Pioderma Kelompok 3.docx

  • Uploaded by: Widiari Widiari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pioderma Kelompok 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,391
  • Pages: 37
MAKALAH SISTEM INTEGUMEN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT PIODERMA

Oleh : A9-A Kelompok 3

1. Komang Ayu Suarningsih

(15.321.2228)

2. Luh De Sri Widiani

(15.321.2230)

3. Ni Luh Yogi Suciari

(15.321.2247)

4. Ni Putu Putri Oktaviani

(15.321.2257)

5. Ni Wayan Sulistyari

(15.321.2260)

6. Putu Ayu Nika Widyasari

(15.321.2262)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI TAHUN 2017 0

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sistem integumen, khususnya Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada kulit, misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu. Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit, misalnya karena stres, ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah. Salah satu penyakit pada kulit adalah pioderma atau orang awam mengatakan bisul. Pioderma (bisul) pada umunya terjadi pada anak-anak tapi bisa juga terjadi pada orang dewasa,yang menjadi penyebabnya adalah kurang bersihnya kulit dan bisa juga disebabkan karena menderita penyakit infeksi disaluran pernafasan. Gejala klinik bisul sangat bervariasi. Paling ringan hanya benjolan kecil berwarna merah. Sedangkan bentuk yang paling parah adalah benjolan ukuran cukup besar, warna merah mengkilat, kadang-kadang ada 'matanya', yang pada akhirnya akan mengeluarkan nanah dalam jumlah banyak. Gejala ini biasanya disertai nyeri pada daerah pembengkakan dan demam seluruh tubuh. Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa faktor makanan seperti banyak makan telur, yang menjadi biang pemicu timbulnya bisul. Sebagian lainnya menganggap bahwa bisul adalah pengeluaran darah kotor dari dalam tubuh. Anggapan ini tidaklah benar. Mitos seperti itu sebenarnya sangat merugikan. Ini karena kepercayaan terhadap mitos yang berkembang, membuat masyarakat tidak mau mencari tahu apa penyebab penyakit yang dideritanya. Bisul merupakan penyakit ringan, tapi sangat mengganggu. Dalam sebuah penelitian Departemen Kesehatan (Depkes RI) pada 2001 terungkap dari 326 responden, ternyata 26 persen pernah bisulan. Angka tersebut dianggap cukup tinggi mengingat bisul bukan 1

penyakit berat, dan rata-rata bisa sembuh dengan sendirinya. Padahal, bisul jika diabaikan terkadang bisa menyebabkan demam tinggi, radang yang parah hingga infeksi.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana laporan pendahuluan pada Pioderma? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit Pioderma?

1.3 Tujuan Masalah 1. Mengetahui laporan pendahuluan pada penyakit Pioderma 2. Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Pioderma

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Anatomi dan Fisiologi Kulit Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas didalam darah kulit, penyakitpenyakit

kulit, usia, keadaan vitamin dan hormone di kulit, perubahan dalam

metabolism sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit. Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepadafungsinya masing-masing. Kulit di daerah–daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis).

3

2.2

Definisi Pioderma Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di literatur pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus. Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis). Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus.Pioderma itu berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Nanah dalam pioderma berisi bakteri hidup dan bisa menular.Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superficial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di kulit yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus.Jadi pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus.( Suddarth dan Brunner . 2002 : 935 ). Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo bulosa, ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Jenis infeksi Pioderma adalah infeksi bakteri pada kulit primer atau sekunder. Infeksi kulit primer berawal dari kulit yang sebelumnya tampak normal dan biasanya infeksi ini disebabkan oleh satu macam mikroorganisme misalnya staphylococcus aureus, sedangkan infeksi sekunder disebabkan oleh disrupsi keutuhan kulit karena cedera atau pembedahan. (buku Keperawatan Medikal Bedah)

2.3

Klasifikasi 1.

Impetigo Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Terdapat tiga jenis dari impetigo, yaitu a. Impetigo krustosa (impetigo kantagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury Fox),

4

disebabkan biasanya oleh Streptococcus B hemolyticus. Gejala umum tidak menyertai. Predileksi di MUKA, yakni sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sember infeksi dari daerah tersebut. UKK berupa eritem dan vesikel yang cepat memecah sehingga akan terlihat krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi dibawahnya, sering menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Komplikasi, glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh sero tipe tertentu. Diagnosis bandingnya adalah Ektima. Pengobatan yang dipakai jika krusta sedikit, lepaskan krusta dan diberi antibiotic. Jika banyak berikan antibiotic sistemik.

b. Impetigo bulosa (Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet),

Peyebab biasanya adalah Staphylococcus aureus, keadaan umum tidak dipengaruhi, dengan predileksi di daerah Ketiak, Dada, Punggung. Sering bersama miliaria. Kelainan kulit berupa eritema, bula dan bula hipopion. Kadang saat datang berobat bula sudah pecah dan yang tampak hanyalah koleret dan dasarnya masih eritematosa. Diagnosis banding dari impetigo ini adalah dermatofitosis (jika sudah pecah dan tampak koleret). Pengobatannya pecahkan bula, lalu berikan antibiotic salep atau cairan antiseptic. Jika bula/vesikel banyak maka berikan pula antibiotic sistemik.

5

c. Impetigo neonatorum, varian impetigo bulosa yang terjadi pada neonatus. Kelainan sama dengan impetigo bulosa hanya saja bisa terjadi pada seluruh tubuh dan disertai demam. Diagnosis bandingnya adalah sifilis congenital. Pengobatannya adalah antibiotic sistemik, untuk topical dapat diberikan bedak salisil 2%

2.

Folikulitis Radang pada folikel rambut, biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus

3.

Furunkel/Karbunkel

Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari sebuah disebut furunkulosis, Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Keluhan yang muncul adalah nyeri, dengan UKK berupa nodus eritem berbentuk kerucut dengan pustule ditengahnya. Kemudian melunak menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik lalu memecah membentuk fistel. Predileksi adalah tempat yang banyak friksi, misalnya aksila dan bokong. Pengobatan jika hanya sedikit furunkel, cukup dengan antibiotic topical, jika banyak perlu gabungan dengan antibiotic sistemik. Jika terjadi furunkulosis atau karbunkel berulang-ulang cari faktor predisposisi, misalnya diabetes mellitus.

6

4.

Ektima

Ektima ialah ulkus superficial dengan krusta diatasnya disebabkan infeksi Streptococcus, biasanya Streptococcus B hemolyticus. Gejala yang tampak adalah krusta tebal berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relative banyak trauma. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang dangkal. Diagnosis bandingnya adalah impetigo krustosa, perbedaannya, impetigo krustosa sering terjadi pada anak dan berlokasi di muka dan dasarnya adalah erosi, ektima terjadi pada anak maupun dewasa tempat predileksi Tungkai Bawah dan dasarnya adalah ulkus. Pengobatan yang dipakai adalah krusta diangkat dan disalep antibiotic. Jika banyak, gabungkan dengan antibiotic sistemik.

5.

Pionika

Radang

sekitar

kuku

oleh

piokokus.

Penyebabnya biasanya Staphylococcus dan/atau Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinis dari penyakit ini adalah didahului trauma, mulai infeksi pada lipatan kuku, terlihat tanda-tanda radang dan menjalar ke matriks dan lempeng kuku, dapat terbentuk abses subungual. Pengobatan kompres dengan larutan antiseptic dan berikan antibiotic sistemik. Jika terjadi abses subungual, kuku diekstraksi.

7

6.

Erisipelas

Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinis, demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis, didahului dengan trauma, tempat predileksinya Tungkai Bawah. Gejalanya yang utama adalah eritema merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat disertai edem, vesikel dan bula. Terdapat leukosistosis. Jika sering residif ditempat yang sama dapat terjadi elephantiasis.Diagnosis bandingnya adalah selulitis, namun pada penyakit ini infiltratnya di subkutan. Pengobatan terutama adalah istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), pengobatan sistemik dengan antibiotic, topical diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptic. Jika terjadi edem diberikan diuretic.

7.

Selulitis

Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan lab, dan terapi sama dengan erysipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.

8

8.

Flegmon

Selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis hanya saja ditambah dengan insisi.

9.

Ulkus Piogenik Berbentuk ulkus, gambaran klinisnya tidak khas dengan disertai pus diatasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman gram negative sehingga perlu dilakukan kultur.

10. Abses Multipel Kelenjar Keringat Infeksi yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, pada kelenjar keringat berupa abses multiple tak nyeri berbentuk kubah. Didapati pada anak dengan faktor predisposisi berupa daya tahan tubuh yang menurun juga banyak keringat, sehingga sering bersama denga miliaria. UKK berupa nodus eritema, multiple, tidak nyeri, berbentuk kubah dan lama memecah. Lokasinya di tempat yang banyak keringat.Diagnosis bandingnya adalah furunkulosis, namuan furunkulosis terasa nyeri dan bentuknya seperti kerucut, dengan pustule ditengah dan lebih cepat memecah. Pengobatan yaitu antibiotic topical dan sistemik dengan tidak lupa memperhatikan faktor predisposisi.

11. Hidradenitis

Infeksi

kelenjar

apokrin

biasanya

oleh

Staphylococcus aureus. Sering didahului oleh trauma, dengan gejala konstitusi

9

berupa demam, malaise. Ruam berupa nodus, dengan kelima tanda radang akut (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa). Kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah membentuk fistel yang disebut hidradenitis supuratif. Pada yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, sinus yang multiple. Terbanyak berlokasi di ketiak, juga di perineum. Terdapat leukositosis. Diagnosis bandingnya adalah skrofuloderma, perbedaannya pada hidradenitis didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi. Pengobatan yang digunakan adalah antibiotic sistemik, jika telah terbentuk abses, diinsisi. Jika belum melunak diberi kompres terbuka, pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin dieksisi.

12. S4 (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome)

S4 pertama kali oleh Ritter von Rittershain, sehingga sering disebut penyakit Ritter. S.S.S.S ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri yang khas ialah terdapatnya epidermolisis.Penyakit ini terutama terdapat pada anak dibawah 5 tahun, pria lebih banyak dari wanita. Etiologinya ialah Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55 dan/atau faga 71. Patogenesis. Sebagai sumber infeksi ialah infeksi pada mata, hidung, tenggorok, dan telinga. Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat epidermolitik (epidermolin, eksofoliatin) yang beredar di seluruh tubuh sampai pada epidermis dan menyebabkan kerusakan. Pada kulit tidak selalu ditemukan kuman penyebab. Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk mengekskresikan eksofoliatin, pada bayi diduga fungsi ginjal belum sempurna sehingga penyakit ini terjadi pada golongan usia tersebut.

10

Gejala Klinis. Pada umumnya terdapat demam yang tinggi disertai infeksi disaluran nafas bagian atas. Kelainan kulit yang pertama timbul adalah eritema, yang timbul mendadak pada muka, leher, ketiak dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24 jam. Dalam waktu 1-2 hari akan muncul bula-bula berdinding kendur, tanda nikolsky positif. Dalam 23 hari terjadi pengeriputan spontan disertai pengelupasan lembaran-lembaran kulit sehingga tanpak daerah erosif. Akibat epidermolisis tersebut gambarannya mirip dengan kambustio. Daerah-daerah tersebut akan mongering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Penyembuhan penyakit akan terjadi setelah 10-14 hari tanpa disertai sikatriks.

2.4

Epidemiologi Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus.Pioderma itu berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Nanah dalam pioderma berisi bakteri hidup dan bisa menular.Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superficial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di kulit yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus. Jadi pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus Bisul merupakan penyakit ringan, tapi sangat mengganggu. Dalam sebuah penelitian Departemen Kesehatan (Depkes RI) pada 2001 terungkap dari 326 responden, ternyata 26 persen pernah bisulan. Angka tersebut dianggap cukup tinggi mengingat bisul bukan penyakit berat, dan rata-rata bisa sembuh dengan sendirinya.Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidennya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi. 11

Pioderma merupakan penyakit yang paling sering dijumpai. Penyakit ini berhubungan erat dengan keadaan social ekonomi. Tidak ada ras tertentu yang cenderung terkena pioderma. Pioderma dapat menyerang laki-laki maupun perempuan pada semua usia.

2.5

Etiologi Etiologinya kebanyakan oleh

Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel

berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus. Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B hemolitikus. Penyebab pioderma adalah infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di kulit, yang disebabkan oleh bakteri misalnya Staphylococcus aureus yang merupakan sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada

Staphylococcus

koagulase

negatif

merupakan

flora

normal

manusia.Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.( sudoyo ,w .aru , dkk . 2006 : 622 ) .

2.6

Faktor Predisposisi 1. Higiene yang Buruk Seseorang dengan 2. higiene yang buruk. Kulit yang kotor banyak mengandung bakteri yang didapat di luar, wajah yang jarang dicuci dapat menjadi tempat kolonisasi bakteri. Bila jumlah koloni bakteri telah mencukupi, bakteri dapat saja masuk dan menginfeksi kulit itu mengapa kita harus rajin membersihkan wajah. tentu dengan sabun yang tepat 3. Daya Tahan Tubuh yang Lemah Seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah. 4. Semua infeksi akan dilawan dengan sistem imun tubuh, namun bila imun tubuh kita lemah maka infeksi akan merajalela, itu mengapa pada orang dengan imun yang lemah seperti pada orang HIV AIDS, malnutrisi, terkena 12

penyakit kronik, kanker, diabetes melitus, akan lebih mudah terserang infeksi kulit. c. 5. Penyakit Lain di Kulit Seseorang dengan 6. penyakit lain di kulit. Penyakit kulit lain dapat mengganggu fungsi proteksi dari kulit, sehingga seseorang yang sedang memiliki sakit kuliy rentan untuk terserang penyakit kulit lainnya. 7. Luka pada Kulit Seseorang dengan luka pada kulit. Sekecil apapun luka dapat menjadi celah jalan masuk kuman.

2.7

Patofisiologi Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana adanya

ketidakseimbangan

antara

ketiga

faktor

tersebut.

Staphylococcus

mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip endotoksin, mengaktifkan komplement. Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya. Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh. Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis dan perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses supurasi dan terbentuk abses ini dapat 13

diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata bisul (core). Bila abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan keluar. Perawatan khusus ialah pada furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih dalam atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila higinis penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang banyak bergesekan.

14

2.8

Pathway (lampiran) Ketidak seimbangan host,agen,lingkungan

Furunkel oleh staphylococus dan stepcoccus

PIODERNIA

Bakteri masuk

Folikulitis dan oerifolikoliti s

Nyeri

s.aureustinggal dirufaoliel

Kelainan pada kulit

Nekrosis jaringan

Abses pecah

Koagulaasi fibrin sekitar lesi an getah bening

ulkus

Penumpukan sel radang Radang bertmbah parah

Kerusakan Integritas Kulit

Informasi tidak adekuat pengungkapan tidak mengetahui penyakit dan penanganan

Reaksi inflamasi oleh tubuh Gangguan Citra Tubuh Suhu meningkat 2.9

Manifestasi Klinis Hipertrmi 15

Kurang Pengetahuan

1. Benjolan merah di kulit yang membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa hari, dan akan pecah dengan sendirinya 2. Demam / Panas 3. Adanya Nodul 4. Mual, Muntah 5. Krusta 6. Nyeri 7. Gatal-gatal 8. Radang 9. Papul dan Prustul

2.10 Komplikasi 1. Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang nantinya bisa menjadi meningitis. 2. Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas. 3. Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal. 4. Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh hygiene yang buruk

2.11 Pemeriksaan Diagnostik Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.

2.12 Penatalaksanaan Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene perorangan dan lingkungan harus diperhatikan. 1.

Sistemik Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.

16

a.

Penisilin G prokain dan semisintetiknya 1) Penisilin G prokain, Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik. 2) Ampisilin Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. 3) Amoksisilin Dosisnya

sama

dengan

ampsilin,

dosis

anak

25-50

mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. 4) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,2511,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4 dosis. 2.

Linkomisin dan Klindamisin Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak

dipakai

lagi

dan

diganti

dengan

klindamisin

karena

potensi

antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.

17

a.

Eritromisin Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resistenpenisilinase. Sering member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.

b.

Sefalosporin Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

3.

Topikal Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.

2.13 Tindakan perawatan Selain penanganan dengan menggunakan obat, tindakan perawatan pada pioderma (bisul) dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: a. Kompres hangat selama 15 menit satu/dua kali sehari b. Setelah bisul pecah, jaga bagian tersebut selalu bersih sampai kulit sembuh c. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan infeksi d. Periksa dokter bila gejala tidak berkurang

18

A.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pioderma 1.

Pengkajian. a.

Identitas klien yang meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, dann status.

b.

Riwayat kesehatan: Pada umumnya pasien mengeluh Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit.

c.

Riwayat penyakit saat ini : Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal : mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.

d.

Riwayat penyakit dahulu : Perlu dikaji apakah klien pernah menderita infeksi pada kulit, dermatitis, tumor kulit.

e.

Riwayat penyakit keluarga : Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit kulit yang lain.

2.

Pemeriksaan fisik: a.

B1 (Breath) 1)

Inspeksi : bentuk simetris. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi. dipsnea

(-),

retraksi dada (-), takipnea (-) 2)

Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan.

3)

Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.

b.

B2 (Blood) 1)

Palpasi : peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena, nadi meningkat.

2)

Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.

3)

Auskultasi : s1s2 tunggal

19

c.

B3 (Brain) 1)

Inspeksi : px cukup, yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Kesadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.

2)

Palpasi : adakah parese, anesthesia.

3)

Perkusi : refleks fisiologis dan refleks patologis. Kepala : kesemitiras muka, warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala. Wajah tampak pucat. Mata : Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-). Hidung : dapat membedakan bau wangi,busuk. Telinga : bisa mendengarkan suara dengan baik.

d.

B4 (Bladder) 1)

Inspeksi : testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apakah labiomayor menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.

2) e.

Palpasi : adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

B5 (Bowel) 1)

Inspeksi : BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi dan kesemitrisan abdomen. Ada konstipasi atau diare.

2)

Auskultasi : Bising usus

3)

Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani.

4)

Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah.

20

f.

B6 (Bone) 1)

Inspeksi : pada kulit pasien yang terkena infeksi tampak merah, terdapat pus jika sudah parah,adanya odem di kulit yang terkena infeksi.

2)

Palpasi : teraba adanya pus di kulit yang terkena infeksi dan peningkatan suhu kulit di atas massa. Adanya rasa gatal.

3) g.

Perkusi : nyeri dan atau mati rasa pada kulit yang terkena.

Pola Nutrisi Kebiasaan pola makan yang kurang bersih (misalnya : makanan yang kurang

higinies).

Anoreksia,

mual/muntah.

Perubahan

pada

kelembapan/turgor kulit, edema. h.

Pola eliminasi Perubahan pola defikasi, BAB dan BAK dilakukan sendiri.

i.

Pola istirahat Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktorfaktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan gagal-gatal.

j.

Pola aktivitas Px nampak gelisah, cemas, malu dengan kondisi penyakitnya sehingga mengakibatkan gangguan pada pola aktivitasnya, tingkat stress tinggi.

3.

Diagnosa a.

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

b.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

c.

Nyeri berhubungan dengan lesi kulit

d.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

e.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit

21

4.

Intervensi

NO

DIAGNOSA

NOC

NIC

1.

Hipertermi berhubungan

NOC:

NIC

Definisi :

Termoregulation

Fever treatment

Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

1. Monitor suhu sesering Kriteria Hasil :

mungkin

1. Suhu tubuh dalam rentang 2. Monitor IWL Batasan karakteristik :

normal

1. Konvulsi kulit

2. Nadi dan RR dalam

kemerahan

rentang normal

2. Peningkatan suhu

3. Tidak ada perubahan

tubuh diatas

warna kulit dan tidak ada

normal

pusing, merasa nyaman

3. Kejang

3. Monitor warna dan suhu kulit 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran 6. Monitor WBC, HB dan

4. Takikardi

HCT

5. Takipneu

7. Monitor intake dan output

6. Kulit terasa

8. Berikan antipiretik

hangat

9. Berikan pengobatan untuk

Faktor faktor yang

mengatasi penyebab

berhubungan :

demam

1. Anestesia

10. Selimuti pasien

2. Penurunan

11. Lakukan tapit sponge

respirasi

12. Berika cairan intravena

3. Dehidrasi

13. Kompres pasien pada lipat

4. Pemajanan

paha dan aksila

lingkungan napas

14.

5. Penyakit

Tingkatkan sirkulasi

udara

6. Pemakaian

15.

Berikan pengobatan

pakaian yang

untuk mencegah terjadinya

tidak sesuai

menggigil

dengan suhu lingkungan

Temperature regulation

7. Peningkatan laju

1. Monitor suhu minimal

22

metabolisme

2jam

8. Medikasi

2. Rencanakan monitoring

9. Trauma

suhu secara kontinyu

10. Aktivitas berlebih

3. Monitor TD, nadi dan RR 4. Monitor warna dan suhu kulit 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi 7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangan kehangatan tubuh 8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas 9. Diskusikan tentang pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan 10. Berikan indikasi tentang keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan 11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan 12. Berikan antipiretik jika perlu

Vital sign monitoring 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR

23

2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk / berdiri 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 5. Monitor TD, nadi, RR , sebelum, selama, dan setelah aktivitas 6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan 8. Monitor suara paru 9. Monitor pola pernafasan abnormal 10. Monitor suhu warna dan kelembaban kulit 11. Monitor sianosis perifer 12. Monitor adanya chusing triad (tekanan nadi yang melebar, bradi kardi, peningkatan sistolik) 13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign 2.

Kerusakan

integritas NOC

NIC

1. Tissue integrity : skin Pressure management

kulit Definisi :

and

Perubahan atau gangguan

membranes

epidermis

dan

atau

dermis

mucous

1. Kerusakan

2. Hemodialysis akses

lapisan

kulit

dipertahankan

24

untuk

yang longgar 2. Hindari kerutan pada

1. Integritas kulit yang baik

px

menggunakan pakaian

Kritaria hasil :

Batasan karakteristik :

1. Anjurkan

bisa

tempat tidur 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan

(dermis)

(sensasi,

2. Gangguan

temperature, hidrasi,

permukaan

kulit

(epidermis) 3. Invasi

elastisitas,

pigmentasi)

tubuh

lesi pd kulit

yang

4. Menunjukkan pemahaman

1.

Eksternal :

proses perbaikan kulit

a. Zat kimia, radiasi

dan

b. Usia

terjadinya

ekstrim

5. Mampu

d. Hipertermia,

kulit

hipotermia e. Faktor

mekanik

(mis.,gaya

mencegah cedera

akan

adanya kemerahan lotion

atu

minyak/baby oil pada daerah yang tertekan 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi px 8. Monitor status nutrisi

melindungi dan

px 9. Memandikan

px

mempertahankan

dengan sabun dan air

kelembaban kulit dan

hangat

perawatan alami

gunting [shearing

Insision site care 1. Membersihkan,

force)

2.

dalam

berulang

c. Kelembaban

kulit

6. Oleskan

berhubungan :

yang

sekali 5. Monitor

3. Perfusi jaringan baik

Faktor

4. Mobilisasi px (ubah posisi px) setiap 2jam

2. Tidak ada luka atau

struktur

kering

memantau

dan

f. Medikasi

meningkatkan

proses

g. Lembab

penyembuhan

pada

h. Imobilitasi fisik

luka

Internal

jahitan,

a. Perubahan status

straples

cairan

yang

ditutup

klip

2. Monitor

b. Perubahan

atau

proses

kesembuhan area insisi

pigmentasi

3. Monitor

tanda

c. Perubahan turgor

gejala

d. Faktor

area insisi

perkembangan

infeksi

dan pada

4. Bersihkan area sekitar

e. Kondisi

jahitan atau staples,

ketidakseimbang

menggunakan

an

kapas steril

nutrisi

25

lidi

(mis.,obesitas,

5. Gunakan

emasiasi)

preparat

antiseptic,

f. Penurunan

sesuai

program

imunologis

6. Ganti

g. Penurunan

balutan

pada

interval waktu yang

sirkulasi

sesuai

h. Kondisi

luka

atau

biarkan

tetap

terbuka

gangguan

(tidak dibalut) sesuai

metabolik

program

i. Gangguan sensasi j. Tonjolan tulang 3.

Nyeri Akut

NOC

NIC

Definisi : Pengalaman

1. Pain level

sensori

tidak

2. Pain control

yang

3. Comfort level

yang

menyenangkan

Pain management 1. Lakukan nyeri

muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil: jaringan yang aktual atau

secara

komprehensif termasuk

lokasi,

nyeri (tahu penyebab

karakteristik,

durasi,

digambarkan dalam hal

nyeri,

frekuensi, kualitas, dan

kerusakan

menggunakan tehnik

potensial

atau

rupa

sedemikian (international

1. Mampu

pengkajian

mengontrol

mampu

nonfarmakologi

association for the study

untuk

mengurangi

of pain):

nyeri,

mencari

Awitan

yang

atau

lambat

tiba-tiba dari

bantuan)

faktor presipitasi 2. Observasi

reaksi

nonverbal

dari

ketidaknyamanan 3. Gunakan

2. Melaporkan

bahwa

komunikasi terapeutik

intensitas ringan hingga

nyeri

berat dengan akhir yang

dengan menggunakan

pengalaman

dapat diantisipasi atau

managemen nyeri

pasien.

diprediksi

dan

3. Mampu

berkurang

tehnik

mengenali

berlangsung <6bln.

nyeri

Batasan Karakteristik :

intensitas, frekuensi,

1. Perubahan selera

(skala,

dan tanda nyeri)

26

untuk

4. Kaji

mengetahui nyeri

kultur

yang

mempengarui

respon

nyeri 5. Evaluasi

pengalaman

makan

4. Menyatakan

2. Perubahan

rasa

nyaman setelah nyeri

tekanan darah

berkurang.

3. Perubahan

nyeri massa lampau 6. Evaluasi pasien

bersama dan

tim

kesehatan lain tentang

frekuensi jantung

ketidakefektifan

4. Perubahan

kontrol

frekuensi

nyeri

masa

lampau

pernafasan

7. Bantu

pasien

dan

5. Laporan isyarat

keluarga

untuk

6. Diaforesis

mencari

dan

7. Perilaku distraksi

menemukan dukungan

(mis

:

berjalan

8. Kontrol

lingkungan

mondar-mandir

yang

dapat

mencari

mempengarui

nyeri

lain

orang

dan

atau

seperti suhu ruangan,

aktifitas

lain,

pencahayaan

aktivitas

yang

kebisingan.

berulang)

9. Kurangi

8. Mengekspresikan perilaku

dan

(mis

faktor

presipitas nyeri dan

lakukan

gelisah,

penanganan

nyeri

merengek,

(farmakologi,

menangis)

farmakologi, dan inter

9. Masker

:

10. Pilih

wajah

non

personal)

(mis: mata kurang

11. Kaji tipe dan sumber

bercahaya,

nyeri

untuk

tampak

kacau,

menentukan intervensi

gerakan

mata

12. Ajarkan tentang tehnik

berpancar

atau

non farmakologi

tetap pada satu

13. Berikan

fokus meringis)

untuk

10. Sikap melindungi

nyeri

nyeri

14. Evaluasi

27

analgetik mengurangi

keefektifan

11. Fokus menyempit (mis:

kontrol nyeri

gangguan

persepsi

15. Tingkatkan istirahat

nyeri

16. Kolaborasikan dengan

hambatan proses

dokter

berfikir,

keluhan dan tindakan

penurunan

nyeri tidak berhasil

interaksi

dengan

orang

jika

17. Monitor

dan

tentang

manajemen nyeri.

12. Indikasi

nyeri

yang

dapat

18. Analgesic administration

diamati

19. Tentukan

13. Perubahan posisi

dan

menghindari

sebelum

nyeri

obat. tubuh

tentang

15. Dilatasi pupil

pemberian

jenis

obat,

21. Cek riwayat alergi

secara verbal

22. Pilih analgesik yang

17. Gangguan tidur yang

diperlukan

atau

kombinasi

dari

analgesik

berhubungan: 1. Agen cidera (mis:

kimia,

nyeri

dosis, dan frekuensi.

16. Melaporkan nyeri

biologis,

derajat

20. Cek instruksi dokter

melindungi

Faktor

lokasi,

karakteristik, kualitas,

untuk

14. Sikap

penerimaan

pasien

lingkungan)

ada

ketika

pemberian lebih dari

zat

satu

fisik,

psikologis)

23. Tentukan

pilihan

analgesik

tergantung

tpe dan beratnya nyeri 24. Tentukan pilihan,

analgesik rute

pemberian dan dosis optimal

28

25. Pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan

nyeri

secara teratur 26. Monitor

vital

signsebelum sesudah

dan pemberian

analgesik pertama kali. 27. Berikan

analgesik

tepat waktu terutama saat nyeri hebat 28. Evaluasi

efektivitas

analgesik, tanda dan gejala. 4.

Gangguan citra tubuh

NOC:

NIC:

1. Citra tubuh: persepsi Pencapaian citra tubuh: yang positif terhadap penampilan

dan

fungsi tubuh sendiri 2. Kontrol pikir yang didistorsi:

1. Tentukan

harpan

pasien

tentang

gambaran

tubuh

berdasarkan

tahap

perkembangan

kemampuan

untuk

2. Tentukan

apakah

menahan

diri

perubahan fisik saat

terhadap

gangguan

ini telah dikaitkan ke

pada persepsi, proses

dalam

pikir dan isi pikir.

pasien

Kriteria Hasil:

3. Identifikasi

1. Gangguan citra tubuh berkurang

yang

ditunjukkan citra positif,

agama,

orang

yang

pasien

tidak

ada pada

tubuh

budaya,

ras,

jenis

kelamin, dan usia dari

dengan

tubuh

keterlambatan

29

citra

penting

bagi

menyangkut

citra tubuh 4. Pantau

frekuensi

perkembangan anak,

pernyataan

secara

mengkritik diri

konsisten

menunjukkan distorsi

yang

5. Dengarkan

kontrol pikir, resolusi

pasien/keluarga secara

berduka.

aktif san akui realitas

2. pengakuan

terhadap

perubahan

aktual

terhadapa

perawatan,

penmpilan

kemajuan

dan

pada

adanya

buruk 3. memelihara

perhatian

prognosis 6. Berikan

perawatan

hubungan sosial yang

dengan

cara

tidak

dekat dan hubungan

menghakimi, pelihara

personal.

privasi dan martabat pasien. 7. Beri dorongan kepada pasien untuk: -

Pertahankan kebiasaan berpakaian seharihari

yang

rutin

dilakukan -

Mengungkapkan perhatian

tentang

hubungan personal yang dekat -

Mengungkapkan konsekuensi perubahan dan

fisik

emosional

yang

dapat

mempengaruhi konsep diri ï‚·

30

Identifikasi

cara-cara

untuk

mengurangi

dampak

dari

segala

kesalahan penggambaran melalui berpakaian,

rambut

palsu, atau kosmetik, sesuai

dengan

kebutuhan 5.

Kurang Pengetahuan Definisi : Tidak

NOC :

NIC :

Kowlwdge : disease process adanya

kurangnya kognitif

atau Kowledge : health Behavior

informasi KriKriteria Hasil : sehubungan

1. Pasien dan keluarga

dengan topic spesifik.

menyatakan

Batasan karakteristik :

pemahaman

tentang

memverbalisasikan

penyakit,

kondisi,

adanya

prognosis

dan

masalah,

ketidakakuratan mengikuti

program pengobatan instruksi,

2. Pasien dan keluarga

Teaching : disease Process 1. Berikan

penilaian

tentang

tingkat

pengetahuan

pasien

tentang

proses

penyakit yang spesifik 2. Jelaskan patofisiologi dari

penyakit

bagaimana

dan

hal

berhubungan

ini

dengan

perilaku tidak sesuai.

mampu

anatomi dan fisiologi,

Faktor yang berhubungan

melaksanakan

dengan

: keterbatasan kognitif,

prosedur

yang

interpretasi

dijelaskan

secara

informasi

terhadap yang

kurangnya

salah,

benar

cara

yang

tepat. 3. Gambarkan tanda dan gejala

yang

biasa

keinginan

3. Pasien dan keluarga

muncul pada penyakit,

untuk mencari informasi,

mampu menjelaskan

dengan cara yang tepat

tidak

kembali

mengetahui

apa

yang

4. Gambarkan

proses

sumber-sumber

dijelaskan

penyakit, dengan cara

informasi.

perawat/tim

yang tepat

kesehatan lainnya

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

31

6. Sediakan

informasi

pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7. Hindari harapan yang kosong 8. Sediakan

bagi

keluarga

informasi

tentang

kemajuan

pasien

dengan

cara

yang tepat 9. Diskusikan perubahan gaya

hidup

yang

mungkin

diperlukan

untuk

mencegah

komplikasi

di

masa

yang akan datang dan atau

proses

pengontrolan penyakit 10. Diskusikan

pilihan

terapi atau penanganan 11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi mendapatkan

atau second

opinion dengan cara yang

tepat

atau

diindikasikan 12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat 13. Rujuk

pasien

pada

grup atau agensi di

32

komunitas

lokal,

dengan cara yang tepat 14. Instruksikan

pasien

mengenai tanda dan gejala

untuk

melaporkan pemberi

pada perawatan

kesehatan, dengan cara yang tepat

4. Implementasi Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

5. Evaluasi a. Diagnose 1 (Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi) 1) Suhu tubuh dalam rentang normal 2) Nadi dan RR dalam rentang normal 3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman

b. Diagnosa 2 (Kerusakan integritas kulit ) 1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi) 2) Tidak ada luka atau lesi pd kulit 3) Perfusi jaringan baik

c. Diagosa 3 (Nyeri akut) 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) 3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

d. Diagnosa 4 (Gangguan citra tubuh) 1) pengakuan terhadap perubahan aktual pada penmpilan buruk 2) memelihara hubungan sosial yang dekat dan hubungan personal. 33

e. Diagnosa 5 (Kurang pengetahuan) 1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan 2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar 3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

34

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di literatur pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus. Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis). Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo bulosa, ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Jenis infeksi Pioderma adalah infeksi bakteri pada kulit primer atau sekunder. Infeksi kulit primer berawal dari kulit yang sebelumnya tampak normal dan biasanya infeksi ini disebabkan oleh satu macam mikroorganisme misalnya staphylococcus aureus, sedangkan infeksi sekunder disebabkan oleh disrupsi keutuhan kulit karena cedera atau pembedahan.

3.2 Saran Penulis harapkan bagi para pembaca agar dapat memahami mengenai pioderma. Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan oleh karena itu Kami mohon saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

35

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc.Yogyakarta: Mediaction Corwin, E. 2000. Handbook of Patophysiology (Buku Terjemahan). Jakarta :EGC Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta :EGC Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Definisi dan Klasifikasi 2012 -2014 (terjemahan). Jakarta : EGC Smeltzer,Suzanne C & Brenda G, Bare.2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth:Jakarta : EGC

36

Related Documents

1 A)pioderma Superficial
November 2019 3
1 B)pioderma Profundo
November 2019 5
Kelompok
May 2020 52
Kelompok
May 2020 50
Kelompok
May 2020 61

More Documents from "SUNARTO"