandingkan dengan perilaku yang diinginkan secara sosial. Kebebasan memilih – semakin besar kebebasan memilih maka semakin besar pula inferensi koresponden.
Teori inferensi koresponden memiliki keterbatasan, diantaranya adalah :
Teori ini mengasumsikan bahwa pengamat memutuskan kesamaan efek dengan membandingkan perilaku aktual aktor dengan beberapa tindakan yang tidak dipilih. Sejatinya, pengamat jarang mempertimbangkan tindakan yang tidak dipilih. Kesimpulan koresponden kerapkali digambarkan bahkan ketika kita menilai tindakan seseorang tidak disengaja. Proses yang terlibat dalam menarik kesimpulan tentang perilaku orang lain lebih kompleks daripada yang disarankan dalam teori inferensi koresponden.
Baca juga : Komunikasi Multimedia – Komunikasi Asertif 3. Teori Atribusi Harold Kelley Harold Kelley adalah salah satu ahli yang mengembangkan teori atribusi lebih lanjut yang dikenal dengan model kovarians Kelley. Model ini merupakan teori atribusi dimana orang membuat kesimpulan sebab akibat untuk menjelaskan mengapa orang lain dan diri kita berperilaku dengan cara tertentu. Hal ini berkaitan dengan persepsi sosial dan persepsi diri. Prinsip kovariasi menyatakan bahwa sebuah efek dikaitkan dengan salah satu penyebabnya yang mungkin dan berlebihan. Dalam artian bahwa perilaku tertentu dikaitkan dengan potensi penyebab yang muncul pada saat bersamaan. Prinsip ini berguna bila individu memiliki kesempatan untuk mengamati perilaku tersebut selama beberapa kali. Penyebab hasil dapat dikaitkan dengan orang (internal), stimulus (eksternal), keadaan, atau beberapa kombinasi dari faktor-faktor ini. Atribusi dibuat berdasarkan tiga kriteria, yaitu konsensus, keistimewaan, dan konsistensi.
Konsensus – menggambarkan bagaimana orang lain, dalam keadaan yang sama, akan berperilaku. Konsistensi – merujuk pada apakah orang yang diamati akan berperilaku dengan cara yang sama, dalam situasi yang sama, setiap waktu. Keistimewaan – merujuk pada berbagai variasi dalam mengamati perilaku orang lain dalam situasi yang berbeda.
Baca juga : Teori Strategi Komunikasi – Teori Negosiasi
4. Teori Atribusi Bernard Weiner Bernard Weiner mengembangkan sebuah kerangka kerja teoretis yang sangat berpengaruh dalam psikologi sosial hingga kini. Teori atribusi yang dikembangkan oleh Weiner lebih menekankan pada pencapaian. Menurut Weiner, faktor-faktor penting yang mempengaruhi atribusi adalah kemampuan, upaya atau usaha, kesulitasn tugas, dan keberuntungan. Atribusi dikelompokkan ke dalam tiga dimensi kausalitas, yaitu :
Locus of control – internal dan eksternal Stability – apakah penyebab berubah setiap waktu atau tidak Controllability – penyebab seseorang dapat mengendalikan keterampilan dan penyebab seseorang tidak dapat mengendalikan tindakan orang lain dan lain-lain
Ketiga dimensi tersebut secara bersama-sama menciptakan delapan skenario yang digunakan orang untuk menjelaskan pencapaian dan kekecewaan mereka. Kedelapan skenario itu adalah (McDermott, 2009 : 61) :
Internal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tidak terlalu pintar”. Internal – stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya selalu menunggu hingga menit-menit akhir”. Internal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya merasa sakit”. Internal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya lupa tentang pendaftaran itu”. Eksternal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya harapan dosen yang tidak realistis Eksternal – stabil – dapat dikontrol, misalnya “guru membenci saya”. Eksternal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tadi di mobil yang mengalami kecelakaan”. Eksternal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “kucing itu makan makanan saya”.
Baca juga : Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan – Komunikasi Pembelajaran
Kesalahan dalam Atribusi Terdapat beberapa jenis kesalahan dalam atribusi, diantaranya adalah kesalahan atribusi yang mendasar, bias melayani diri sendiri, atribusi defensif, dan efek faktor pengamat. A. Kesalahan atribusi yang mendasar Kesalahan atribusi yang umum di mana orang terlalu menekankan perilaku personal atau disposisi (internal) perilaku negatif orang lain atau hasil buruk dan meremehkan faktor situasional (eksternal). Ketika menafsirkan tindakan atau hasil positif orang lain, bagaimanapun orang terlalu menekankan penyebab situasional dan meremehkan penyebab disposisi. Contoh kesalahan atribusi yang mendasar adalah “Jika kamu gagal, maka berarti kamu bodoh”. Dari contoh tersebut terlihat bahwa terdapat kecenderungan untuk merendahkan peran disposisi atau faktor internal atau faktor-faktor pribadi. Merujuk apa yang dinyatakan oleh Heider bahwa orang-orang adalah prototipe dari asal usulnya maka dengan memandang orang sebagai sebuah prototipe dari asal usulnya sejatinya menuntun kita pada kesalahan atribusi yang mendasar. B. Bisa melayani diri sendiri Kesalahan dimana individu mengaitkan kesuksesan dan kegagalan mereka dengan faktor yang berbeda. Keberhasilan seseorang dan hasil positif dikaitkan dengan karakteristik
internal dan disposisi sedangkan kegagalan seseorang atau hasil negatif dianggap berasal dari sebab eksternal dan situasional. C. Atribusi defensif Kecenderungan untuk menyalahkan korban atas kemalangan mereka sendiri. Atribusi defensif dapat disebut sebagai pengembangan dari kesalahan atribusi yang mendasar. D. Efek aktor pengamat Karena adanya perbedaan perspektif dan perbedaan informasi tentang suatu kejadian dan partisipan. Setiap aktor memiliki informasi yang lebih tentang perilaku di masa lalu dan lebih waspada terhadap faktor-faktor situasional dibandingkan pengamat. Ketika pengamat memiliki informasi yang lebih tentang seseorang dan situasi, maka mereka akan menjadi kurang rawan terhadap kecenderungan tersebut. Baca juga : Media Massa Menurut Para Ahli – Teori Media Massa Kelebihan dan Kekurangan Teori Atribusi Teori atribusi pun dipandang memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan teori atribusi adalah sebagai berikut : a. Kelebihan teori atribusi
Teori atribusi menyediakan kemampuan dalam memberikan prediksi guna membantu kita mengatasi semua yang ditawarkan oleh kehidupan. Teori atribusi efektif dalam memprediksi perilaku ketika identifikasi penyebabnya dilakukan dengan benar.
b. Kekurangan teori atribusi
Kesimpulan yang tidak akurat dapat menyebabkan penilaian yang salah. Dapat menimbulkan pengharapan adanya perilaku tertentu dari diri sendiri atau orang lain yang bisa saja tidak akan menjadi kenyataan. Dalam teori atribusi, berbagai penyebab lain mungkin diabaikan. Dalam teori atribusi, kesimpulan yang dibuat oleh seseorang kemungkinan besar menjadi bias karena cenderung melestarikan citra dirinya.
Baca juga : Macam-macam Media Komunikasi – Komunikasi Langsung dan Tidak Langsung Kritik Teori atribusi secara umum tidak lepas dari kritik, berikut adalah beberapa diantaranya :
Teori atribusi dipandang terlalu mekanis dan reduksionis karena mengasumsikan orang adalah pemikir yang rasional, logis, dan sistematis. Teori atribusi dipandang tidak berhasil dalam mengatasi faktor budaya, sosial dan sejarah yang membentuk atribusi kausalitas.
Baca juga :
Filsafat Komunikasi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Manfaat Mempelajari Teori Atribusi
Mempelajari teori atribusi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :
Kita memahami berbagai pengertian atribusi yang diungkapkan para ahli Kita memahami asumsi dasar teori atribusi Kita memahami berbagai teori dalam teori atribusi Kita memahami berbagai kesalahan dalam atribusi Kita memahami kelebihan dan kekurangan teori atribusi Kita memahami kritik terhadap teori atribusi
Demikianlah ulasan singkat tentang teori atibusi sebagai salah satu teori komunikasi interpersonal yang berakar dari psikologi sosial. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori komunikasidan ilmu komunikasi pada umumnya. Categories:Teori KomunikasiTeori Komunikasi Antar Pribadi Tags: atribusiTeoriteori atribusiTeori Komunikasi
Ambar 1 year ago Related Post
1. Teori Modernisasi Dalam Komunikasi Internasional – Pengertian,
Tahapan, Kritik 2. Teori Pesan dalam Ilmu Komunikasi – Pengertian, Pendekatan, dan
Penerapan 3. Teori Pesan Dalam Komunikasi 4. 10 Variabel Komunikasi Bisnis 5. 4 Pendekatan AIDA dalam Menyusun Pesan Persuasif
Home
Adchoices
Cookies Term Of Use
Hubungi Kami
Disclaimer
Kebijakan Privasi Ketentuan Layanan
Tentang Kami
PakarKomunikasi.com © PakarKomunikasi.com - All Rights Reserved - Hak Cipta di lindungi Undang Undang View Desktop Version