Pharmaceutical Care Practice Cipole (summary).pptx

  • Uploaded by: Vika Merryl
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pharmaceutical Care Practice Cipole (summary).pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,791
  • Pages: 264
Robert J. Cipolle; Linda M. Strand; Peter C. Morley

PKPA RS BETHESDA Periode Februari 2018

Dirangkum oleh: Muhammad Khudzaifi

Aktivitas Profesional yang terstandar

Memastikan setiap pengobatan pasien telah dinilai

Definisi Medication Manageme nt Services

Dilakukan secara Sistematik dan Komprehensif

Memastikan ketepatan, keefektifan, keamanan, dan kepatuhan pasien

10 Langkah Mencapai Comprehensive Medication Management 1. Identifikasi pasien yang belum mencapai tujuan terapi 2. Memahami riwayat pengobatan pasien 3. Mengidentifikasi pola penggunaan obat 4. Menilai setiap obat, kesesuaian, efektivitas, keamanan & kepatuhan

5. Mengidentifikasi semua masalah terapi obat 6. Mengembangkan rencana pengobatan yang direkomendasikan 7. Apabila pasien setuju maka rencana dikomunikasikan kepada dokter

8. Mendokumentasikan semua langkah dan status klinis pasien 9. Melakukan evaluasi dan follow up terkait terapi pasien

10. CMM adalah proses perawatan yang reiteratif dikoordinasikan dengan semua orang yang terlibat

Berbasis Pasien

Berbasis Peresepan

Dilakukan oleh praktisi (Apoteker)

Penggantian ke obat generik

Melalui tatap muka atau media komunikasi lain

Rekonsiliasi obat

Mulai dengan mendapatkan kepercayaan dari pasien sehingga tahu kebutuhan dan masalah pasien

Pemberian informasi obat Edukasi penyakit berdasarkan obat Cara penggunaan obat

Monitoring obat

Peningkatan Pengobatan Peningkatan Penggunaan

Peningkatan Biaya Pengobatan

Dengan dilakukannya Medication Management Services dapat: 1. Menurunkan biaya kesehatan 2. Meningkatkan outcome klinis 3.Memberikan efek yang signifikan terhadap ketepatan, keefektifan, keamanan dan kepatuhan dalam pengobatan

MMS

Rawat Jalan

Rawat Inap

Apotek

Rehabilitasi

ACO dan Medical Home

Dirangkum oleh: Ni Putu Isabela Meita Putri

KEBUTUHAN AKAN PRAKTIK PROFESIONAL Pelayanan kepada pasien melibatkan 3 tanggung jawab yaitu: 1. Menilai setiap kebutuhan pasien secara keseluruhan untuk menentukan apa yang harus dilakukan seorang profesional agar kondisi kesehatan pasien segera membaik 2. Mengatur semua sumber daya yang ada agar pelayanan kepada pasien dapat berjalan lancar 3. Menindaklanjuti dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dan hasil yang ingin dicapai. Namun, pelayanan seperti yang disebutkan diatas masih jarang dilakukan. Banyak apoteker yang belum menerapkan praktik pelayanan kepada pasien secara profesional dengan cara yang sama dan dengan standar yang sama seperti profesional kesehatan lainnya. Maka dari itu, perlu dipahami lebih mendalam mengenai praktik pelayanan kepada pasien yang profesional dan bagaimana fungsinya.

Karakteristik Praktik Profesional Praktik Profesional merupakan penerapan pengetahuan yang berdasar dari filososi dan tujuan untuk menyelesaikan suatu masalah. Praktik Pharmaceutical Care yang berdasar dari filosofi dapat lebih menjelaskan praktisi mengenai tanggung jawab dan tugas masing-masing dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Komponen Praktik Profesional 3 komponen utama: 1.

Filosofi praktik, Merupakan landasan etis untuk praktik dan menentukan perilaku profesional yang tepat 2. Proses pelayanan kepada pasien, Dapat mengambil keputusan dan tindakan yang perlu dilakukan 3. Sistem manajemen dalam praktik, Proses pelayanan didiskusikan dalam forum agar menjamin kualitas, akuntabilitas, dan terlaksananya praktik profesional.

PHARMACEUTICAL CARE SEBAGAI PRAKTIK PROFESIONAL Pharmaceutical Care merupakan suatu praktik dimana praktisi memiliki tanggung jawab terhadap kebutuhan pasien yang berhubungan dengan obat dengan tujuan memberikan obat yang sesuai dan mencapai outcome terbaik

Filosofi Pharmaceutical Care Kebutuhan Sosial

Tanggung Jawab Praktisi

Berpusat Kepada Pasien

Paradigma Pelayanan

Proses Pelayanan Kepada Pasien

Permasalahan Terapi Obat

Deskripsi Permasalahan Terapi Obat

Obat tanpa indikasi

Terapi obat yang tidak perlu karena pasien tidak mengalami permasalahan klinis yang dimaksud

Indikasi tanpa obat

Perlunya penambahan terapi obat untuk menangani atau mencegah permasalahan klinis pasien

Obat tidak efektif

Obat tidak efektif untuk menghasilkan respon yang diharapkan pada pasien

Under doses

Dosis obat terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diharapkan pada pasien

Reaksi obat yang merugikan

Obat mengakibatkan reaksi yang merugikan

Over doses

Dosis terlalu tinggi yang menghasilkan efek yang tidak dikehendaki

Kepatuhan

Pasien tidak dapat atau mampu mendapatkan terapi obat sesuai dengan yang diharapkan

Tujuan “Care Plan”

• Mengatur proses terapi yang telah disetujui praktisi & pasien untuk mencapai tujuan terapi

• Mengatasi masalah terapi obat • Memenuhi tujuan terapi Dibutuhkan • Mencegah timbulnya masalah terapi obat baru Intervensi

Goals of Therapy

• Mengoptimalkan pengobatan pasien

Langkah “Care Plan”

Menetapkan tujuan terapi

Efektivitas

Memilih intervensi sesuai kondisi individu

Keamanan

Evaluasi & penjadwalan tindak lanjut terapi

Ketaatan

Outcome

Reassess new drug therapy problems

Memberikan pelayanan yang terbaik

Secara terstruktur dengan efektif dan efisien

Didukung oleh sumber daya (fisik, keuangan, sumber daya manusia, dll.)

Melibatkan : 1. Misi yang jelas mengenai pelayanan yang diberikan 2. Sumber daya uang dibutuhkan 3. Pengembangan metode untuk evaluasi 4. Penghargaan dan dukungan finansial untuk praktisi

Bahasa dan istilah dalam praktek Perlu dipelajari oleh apoteker Mampu menyampaika n tugas dan tanggung jawab

Dapat melakukan pelayanan Berkompetens kepad pasien i dalam memberikan informasi kepada pasien dan tenaga kesehatan lainnya

Filsuf Perancis : Paul Ricœur “Faktor paling signifikan yang menghubungkan kita dengan dunia sosial adalah bahasa. Bahasa membangun realitas kita, dan membentuk perasaan kita tentang siapa diri kita.”

Dokter

Mendiagnosa & menentukan terapi untuk pasien

Apoteker

Menilai kebutuhan individu, merencanakan terapi, evaluasi terapi

Praktik asuhan kefarmasian dikembangkan sebagai praktik umum Apoteker perlu membangunnya menjadi praktik khusus

Dapat melalui praktik farmasi klinik untuk pengobatan pasien

Karakteristik dalam pelayanan kesehatan

• Bersifat terbuka dan tidak terbatas • Bersifat komprehensif

PHARMACEUTICAL CARE SEBAGAI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER Pelayanan kesehatan primer

Medical home

Unsur umum pelayanan primer

1. Layanan yang komprehensif, berkesinambungan, terkoordinasi, dapat diakses, dan dapat diterima 2. Strategi untuk melayani pasien yang rentan 3. Pelayanan kontak pertama antar personal (gerbang menjaga fungsi) 4. Pelayanan nyata untuk masalah kebanyakan orang 5. Pelayanan yang diberikan oleh banyak praktisi . 6. Penekanan pada kesehatan bukan pada obat 7. Pengembangan dari praktisi secara umum.

Fokus Dasar pelayanan farmasi

pelayanan kesehatan dasar

1. Patient centered 2. Menangani kondisi akut dan kronis 3. Menekankan pencegahan 4. Sistem dokumentasi terus mencatat kebutuhan dan perawatan pasien yang diberikan 5. Mudah diakses, garis terdepan, kontak pertama 6. Perawatan yang terus menerus dan sistematis 7. Integrasi perawatan 8. Akuntabilitas 9. Penekanan pada pasien rawat jalan 10. Termasuk intervensi promosi pendidikan / kesehatan

Menurut Patient Centered Primary Care Collaborative (PCPCC) Karakteristik pelayanan primer merupkan prinsip konsep Medical home.

Layanan pengelolaan PCPCC telah mengambil konsep pelayanan primer sebagai sebagai prinsip-prinsip Medical home dan diterapkan untuk praktek asuhan kefarmasihan.

Dirangkum oleh: Stefani Sisilia Handoyo

 Filosofi

praktik adalah sekumpulan nilai yang memberi pedoman bertingkah laku dalam pharmaceutical care.  Merupakan sesuatu yang tak berwujud (intangible), hanya bisa diamati melalui tingkah laku, sikap, dan cara kerja praktisi.  Berbeda dari filosofi kehidupan individu dan termuat dalam sumpah profesi sehingga menjadi seragam di antara sesama praktisi.

 Filosofi

menentukan peraturan, peran, hubungan, dan tanggung jawab praktisi; aktivitas praktiknya seharihari mencerminkan filosofinya.  Membantu membuat keputusan dan menentukan hal apa yang penting/prioritas.  Pertimbangan: tanggung jawab yang harus dipenuhi, parameter etika yang berlaku, dan kewajiban moral.

1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

Memenuhi kebutuhan sosial Memenuhi tanggung jawab spesifik Pendekatan berfokus pada pasien Kepedulian sebagai paradigma praktik Kepedulian sebagai perjanjian Nilai-nilai yang terlibat dalam kepedulian Nilai dan Etika

 Profesional

dihargai jika dapat memenuhi kebutuhan sosial yang unik (dalam hal ini, kebutuhan kesehatan).  Praktisi profesional mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan untuk memberi pelayanan terkait kebutuhan tersebut.  Hak istimewa profesional (misalnya status yang sering dipandang lebih tinggi) dikarenakan masyarakat setuju akan hal itu sebagai balas jasa terpenuhinya kebutuhan sosial.

 Pembagian

tanggung jawab antara dokter, perawat, dan apoteker kadang kurang jelas.  Apoteker sebagai profesional yang spesifik menangani obat dan manajemennya akan dapat mengurangi morbiditas/mortalitas serta biaya untuk penyakit yang timbul karena obat.  Tanggung jawab utama apoteker adalah menjamin pasien mendapatkan terapi obat yang tepat, efektif, aman, serta nyaman; terdapat standar praktik bagi apoteker untuk mencapainya.

 Pasien

dilihat sebagai makhluk individu yang memiliki hak, pengetahuan, dan pengalaman; BUKAN sebagai penampung obat untuk diteliti atau sekumpulan sistem organ dan reaksi obat.  Praktisi harus memperlakukan pasien sebagai partner dalam rencana asuhan dan sebagai pembuat keputusan utama karena pasienlah yang akan mengalami konsekuensi terapi obat.

Ada tiga tujuan yang harus dicapai praktisi: 1. Menilai kebutuhan pasien 2. Mengusahakan apa saja yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasien 3. Menentukan apakah kebutuhan pasien terpenuhi atau malah timbul outcome negatif 

Kepedulian dalam filosofi praktik merupakan: 1. Dimensi teknis dalam merawat pasien 2. Perhatian akan kesehatan seseorang [pasien]  Dalam pharmaceutical care, pasien adalah fokus utamanya—bukan lagi produk obat.  Cipolle menyatakan bahwa orang yang memiliki dosis, bukan obat. 

Covenant = perjanjian, dalam hal ini antara Pasien: Memberi informasi yang akurat pada provider dan aktif dalam rencana terapi

Provider:

Menentukan kebutuhan pasien, mengusahakan terpenuhinya kebutuhan pasien, dan follow-up

• Istilah untuk menggambarkan ikatan pasien dan praktisi dalam hubungan terapetik. • Kepedulian diawali dengan dialog dan dipertahankan juga dengan dialog.

 Penting

untuk melakukan klarifikasi nilai (refleksi diri) karena dapat meningkatkan self-awareness dan agar praktisi dapat membedakan nilai-nilai personal (pribadi) dengan nilai-nilai profesional.  Caranya: 1. Memahami kepercayaan dan tingkah laku seseorang 2. Mengevaluasi nilai yang diperoleh dari orang lain dan memutuskan mana nilai yang dimiliki diri sendiri 3. Bertindak berdasarkan nilai tersebut secara konsisten



Nilai: pemahaman mengenai benar dan salah



Etika: sistem mengenai apa yang mendorong dan menentukan tingkah laku seseorang

berdasarkan nilai yang dianut

Husted dan Husted mengemukakan prinsip pembuatan keputusan yang alamiah dalam semua bentuk interaksi, yakni hak pasien untuk:  Diperlakukan sesuai dengan kepribadian  Membuat keputusan dan bertindak sesuai nilai yang dianutnya  Memperoleh informasi objektif dan dukungan emosional yang diperlukan  Memiliki kendali atas waktu dan tindakan usahanya sendiri  Memperoleh manfaat dan tidak mendapat celaka  Terjaga kesepakatannya dengan profesional kesehatan

 Beneficence: Melakukan

yang terbaik  Nonmaleficence: Mengutamakan untuk tidak bertindak mencelakakan  Veracity: Menyampaikan kebenaran  Justice: Bersikap adil  Fidelity: Bersikap setia  Autonomy/paternalism: Memberi kesempatan untuk membuat keputusan  Confidentiality: Menjaga kerahasiaan

KATEGORI

STANDAR

Kualitas Pelayanan

Praktisi mengevaluasi pelayanan secara rutin dengan membandingkan bukti literatur, standar praktik profesional, dan aturan yang berlaku

Etika

Keputusan dan tindakan praktisi terhadap pasien ditentukan dengan pola etikanya

Collegiality Praktisi berkontribusi dalam mengembangkan profesionalisme (kemampuan (membangun relasi positif dan membimbing secara profesional) sejawat, bekerjasama) kolega, mahasiswa, dll. Kolaborasi

Praktisi berkolaborasi dengan pasien, keluarga, dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya

Edukasi

Praktisi harus memenuhi dan memperluas ilmu pengetahuan mengenai farmakologi, farmakoterapi, dan praktik pharmaceutical care

Research

Praktisi secara rutin menggunakan temuan hasil penelitian dalam praktik dan berkontribusi dalam penelitian bila diperlukan

Alokasi sumberdaya

Praktisi mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas , keamanan, dan biaya dalam merencanakan dan melakukan patient care

Dirangkum oleh:

Titi Estetikaningtyas Andreas Krisyonas Rendra

Hindari sedikit percakapan

Narrative

Hindari pertanyaan klinis tipikal

Drug Oriented

Patient Oriented

Phar.Care

Definisi pengalaman pengobatan pasien merupakan gabungan seluruh kejadian yang dialami pasien pada hidupnya yang menyangkut terapi obat.

Tanpa pengetahuan yang jelas dan mendetail dari pengalaman lampau pasien, keinginan dan kebutuhan saat ini, dan harapan di kemudian hari, praktisi dapat membuat kesalahan

Praktisi asuhan kefarmasian juga harus mengerti persepsi pasien terhadap pengobatan dan dampaknya terhadap hidup pasien.

 Hubungan

yang terbentuk antara pasien dan praktisi disebut Hubungan terapeutik.  Hubungan terapeutik membutuhkan kesadaran akan tanggungjawab tertentu pada bagian pasien dan praktisi. Hal ini berdasarkan rasa percaya, rasa menghormati, kejujuran, empati, dan komitmen.  Hubungan terapeutik yang baik berarti dapat menyediakan layanan yang baik pada pasien.  Hubungan terapeutik bervariasi karena tiap pasien berbeda, dan tiap praktisi berbeda.

 Pasien

merupakan sumber utama informasi.  Pasien mengetahui seluruh hal yang dibutuhkan praktisi terhadap kasus atau memiliki akses utama pada informasi yang dibutuhkan  data medis, nilai laboratorium, atau dokter sebagai sumber informasi sekunder  Semakin kuat hubungan terapeutik dengan pasien, semakin mudah anda mengumpulkan pengobatan individu yang digunakan dan catatan informasi yang penting untuk membuat keputusan klinis yang baik.

 Pasien

merupakan pembuat keputusan teratas pada layanan kesehatannya.  Pasien juga memutuskan seberapa besar penggunaannya, seberapa sering, dan seberapa lama mereka akan menggunakannya. Karena hanya pengobatan yang diputuskan untuk diterima oleh pasien itu sendiri yang berdampak pada kondisi pasien  Praktisi harus memberi pengaruh yang positif pada keputusan pasien untuk menciptakan pengalaman pengobatan yang positif. • Hal ini membutuhkan hubungan terapeutik yang baik

 Praktisi

akan belajar lebih dari pasien dibandingkan dari buku. Buku, professor, dan ahli dapat mengajarkan bagian yang penting, tetapi hanya pasien yang dapat mengajarkan apa yang dibutuhkan untuk diketahui mengenai dirinya dan dampak yang dimiliki terapi obat.  Pelajari pandangan pasien dan gunakan informasi untuk mengembangkan tujuan yang lebih baik dan memastikan hasil yang positif.

 Pasien berharap apoteker mengerti apa yang mereka mau  Pasien berharap kebutuhan mereka diutamakan, sebelum kepentingan lain  Pasien berharap apoteker untuk berempati dan mengerti sebagai seorang individu  Pasien berharap pengetahuan dan pengalaman apoteker diterapkan untuk dapat menyelesaikan masalah mereka  Pasien berharap apoteker dapatmembantu menentukan pengobatan yang tepat dan obat yang dipilihkan manjur

The Patient ‘s Responsibilities  Pasien bersedia memberikan info yang lengkap dan akurat  Pasien berpartisipasi dalam pencapaian tujuan terapi  Pasien berkontribusi dalam care plan (melakukan instruksi yang diberikan, menyampaikan outcome parameter perkembangan)  Pasien bersedia mencatat setiap perkembangan yang dialaminya untuk mengetahui efektivitas obat  Pasien bersedia memberitahu dan terbuka apabila mengalami masalah dalam pengobatannya sehingga dapat dilakukan pencegahan kesalahan terapi  Pasien bersedia bertanya ketika bingung

Komunikasi menjadi poin penting dalam kepatuhan pasien.

 Alasan

:

Pasien yang menerima manajemen pengobatan bisa dikatakan tidak patuh hingga assessment selesai. Assessment berupa pengobatan sudah sesuai dengan kondisinya, palng efektif dan paling aman. Jika hasil assessment sudah baik, maka pasien menjadi patuh. 2. Pasien menjadi pusat dalam pelayanan (patient centered care) 3. Apoteker memahami bahwa kualitas pelayanan dimulai dari pasien mengungkapkan, keyakinan, harapan, dan kekhawatiran tentang obatnya. 4. Apoteker menyediakan layanan yang mampu membangun therapeutic relationship dengan pasien. 1.

Proses penerjemahan yang mana melibatkan pasien dan praktisi untuk berfokus dalam upaya bagaimana menyelesaikan drug therapy problem untuk mencapai goals therapy. Penerjemahan dari pengalaman pengobatan pasien untuk memahami kebutuhan terkait pengobatannya untuk mengidentifikasi masalah terapi obat yang terjadi adalah inti dari manajemen pengobatan.

Translating the Patient's Medication Experience into Drug Therapy Problems

Dirangkum oleh: Meilani Britia S. Lili Ria S.

 DTP

-> domain klinis bagi tenaga kefarmasian  Tujuan identifikasi DTP -> mencapai tujuan terapi dan mengetahui kemungkinan terbaik outcome dari suatu terapi obat

 DTP

 kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi kepada pasien berkaitan dengan terapi pengobatan yang sedang djalani yang dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi. Butuh penilaian profesional untuk menyelesaikannya  Tugas tenaga kefarmasian mengidentifikasi permasalahan terkait pengobatan sedangkan tugas tenaga medis untuk menegakkan diagnosis

 Kejadian

yang tidak diinginkan atau risiko yang dialami pasien  Terapi pengobatan yang bermasalah  Hubungan antara kejadian yang tidak diinginkan dengan terapi pengobatan

Drug related needs

Categories of drug therapy problems

INDICATION

1. Unnecessary drug therapy 2. Needs additional drug therapy

EFFECTIVENESS

3. Ineffective drug 4. Dosage too low

SAFETY

5. Adverse drug reaction 6. Dosage too high

ADHERENCE

7. Nonadherence or noncompliance

1-6 merupakan hasil dari aksi obat terhadap pasien, sedangkan 7 merupakan hasil dari aksi pasien berupa kepatuhan pasien dalam menggunakan obat

Pengelompokkan DTP berfungsi untuk :  Fokus dalam mengembangkan proses sistematik untuk menyelesaikan masalah. Semua tenaga kesehatan berperan untuk membantu pasien dalam mencapai outcome terapi yang diharapkan  Untuk memperjelas peran tenaga kefarmasian dalam pelayanan kesehatan bersama dengan tenaga kesehatan lainnya  Untuk menjelaskan bahwa kepatuhan pasien juga merupakan kunci keberhasilan terapi pasien  Mengklarifikasi bahwa tenaga kefarmasian berfokus pada pasien, bukan hanya sebagai juru racik obat

 Ketujuh

penggolongan DTP tersebut jangan sampai tertukar dengan medication error. ME lebih berfokus mulai dari proses peresepan obat hingga obat sampai ke tangan pasien, sedangkan DTP berfokus pada kondisi klinis pasien. DTP selalu melibatkan pasien, kondisi medis, dan terapi pengobatan yang menghubungkan keduanya.  Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan DTP :

Penyebab umum :  Duplikasi obat padahal seharusnya single drug saja cukup  Obat tidak sesuai dengan kondisi medis saat ini  Kondisi medis masih cukup tertangani dengan terapi nonfar  Penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, dan merokok  Prescribing cascade

Penyebab umum :  Dibutuhkan terapi untuk mencegah perkembangan penyakit  Kondisi medis yang mebutuhkan dimulainya terapi obat  Kondisi medis yang membutuhkan tambahan terapi obat untuk mendapat efek sinergis atau tambahan efek

Penyebab umum :  Produk obat bukan merupakan yang paling efektif untuk indikasi tersebut  Kondisi medis pasien tidak cocok dengan terapi obat yang diberikan  Dosis dari terapi obat tidak sesuai  Kontraindikasi  Terapi obat tidak sesuai dengan permasalahan medis

Dosis terlalu rendah → respon tdk tercapai Hasil monitoring (dosis terlalu rendah) Interval dosis terlalu lama Penyebab

Rute Administrasi tidak tepat

Interaksi yg mengurangi efek Penyimpanan obat tidak tepat Durasi terlalu pendek

 DTP

ini terkait dengan adanya pengurangan efektivitas yang terlihat pada pasien yang menerima regimen dosis yang tidak tepat untuk menghasilkan efek farmakologi.  Regimen dosis memiliki berbagai bagian, termasuk produk obat, dosis, interval pemberian, dan durasi terapi.  Semua komponen ini harus tepat untuk pasien agar dapat menghasilkan outcome yang diinginkan.

ESO yang tidak berhubungan dengan dosis Interaksi obat Pemberian yang tidak tepat Penyebab Obat menyebabkan reaksi alergi Regimen dosis diberikan/diganti terlalu cepat Kontraindikasi dengan faktor resiko

 Jika

pasien menunjukan reaksi negatif terhadap produk obat maka hal ini dapat dihubungkan dengan ADR. Solusi yang dilakukan adalah penghentian penggunaan obat. Bandingkan DTP ini dengan kejadian yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh penggunaan dosis terlalu tinggi.  Menjadi hal yang penting bagi praktisi pharmaceutical care untuk membedakan kejadian tidak diinginkan yang tergantung dosis dengan yang tidak.

Dosis terlalu tinggi Hasil monitoring (dosis terlalu tinggi) Penyebab

Frekuensi terlalu cepat Durasi terapi terlalu lama Interaksi yang menyebabkan reaksi toksis

Pasien tidak memahami instruksi

Penyebab

Pasien tidak dapat menerima obat tertentu Pasien memilih tidak menerima pengobatan Pasien lupa minum obat Produk obat tidak sesuai untuk pasien Pasien tidak dapat menggunakan obat dengan tepat

 DTP

juga sering terjadi akibat adanya interaksi antar obat. Interaksi obat dapat menyebabkan DTP pada beberapa kategori. Interaksi obat dapat mengurangi efektivitas obat, meningkatkan toksisitas dari pengobatan dan atau meningkatkan potensi efek samping obat.

Deskripsi kondisi klinis pasien

Terapi obat yg diberikan

Hubungan spesifik antara terapi obat dan kondisi pasien

1

• Problem yg mana yang dapat diselesaikan atau dicegah dengan segera dan mana yang dapat ditunggu

2

• Problem mana yang dapat diselesaikan oleh praktisi dan pasien secara langsung

3

• Mana yang membutuhkan intervensi dari org lain (anggota keluarga, dokter, perawat, atau spesialis lainnya

 Kesimpulan

bahwa tak ada DTP berarti semua terapi obat pada pasien telah terindikasi klinis, regimen dosisnya telah menunjukan hasil yang diinginkan, dan tak menyebabkan efek samping.  Tak ada DTP juga dilihat dari pemahaman pasien, persetujuan dan kepatuhan pasien terhadap regimen dan instruksi terapinya.

Kondisi medis

Penyakit Terapi DTP dan rencana Care Plan Tindakan Orang yang membantu menyelesaikan DTP

Dirangkum oleh: Rosa Omega Bella K. Dias Rosari L.

1. Tujuan dari penilaian adalah untuk menentukan jika kebutuhan pasien drug related sedang dipenuhi dan jika ada masalah terapi obat-obatan. 2. Untuk mengetahui riwayat pengobatan pasien sebelum membuat keputusan tentang terapi obatnya. 3. Memperoleh informasi yang relevan yang diperlukan untuk membuat keputusan terapi obat. 4. Selalu menilai kebutuhan pasien drug related dalam urutan sistematis yang sama. Pertama, menentukan jika indikasi tepat untuk terapi obat. Kedua, mengevaluasi efektivitas regimen obat setelah menentukan bahwa terapi obat yang dipilih atau digunakan telah tepat. Ketiga, menentukan tingkat keamanan regimen obat setelah menentukan bahwa terapi obat yang dipilih atau digunakan oleh pasien telag tepat, aman dan efektif. 5. Dokumentasi meliputi penilaian praktis seberapa baik pertemuan dengan pasien drug related dan deskripsi masalah terapi obat yang ada.

TUJUAN

determine if the patient's drug related needs

Identification of drug therapy problems

Assessment Idenifikasi terkait DTPs yang terjadi Care Plan Goal Therapy tercapai atau tidak Evaluasi Outcomes di dokumentasi sehingga mengetahui terapi obat seperti apa yang efektif dan aman untuk pasien tersebut

Aktivitas

Responsibilitas

Bertemu pasien

Membangun hubungan terapetik

Memperoleh informasi yang relevan dari pasien dan rekam medik lainnya

Membedakan siapa pasienmu dengan mempelajari alasan mengapa, riwayat pengobatan pasien, informasi demografi pasien, dan data klinik lainnya

Membuat keputusan pengobatan yang rasional menggunakan Pharmacotherapy Workup

Menentukan kebutuhan pengobatan terkait yang sesuai dengan indikasi, keefektifan, keamanan, dan ketaatan Indentifikasi permasalahan terapi pengobatan

Standart of care 1

Tujuan Membangun hubungan pasienpraktisi Terjadi interaksi Mempermudah pengumpulan informasi dan analisis Tujuan terapi tercapai

Langkah Memperkenalkan diri Lingkungan Fisik

Dokumentasi

Cara memperkenalkan diri yang baik akan memberikan pesan yang berbeda  Putuskan cara bagaimana anda ingin menangani pasien  Menangani pasien dengan cara tepat sangat penting jika dimulai dengan suatu hubungan yang positif, hormat 

 Kondisi

atau suasana yang semi privat atau privat harus disediakan untuk mengkondisikan asssessment terhadap kebutuhan pasien terkait pengobatan  Jaga area dimana anda bertemu dengan pasien “bersih” dan terorganisasi  Anda harus fokus pada pasien dan kebutuhannya

 Anda

harus sering mendokumentasikan selama penilaian (assessment). Tuliskan riwayat pengobatan pasien.  Anda akan mudah membuat keputusan dan menyediakan saran yang baik dengan data yang baik dan lengkap

Memulai Alasan untuk bertemu Demografi Pasien Riwayat pengobatan pasien Data Pasien

 Memilih

informasi dan menggalinya secara efektif. Jenis pertanyaan yaitu pertanyaan terbuka (5W+1H) — Pasien kooperatif — Data valid, selanjutnya DTPs dapat diketahui  Informasi: tanda dan gejala, kondisi, penyakit atau masalah yang menjadi fokus pada saat penilaian pasien.

 Alasan

utama untuk bertemu antara pasien dengan apoteker adalah mengarah pada assessment. Alasan utama bertemu karena adanya penyakit yang harus dikelola dengan terapi obat, penyakit, keluhan, pertanyaan, kekhawatira n, atau kondisi baru yang berkembang

 



Data Demografi setiap individual berbeda dan unik Informasi domografi:  Usia,  Berat dan tinggi badan,  Situasi tempat tinggal,  Hamil dan menyusui, Informasi/data relevan dari pasien yang akan membantu dalam terapi pasien untuk penentuan:  Dosis  Aturan pemakaian  Tujuan terapi  Membuat rencana pengobatan,  Dan modifikasi gaya hidup.

Untuk membuat keputusan yang rasional tentang terapi obat, anda harus memberikan assessment terhadap riwayat pengobatan pasien, sehingga anda membutuhkan

medication record yang baik dan lengkap. Riwayat pengobatan terdiri dari riwayat Imunisasi, kebiasaan konsumsi Social Drugs, Alergi dan efek merugikan, Health Alerts, Health aids, dan special needs.

Tujuan utama  menggambarkan dan menciptakan hubungan yang sesuai antara apa yang pasien butuhkan hari ini dan pengaruh peristiwa kesehatan pasien yang lalu.

Riwayat medis berisi informasi tentang penyakit serius masa lalu, rawat inap, prosedur operasi, kehamilan, persalinan, kecelakaan, atau cedera

 Semua

temuan positif harus didokumentasikan untuk memungkinkan pengambilan yang efisien  Informasi dapat digali dengan pertanyaan  Pertanyaan tidak perlu lengkap namun harus spesifik

1.

2. 3.

Apakah Anda pernah mengalami permasalahan dengan jantung Anda, detak jantung yang tidak normal, nyeri dada, pusing, atau tekanan darah yang tidak normal ? Berapa tekanan darah Anda saat terakhir kali periksa ? Apakah Anda pernah memeriksakan kadar kolesterol Anda ? Berapa angkanya ?

1. 2.

3.

Apakah Anda mengalami masalah dengan kulit Anda ? Apakah Anda terganggu oleh rasa gatal, ruam, jerawat, eksim atau luka ? Apakah Anda menggunakan obat topikal seperti salep, atau krim ?

Hal yang diperlukan :  Penilaian profesional  Disiplin  Pemahaman menyeluruh terhadap pasien, pengetahuan obat dan penyakit  Kemampuan komunikasi  Pendekatan sistematis dalam pelayanan kesehatan pasien

Pengambilan keputusan dalam pengobatan pasien

Ketepatan obat

Ketepatan dosis

Respon pasien

Keefektifan suatu obat ditentukan dengan membandingkan respon pasien dengan tujuan terapi.

Keamanan

Evaluasi parameter klinis

Tanda dan gejala

Hasil lab

Terapi obat sudah aman dan efektif

Pasien yang tidak sanggup mendapatkan pengobatan yang tepat, aman, efektif

Non-Compliance Patients

Compliance Patients

Membuat pasien yakin akan pengobatan yang diberikan

DTPs diidentifikasi dari penemuan assesment DTPs divalidasi dengan pasien, keluarga pasien, dan atau penyedia kesehatan bila perlu DTPs disajikan lalu dijelaskan penyebab masalah DTPs diprioritaskan dan terlebih dahulu dibahas DTPs didokumentasikan dengan cara mneunjukkan tujuan terapi dan hasil yang diinginkan dalam care plan

 Segala

sesuatu perlu didokumentasikan  Dalam health care, jika kita tidak mendokumentasikan apa yang kita kerjakan, berarti kita tidak melakukannya

Dirangkum oleh: Willy Sandjojo

Care Plan adalah sebuah rencana yang dikembangkan untuk setiap kondisi medis pasien yang dikelola dengan farmakoterapi Care Plan termasuk tujuan terapi, intervensi, dan jadwal untuk evaluasi selanjutnya Care Plan termasuk intervensi untuk menyelesaikan masalah terkait obat, intervensi untuk mencapai tujuan terapi, dan intervensi untuk mencegah masalah terkait terapi obat Tambahan intervensi untuk mencapai tujuan terapi obat bisa berupa edukasi pasien, pengingat kepatuhan obat, rujukan ke praktisi kesehatan lainnya atau membuat rencana monitoring tentang bagaimana cara menggunakan peralatan untuk mengukur parameter

Kegiatan

Tanggung jawab

Menentukan tujuan terapi

Farmasis dan pasien bernegosiasi dan menyetujui keputusan akhir pengobatan dan lama waktu pengobatan.

menentukan intervensi yang tepat untuk: menyelesaikan masalah terapi obat mencapai tujuan terapi mencegah masalah baru

Pertimbangkan alternatif terapi dan pengobatan yang spesifik pada pasien, memberikan edukasi dan intervensi non-pengobatan lainnya.

Jadwal evaluasi selanjutnya

Menetapkan jadwal untuk evaluasi tindak lanjut yang secara klinis sesuai dan nyaman bagi pasien.

Standar Pelayanan 4: Pengembangan tujuan terapi Farmasis mengidentifikasi tujuan terapi yang sesuai bagi pasien.  Kriteria pengukuran: 1. Tujuan terapi : kesesuaian indikasi dan obat 2. Parameter klinis dan/atau laboratorium dapat diamati atau diukur untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat. 3. Negosiasi antara pasien dan tenaga medis 4. Kemampuan pasien melakukan pengobatan 5. Lama waktu pengobatan untuk mencapai tujuan terapi 

 1.

2.

Dengan adanya rencana pengembangan terapi dapat membantu dalam : Membantu pemahaman pasien terkait tujuan terapi obat Sebagai tolak ukur tujuan terapi yang ingin dicapai antara praktisi dan pasien

 Berdasarkan

indikasi terkait terapi obat (pengaturan rasa sakit, pengobatan sinusitis, pencegahan osteoporosis)  Harapan : membantu praktisi agar selalu waspada dalam memperhatikan indikasi yang diterima oleh pasien terkait tujuan terapi obat dan cara mengaturnya.

 1. 2. 3. 4. 5. 6. 

1. 2. 3.

Tujuan terapi dapat berupa :

Penyembuhan Penyakit Gejala yang berkurang Perkembangan penyakit yang terhambat Mencegah penyakit Menormalkan nilai-nilai/hasil laboratorium Membantu dalam proses diagnosa Komponen tujuan terapi : Parameter Klinik (Tanda dan Gejala)/nilai laboratorium yang dapat diamati, dapat diukur dan nyata. Nilai atau parameter yang diinginkan. Jangka waktu pengobatan yang spesifik dalam mencapai tujuan yang diinginkan

  1. 2. 3.

Tujuan terapi harus bersifat realistis dan dapat diamati sehingga dapat dilakukan pendekatan rasional terkait farmakoterapi Pertanyaan yang dapat digunakan untuk memperoleh persetujuan dari pasien dalam meningkatkan tujuan terapi: Apa yang ingin Anda dapatkan dari pengobatan ini? Apa tujuan terapi Anda dalam pengobatan ini? Apa yang Anda rasakan ketika mendapatkan...dengan terapi obat baru?

Kondisi medis dan pedoman umum untuk keberhasilan terapi

Komentar dan jangka waktu

Hipertensi Sistolik < 140 mmHg (115-140) Diastolik < 90 mmHg (75-90) <130/80 mmHg Untuk pasien diabetes kronik <140/90 mmHg dengan penyakit kardiovaskular

Untuk mengurangi tekanan darah dan meminimalkan kerusakan organ.

Alergi Rhinitis Mengurangi atau mengeliminasi tanda dan gejala antara lain : rhinorhea, bersin, penyumbatan hidung,

Keuntungan terapi dari steroid nasal dapat telihat dalam beberapa hari, respon maksimal 23 minggu. Efek antihistamin bekerja maksimal ketika diberikan beberapa jam sebelum adanya paparan alergen

Evaluasi keefektifan obat 3-6 bulan

 Untuk

mencegah masalah terapi obat , praktisi dapat melakukan intervensi dengan atau tanpa merubah regimen obat pasien. Contoh intervensi :  Terapi obat baru  Pengurangan dosis  Penambahan dosis  Penghentian terapi obat  Memberikan pasien tentang informasi obat spesifik  Merujuk pada praktisi kesehatan lainnya yang lebih berpengalaman terkait masalah tertentu

Kriteria Pengukuran : 1. Setiap intervensi secara individual dengan kondisi pasien, terkait kebutuhan obat dan masalah terapi obat 2. Semua alternatif terapi yang dianggap tepat untuk mengatasi masalah terapi obat dan yang terbaik yang dipilih 3. Rencana tersebut dikembangkan dengan kerjasama pasien, keluarga dan praktisi kesehatan 4. Semua intervensi didokumentasikan 5. Rencana digunakan untuk memberi pelayanan yang dilakukan se cara terusmenerus termasuk melakukan follow-up dan evaluasi yang terjadwal





Rencana pelayanan pasien dengan mengatur pengobatan pasien yang meliputi intervensi sebagai berikut : 1. Memulai terapi pengobatan 2. Menghentikan terapi pengobatan 3. Meningkatkan dosis 4. Mengurangi Dosis 5. Memberikan edukasi kepada pasien 6. Merujuk pasien kepada praktisi lain Dengan adanya dilakukan intervensi diharapkan tujuan terapi yang diinginkan dapat tercapai dengan sehingga dapat membuat jadwal tertentu terkait evaluasi lebih lanjut

Tujuan : untuk menyelesaikan masalah terkait terapi obat karena dapat menganggu pasien untuk mencapai tujuan terapi pengobatan antara lain:  Memulai terapi pengobatan baru  Mengganti produk obat  Mengubah dosis pemberian atau interval dosis  Penghentian terapi pengobatan Dengan mempertimbangkan keamanan obat maka memilih intervensi yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien dalam masalah pengobatan pasien. 

 Praktisi

selalu merancang terapi obat untuk mencegah terjadinya efek samping atau risiko terapi obat yang kemudian diinformasikan kepada pasien.  Intervensi yang dilakukan terkait mencegah terjadinya masalah terapi obat berbeda-beda tergantung kondisi pasien.  Tipe intervensi ini sering dihindari pasien karena keterlambatan pengamatan hasil positif dari pasien dan juga adanya biaya preventif

Pengambilan keputusan yang rasional

Memerlukan perbandingan data efikasi dan keamanan obat

Keputusan terkait terapi obat optimal

Standar 6 : Farmasis menetapkan jadwal untuk follow-up, mengevaluasi efektivitas terapi obat dan menilai efek samping obat yang terjadi.  Kriteria Pengukuran 1. Parameter klinis dan laboratorium digunakan untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan yang ditetapkan serta mengumpulkan informasi yang relevan dalam batas waktu tertentu. 2. Jadwal kunjungan evaluasi selanjutnya. 3. Mendokumentasikan jadwal dan rencana untuk evaluasi selanjutnya. 

 Pada

bagian ini farmasis dan pasien bersama-sama menentukan jadwal evaluasi selanjutnya sehingga pasien berkomitmen dalam mencapai tujuan terapi obat  Rencana evaluasi tindak lanjut membahas tiga pertanyaan dasar: 1. Kapan evaluasi selanjutnya dilakukan? 2. Bagaimana Anda akan menentukan, jika outcome yang positif telah terjadi? (keefektifan) 3. Bagaimana Anda akan menentukan,jika outcome yang negatif telah terjadi? (keamanan)

Penentuan waktu evaluasi selanjutnya penting dalam pengambilan keputusan klinis.  Penentuan waktu berdasarkan kapan kemungkinan efek samping akan terjadi maupun manfaat obat yang akan muncul  Evaluasi keefektifan dan keamanan membutuhkan pemahaman terkait kapan obat memberikan efek maksimum dan efek samping yang akan terjadi dan kapan terjadi.  Pasien dengan kondisi medis tertentu perlu diperhatikan apakah perlu dilakukan follow up yang lebih sering. Contohnya : - pasien yang gagal pada pengobatan sebelumnya - kondisi klinis yang semakin memburuk - pasien yang pemahamannya rendah 

    



Dokumentasi penting agar pasien dan praktisi lain dapat mudah mengerti dan melakukan follow up Dokumentasi dipisahkan berdasarkan kondisi medis pasien. Daftar dari dokumen meliputi indikasi, tanda vital, dan gejala. Rencana pelayanan harus lengkap, meliputi obat, cara pemakaian, dosis, rute, frekuensi dan durasi. Jika terdapat perubahan terapi obat ataupun adanya intervensi yang dilakukan maka harus melakukan dokumentasi terkait perubahannya pada waktu yang sama. Rencana pelayanan harus mencakup jadwal untuk evaluasi selanjutnya termasuk parameter efektivitas dan keamanan yang harus dievaluasi.

Dirangkum oleh: Asa Chandra T. S.

Tindak lanjut evaluasi merupakan langkah penting dalam proses perawatan.

Ini adalah langkah di mana hasil aktual dan hasil dari terapi obat diamati, dievaluasi, dan didokumentasikan..

Merupakan langkah penting untuk melihat hasil dari terapi yang sudah diberikan apakah memperlihatkan hasil yang positif atau tidak

Hasil klinis positif.

Hasil klinis negatif.

Tidak ada perubahan

Baik

Buruk

Baru

• Terdapat perbaikan tanda, gejala atau hasil tes lab yang membaik

• Timbul efek toksik yang merugikan dan berbahaya dari terapi yang diberikan

• Terjadi kondisi medis atau masalah obat baru yang ditemukan sejak tindak lanjut terakhir

Selama tindak lanjut evaluasi, dokter/apoteker dan pasien akan membandingkan tujuan terapi hasil yang dialami pasien. Parameter yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi hasil klinis yang dihasilkan adalah parameter klinis dan / atau laboratorium

Perubahan parameter klinis sering digunakan untuk mengetahui keefektifan terapi obat.

Parameter klinis seperti tingkat sakit, kegelisahan, perubahan mood, radang, atau frekuensi dan beratnya batuk, kejang, pendarahan, tidur gangguan, tremor, dan sesak napas.

Perubahan parameter ini ditentukan dengan menanyakan kepada pasien dan membandingkan respon pasien dengan apa yang diamati dan didokumentasikan.

Praktisi harus memiliki pengetahuan klinis dan kemampuan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dari pasien sehingga evaluasi keefektifan obat pasien bisa dilakukan.

• Parameter klinis apa yang ada digunakan untuk menetapkan tujuan terapi? • Bagaimana status parameter pada hari ini? • Praktisi menetapkan hubungan antara : (1) tanda dan gejala asli dari penyakit atau penyakit, (2) parameter klinis yang digunakan untuk menetapkan tujuan terapi, (3) perbaikan pada klinis yang sama parameter (outcome) pada saat followup.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

7.

Hasil dari terapi obat pasien dan intervensi lainnya didokumentasikan. Efektivitas terapi obat dievaluasi, dan status dibandingkan dengan hasil dalam jangka waktu yang diharapkan Keamanan terapi obat dievaluasi. Ketaatan pasien dievaluasi. Rencana perawatan direvisi sesuai kebutuhan dan revisi didokumentasi. Evaluasi bersifat sistematis dan berkelanjutan sampai semua tujuan terapi tercapai. Pasien, keluarga, dan/atau pengasuh, dan praktisi perawatan kesehatan dilibatkan dalam proses evaluasi.

Terapeutik

Indikasi parameter klinis

Depresi

Perubahan suasana hati, perasaan sedih, tingkat energi, minat atau aktivitas favorit, insomnia, agitasi, kelelahan, kemampuan berkonsentrasi, pikiran kematian

Kecemasan

Tingkat kegelisahan, mudah tersinggung, ketegangan otot, gangguan tidur, kemampuan konsentrasi

Batuk

Keparahan dan frekuensi batuk, gangguan aktivitas sehari-hari atau tidur

Ruam

Perubahan warna, ukuran, radang, dan gatal

Osteoartritis

Perubahan rasa sakit pada bantalan sendi termasuk pinggul, lutut, tulang belakang, dan tangan. Kekakuan pada persendian lainnya.

Sakit punggung

Perubahan tingkat, kualitas dan intensitas rasa sakit, keterulangan nyeri mingguan, semakin parah rasa sakit selama seminggu terakhir, kemampuan untuk tidur, kerja, dan perubahan kemampuan fungsi termasuk kegiatan sehari-hari di tempat kerja dan di lingkungan sosial

Terapeutik

Indikasi parameter laboratorium

Hiperlipidemia

Total kolesterol, LDLs, HDL, trigliserida

Hipertensi

Tekanan sistolik dan diastolik, tekanan arteri rata-rata, denyut nadi

Anemia

Sel darah total dihitung, hemoglobin, hematokrit, jumlah sel darah merah, rata-rata volume corpuskular, jumlah retikulosit, besi serum, serum B12

Jantung

Disritmia Elektrokardiogram (EKG, EKG)

Diabetes

Darah atau glukosa plasma, hemoglobin A1c, lipid, tekanan darah, tes fungsi ginjal termasuk serum kreatinin dan nitrogen urea darah

Meminta pengukuran tes laboratorium spesifik sebagai tindak lanjut evaluasi untuk tentukan keamanan terapi obat pasien adalah hal biasa. Toksisitas obat seringkali dapat diidentifikasi sebelum parah/permanen dengan evaluasi parameter uji laboratorium secara terjadwal.

Contohnya : Obat untuk hiperlipidemia dapat menyebabkan kerusakan hati, termasuk atorvastatin, simvastatin, pravastatin, dan lovastatin Pengujian ALT & AST direkomendasikan pada awal dan setiap 12 minggu dari waktu pemberian terapi untuk evaluasi pasien. Jika hasil tes cedera pada liver ini meningkat lebih dari 2-3 × normal, maka terapi obat mungkin perlu dihentikan dan alternatif terapi perlu diberikan.

Mengevaluasi hasil terapi obat memerlukan dokumentasi tentang obat terkait, nilai laboratorium, dan perubahan tanda dan gejala klinis dari waktu ke waktu.

Sistem Jaminan dapat mencatat perubahan parameter yang digunakan untuk mengevaluasi dampak terapi obat untuk setiap kondisi medis pasien.

Sebagai contoh, untuk mengevaluasi hasil terapi obat terhadap pasien diabetes, Anda harus bisa mengevaluasi kontrol glikemik (glukosa darah dan hemoglobin A1c), pengendalian tekanan darah (<130/80 mmHg), dan penurunan lipid (LDL <100 mg / dL, 2,6 mmol / L).

Terminologi standar yang digunakan untuk menggambarkan status hasil klinis dari terapi obat apakah tepat dan mewakili keputusan dan tindakan praktisi dan pasien.

Istilah hasil standar menggambarkan dua karakteristik terapi obat pasien: 1. Kemajuan, atau kurang kemajuan, dalam mencapai tujuan terapi yang diinginkan pada saat dilakukan tindak lanjut evaluasi; 2. Tindakan, jika ada, diambil untuk menyesuaikan terapi obat pasien.

Farmakoterapi

Definisi status hasil

TERSELESAIKAN

Tujuan terapi telah tercapai. Terapi obat telah selesai dan sekarang bisa dihentikan. Biasanya berhubungan dengan terapi akut gangguan.

STABIL

Tujuan terapi telah tercapai. Terapi dilanjutkan tanpa perubahan. Biasanya gangguan.

obat yang berhubungan

sama dengan

akan terapi

terjadi kronis

MENINGKATKAN

Kemajuan yang memadai sedang dilakukan untuk mencapai tujuan terapi di titik waktu ini Terapi obat yang sama akan dilanjutkan tanpa perubahan.

SEBAGIAN MENINGKATKAN

Beberapa kemajuan terukur sedang dicapai untuk mencapai yang diinginkan Tujuan terapi, namun penyesuaian terapi obat diperlukan untuk lebih baik mencapai tujuan Biasanya perubahan dosis atau penambahan aditif atau Terapi sinergis diperlukan. Tidak atau hanya sedikit kemajuan dalam mencapai tujuan terapi ditunjukkan saat ini Diharapkan waktu lebih banyak untuk dievaluasi respon penuh dari rejimen obat ini. Karena itu terapi obat yang sama akan dilakukan dilanjutkan pada saat ini.

TIDAK BERKEMBANG

TERBURUK

Telah terjadi penurunan status kesehatan saat menerima arus terapi obat. Beberapa penyesuaian dalam rejimen obat (produk dan / atau dosis) diperlukan.

KEGAGALAN

Tujuan terapi belum tercapai meski dosisnya cukup dan durasi terapi yang cukup. Penghentian obat ini dan inisiasi terapi obat baru diperlukan

BERAKHIR

Pasien meninggal saat menerima terapi obat.

Tujuan terapi terpenuhi

Terselesaikan: tercapai tujuan, terapi selesai

Tujuan terapi tidak terpenuhi

Stabil: mencapai tujuan, lanjutkan terapi yang sama Peningkatan: kemajuan sedang dilakukan, lanjutkan terapi yang sama Perbaikan parsial: kemajuan sedang dilakukan, sedikit penyesuaian wajib Awal: tujuan terbentuk, memulai terapi Belum disempurnakan: belum ada kemajuan, lanjutkan terapi yang sama Bangkrut: penurunan kesehatan, sesuaikan terapi Kegagalan: tujuan tidak tercapai, menghentikan terapi saat ini dan mengganti dengan terapi berbeda

Data Pasien: Hasil Misalnya : Pada data pasien dianalisis, dievaluasi 33.273 kondisi medis individu setidaknya dua waktu yang terpisah dan status hasilnya didokumentasikan masing-masing.

54% dari mereka kondisi membaik (10.195) dengan identifikasi dan penyelesaian masalah terapi obat mereka. Ini adalah bukti kuat dari keseluruhan nilai klinis yang dapat diberikan oleh praktik perawatan kesehatan. Praktisi ini bekerja langsung dengan pasien dan dokter mereka untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan terapi obat masalah.

Status klinis pasien menurun pada 26% kondisi medis (4837) dan statusnya tidak berubah (no kemajuan terukur dicapai dalam mencapai tujuan terapi) di 20% (3834). Oleh karena itu, pada 74% pasien ' kondisi medis yang tidak pada tujuan saat pasien pertama kali mengunjungi praktisi perawatan farmasi, mereka kondisi membaik atau tetap sama

Outcome Pasien : Hasil akhir/ konsekuensi dari upaya kolaborasi antara praktisi dan pasien. Outcome negatif pasien pada evaluasi Follow-up dianggap masalah terapi obat baru dan harus diprioritaskan untuk diselesaikan secepat mungkin.

Output praktisi : Mencakup tindakan seperti perubahan dosis, jumlah resep yang diganti dengan produk generik yang disetujui formularium, atau persentase waktu yang disetujui dokter dengan rekomendasi dari apoteker

Tujuan lain dari evaluasi Follow-up adalah :

Mengidentifikasi kondisi medis baru yang memerlukan pengobatan dengan terapi obat .

Menentukan apakah masalah terapi obat baru telah dikembangkan

Untuk menetapkan jadwal dan rencana dalam menindaklanju ti evaluasi meningkatkan pengelolaan obat pasien.

Memberika n perawatan untuk tetap berhubunga n dengan setiap pasien dalam terapi .

Untuk menentukan hubungan antara indikasi pasien, terapi obat, dan hasil yang sebenarnya.

Dirangkum oleh: Pricilia Natasya S. Brahmana

 Mendokumentasikan

layanan pengelolaan pengobatan  Mengacu pada klinis, administratif, dan sistem analisis data yang mendukung pharmaceutical care. Efektif  jika catatan ini dihubungkan dengan catatan dokter, perawat, laboratorium, konsultan, dan apotek)

Rangkuman obat pasien Patient’s Personalized Care Plan

Instruksi penggunaan obat yang tepat Rekomendasi tambahan

Patient’s Electronic Therapeutic Recor

alergi obat

Medication Management Summary

ADR

Reports

Peringatan lainnya

Tujuan: sebagai catatan farmasis tentang data spesifik pasien, informasi, permasalahan, keputusan, aktivitas, intervensi, dan hasil.

 Dokumen

ini dibawa pulang oleh pasien, sehingga pasien bisa berperan aktif dalam perawatannya.  The patient’s personalized care plan DIBUTUHKAN karena:  menyediakan rangkuman semua obat, penyakit, dan informasi kesehatan pasien setiap waktu  menyediakan tempat untuk pasien bertanya, observasi, atau menemukan hal yang berkaitan dengan outcome terapi  menguatkan pasien untuk aktif dalam keputusan terapi obat

Tujuan: Menginformas ikan kepada dokter apakah terapi obat telah tercapai atau dalam proses mencapai goal terapi.

 Tujuan:

Meningkatan keseluruhan perawatan untuk semua pasien  Fokus pada:  berapa pasien yang datang setiap harinya?  berapa lama praktisi menghabiskan waktu dengan pasien?  apa penyakit yang sering terjadi?  sumber daya apa yang sering dibutuhkan pasien?

       

age, body weight, gender, pregnancy, race, marital status tobacco use, alcohol use, caffeine use insurance carrier, employer, occupation address indication for drug therapy (ICD9 code, ICD10 code, Systematized Nomenclature of Medicine—Clinical Terms (SNOMED)) the medication classification, drug product (NDC), pharmacological class

 number

of drug therapy problems (the types and causes of the problems)  monitoring parameters, values and time frames (laboratory values, patient assessment questions, patient  satisfaction questionnaires)  patient outcomes, goals of therapy met and not met, patient status at first and last followup  evaluation  complexity of the patient drug therapy needs, service date(s)  service billing amount(s) KONTEN PENTING  ANALISIS DATA  EVALUASI DAN MEMPERBAIKI PELAYANAN

Pharmaceutical care documentation system Assurance System Software Pharmaceutical Cre harus menghasilkan output: - Patient Care records - Personalized Care plans - Management Reports - Mmfasilitasi farmasi, dokter, dentist, suster, dan tenaga kesehata lainnya - Informasi pergantian dan penagihan pembayaran

 Di

US sedang dilaksanakan  HIT  untuk memperbaiki kualitas, keamanan, dan efikasi dari pelayanan kesehatan.

Tahap 1

• elemen dasar dari HIT dan kualitas

• medication management, clinical decision making, komunikasi antara Tahap 2 tenaga kesehatan, akses pasien terhadap informasi kesehatannya • memperbaiki kualitas dan keamanan dengan tujuan memperbaiki Tahap 3 kesehatan populasi

BE TIMELY

BE PRECISE

BE CONCISE

BE COMPLETE

Dirangkum oleh:

Luthfi Priasdhika Abdilah Irene Rambu Yety Diki Dongga

 Kontribusi

dari praktisi pelayanan farmasi diukur dari kemampuannya untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terapi obat untuk pasien.

 Care

terhadap pasien  Pengetahuan ttg pasien, penyakit & obat

1.

Pengetahuan yg harus dipelajari, diintegrasikan & digunakan dalam praktik:

Pasien

Penyakit

Terapi Obat

2. Pengetahuan Dasar  Meskipun diperlukan untuk mengetahui pengetahuan di sejumlah ilmu yang berbeda, dasar pengetahuan obat yang harus dipahami adalah:

Farmakologi

Farmakoterapi

Pharmaceutical Care Practice

Pasien

Terapi Obat

Penyakit

 Bertujuan

untuk identifikasi, mencegah dan menyelelesaikan masalah tekait pengobatan. Dalam memahami pasien, informasi dan data yang harus diperoleh : 1. Bagaimana keadaan kesehatannya saat ini, dulu, atau riwayat penyakit terdahulu 2. Bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien 3. Obat-obatan yang diperoleh pasien, diagnosis, perubahan kondisi fisiologis, hingga alergi yang mungkin dimiliki

Timeframe

Dimensi personal

Dimensi Lingkungan

Dimensi Fisiologis

Dimensi Karakteristik Penyakit

• • • •

Defisini penyakit Epidemiologi Etiologi/penyebab Natural course of the disease (onset, keparahan, prognosis)

Maksud Pengobatan

• •

Spesifik (farmakoterapi, nondrug therapy) Tujuan pengobatan (curative, preventive, palliative, diagnostic)

Tujuan Terapi

• • • •

Klinis (fisiologi)  gejala, laboratory abnormalities Peningkatan (aktivitas fisiologi, kualitas hdup) Perilaku (psikologi) Ekonomi (Penghematan biaya)

Etiologi

Strategi Terapi

Kondisi Medis Umum

Kriteria Diagnostik Prosedur yang direkomendasikan

Indication

Efficacy

Safety

Adherence

Selain itu, pengetahuan lain (pharmacotherapeutic) yang juga penting adalah : 1. Karakteristik obat (dosis, bentuk sediaan, toksikologi, efek samping) 2. Aktivitas obat (farmasetis, farmakokinetik, farmakodinamik) 3. Outcome terapi (efektivitas, perbaikan tanda dan gejala, keamanan)

 Untuk

memudahkan para praktisi kesehatan mengambil keputusan dalam memberikan asuhan kefarmasian bagi pasien.

 Dokumen

yang merekomendasikan bukti ilmiah untuk pelaksanaan terapi tertentu.

 Memiliki

fungsi untuk mempelajari keadaan medis pasien dan obat terapi yang digunakan.

 Berupa

sumber primer. Beberapa hal dasar yang perlu dipahami dalam sebuah jurnal antara lain : 1. Absolute risk reduction, yaitu perbedaan pada dua kelompok (kontrol dan pelakuan) 2. Relative risk, yaitu kemungkinan tercapainya hasil terapi pada kelompok perlakuan dibanding kelompok control 3. Relative risk reduction, yaitu pengurangan kejadian penyakit pada kelompok perlakuan dibanding kelompok control 4. Number needed to treat, yaitu jumlah orang yang harus di rawat pada periode tertentu untuk kesembuhan maupun pencegahan penyakit.

 Alasan 1.

2. 3.

penggunaan : Menjelaskan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan Menjelaskan bagaimana mengambil keputusan yang tepat pada kondisi tertentu Dapat digunakan untuk mengatur terapi obat bagi pasien

Hal-hal yang mencakup Pharmaceutical Care Plan Reference antara lain : 1. Indikasi, meliputi definisi, penjelasan tentang kondisi pasien, kemungkinan komplikasi penyakit, menjelaskan tanda dan gejala, faktor resiko, kriteria diagnosis, dan ceklist assessment 2. Efektivitas, meliputi tujuan terapi jangka pendek dan panjang, terapi alternative, dosis, hingga kelas farmakologi 3. Keamanan, meliputi ADR, toksisitas, dan kontraindikasi 4. Kepatuhan, meliputi instruksi yang diberikan kepada pasien dan self care 5. Masalah terapi obat (Drug Related Problem) 6. Evaluasi dan follow up 

 Empat

hal yang menjadi kemampuan dasar untuk meningkatkan pelayanan farmasi klinis, yaitu : 1. Mengumpulkan informasi tentang kondisi kesehatan pasien dan obat yang telah digunakannya 2. Mengevaluasi dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh untuk kemudian menjadi pertimbangan kebutuhan pasien 3. Mengkomunikasikan informasi kepada pasien dan tenaga kesehatan yang lain 4. Belajar dari pengalaman

Menggali informasi Pemeriksaan fisik

Pengobatan pasien

Mengumpulkan informasi untuk meningkatkan kemampuan diri

 Memberikan

kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan klinis yang dimiliki pasien berdasarkan guideline yang disesuaikan dengan kondisi klinis pasien

 Kemampuan

komunikasi sangat diperlukan terutama komunikasi kepada pasien melalui media tertulis atau verbal dimana komunikasi tertulis dapat didokumentasikan pada rekam medis pasien

 Kemampuan

keempat yang harus dimiliki adalah kemampuan merefleksikan pengalaman kepada pasien dimana refleksi ini akan mengubah kemampuan klinis menjadi pengetahuan klinis dan dapat mempertimbangkan langkah selanjutnya bila menemui kasus serupa

Menggali informasi yang relevan dari pasien bukan hanya merupakan keterampilan pertama yang harus apoteker miliki, tetapi hal ini adalah salah satu hal yang paling penting saat akan memberikan perawatan kepada pasien.

1.

Kemampuan menggali informasi pengamatan, hal yang dapat diperoleh :  Umur  Tinggi dan berat badan pasien  Jenis kelamin  Status kesehatan  Penampilan dan kebersihan diri  Postur dan kemampuan dasar untuk bergerak  Kemampuan berkomunikasi

 Tanda-tanda penyakit  Tingkat ketakutan  Keinginan dan kemampuan untuk berpartisipasi

melalui

2.

Kemampuan menilai informasi yang diperoleh dari pasien melalui interview, yaitu melalui percakapan dengan cara mendengarkan dan berusaha memahami pasien

3.

Mendengarkan dengan pikiran terbuka, yaitu berusaha mendengarkan keluhan pasien meskipun itu diluar wilayah yang mampu diatasi

4.

Mendengarkan dengan empati, yaitu dengan menunjukkan rasa empati kepada pasien maka akan ikut merasakan hal yang dialami pasien untuk memperoleh kepercayaan dari pasien

5.

Efisien saat menggali informasi pasien

6. 7.

8.

9.

Hanya menggali informasi yang dibutuhkan menghemat waktu dan untuk membuat keputusan klinis Pemeriksaan fisik melihat efektivitas dan keamanan dari pengobatan pasien yang dilakukan dengan monitoring Mengukur tanda-tanda vital pasien untuk melihat efektivitas dan keamanan dari pengobatan pasien dengan mengukur tekanan darah, nadi, suhu, dan laju pernapasan Mencari informasi dari literatur dilakukan untuk membandingkan dengan informasi dari buku sehingga proses pencarian informasi yang baik sangat dibutuhkan

 Tujuan

utamanya ialah membangun hubungan antara tenaga kesehatan (apoteker) dengan pasien untuk mendidik atau menjelaskan kepada pasien tentang terapi obat.

Nomor yang dapat dihubungi

indikasi

evaluasi Instruksi cara minum obat

effectiveness

safety

adherenc e

Surat

Brosur

1. Mudah dibaca 2. Apoteker telah mengetahui seberapa banyak informasi yang ingin diketahui dan yang akan disampaikan pada pasien dan seberapa banyak informasi yang telah diketahui oleh pasien

Email

• Setiap tenaga menggunakan bahasa praktek yang spesifik, dan

harus digunakan saat berkomunikasi dengan praktisi perawatan kesehatan lainnya, baik secara lisan maupun tulisan. • Semua praktisi memiliki kewajiban untuk belajar dan menggunakan istilah standar sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik setiap saat

Surat 1. Tepat 2. Ringkas 3. Lengkap

Catatan medik

Email

Perawatan pasien yang dilakukan secara berkala

 tujuan 1)

2)

dari semua praktisi dalam pelayanan: belajar dari setiap pengalaman dalam berinteraksi dengan pasien menjadi mahir dalam menyajikan kasus pasien yang dipelajari dari kolega.

1. 2. 3.

4. 5.

kesadaran diri dekskripsi Analisa perpaduan Evaluasi

1. 2. 3. 4. 5. 6.

7. 8.

Deskripsi singkat tentang pasien Alasan untuk menemui pasien Pengalaman Pengobatan yang Dilaporkan oleh Pasien Sejarah Pengobatan Komprehensif (alergi, status imunisasi) Catatan Obat Saat Ini: Indikasi - Produk Obat - Regimen dosis –Outcome Riwayat Medis yang lalu dan terapi obat terkait Review of systems Ringkasan Penilaian

 Semua

presentasi kasus farmakoterapi dimulai dengan deskripsi singkat tentang pasien.  Berisi informasi inti yang sama termasuk: - Indikasi dari terapi obat (kondisi medis) - Masalah terapi obat - Tujuan terapi - Rencana perawatan,

- hasil yang dihasilkan.

Assesment

Care plan

Followup Evaluasi

 Ada

format khusus yang digunakan untuk menggambarkan masalah terapi obat pasien. Format ini memiliki tiga bagian yang harus dijelaskan bersamasama: (a) kondisi medis yang terkait dengan masalah terapi obat, (b)terapi obat yang terlibat, dan (c) hubungan (sebab dan akibat) antara masalah medis dan terapi obat .

 Mengidentifikasi

kebutuhan pasien yang terkait dengan kondisi medis dan bagaimana mengatasinya dengan menggunakan obat ataupun non-farmakologinya serta mengatasi  Mencegah masalah terapi obat dengan memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan terapi, dan intervensi yang ingin dicapai untuk mencapai tujuan terapi dan mencegah terjadinya masalah pada pasien yang berkaitan dengan terapi obat.

 Fokusnya

adalah pada bukti keberhasilan atau kegagalan dari care plan dan intervensi yang telah dilakukan kepada pasien.  Ada 3 bagian, yaitu: 1. Meninjau pasien secara singkat dan menentukan apa yang ingin dcapai pada kunjungan yang telah dilakukan. 2. Menggambarkan apa yang terjadi pada pasien (hasil pasien) sejak kunjungan terakhir. 3. Mempresentasikan penilaian klinis (evaluasi) kemajuan pasien untuk mencapai tujuan terapi.

 Pastikan

untuk merangkum kebutuhan terkait obat pasien, apa yang ingin dicapai dan pencegahan masalah terkait terapi obat, serta bukti efektivitas dan keamanan farmakoterapi pasien.

Dirangkum oleh: Putu Dhyanti Pratiwi Utami

 Pharmaceutical

care : suatu praktik yang cukup baru untuk farmasis  para tenaga medis lainnya telah membangun praktik yang baik selama bertahun-tahun  berhasil secara finansial dan professional.  Kunci sukses dari sebuah praktik : 1. Menambahkan pasien baru secara terus menerus  pratik layak secara finansial, dan bertahan dalam waktu lama 2. Memberikan perawatan kepada lebih dari satu px secara berulang dan efektif efisien  Maka pharmaceutical care perlu dikembangkan.

 Menetapkan

suatu praktik ph care yang sukses bukan hal yang mudah. Besarnya misi perubahan dari dispensing  ph care kadang membuat apt itu bingung, hal apa yang harus dilakukan.  Maka agar lebih mudah harus ada niatan berubah, baik secara individu ataupun professional.

Persiapkan diri A. praktisi berkompeten ( pengetahuan, kemampuan praktisi dan komitmen praktisi dalam pelayanan pasien) B. Memahami dan mendeskripsikan pelayanan dan visi praktik (melalui pembuktian pelayanan pasien sesuai keinginan dan kebutuhan pasien) 1.

 Dapat

menarik px baru  Meningkatkan loyalitas px dan retensi  Meningkatkan retensi personel yang berorientasi pada pelayanan  Mengurangi tanggung jawab  Meningkatkan daya tarik praktik Selain itu :  menghasilkan identifikasi, resolusi, dan pencegahan masalah tx obat dengan lebih baik.  Meningkatkan kepatuhan regimen obat  Hasil klinis yng berkualitas  Meningkatkan kesempatan untuk kelanjutan perawatan

C. Fokus kepada pasien  berusahalah mencari keinginan px apa dan integrasikan dengan pengetahuan apt yang luas, berikan lah pelayanan yang layak dan sesuai keinginan px.

 Hal

penting : px merasa nyaman dan perhatikan apakah perawatan high quality bisa diberikan. Pastikan personel bekerja dengan ramah dan selalu mendukung dan memberi semangat.

A. Pastikan seorang apt memahami sumber daya yang dibutuhkan untuk menjadi sukses, antara lain :  Praktisi yang kompoten  Ruang yang baik yang akan memfasilitasi pelayanan yang berkualitas  Akses terhadap buku atau pedoman  System pendukung seperti laporan, billing  Akses terhadap pasien  Akses ke penyedia layanan kesehatan px

B. Mengakomodir organisasi  Apoteker tidak bisa berdiri sendiri, maka harus bekerjasama dengan klinis, rumah sakit, atau fasilitas perawatan lainnnya. Perhatikan juga bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan px ataupun tenaga medis lainnya.

A.Mengetahui biaya selama menjalankan bisnis • hal yang harus diinvestasikan untuk memulai pembuktian

pelayanan farmasi. • Memulai mengenali dan merencanakan investasi tidak berwujud seperti personal energi, komitmen, belajar berkomunikasi, bekerjasama • Investasi waktu dan keuangan dalam memberikan pelayanan untuk pasien • Investasi yang berwujud, sumber daya secara fisik seperti -material, -peralatan medis, dll

B. Membangun dasar pemasukan yang stabil • Penyedia pelayanan kesehatan minimal untuk 10-15 pasien perhari • Mempromosikan pelayanan kesehatan

 MEKANISME

PEMBAYARAN : hal utama mendapatkan pembayaran ialah  melakukan layanan langsung ke px.  Ada 3 cara pembayaran :  Fee for service : berdasarkan jumlah dan tipe pembayaran  Kapitasi : pembayaran dengan berdasar jumlah pasien dalam waktu tertentu  RBVS yang dianggap paling ideal : system penilaian berdasarkan sumber daya.

 Kepuasan

apoteker dalam bekerja akan meningkat saat apoteker dapat aktif secara langsung dalam pelayanan kepada pasien. Pharmaceutical care akan dapat meningkatkan outcome terapi, status kesehatan, loyalitas, dan kualitas hidup pasien. Hal tersebut merupakan suatu reward positif yang didapatkan apoteker saat melakukan pelayanan kefarmasian  Pengakuan profesional dari teman sejawat, dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain juga akan meningkat melalui praktek pharmaceutical care. Hal tersebut akan dapat meningkatkan kerjasama dan kolaborasi antar tenaga kesehatan.

Mengembangkan rencana bisnis adalah salah satu langkah awal dalam membuat praktik baru. Hal ini akan menggambarkan layanan, produk, pasar, masyarakat, dan kebutuhan finansial.  Rencana bisnis diperlukan untuk meningkatkan kemungkinan kesuksesan tercapai. 1. Ringkasan Eksekutif 2. Gambaran umum mengenai pelayanan 3. Rencana Pemasaran 4. Rencana operasional 5. Mangement dan organization 6. Stuktur dan kapitalisasi 7. Milestone 8. Rencana finansial 

Pada saat pertama kali akan melakukan praktek pharmaceutical care paling tidak dilakukan kepada dua hingga empat pasien setiap harinya. Hal ini akan membantu apoteker dalam melatih kemampuan dan juga membuat pasien merasakan manfaat dari pharmaceutical care  Saat melakukan praktek pharmaceutical care, sangat penting bagi apoteker untuk melakukan dokumentasi singkat mengenai praktek yang dilakukan  evaluasi.  Memulai praktik baru tidaklah mudah, butuh waktu, usaha, komitmen, dedikasi, dan kerja keras. Tanggung jawab apt : belajar memberi pelayanan yang berkualitas dan belajar agar bagaimana semua berjalan secara efektif. 

      

Semakin baik kerjasama dokter dan apoteker, akan semakin baik praktek ph care yang dilakukan. Praktek ph care bermanfaat bagi pasien sehingga pasien perlu memahami mengenai praktek tersebut. Mayoritas ketidakpatuhan pasien disebabkan karena tidak efektif dan tidak amannya pengobatan yang dijalani pasien. Apoteker belum terlalu familiar terhadap praktek pharmaceutical care. Apoteker perlu memahami dan terus belajar mengenai praktek pharmaceutical care, farmakologi, dll untuk dapat mengatur terapi obat pasien. Dokter merasakan manfaat dari praktek pharmaceutical care. Berdasarkan penelitian, dokter menerima 90% dari rekomendasi yang diajukan oleh apoteker. Ketika apoteker melakukan praktek pharmaceutical care sesuai standar yang ditetapkan maka apoteker akan mendapatkan reward yang positif

Dirangkum oleh: Victoria Sara Desindy

Pemerintah Australia memutuskan untuk mendanai penyediaan layanan ini dirumah sendiri dengan berdirinya program Home Medicines Review (HMR).

 Area praktek apoteker di • Pencarian data-data pasien • Identifikasi masalah klinis • Memastikan tujuan terapi • Evaluasi terapi pasien • Monitoring outcome pasien  Kemudian di optimalisasi

RS :

dengan QUM (Quality Use of Medicines), dimana tujuan strategi QUM menyoroti kebutuhan praktisi kesehatan untuk bekerja sama.  Pemerintah Australia memutuskan untuk mendanai penyediaan layanan dirumah dengan berdirinya program Home Medicines Review (HMR) pada tahun 2001.



Dewan Kesehatan Kabupaten berinvestasi dalam pengembangan Kerangka Kerja Apoteker Apoteker Nasional di tahun 2007 1. Pelayanan Informasi 2. Pelayanan pemantauan Pengobatan Dewan Apoteker Kerangka Kerja Manajemen Risiko Selandia Baru menguraikan empat tingkat layanan pengelolaan obat-obatan, kompetensi spesifik standar untuk tingkat spesifik ditambah persyaratan kualifikasi, pelatihan, akreditasi, dan sertifikasi ulang untuk setiap tingkat layanan

 Professional

Activities of Pharmacists

A. Dispensing 1. Pemilik apotek harus apoteker 2. Aktivitas dispensing (hanya yang diresepkan oleh dokter) dilakukan oleh apoteker 3. Sebelum melakukan dispensing, lakukan evaluasi resep 4. Rumah sakit menggunakan mesin dispensing otomatis untuk meningkatkan keefektifan dan beberapa rumah sakit sudah menggunakan UDD

B. Patient Counseling and Drug Information 1. Apoteker diharuskan memberikan informasi obat untuk pasien dan dokter 2. Di Korea, terkadang pasien melakukan complain terhadap konseling yang diberikan apoteker, karena: - Mereka terlalu sibuk melakukan dispensing waktu untuk konseling jadi berkurang - Minimnya pengetahuan C. Training and Education Issues 1. Korea sudah melaksanakan CPD dan juga sudah mengadakan spesialis keilmuan farmasi 2. Korea telah mengimplementasikan e-learning untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Tantangan Madication Therapy Managemen (MTM) 1. Sistem belum sesuai realitas situasi di cina. 2. Keterbatasan skill yang profesional , kurangnya pengajar dan praktik dalam kurikulum berbasis klinis 3. Perbedaan RS di kota dan di desa yang memenuhi syarat untuk melaksanakan sistem tersebut 4. Kurangnya pedoman dan standar evaluasi dari sistem tersebut

 Fasilitas

kesehatan di India terdiri atas rumah sakit (baik milik pemerintah maupun swasta), Primary Health Care Centers  Masalah Penggunaan Obat. India telah mengembangkan National Drug Policy sebagai Essential Medicines List, namun tetap ada masalah penggunan obat karena : 1. obat dianggap komersil 2. pada resep tidak terdapat tanggal 3. penggunaan bersamaan obat alternatif dan kimia

Regulasi • • • • •

Memperbaiki undang-undang dan peraturan mengenai Farmasi Secara hukum menentukan strata professional Apoteker Meningkatkan kualifikasi minimum Apoteker Menegaskan peran Apoteker Menetapkan standar pelayanan Apoteker

Educational • Merevisi kurikulum agar lebih fokus di patient oriented • Menerapkan aturan CPD merupakan salah satu cara mempertahankan kompetensi • Menambahkan jam praktek bagi lulusan Diploma

Mesir Manajemen terapi obat masih belum diterapkan (perekonomian negara buruk) Belum ada pelatihan bagi Apoteker Ruang lingkup UU belum jelas  banyak Apoteker yang menolak melakukan praktek

Yordania Pelayanan dan manajemen terapi masih konsep baru di Yordania Pasien VS Apoteker Di Farmasi Komunitas hanya meracik dan menjual obat Farmasis Yordania memiliki dedikasi dalam penelitian bidang farmasi

Kuwait Lebih dari setengah Apoteker Kuwait bekerja di sektor rumah sakit Komunitas  dispensing dan sedikit konseling Mulai ada CPD dan pelatihan farmasi klinik oleh apoteker

United Arab- Emirates Farmasi klinik masih sulit karena kekurangan SDM dan tingkat penerimaan Masih belum ada UU yang mengatur praktek Farmasi Manajemen terapi obat diberikan oleh apoteker yang memiliki izin dan bukti pelatihan klinis

Lebanon Memiliki LOB (Lebanese Order of Pharmacists) Farmasi klinik masih bertumbuh di Lebanon Praktek di komunitas masih seputar dispensing dan menjual obat

Qatar Qatar termasuk negara baru dalam bidang kefarmasian Terbukti lulusan pertama Universitas Qatar baru memulai praktek di tahun 2011 Sebelumnya, apoteker di dapat dari Mesir dan Yordania Praktek farmasi klinis sudah mulai berkembang (program CPPD)

Saudi Arabia SA masih kekurangan praktisi farmasi (2026 diperkirakan membutuhkan sekitar 17.000) Mayoritas bekerja di sektor rumah sakit Memiliki majalah kefarmasian dan jurnal (Saudi Pharmaceutical Journal) Apoteker sudah tertarik melaksanakan farmasi klinik

Sudan 2010 diadakan pertemuan internasional di Sudan untuk meningkatkan kesadaran tentang pelayanan farmasi Farmasi klinis masih dikembangkan  CPD dan pelatihan farmasi klinik lain sudah mulai dilakukan Farmasi komunitas  apoteker memiliki ruang konseling dan menjamin kerahasiaan pasien

Ada 7 Universitas Farmasi

Pharmaceutical Care sudah masuk ke dalam kurikulum pembelajaran

Pharmaceutical care belum terealisasikan di lapangan. Tugas apoteker masih seoutar dispensing

Kekurangan SDM, dan perundangan yang rinci yang menjelaskan praktik kefarmasian

Belum ada asosisasi profesi untuk mendukung praktik kefarmasian

Pharmaceutical Care diperkenalkan di awal study

5 Rumah Sakit Umum menaarkan layanan farmasi klinis

Tahun 20112016 membuat strategi sistem Pharmaceutical Care yang komprehensif

1952, didirikan College of Pharmacy di King Saud University (KSU) sebagai Program farmasi 4 tahun

Farmasi Klinik mulai mendominasi di apotek dan menjadi minat apoteker

Pharmaceutical Care diajarkan pada program BSc.Pharm dan PharmD

Sekitar 40% dari perguruan tinggi farmasi yang memiliki aspek-aspek Pharmaceutical Care dalam kurikulum Tahun 2004, awal Pharmaceutical Care masuk ke dalam kurikulum pembelajaran

Tahun 2010, di Khoartum untuk meningkatkan kesadaran

 Apoteker

memberikan layanan Pharmaceutical care khusus untuk pasien

Dokter

Apoteker

Kualitas Hidup Pasien

Mengkaji ulang regimen pengobatan yang didapatkan pasien

Pemantauan kepatuhan pasien dan hasil terapi dari pengobatan pasien

Dokter + Apoteker Secara aktif terlibat dalam keputusan terapi pasien (sebelum resep dituliskan)

Apoteker menanggapi keputusan dokter tanpa campur tangan secara aktif.

Pharmaceutical Care ABDA Apotek Geriatri Perawatan Asma (Teknik Inhaler) Pembuatan Katalog Obat

1970, Apoketer Klinis pertama (Pengembangan Farmakokinetik)

1980 mulai melakukan praktik konseling apoteker ke masyarakat

Perspektif baru : Mengubah model kerja apotek.

Apoteker belum berperan di farmasi klinis, hanya mengawasi penggunaan obat rasional yang diresepkan oleh dokter.

Belum ada pembelajaran formal untuk apoteker dalam menerapkan Pharmaceutical care

Memiliki pembelajaran yang terarah

Memiliki pelatihan formal

Patient oriented

Future Pharmaceutical Managerial Service

Landspitali-Rumah Sakit Universitas Nasional Islandia (LSH) adalah satu-satunya tempat yang bisa memberikan layanan Pharmaceutical Care.

Memiliki program pelatihan khusus (7 hari) untuk melatih skill komunikasi dan kefarmasian.

Mulai tahun 2008, untuk bisa menjadi apoteker, mahasiswa farmasi harus menyelesaikan studi 5 tahun + 6 bulan praktik di apotek maupun RS

Membuat protokol yang jelas mengenai Pharmaceutical Care

Future Pharmaceutical Managerial Service

Bekerja sama dengan praktisi yang lain

3 Review Pengobatan Tipe 1 : ulasan resep

Tipe 2: Tipe 3: Koordinasi ulasan dan Pengobatan tinjauan Klinis kepatuhan

Dokumentasi

Future Pharmaceutical Managerial Service Konsistensi

Follow up

 Sistem

kesehatan : Sistema Único de Saúde (SUS)  Layanan farmasi dikenal sebagai Assistência Farmacêutica  Namun, pharmaceutical care sebagai penilaian komprehensif dan tindak lanjut pengobatan belum menjadi pelayanan dalam sistem pelayanan kesehatan  Ditelusuri kuncinya ialah pada pendidikan, dimana pasien belum menjadi sentral dari kurikulum

Perubahan dan inovasi yang menjadi kunci :  Persiapan untuk menjadi seorang apoteker harus benar-benar dirombak  Harus ada kaitan antara teori di pendidikan dengan sistem pelayanan kesehatan yang diterapkan.  Dibutuhkan peraturan terkait pharmaceutical care yang menawarkan standar praktek dan membangun pharmaceutical care dalam sistem pelayanan kesehatan

 Sistem

Pelayanan Kesehatan : Canada Health Act  Keunggulan Pharmaceutical Care • Sistem pendidikan

• Dukungan pendanaan dan insentif untuk praktik kefarmasian >>

Blueprint for Pharmacy • Dukungan pemerintah dalam pembuatan aturan mengenai harga obat • IMPACT project • Pemerintah provvinsi juga menempatkan apoteker dalam peran penting dalam program dan memberikan dukungan

 Tantangan

bagi Apoteker

• Model efisiensi pendanaan (negara dan swasta) • Hubungan Apoteker dan Dokter • Praktik kefarmasian yang inovatif

 Di

Amerika Serikat, manajemen pengobatan sebagai pharmaceutical care sudah dikembangkan sejak tahun 1990.  Sudah terdapat dukungan dari pemerintah terkait praktek pharmaceutical care.  Terdapat pula perjanjian bahwa jika apoteker ingin melakukan intervensi farmakoterapi perlu ditunjukkan bukti ilmiah terkait permasalahan yang ada. 245



Kewenangan yang diajukan sebagai berikut: • melakukan tinjauan obat secara komprehensif dan

melakukan penilaian untuk:

 Identifikasi  Memutuskan pilihan obat  Mencegah Drug-Therapy Problem • Merumuskan treatment pengobatan • Memonitoring dan mengevaluasi outcome dari terapi • Perkembangan di Amerika Serikat sudah baik namun perlu

diadakan perkembangan lebih lanjut lagi terkait perlu penambahan apoteker yang lebih berkompeten serta dukungan sumber daya ekonomi yang besar.

246

Dirangkum oleh: Richardus Yudistira Eunika Intan

Standar Praktik Pharmaceutical Care ialah :

Standar Pelayanan Acuan ideal dari kinerja praktisi secara individu

Standar Profesi Acuan ideal dalam lingkup organisasi profesi

 Standar

pelayanan 1 : Pengumpulan informasi spesifik

pasien  Standar pelayanan 2 : Penilaian kebutuhan terkait obat  Standar pelayanan 3 : Identifikasi masalah terkait obat  Standar pelayanan 4 : Penetapan tujuan terapi  Standar pelayanan 5 : Intervensi

 Standar

pelayanan 6 : Penjadwalan evaluasi tindak lanjut  Standar pelayanan 7 : Evaluasi tindak lanjut

1.

2. 3. 4.

5.

6. 7.

8. 9.

Pengumpulan data yang relevan melalui wawancara Melibatkan pasien, keluarga, kerabat ,dan tenaga kesehatan lain jika diperlukan Riwayat pengobatan digunakan dalam membuat keputusan Data digunakan untuk melakukan identifikasi farmakologis, kondisi kesehatan, dan kebutuhan terkait obat dari pasien Kesesuaian dan signifikansi data ditentukan oleh kondisi, tingkat penyakit, kebutuhan, keinginan, dan preferensi pasien Riwayat pengobatan lengkap dan akurat Catatan pengobatan lengkap, akurat, dan mencantumkan indikasi, produk obat, regimen dosis, dan outcome yang diperoleh Proses pengumpulan data dilakukan sistematis, komprehensif,dan berkelanjutan Hanya data yang dibutuhkan yang digali pada pasien

10.

11.

Pendokumentasian daa dalam form yang ditentukan Pengumpulan data dan dokumentsi harus dijaga kerahasiaannya

Data pada assessment digunakan untuk menentukan : 1. Obat sudah tepat indikasi atau belum 2. Kebutuhan obat tambahan 3. Apakah semua obat tersebut paling efektif yang tersedia 4. Dosis obat tepat/belum untuk mencapai tujuan terapi 5. Apakah obat menyebabkan efek samping 6. Apakah dosis berlebih dan menyebabkan toksisitas 7. Perilaku pasien di nilai apakah obat sudah digunakan secara tepat/belum

1. DTP diidentifikasi dari temuan assessment resep 2. Kemudian divalidasi dengan pasien, keluarga, tenaga kesehatan

yang menangani. 3. DTP harus diungkapkan agar kondisi medis dan terapi yang digunakan dapat dinyatakan pula dan hubungan antara faktor dan penyebab masalah dapat terlihat. 4. DTP harus diprioritaskan untuk diselesaikan. 5. DTP didokumentasi dengan cara yang dapat mendukung tujuan terapi dan luaran yang diinginkan dalam care plan

1. Tujuan terapi dirumuskan dari indikasi terapi obat. 2. Tujuan terapi dinyatakan dalam parameter tergambarkan atau

terukur dari kondisi klinis/parameter laboratorium untuk mengevaluasi keefektifan dan keamanan obat. 3. Tujuan terapi dapat dinegosiasikan bersama antara tenaga kesehatan dan pasien. 4. Tujuan terapi bersifat realistis. 5. Tujuan terapi mencakup lini waktu yang dibutuhkan untuk capaian.

1. Setiap intervensi sifatnya individual bagi kondisi pasien, kebutuhan 2.

3. 4. 5.

obat, dan DTP yang terjadi. Terapi alternatif yang tepat dan terbaik digunakan untuk meyelesaikan DTP. Rencana dikembangkan secara kolaboratif antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain. Semua intervensi yang dilakukan harus didokumentasikan. Evaluasi tindak lanjut dilakukan terus menerus untuk keberlanjutan dari pelayanan

1. 2.

3. 4.

Parameter klinis dan laboratorium digunakan unuk mengevaluasi keamanan , efektifitas pengobatan. Adanya alokasi waktu untuk pengumpulan informasi. Penjadwalan evaluasi tindak lanjut Jadwal dan rencana follow up harus didokumentasikan

1. 2.

3. 4. 5. 6. 7. 8.

Outcome dan intervensi yang diberikan ke pasien harus didokumentasikan. Efektivitas terapi dievaluasi, kondisi pasien ditentukan dengan membandingkan outcome pada time frame untuk mencapai tujuan pengobatan. Keamanan pengobatan dievaluasi Kepatuhan pasien dievaluasi Rencana pelayanan direvisi, bila dibutuhkan Revisi pada care plan harus didokumentasikan Evaluasi selalu dilakukan sistematis hingga tujuan terapi tercapai Pasien, keluarga, tenaga kesehatan berperan dalam proses evaluasi

 Standar

1 : Kualitas pelayanan  Standar 2 : Etika  Standar 3 : Kolegialitas  Standar 4 : Kolaborasi  Standar 5 : Edukasi  Standar 6 : Penelitian  Standar 7 : Alokasi sumber daya

Evaluasi praktik yang berhubungan dengan standar praktik profesi dengan aturan yang berlaku Kriteria pengukuran  Menggunakan literatur berdasarkan bukti untuk mengevaluasi performance saat praktik.  Melakukan peer review yang sepadan secara berkelanjutan dan sering.  Menggunakan hasil data dari praktek untuk mengkritisi evaluasi performanya.

Tindakan dan keputusan yang diambil oleh praktisi sesuai dengan etika yang berlaku Kriteria pengukuran: Menjaga kerahasiaan pasien Tindakan sesuai dengan persetujuan pasien Tidak mendiskriminasi, menghormati martabat dan HAM pasien. Memberi perhatian dengan cara yang tidak menyinggung hak-hak pasien. • Mencari sumber pendukung untuk membantu dalam menentukan etika dalam profesi. • • • •

Berkontribusi dalam pasangan, kolega, dll. Kriteria pengukuran:

professional

development

dari

• Menawarkan pendampingan profesional saat diperlukan oleh rekan

praktisi lain. • Bekerjasama dengan pasien, dokter, perawat, dan pelayanan kesehatan yang lain

penyedia

Berkolaborasi dengan pasien, anggota keluarga dan health care provider untuk menghasilkan patient care. Kriteria pengukuran: • Pasien sebagai pengambil keputusan yang utama, dan praktisi

berkolaborasi dengannya. • Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika berkaitan pasien

Menerapkan dan mengembangkan pengetahuan akan farmakoterapi, dan pharmaceutical care practice. Kriteria pengukuran: • Melakukan refleksi diri terkait praktik untuk

farmakologi,

mengetahui

pengetahuan apa saja yang masih perlu dipelajari • Update pengetahuan melalui jurnal, interaksi antar praktisi, dan program pendidikan berkelanjutan.

Secara rutin menggunakan hasil penelitian dalam praktik, berkontribusi dalam penelitian jika diperlukan. Kriteria pengukuran: • Menggunakan hasil penelitian sebagai dasar praktek. • Melakukan

evaluasi literatur secara sistematis untuk mengidentifikasi pengetahuan, kemampuan, teknik, dan produk, yang berguna untuk praktek dan menerapkannya secara bertahap. • Mengembangkan metode praktek dengan dasar penelitian yang dilakukan.

Praktisi mempertimbangkan faktor-faktor terkait efektivitas, keamanan, dan biaya dalam merencanakan dan melakukan patient care. Kriteria pengukuran: • Peka terhadap kebutuhan finansial dan keterbatasan sumber daya

dari pasien, penyedia layanan kesehatan, dan institusi. • Keputusan dibuat untuk memanfaatkan sumber daya dan memaksimalkan nilai dari sumber daya tersebut dalam praktek.

Related Documents


More Documents from "National Pharmaceutical Council"