PHARMASTUDY KMMF “TOKSIKOLOGI (2018)”
“Dan katakanlah: “Wahai Rabb-ku tambahkanlah kepadaku ilmu” (QS Thaahaa: 114) "Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan" (Imam Syafi'i)
Soal Acak 1 1. Tikus neonatal menunjukkan respon ketoksikan yang berbeda terhadap DDT dan Malation. Hal ini disebabkan antara lain karena: a. Kerentanan reseptor yang berbeda b. Fungsi hati yang belum berkembang c. Fungsi ginjal yang belum sempurna d. Perbedaan jumlah cairan tubuh dan lemak e. Perbedaan distribusi xenobiotic
2. Senyawa berikut ini menyebabkan terjadinya nekrosis di daerah periportal hepar, dimana terdapat enzim pemetabolisme senyawa senyawa tersebut: a. CCL4 b. Paracetamol c. Allyl alkohol d. Bromobenzene e. Ethanol
3. Penggunaan pestisida organoklorin dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan terakumulasinya konsentrasi zat yang diterima oleh tubuh hingga mencapai konsentrasi toksis sehingga dengan demikian menyebabkan terjadinya gejala keracunan, yaitu: a. Efek toksik kronis b. Efek toksik akut c. Efek toksik mutagenik d. Efek toksik subkronis e. Efek toksik ringan
4. Isoniazid (INH) adalah obat yang banyak digunakan untuk terapi TBC. INH di hati akan di metabolisme oleh enzim CYP 450 menjadi Mono Asetil Hidrazin (MAH) yang kemudian oleh N-Asetil Transferase diubah menjadi asetil isoniazid. Penggunaan isoniazid bersamaan dengan obat simetidin yang merupakan inhibitor enzim CYP 450 dapat mengakibatkan toksisitas INH berubah, a. Toksisitas INH meningkat karena metabolit INH bersifat toksik semakin banyak terbentuk.
b. Toksisitas INH menurun karena INH dalam bentuk utuh yang bersifat toksik semakin sedikit terbentuk c. Toksisitas INH tetap tidak terpengaruh oleh penambahan simetidin. d. Toksisitas INH meningkat karena INH dalam bentuk utuh yang bersifat toksik semakin sedikit terbentuk e. Toksisitas INH menutun karena metabolit INH yang bersifat toksik semakin sedikit terbentuk.
5. Seorang pasien berjenis kelamin wanita berusia 83 tahun diberikan dosis oral standar Eropa untuk parasetamol (N-asetil-p-aminofenol) 2 x 500 mg tanpa faktor resiko metabolisme yang diperlambat (BB<50 kg, interaksi dengan obat lain, hepatic enzyme inducer dan riwayat penyakit hepar). Secara signifikan, pasien mendapat ekskalasi dosis “sesuai kebutuhan” hingga 4 g per hari. Tes fungsi hepar menunjukkan kenaikkan aktivitas ALT dan keadaan normal pada hari ke 4 pasca eskalasi dosis, berpuncak pada hari ke 6 yang menandakan terjadinya cedera hepatik akut. Pemberian parasetamol dihentikan, kemudian ditangani dengan N-asetilsistein hingga pasien pulih sepenuhnya. Tes fungsi hepar memberikan hasil normal 2 minggu setelah penanganan. Berdasarkan kasus di atas, apakah hal yang dapat menyebabkan terjadinya hepatotoksisitas parasetamol walaupun telah diberikan sesuai dosis standar? a. Terjadinya malnutrisi akut pada pasien b. Metabolisme parasetamol sangat bervariasi pada usia pasien yang lebih tua, volume distribusi berubah karena perubahan komposisi tubuh yang terkait dengan usia, serta sifat hidrofilik parasetamol. c. Klirens metabolit glukuronida dapat bertambah akibat gangguan aktivitas konjugasi intrinsik hepar, terutama pada pasien dengan kondisi lemah d. Jawaban A dan B bnar e. Jawaban A dan C benar
6. Seorang pria berusjia 74 tahun dengan riwayat penyakit tukak peptik datang dengan keluhan sakit di bagian epigastrik tengah. Dokter menduga terdapat infeksi bakteri. Dokter meresepkan gentamisin 80 mg setiap 8 jam. Pasien juga diambil darah untuk cek lab. Tiga hari kemudian hasil cek darah keluar dan didapatkan hasil Pseudomonas neurogenesis sensitif tergadap gentamisin dan didapatkan pula hasil serum kreatinin sebesar 1.4 mg/dL. Dokter tetap melanjutkan pengobatan memakai gentamisi. Setelah 3 hari, ternyata kreatinin
pasien pria naik 2X nya menjadi 2.8 mg/dL sehingga dokter menurunkan dosis gentamisin menjadi 70 mg setiap 8 jam. Seminggu kemudian, dilakukan lagi pengecekan ternyata kreatinin tetap naik menjadi 7 mg/dL. Dokter memutuskan untuk memberhentikan peresepan gentamisin terhadap pasien. Sebulan pasca berhenti menggunakan gentamisin, kreatinin pasien pria tersebut normal kembali menjadi 1.2 mg/dL. Berikut yang bukan termasuk faktor resiko dari amynoglycosyde nephrotoxicity: A. Dosis B. Durasi C. Usia D. Jenis Kelamin E. Penderita hepatotoksik
7. Dari hasil laboratorium yang ada pada kasus tersebut, disimpulkan bahwa obat yang bersifat: a. Neurotoksik b. Hepatotoksik c. Gastrotoksik d. Nefrotoksik e. Kardiotoksik
8. Seorangwanita berusia 18 tahun mengalami pusing, badan terasa lemah, penurunan penglihatan, dan muntah-muntah. Sebelumnya, pasien sempat didiagnosa menderita kejang umum tonik klonik dan diberikan tablet phenytoin 200mg/hari dengan asam folik 5 mg/hari selama 5 tahun. Karena kejang pasien kambuh, dokter meminta pasien melakukan pengobatan kembali setelah 3 tahun menghentikan pengobatan dengan dosis yang sama. Setelah melakukan pemeriksaan, level serum phenytoin pada pasien sebesar 21,6 mcg/mL (normal 10-20 mcg/mL dengan diatas 15mcg/mL sudah menandakan toksisitas). Dokter pun menurunkan dosis phenytoin menjadi 100mg/hari dan menambahkan carbamazepine 400 mg/hari sebagai bagian dari pengobatan. Setelah 20 hari, keluhan pasien sudah menurun drastis. Dari kasus diatas, efek toksik baru timbul karena… A. Berkembang dari pengobatan dengan phenytoin selama 5 tahun B. Terkandungnya asam folik pada obat C. Tidak diikutsertakannya carbamazepine sebagai bagian dari pengobatansebelumnya
D. Jawaban A dan C benar E. Semuajawabanbenar
9. Dari hasil lab yang ada pada kasus tersebut, disimpulkan bahwa phenytoid adalah obat yang... A. Kardiotoksik B. Hepatotoksik C. Gastrotoksik D. Nefrotoksik E. Neurotoksik
10. Banyak kasus penarikan obat karena berisiko pada kehamilan jika di….. khususnya pada janin. Salah satu contohnya adalah thalidomide yang…. antiemetik pada ibu hamil. Sekitar 8000 wanita di seluruh dunia yang…. melahirkan bayi dengan gangguan perkembangan anggota badan (…. Dari faktor kondisi pemejanan, kasus di atas disebabkan oleh elemen fa,,, A. Jenis pemejanan B. Jalur Pemejanan C. Frekuensi Pemejanan D. Saat Pemejanan E. Dosis Takaran
11. Pada tahun 1996 data departemen kesehatan tentang monitoring keracunan pestisida organofosfat dan karbamat penjamah pestisida organofosfat dan karbamat di provinsi Indonesia menunjukkan bahwa 61,82 persen petani mempunyai aktivitas cholinesterase blabla normal, 1,3% keracunan berat 9, 98 persen keracunan sedang dan 26, 89 persen keracunan ringan bla bla dan ringannya efek keracunan zat beracun atau insektisida pengaruhi oleh: A. Genetika B. Berat badan C. Kecepatan absorpsi zat beracun D. Jenis kelamin E. Semua jawaban benar
12. Cedera hati akut dan kronis seperti hepatitis, sirosis, hepatitis toksik, porfiria, dan bla bla akan mempengaruhi biotransformasi, penyakit ginjal dapat menyebabkan gangguan blabla kimia sehingga meningkatkan toksisitasnya, penyakit jantung yang parah dapat bla bla toksisitas bahan kimia oleh mengganggu sirkulasi ginjal dan hati, gangguan saluran pernafasan seperti asma membuat subjek lebih rentan terhadap polutan udara. Pernyataan di atas, merupakan faktor yang mempengaruh toksisitas yaitu: A. Faktor intrinsik makhluk hidup, kecepatan dan jalur metabolisme B. Faktor intrinsik xenobiotik, itu jalur pemajanan C. Faktor intrinsik makhluk hidup, yaitu kondisi patologi D. Faktor intrinsik xenobiotik meliputi takaran sifat kimia dan struktur kimia xenobiotik, E. Faktor intrinsik makhluk hidup, yaitu ADME pada masing-masing spesies
13. Seorang pasien laki-laki berusia 70 tahun dan putar lagu Anne Marie perokok berat menderita penyakit kanker paru-paru berdasarkan pemeriksaan radiografi dan CT Scan. Pasien menjalani kemoterapi dengan obat irinotecan (50 mg per m2 pada hari ke 1, 8 dan 15) dan cinplastin (60 MG per meter kuadrat pada hari 1) setelah diberikan terapi selama 7 hari pasien mengalami demam tinggi dan keracunan yang di dengan leukopenia, neutropenia , febrile orang neutropenia, trombositopenia dan diare. Setelah di bla bla genetik, pasien mengalami polimorfisme pada UGT1A1*6 heterozigot dan UGT1A1*28 wILD TYPE Gene polimorfisme, sN-38 merupakan metabolit dari TRINOTECAN yang di Top melalui proses glukoronidasi oleh isoform UGT1A. berdasarkan literatur pasien dengan polimorfisme UGT1A1*28 menyebabkan terganggunya glukoronidasi. Pasien diobati dengan granulating stimulating faktor, antibiotik cefepime, dan transfusi platelet. Setelah 19 hari kemudian keadaan pasien membaik. Proses farmakokinetik apa yang terganggu pada kasus diatas: A. Absorpsi B. Distribusi C. Metabolisme fase 1 D. Metabolisme fase 2 E. Ekskresi
14. Pada kasus diatas, faktor intrinsik makhluk hidup manakah yang mempengaruhi toksisitas? A. Genetik B. Jenis kelamin C. Status hormonal D. Kapasitas fungsional cadangan E. Body Surface area
15. pada kasus di soal nomor 13 apa yang terjadi jika proses glukoronidasi terganggu? A. Kadar irinotecan dalam tubuh meningkat B. Kader SN-38 menikat dalam tubuh C. Kadar irinotecan dan SN-38 meningkat D. Kadar irinotecan dan SN-38 menurun E. Glukoronidasi tidak mempengaruhi kadar irinotecan dan SN-38
16. Efek toksisitas yang diterima oleh pasien dari kasus diatas dapat berkurang apabila A. Pasien diberikan xenobiotik yang dapat memetabolisme cefepime B. Pasien diberikan xenobiotik yang dapat menghabisi enzim UGB C. Diberikan xenobiotik yang dapat menginduksi enzim UGT D. Pasien diberikan xenobiotik yang dapat memetabolisme SN-38 E. Semua jawaban salah
17. Pemberian doksisiklin pada induk mencit bunting selama masa organogenesis menyebabkan perubahan struktur histologi organ hepar dan tubulus ginjal fetus mencit.. pemberian dosis 52 mg/kg bb/hari dan 104 mg/kg bb/hari dapat menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel tubulus ginjal fetus mencit. Berdasarkan pernyataan di atas, faktor intrinsic yang mempengaruhi xenobiotic adalah A. Jenis kelamin B. Dosis C. Kehamilan D. Sakit pada hepar E. Adanya pengaruh xenobiotic lain
18. Yang menjadi penyebab nekrosis sel hepar pada fetus mencit pada kasus di atas adalah A. Obat dimetabolisme menjadi metabolit toksik pada fetus B. Fetus belum mempunyai enzim untuk memetabolisme doksisiklin C. Kehamilan membuat obat doksisiklin menjadi toksik D. Pemberian dosis yang tidak tepat E. Penurunan fungsi hepar pada induk
19. Seorang wanita berusia 20 tahun dibawa ke UGD karena mengkonsumsi Tylenol Extra Strenght (berisi 500 mg acetaminophen) 8 jam yang lalu dikarenakan…. Di bagian mana metabolisme acetaminophen dalam hepar terjadi? A. AIDH B. Mitokondria C. Reticulum endoplasma D. ……………… E. Periportal
20. Pada kasus di atas siapakah yang menyebabkan keracunan? A. CCIO3 B. Epoxide C. NAPQI D. Acrolein E. CCI4
21. Dalam kondisi overdosis Tylenol Extra Strenght (berisi 500 mg acetaminophen) terakumulasi di hari, dan dapat mengakibatkan kerusakan sel bila berikatan dengan A. Glutathione B. Mitokondria C. Membrane seluler D. DNA seluler E. Protein seluler
22. Pada kasus no.19 tersebut, efek toksik yang terjadi berupa A. Necrosis centrolobuler B. Fibrosis C. Cholestasis D. Adenocarcinoma liver E. Nekrosis periportal
23. Pasien lanjut usia yang mempunyai serum digoxin concentrations (SDCs) di ambang batas atau mempunyai resiko tinggi terhadap digoxin toxicity apabila mengkonsumsi digoxin dosis terapi. Selain itu, resiko toksisitas meningkat setara dengan peningkatan usia. Oleh karena
itu, monitoring toksisitas yang teratur dan menjaga kadar SDCs normal (0,5-1,4 mg/ml) sangat penting dilakukan pada pasien lanjut usia. 61 orang pasien (30%) > 71 tahun mempunyai SDCs 1,4 to 2 mg/ml. kejadian toksisitas digoksin pada kelompok ini adalah 26,5%. Pasien-pasien tersebut mempunyai fungsi ginjal normal yang dibuktikan dengan Clcr (97,5 ± 17,6 ml/min), mengindikasikan bahwa digoksin toxicity pada kelompok ini tidak tergantung pada Clcr. Akan tetapi pasien <70 tahun dengan SDCs yang sama mempunyai insidensi toksisitas yang rendah (1,7%). Faktor intrinsic apakah yang mempengaruhi toksisitas digoksin? Salah satu karakteristik adalah gagal fungsi ginjal A. Umur B. Jenis kelamin C. Genetika D. Berat badan E. Status gizi
Soal Acak 2 16. Kondisi pemejanan/exposure ZB yang berkaitan dengan adanya perbedaan tempat absorbs adalah …… a. Jalur Pemejanan b. Frekuensi Pemejanan c. Takaran Pemejanan d. Saat Pemejanan e. Jenis Pemejanan
17. Kondisi pemejanan ZB yang menentukan efektifitas interaksi ZB dengan sel sasaran adalah …. a. Jalur pemejanan b. Frekuensi pemejanan c. Takaran pemejanan d. Jenis pemejanan e. Saat pemejanan
18. Pada pemberian ZB/toksikan secara berulang dapat menimbulkan efek toksik yang cepat jika …. a. Kecepatan eliminasinya lebih lambat dari frekuensi dosingnya b. Kecepatan eliminasinya lebih cepat dari frekuensi dosingnya c. Kecepatan eliminasinya setara dengan frekuensi dosingnya d. Kecepatan eliminasinya sangat cepat dibanding frekuensi dosingnya e. Kecepatan absorbsinya lebih lambat dari kecepatan eliminasinya
19. Kondisi biologis makhluk hidup yang berkaitan dengan pematangan sistem enzim dan metabolism: a. Bobot badan b. Umur c. Jenis kelamin d. Genetika e. Kecepatan pengosongan lambung
20. Kondisi patologis yang dapat mempengaruhi proses metabolism ZB/obat adalah: a. Kondisi penyakit jantung b. Kondisi penyakit liver c. Kondisi penyakit ginjal d. Kondisi penyakit G.I. e. Kondisi penyakit pernapasan
21. Berdasarkan sifat dan tempat kejadian mekanisme aksi luka intrasel adalah: a. Sifatnya langsung dan terjadi di lingkungan sekitar sel b. Sifatnya langsung dan terjadi di dalam sel c. Sifatnya tak langsung dan terjadi di lingkungan sekitar sel
d. Sifatnya tak langsung dan terjadi di dalam sel e. Sifatnya bisa langsung dan tak langsung di dalam sel
22. Aktivasi metabolism ZB yang menghasilkan metabolit yang suka electron disebut …. a. Elektrofilik b. Nukleofilik c. Radikal bebas d. Redox-active reactants e. Metabolit tak toksik
23. Aflatoksin B1, 8,9-epoxide merupakan metabolit toksik hasil aktivasi metabolit yang merupakan: a. Radikal bebas b. Nukleofil c. Elektrofil d. Redox-active reactants e. Metabolit tak toksik
24. Salah satu contoh ZB senyawa induk yang berikatan dengan membrane sel-sel saraf A. Nitrogen mustard B. Pestisida C. Streptomisin D. Doxorubicin E. Botulinus toksin 25. Efek sianida berinteraksi dengan sel mitokondria mengakibatkan deaktivasi pada: A. Produksi protein B. Produksi energy C. DNA D. Membran E. Proses metabolism 26. Mekanisme luka ekstrasel ZB dapat menyebabkan efek toksik dengan cara A. Berinteraksi dengan sel sasaran
B. C. D. E.
Mempengaruhi kehidupan lingkungan sekitar sel Berinteraksi dengan system imun Mempengaruhi fungsi/kerja sel sasaran Mempengaruhi kerja sel membrane
27. Salah satu metabolism dasar kehidupan sel adalah A. System hormonal B. System imun C. sistem saaraf D. Oksigen E. Elektrolit 28. Salah satu senyawa yang dapat menyebabkan luka ekstrasel endocrine disupters/modulator adalah:] A. Karbon tetraklorida B. Penisilin C. Doxorubicin D. ICDD E. Sianida 29. Salah satu wujud efek toksik bentuk perubahan biokimiawi adalah: A. Hipo/hipertensi B. Proliferasi C. Inflamasi D. Kanker E. Perubahan cairan elektrolit 30. Salah satu sifat efek toksik yang sifatnya terbalikkan adalah A. Ketoksikan tidak tergantung dosis B. Pemejanan dosis kecil jangka panjang dosis besar pendek C. Kadar racun habis, reseptor cepat kembali normal D. Efek toksik tidak kembali ke normal E. Efek toksik kembali normal jangka panjang
Soal Acak 3 23. Metode apa yang dapat dilakukan untuk melihat kadar digoxin dalam tubuh A. Penukuran kadar digoxin dalam serum B. Analisis kimia darah C. Elektrocargiorapic (ECG) setelah 24 jam pemberian (blm dpat referensi) D. Hanya A dan B yang benar E. A,B,C benar semua 24. Kondisi patologi yang mempengaruhi toksisitas kerja digoxin yaitu A. Penyakit hati B. Penyakit saluran cerna C. Penyakit ginjal D. A dan B benar E. Semua benar 25. Selain sering terjadi pada hepar, efek toksik akibat xenobiotic juga kerap terjadi di ginjal ini disebabkan karena A. Fungsi utama ginjal adalah menekskresikan sisa metabolit dalam sirkulasi, sehingga menjadi organ yang sering terpapar zat toksik, selain hepar B. ginjal dilalui ±1,2 liter darah per menit yang membawa senyawa hasil metabolisme untuk diekskresikan keluar tubuh C. Semakin bertambahnya usia seseorang, organ yang paling mudah rusak … ekskresi D. Glomerulus akan segera rusak jika dilewati molekul yang berukuran cukup besar E. Zat toksik cenderung berakumulasi di dalam ginjal 26. Sebagian besar proses sekresi xenobiotic terjadi pada A. glomerulus
B. arteri renal C. tubulus proksimal D. tubulus distal E. medulla 27. Banyak logam berat yang dapat menjadi racun bagi ginjal. Bagian ginjal yang di… secara khusus oleh logam berat ialah A. tubulus proksimal B. tubulus distal C. lengkung henle D. kapsul bowman E. tubulus kolektivus 28. Deteksi efek toksik pada ginjal dapat dilakukan dengan pemeriksaan di bawah ini kecuali A. Kadar urea dalam plasma B. Clearence dan Inulin C. Kadar Creatinin dalam plasma D. Kadar albumin dalam plasma E. Warna, dan pH urin 29. Respon terhadap adanya xenobiotic dapat berupa perubahan fisiologi yang berupa : A. Perubahan berat badan B. Perubahan intake makanan dan minuman C. Perubahan tekanan darah D. Perubahan gambaran histologi organ E. Perubahan biokimia darah 30. Evaluasi fungsi hepar pada pasien bisa dilakukan sebagai berikut, kecuali :
A. Mengukur perbandinan liver weight/body weight B. Urinary excretion of conjugated bilirubin or the amino acid taurinc C. Enzymes aspartate transaminase (AST) and alanine transaminase (ALT) D. plasma albumin E. plasma bilirubin
Soal Acak 4 1. Mekanisme luka ekstrasel ZB dapat menyebabkan efek toksik dengan cara A. Berinteraksi dengan sel sasaran B. Mempengaruhi kehidupan lingkungan disekitar sel C. Berinteraksi dengan sistem imun D. Mempengaruhi fungsi/kerja sel sasaran E. Mempengaruhi kerja membran sel 2. Salah satu metabolisme dasar kehidupan sel adalah A. Sistem horrmonal B. Sistem imun C. Sistem saraf D. Oksigen E. Elektrolit 3. Salah satu senyawa yang dapat menyebabkan luka ekstrasel endocrine distrupters/modulator adalah A. Karbontetraklorida B. Penisillin C. Doksorubicin D. TCDD E. Sianida 4. Salah satu wujud efek toksik bentuk perubahan biokimiawi adalah A. Hipo/hipertensi B. Proliferasi C. Inflamasi D. Kanker
E. Perubahan cairan dan elektrolit 5. Salah satu ciri sifat efek toksik yang sifatnya terbalikkan adalah A. Ketoksikan tidak tergantung dosis B. Pemejanan dosis jangka panjang=dosis besar pendek C. Kadar racun habis, reseptor cepat kembali normal D. Efek toksik tidak kembali ke normal E. Efek toksik kembali normal jangka panjang 6. Pada penerapan asas umum toksikologi sebagai variabel pada uji ketoksikan, zat beracun yang dapat bertindak sebagai variabel bebas adalah A. Kondisi pemejanan B. Kondisi makhluk hidup C. Mekanisme Aksi D. Wujud efek toksik E. Sifat efek toksik 7. Hubungaan kekerabatan antara kondisi pemejanan dengan wujud efek/respon toksik dapat dibuat tolok ukur ketoksikan dengan melihat hubungan sebagai berikut, kecuali A. Kondisi dan respon B. Dosis dan respon C. Dosis dan efek D. Waktu dan efek E. Waktu dan respon 8. Kalau anda ingin mengevaluasi batas aman pemakaian parasetamol sebagai analgesik/antipiretik, tolok ukur kuantitatif apa yang anda pakai A. Kisaran takaran pemejanan (slope kurva) B. Takaran ambang batas pemejanan (KETT) C. Margin of safety D. Indeks terapi E. Acceptable Daily Intake (ADI)