Peumonia.docx

  • Uploaded by: yulianti putri
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peumonia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,371
  • Pages: 16
PEUMONIA A. Definisi Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru,merupakan penyakit yang sering terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong, 2008). Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit, atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden, 2009). Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing,berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2013). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda-benda asing (Muttaqin, 2008). B. Etiologi 1. Bakteri Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis 2. Virus Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus merupakan penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.

1

3. Jamur Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. 4. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS. 5. Faktor lain yang mempengaruhi Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. 6. Bahan kimia Minyak tanah, bensin 7. Aspirasi (cairan amnion, makanan, cairan lambung, susu) (Reevers, 2000; Sectish, 2003). C. Klasifikasi Pneumonia Menurut buku Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003, menyebutkan 3 klaisfikasi pneumonia, yaitu: Berdasarkan klinis dan epidemiologi a. Pneumonia komuniti ( Community-Acquired Pneumonia/ CAP) Pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu terjadinya infeksi di luar lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit selama > 14 hari. b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial) pneumonia yang terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini didapat selama penderita dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006). Hampir 1% dari penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia selama dalam perawatannya. Demikian pula halnya dengan penderita yang dirawat di ICU, lebih dari 60% akan menderita pneumonia.

2

c. Pneumonia aspirasi Infeksi oleh bakteroid dan organisme anaerob lain setelah aspirasi orofaringeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Stroke, penyakit Parkinson, kesulitan menelan, dapat menyebabkan aspiration pneumonia. d.

pada penderita immunocompromised/ oportunistik Pneumonia jenis ini menyerang mereka yang lemah sistem kekebalan tubuhnya. Misalnya penderita AIDS atau yang pernah melakukan transplantasi organ tertentu. Kemoterapi dan penanganan corticosteroid juga dapat memicu penyakit ini.

Berdasarkan bakteri penyebab: a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. b. Pneumonia atipikal Disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia c. Pneumonia virus Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bias menyebabkan pneumonia juga). Gejala wala dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12-36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan sedikit berlendir. Terdapat panas tinggi yang disertai membirunya bibir. d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi

terutama

pada

penderita

dengan

daya

tahan

lemah

(immunocompromised).

3

Berdasarkan predileksi infeksi: a. Pneumonia lobaris Pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan bsar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri. b. Pneumonia bronkopneumonia Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua D. Patofisiologi Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus

dan organisme-organisme infeksius

lainnya.

Perubahan pada

mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.2 Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/ viremia generalisata. 4

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (Brunner and Suddarth, 2010).

5

E. WOC Etiologi (virus, bakteri, jamur) MK: defisiensi pengetahuan

Droplet terhirup

MK: ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Kurang pengetahuan, informasi

Masuk pada alveoli

Merangsang IL-1

Reaksi peradangan

Merangsang IL-1

PMN (leukosit & makrofag meningkat)

Konsolidasipenumpukkan eksudat di alveoli

Mengaktifasi cytokine

Gangguan difusi O2

Sesak, ronkhi

Obstuksi saluran nafas

Zat endogen pyrogen

prostaglandin Ekstravasasi cairan ke alveoli

Berdistribusi ke hipotalamus

transportasi O2 terganggu

Menggeser setpoint anterior Suhu tubuh meningkat

HR meningkat, kelelahan, kelemahan

MK: intoleransi aktivitas

BGA abnormal

Konfusi, iritabilitas, sianosis, dispneu, pernafasan cuping hidung

MK: gangguan pertukaran gas Respon batuk

Demam, berkeringat

Cairan tubuh << MK: resiko tinggi kekurangan volume cairan

Peningkatan pemecahan cadangan makanan

MK: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Penggunaan otot bantu abdomen

Refluk fagal Mual, muntah

6

F. Manifestasi Klinis Pada dasarnya gejala klinisnya dapat dikelompokkan atas : a. Gejala umum infeksi : demam, sakit kepala, lesu, dll.gejala umum penyakit saluran

pernapasan bawah : seperti takipneu, dispneu, retraksi atau napas cuping hidung, sianosis. b. Tanda pneumonia : perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronki basah halus nyaring

pada bronkopneumonia dan bronkofoni positif. Batuk disertai dengan napas cepat (usia < 2 bulan > 60 x/menit, 2 bulan – 1 tahun > 50 x/menit, 1-5 tahun > 40 x/menit) c.

Batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen, bahkan mungkin berdarah.

d. Tanda di ekstrapulmonal

Leukositosis jelas pada pneumonia bakteri dan pada sputum dapat dibiak kuman penyebabnya (Muttaqin, 2008).

G. Komplikasi a.

Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.

b.

Efusi pleura Efusi pleura terjadi ketika penumpukan kelebihan cairan dan dahak pada lapisan dinding dada, alveoulus dan ruang-ruang di antaranya. Ini adalah komplikasi umum yang muncul dari pneumonia dan mungkin salah satu tanda-tanda pertama pada X-Ray dada. Jika cairan luas di paru-paru, thoracentesis mungkin harus dilakukan.

e. Bakteremia

Bakteremia adalah suatu kondisi di mana ada sejumlah besar bakteri hadir dalam aliran darah. Indikasi bakteri dalam darah terdeteksi oleh pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan fisik. Bakteremia biasanya dicurigai jika pasien menunjukkan tanda-tanda dan gejala seperti demam tinggi, batuk lendir hijau atau kuning, kelemahan ekstrim dan timbulnya syok septik. Bakteremia harus ditangani dengan cepat atau infeksi dapat menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh dan menyebabkan organ utama mati. f.

Endokarditis Endokarditis adalah infeksi lapisan dalam jantung. Ini merupakan komplikasi dari pneumonia diobati jangka panjang atau pneumonia berulang. Karena gejala dapat mirip pneumonia itu sendiri, seperti sesak napas, batuk atau nyeri, sering kali tidak terdeteksi. Endokarditis yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan ireversibel katup atau gagal jantung. 7

g. Kegagalan ventilasi

Kegagalan ventilasi adalah nama lain umum untuk hiperkapnia. Otot-otot di paruparu, atau otot ventilator, bekerja keras untuk memungkinkan paru-paru naik dan turun dan bekerja pada menyelesaikan fungsi tubuh yang tepat. Dalam beberapa kasus pneumonia, pasien mungkin tidak dapat bernapas dengan adekuat. Sebuah ventilator harus ditempatkan pada pasien sehingga mereka dapat bernapas dengan benar dan mengisi aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh. h. Kegagalan Pernafasan hipoksemia

Kondisi ini terjadi ketika ada peradangan parah di dinding paru-paru menyebabkan aliran udara menutup atau menyempitkan darah dan aliran udara. Pengobatan awal adalah untuk mengurangi peradangan. Hal ini dilakukan dengan antibiotik untuk menghilangkan infeksi dan thoracentesis untuk menghapus cairan untuk meringankan tekanan udara dan aliran kembali (Price, 2003; Sectish, 2003). i.

Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

j.

Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

k.

Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

H. Pemeriksaan Diagnostik a.

Sinar X Mengidentifikasi distribusi structural (mis, lobar, bronkial); dapat juga menyatakan abses luas/ infiltrate, ampiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus).

b.

GDA/ nadi oksimentari Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

c.

Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah Diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan baru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada: bakteri yang umum meliputi Diplococcus pneumonia, stpilococcus aereus, A- hemolitik strepcoccus, Haemopilus influenza; CMV. Catatan: Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organism yang ada. Kultur darah dapat menunjukkan baktremia sementara.

8

d.

JDL Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bacterial

e.

LED: meningkat

f.

Pemeriksaan fungsi paru Volume mungkin menurun (kogesti dan kolaps alveolar): tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi pembebasan (hipoksemia).

g.

Elektrolit: Natrium dan kalorida mungkin rendah

h.

Bilirubin: mungkin meningkat

i.

Aspirasi perkutan/ biopsy jaringan paru terbuka Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV); karaktristik sel raksasa (rubeolla) (Misnadiarly, 2008).

9

ASUHAN KEPERAWATAN 1. Data fokus Data Subjektif a)

Klien mengatakan badan demam

b) Klien mengatakan merasa nyeri di daerah dada yang terasa tertusuk-tusuk, terutama saat bernafas atau batuk c)

Klien mengatakan tenggorokan terasa sakit, sakit kepala, dan mialgia

d) Klien mengatakan sering mengeluarkan dahak yang kental, berbusa dan berwarna kehijauan atau bercampur darah. e)

Klien mengatakan lebih merasakan nyaman saat duduk tegak di tempat tidur dengan condong ke arah depan tanpa mencoba untuk batuk atau nafas dalam.

f)

Klien mengatakan sering berkeringat banyak.

g) Klien mengatakan dada terasa sangat sesak dan sulit bernafas.

Data Objektif a)

Suhu tubuh klien teraba panas, lebih dari 37,5 0C dan klien tampak menggigil.

b) Wajah klien tampak meringis. c)

Takipnea (25-45x/menit), dyspnea

d) Terdengar pernafasan mendengkur, rhonchi saat auskultasi. e)

Tampak penggunaan pernafasan cuping hidung atau otot-otot aksesori pernafasan.

f)

Klien tampak lemah dan pucat.

g) Tampak area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru dalam hasil rontgen dada. h) Terjadi peningkatan taktil fremitus saat dilakukan palpasi. i)

Suara pekak pada saat perkusi di daerah dada

j)

Terdengar bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada).

k) Ditemukannya ketidaknormalan pada hasil AGD. 10

l)

Terdapat perubahan pada frekuensi, ritme, dan kedalaman pernafasan.

m) Kesadaran dapat menurun akibat perluasan infeksi menjadi sepsis

2. Pengkajian a. Data dasar pengkajian pasien b. Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas. c. Sirkulasi Gejala : riwayat adanya Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat d. Makanan/cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi) e. Neurosensori Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza) Tanda : perusakan mental (bingung) f. Nyeri/kenyamanan Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia. Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan) g. Pernafasan Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea. Tanda : sputum:merah muda, berkarat perpusi: pekak datar area yang konsolidasi premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi Bunyi nafas menurun Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

11

h. Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar i. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah 3. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping hidung,dan gelisah (rewel) b. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal, dan kulit terasa hangat. c. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh. d. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat pada alveoli akibat infeksi e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah. g. Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan kognitif dan neuromuscular ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan ADL h. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan kesadaran i. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan aliran darah ke otak dan penurunan suplai O2 ke serebral

ditandai dengan penurunan

kesadaran, adanya riwayat kejang.

12

Nursing Care Planning (NCP) No Diagnosa 1. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolarkapiler ditandai dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,n afas cuping hidung,dan gelisah (rewel)

2. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal, dan kulit terasa hangat.

3. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif

Tujuan dan kreteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan pertukaran gas adekuat dengan kreteria hasil : NOC : Respiratory status  RR normal (skla 5)  Ritme respiratory normal (skala 5)  Kedalaman nafas normal (skala 5)  Akumulasi sputum tidak ada (skala 5) Respiratory status :Gas exchange  Tekanan parsial karbondioksida pada darah arteri normal (skala 5)  pH arteri normal (skala 5)  Tidak terjadi sianosis (skala 5)

Intervensi NIC : Respiratory Monitoring 1. Monitor laju ritme dari nafas 2. Monitor suara nafas tambahan seperti snoring 3. Monitor peningkatan kelelahan 4. Monitor peningatan kegelisahan, dan kekurangan oksigen 5. Monitor sekresi dari sistem pernafasan pasien 6. Berikan terapi perawatan nebulizer sesuai kebutuhan Oxigen therapy 7. Bersihkan skresi mulut hidung dan trakea sesuai kebutuhan 8. Memeberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan 9. Monitor aliran oksigen

10. Monitor kerusakan kulit dari gesekan dengan selang oksigen NIC : Vital Signs Monitoring 1. Monitor TTV pasien (tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan). 2. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dalam batas normal dengan kriteria hasil : NOC : Vital Signs - Suhu tubuh dalam batas normal (36-37,50C) 3. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan. dengan skala 5. TTV dalam rentang normal 4. Identifikasi kemungkinan penyebab (tekanan darah, nadi, perubahan tanda vital. pernapasan) dengan skala 5. NIC : Temperatur Regulation 5. Anjurkan penggunaan selimut hangat untuk menyesuaikan perubahan suhu tubuh. 6. Anjurkan asupan nutrisi dan cairan adekuat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan kebutuhan volume cairan pasien

NIC : Fever Treatment 7. Anjurkan pemberian kompres hangat. NIC label: Fluid management 1. Monitoring status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi yang adekuat) secara tepat 13

ditandai dengan penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh.

terpenuhi dengan kriteria hasil : Noc label: Hydrasi: - Turgor kulit kembali normal (skala 5) - Membrane mukosa tampak lembab (skala 5) - Intake cairan yang adekuat (skala 5) - Tidak terdapat diare (skala 5) Fluid balance: - Nadi normal (skala 5) - Intake dan output cairan seimbang dalam sehari(skala 5)

2. Atur catatan intake dan output cairan secara akurat 3. Beri cairan yang sesuai Fluid monitoring: 4. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan (hipertermi, infeksi, muntah dan diare) 5. Monitoring tekanan darah, nadi dan RR

IV teraphy: 6. Lakukan 5 benar pemberian terapi infuse (benar obat, dosis, pasien, rute, frekuensi) 7. Monitoring tetesan dan tempat IV selama pemberian Diarrhea managemenet: 8. Monitoring tanda dan gejala diare 9. Ketahui penyebab diare 10. Evaluasi mengenai pengobatan terhadap efek gastrointestinal

4. Ketidakefektifan regimen terapeutik keluarga b.d. konflik keputusan ditandai dengan ketidakefektifan aktifitas kluaraga untuk memenuhi tujuan kesehatan

Resiko keterlambatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan regimen terapeutik keluarga efektif NOC label : Family participation in professtional care  Partisipasi pada rencana perawatan (skala 5)  Partisipasi pada penyediaan perawatan  Evaluasi dari efektifitas dari perawatan Child development : 2

11. Instruksikan keluarga untuk memantau warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses 12. Monitoring kulit dan perianal pasien untuk mengethui adanya iritasi dan ulserasi NIC label : Family Involvement Promotion 1. Indentifikasi kemampuan keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien 2. Identifikasi harapan keluarga terhadap pasien 3. Ajak anggota keluarga dan pasien untuk ikut dalam perencanaan perawatan mencakup hasil yang diharapkan dan tindakan dari rencana keperawatann 4. Identifikasi mekanisme koping yang digunakan oleh keluarga

5. berikan informasi krusial pada keluarga pasien tentang kondisi pasien NIC Label : 14

perkembangan b.d nutrisi yang tidak adekuat, dan prematuritas

month - anak tersenyum (skala 5) - refleks menggenggam (skala 5) - menampilkan ketertarikan dalam rangsang suara (skala 5) - menampilkan ketertarikan dalam rangsangan visual (skala 5) - Berinteraksi dengan gembira terutama dengan tenaga (skala 5) - Family functioning (kekuatan dari system keluarga untuk mencapai kebutuhan anggota keluarga selama transisi perkembangan mental) - Meregulasi kebiasaan anggota keluarga (skala 5)

Developmental Care 1. Ciptakan hubungan terapeutik dan mendukung dengan keluarga

2.

Ssediakan keluarga dengan akurat, informasi yang actual berkenaan dengan kondisi, pengobatan dan kebutuhan anak

3.

Iinformasikan keluarga tentang pentingnya perkembangan dan persoalan anaknya Monitor stimulus (contohnya cahaya, kegaduhan), lingkungan anak dan kurani sebagaimana mestinya Sediakan tempat duduk yang nyaman di area yang tenang untuk menyusui Gunakan gerakan yang lambat, lemah lembut ketika menggendong, menyusui dan merawat anak Pertimbangkan partisipasi keluarga dalam menyusui Dukung keinginan ibu untuk menyusui Sediakan stimulasi menggunakan rekaman music instrumental dan lainlainnya sebagaimana mestinya

4.

5. 6.

7. 8. 9.

15

DAFTAR PUSTAKA Aji, Tulus, Y, 2008.Faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita. http://eprints .undip.ac.id/18058/1 /tulus-aji-Yuwono.pdf. Diakses tanggal 2 Maret 2013. Effendy, Nur. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Johnson M, Maas M, Moorhead S., Swanson, E. 2008. IOWA Outcome Project: Nursing Outcomes Classification (NOC). 4th ed. Missouri: Mosby, Inc. Kartasasmita, CB. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita dalam Buletin Jendela Epidemiologi; 3; 22-26. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Mc Closkey, JC., Butcher, HK., Bulechek GM. 2008. IOWA Outcome Project: Nursing Interventions Classification (NIC). 5h ed.Missouri: Mosby, Inc. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik, & Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer. Muttaqin, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. North American Nursing Diagnosis Association. 2010. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia. Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medica. Riskianti, Annisa, 2009. Faktor-faktor yang menyebabkan pneumonia. http://www. lontar .ui. ac .id/ file ? file = digital / 1 2 6 5 6 0-s-5 738-faktor-faktor%20yang – literature.pdf. Diakses tanggal 3 Maret 2013. Sectish TC, Prober CG. 2003. Pnemonia. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders, 1432-5.

16

More Documents from "yulianti putri"

Mmse.docx
November 2019 32
Medical Treatmant.docx
November 2019 19
Peumonia.docx
November 2019 27