BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Setiap individu yang hidup dalam kelompok bermasyarakat selama ini ia hidup pasti mengalami peubahan-perubahan, perubahan dalam arti yang tidak mencolok atau tidak menarik, perubahan yang bersifat terbatas maupun yang tidak tidak menarik, perubahan yang bersifat terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan yang lambat sekali, tetapi itu ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan pada masyarakat atau individu hanya akan dapat dilihat apabila seseorang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan nilai-nilai budaya, masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolaholah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa ini.
1.2.
Rumusan Masalah
Jika membahas mengenai perubahan sistem sosial budaya Indonesia ini tentunya sangatlah panjang namun, perlu penulis cantumkan batasan dari pembahasan ini, yaitu antara lain: a. Apa pengertian perubahan sosial? b. Beberapa bentuk perubahan sosial dan budaya? c. Faktor-faktor menyebabkan perubahan sosial? d. Apakah faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan, sosial budaya, dan fenomena sosial?
1
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas sosio-antropologi kesehatan. Adapun tujuan penulisan makalah, sebagai berikut: a. b. c. d.
Memahami pengertian perubahan sosial. Memahami bentuk perubahan sosial budaya. Memahami factor-faktor penyebab perubahan social budaya. Memahami factor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan, sosial budaya, dan fenomena sosial.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat di pengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan polapola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyrakat untuk meniggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsurunsur budaya dan sistem sosial yang baru. Seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkatan individual, kelompok, Negara, dan dunia yang mengalami perubahan.Halhal penting dalam perubahan sosial menyangkut perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta adapula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada pula yang berjalan cepat.
2.2.
Teori-teori Perubahan Sosial
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan sosiologi telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hokum-hukum perubahan-perubahhan sosial. Banyak yang berpendapat
bahwa
kecenderungan
terjadinya
perubahan-perubahan
social
merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Ahli lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan-perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologi, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non periodik, yang pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian.
3
Pitirim
A.
Sorokin
berpendapat
bahwa
segenap
bahwa
usaha
untuk
mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahn sosial tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran kejadian atau perubahan sosial tersebut. Akan tetapi perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting lingkaran yang terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi.
2.3.
Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu:
a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat. Perubahan secara lambat ini yang memerlukan waktu yang sangat lama, dan rentetanrentetan perubahan yang kecil yang saling mengikuti dengan lambat di namakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat ( yaitu lembaga-lembaga kemasyrakatan lazimnya disebut ‘revolusi’).
b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar. Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang Tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat.
4
Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
c. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan didalam masyrakat. Perubahan ini dibuat oleh masyarakat sendiri yang menginginkan perubahan tersebut. Sedangkan perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa
terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung diluar jangkauan
danpengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Apabila perubahan yang tidak direncanakan tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian keadaan tersebut tidak mungkin diubah tanpa mendapat halanganhalangan masyarakat itu sendiri, atau dengan kata lain, perubahan yang dikehendaki lebih diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyakatan yang ada atau dengan cara membentuk yang baru. Sering kali terjadi perubahan yang dikehendaki bekerja sama dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses tersebut saling menghargai.
5
2.4.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan
Kebudayaan a.
Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri
1.
Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan
dalam
struktur
masyarakat,
terutama
lembaga-lembaga
kemasyarakatannya. Missal, orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2.
Penemuan-penemuan baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur-unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan caracara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahanperubahan dapat dibedakan dalam pengertian dari discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alasan atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu. Discovery baru berubah menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu. Apabila ditelaah lebih lanjut agi tentang penemuan baru, terlihat ada beberapa faktor pendorong yang dipunyai masyarakat, antara lain adalah : a.
Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya.
b.
Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
c.
Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
6
Didalam setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya kekurangan dalam
kebudayaan
masyarakatnya.
Sebagian
orang menerima
kekurangan-
kekurangan tersebut sebagai hal yang diterima begitu saja. Sebagian orang yang tidak puas dengan keadaan akan tetapi tidak mampu memperbaiki keadaan tersebut. Mereka inilah yang kemudian menjadi pencipta-pencipta baru tersebut.
3.
Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat
Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-kelompok, kelompokkelompok. Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui tapi mempunyai fungsi sosial. Banyak timbul pertentangan antara kepentingan individu dengan kelompoknya, yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan.
a.
Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat
1.
Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di
sekitar manusia Terjadinya gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakatnya terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Missal, pada waktu dulu masyarakat dulu berburu kini berpindah ke pertanian. Sebab yang bersumber pada lingkungan alam, kadang-kadang disebabkan oleh tindakan manusia itu sendiri. Misalnya, penggunaan tanah yang sembrono tanpa memperhitungkan kelestarian humus tanah, penebangan hutan yang liar dapat menyebabkan banjir.
7
2.
Peperangan
Peperangan dengan Negara lain dapat pula menyebabkan terjadinya perubahanperubahan karena biasanya Negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada Negara yang kalah. Contohnya adalah Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia
Kedua
banyak
sekali
mengalami
perubahan
dalam
lembaga
kemasyarakatannya. Negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia Kedua seperti Jerman dan Jepang mengalami perubahan-perubahan besar dalam masyarakat.
3.
Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Apabila sebab-sebab bersumber pada masyarakat lain, maka mungkin kebudayaan lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan hubungan timbal-balik, artinya masing-masing masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruhnya dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih maka yang terjadi adalah proses imitasi yaitu peniruan terhadap budaya lain. Mula-mula unsur-unsur tersebut ditambahkan kebudayaan asli namun lambat laun kebudayaan asli diubah dengan kebudayaan asing tersebut.
8
2.4.1 Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Jalannya
Proses
Perubahan Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu terdiri dari faktor pendorong dan penghambat yang dapat berasal dari
dalam
maupun
luar
masyarakat.
Berikut
adalah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat.
a.
Faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan
1.
Kontak dengan kebudayaan lain
Perubahan sosial dan budaya akan berjalan dengan cepat apabila masyarakat sering melakukan kontak dengan kebudayaan lain.
Salah satu proses yang mempercepat kontak dengan kebudayaan lain adalah proses difusi. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai semua masyarakat dapat menikmati kegunaannya. Selain difusi, proses yang mempercepat kontak sosial juga dapat terjadi karena akulturasi, namun akulturasi bersifat continue dan memerlukan hubungan dekat.
2.
Sistem pendidikan yang maju
Pendidikan formal sangat penting, karena dengan pendidikan formal masyarakat akan mendapatkan nilai-nilai tertentu untuk menerima hal-hal baru dan berpikir lebih rasional dan ilmiah serta cara pandang terhadap masalah yang lebih obyektif.
9
3.
Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-
keinginan untuk maju Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya yang baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan yang tertentu, walaupun masih dalam arti yang snagat terbatas dan belum merata.
4.
Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang
Masyarakat yang memiliki sikap toleransi cenderung akan mudah menerima hal-hal yang baru, sehingga proses perubahan sosial budaya akan berjalan lebih cepat karena masyarakat sangat toleran dengan perilaku menyimpang. Dalam hal ini dapat berupa penyimpangan positif maupun negatif. Contoh : dahulu pekerjaan sopir hanya dilakukan oleh seorang laki-laki, namun sekarang ini masyarakat tidak merasa risih apabila perempuan bekerja sebagai sopir.
5.
Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
Dengan sistem stratifikasi terbuka maka hal itu akan memberikan kesempatan adanya gerak sosial vertical dan peluang yang luas bagi individu untuk meningkatkan diri untuk maju dan berusaha menaikkan status sosial dalam masyarakat. Contoh : seorang anak yang terlahir dari keluarga petani miskin, dengan kemampuan secara akademis anak itu mendapatkan pekerjaan yang bagus. Dengan begitu anak itu mampu menaikkan status sosial dirinya dan keluarganya.
10
6.
Nilai meningkatkan taraf hidup
Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
7. Penduduk yang heterogen Dalam masyarakat heterogen yang memiliki latar kebudayaan, ras dan ideologi yang berbeda akan mudah dan sering terjadi pertentangan yang akan memicu terjadinya perubahan tersebut. Contoh : masyarakat di perkotaan di dalamnya terdapat masyarakat yang berbedabeda kebudayaan. Misalnya : Suku Batak, Jawa, Bugis, dsb. Dengan keadaan itu masyarakat sering berinteraksi dan memungkinkan terjadi perubahan.
b.
Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan
1.
Kurangnya berhubungan dengan masyarakat-masyarakat lain
Kehidupan
terasing
menyebabkan
sebuah
masyarakat
tidak
mengetahui
perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin akan dapat memperkaya kebudayaannya sendiri. Hal itu juga menyebabkan para warga masyarakat terkungkung pola-pola pemikirannya oleh tradisi. Contoh : masyarakat suku pedalaman akan sulit mengetahui perkembanganperkembangan yang terjadi pada masyarakat lain karena kurang dan sulit berkomunikasi.
2.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing dan tertutup atau mungkin karena lama dijajah oleh masyarakat lain. Contoh : masyarakat kelas bawah sulit mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga pemikirannya kurang terbuka.
11
3.
Sikap masyarakat yang tradisionalistis
Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau serta anggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah menghambat jalannya proses perubahan. Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan konservatif.
Contoh : di zaman modern ini masih banyak masyarakat yang mengkaitkan keadaan alam dengan hal-hal yang irasional, walaupun sebenarnya fenomena alam itu dijelaskan secara ilmiah.
4.
Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan
kuat Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti aka nada sekelompok orang yang menikmati kedudukan perubahan-perubahan. Misalnya dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami tradisi. Dalam hal yang terakhir, ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri dengan usahausaha dan jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka untuk melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
12
5.
Rasa
takut
akan
terjadinya
kegoyahan
pada
integrasi
kebudayaan Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur suatu kebudayaan bersifat sempurna. Beberapa perkelompokan unsur-unsur tertentu mempunyai derajat integrasi tinggi. Maksudnya unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat.
2.4.2
Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan
1. Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembagalembaga
kemasyarakatan
yang
pokok
benar-benar
berfungsi
dan
saling
mengisi.Adakalanya unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan memengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada kelompok masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan serta kekecewaan diantara para warga tidak mempunyai saluran pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, keadaan tersebut dinamakan penyesuaian
(adjustment).
Bila
sebaliknya
terjadi,
maka
dinamakan
ketidakpenyesuaian sosial (maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.
2. Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan Saluran-saluran perubahan social dan kebudayaan (avenue or channel of change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oeleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, gama, rekreasi dan lain-lain.
13
Lembaga kemasyarakatan yange mendapatkan penilaian tertinggi dari masyarakat cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang terintegrasi.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal , diterima, diakui, serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau dengan singkat, mengalami proses institutional-ization (pelembagaan).
3. Disorganisasi (Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi) a. Pengertian Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan suatu kesatuan fungsional. Maka, dapat dikatakan bahwa disorganisasi adalah suatu keadaan di mana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kebulatan. Misalnya dalam masyarakat, agar dapat berfungsi sebagai organisasi, harus ada keserasian antarbagiannya Sementara itu, reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses pembentukan normanorma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan. Tahap reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga (institutionalized) dalam warga masyarakat.
b. Suatu Gambaran Mengenai Disorganisasi dan Reorganisasi Gambaran mengenai disorganisasi dn reorganisasi dalam masyarakat pernah dilukiskan oleh William. I. Thomas dan Florian Znaniecki dalam karya klasiknya yang berjudul The Polish Peasant in Europe and Amerika. Khusus tentang On Disorganization and Reorganization, mereka membentangkan pengaruh dari suatu 14
masyarakat yang tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa anggotanya. Watak atau jiwa seseorang paling tidak merupakan pencerminan kebudayaan masyarakatnya.
c. Ketidakserasian Perubahan-perubahan dan Ketertinggalan Budaya (Cultural Lag) Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tidak selalu perubahanperubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat berubah, tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah daripada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Perbedaan antara taraf kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat dinamakan cultural lag (artinya ketertinggalan kebudayaan). Pengertian ketertinggalan dapat digunakan paling sedikit dalam dua arti, yaitu pertama sebagai jangka waktu antara terjadi dan diterimanya penemuan baru.Artinya kedua dipakai untuk menunjuk pada tertinggalnya suatu unsur tertentu terhadap unsur lainnya yang erat hubungannya. Ketertinggalan
yang
mencolok
adalah
tertinggalnya
alam
pikiran
dengan
perkembangan teknologi yang sangat pesat, yang dijumpai terutama pada masyarakat-masyarakat yang sedang berkembang seperti Indonesia ini.
2.5. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan
antara
perubahan-perubahan
sosial
dengan
perubahan-perubahan
kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian dari masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat dijelaskan. Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya
15
yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakanya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.Perubahan-perubahan
tersebut
lebih
merupakan
perubahan
kebudayaan ketimbang perubahan sosial. Masyarakat menurut kingsley davis adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan bukan hubungan antara sel-sel, kebudayaan dikatakanya mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan oleh karena warisan yang berdasarkan keturunan. Apabila diambil definisi kebudayaan dari Tylor yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan. Keseniaan, moral, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan-perubahan kebudayaan adalah setiap perubahan dari unsur-unsur tersebut. Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciriciri tertentu, antara lain :
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat. 2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial lainnya. 3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan di ikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
16
4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat. 5. Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai: a. Social proses : the circulation of various rewards, facilities, and personnel in an existing structure. b. Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ qualitatively from existing units. c. Structural change: the emerge of qualitatively new complexes of roles and organization d. Changes in group structure: the shifts in the composition of groups, the level of consciousness of groups, and the relations among the groups in society.
2.6. Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial dan kebudayaan Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, apapun bentuk dan jenis unsur yang berubah akan meninggalkan suatu kondisi yang baru. Peralihan dari kondisi lama kepada kondisi baru tersebut dinamakan transisi.Keadaan lama dan baru bukan merupakan keadaan yang terpisah, melainkan saling menyambung.secara singkat dikatakan bahwa kondisi sekarang merupakan hasil dari proses perubahan di waktu lampau dan kondisi sekarang ini pun akan mengalami perubahan membentuk keadaan baru di masa depan. Selain ada unsur-unsur yang berubah, di dalam masyarakat terdapat juga unsu-unsur sosial dan kebudayaan yang tidak mengalami perubahan.Unsur yang tidak mengubah unsur kebudayaan fundamental yang diajadikan pedoman hidup, misalnya ideology. Selain itu ada pula unsur-unsur sosial atau kebudayaan yang jika berubah dikhawatirkan
akan
mengganggu keseimbangan
system
atau menimbulkan
kegoncangan dalammasyarakat. Bierens de Hann menyebutkan adanya dua unsur perubahan didalam masyarakat:
17
1.
Unsur statika,
yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang cenderung
mempertahankan sesuatu keadaan untuk tidak berubah, seperti adanya vested interest atau golongan orang-orang yang menghendaki status quo(keadaan yang tetap). 2. Unsur dinamika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang menghendaki adanya perubahan, misalnya perubahan lingkungan alam, perubahan struktur sosial, nilai-nilai sosial, dan sebagainya, Oleh karena itu, masyarakat umum dan masyarakat Indonesia pada khususnya, hendaknya menyikapi perubahan apapun yang terjadi secara selektif.Masyarakat Indonesia harus mampu mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan setiap perubahan sosial dan budaya. Perubahan tersebut harus diantisipasi dengan perilakuperilaku yang positif. Jangan sampai pada saat terjadi perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya pegangan nilai dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu, masyarakat Indonesia hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial dan budaya, hingga tidak ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa perubahan sosial dan budaya akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu masih ada. Sikap terbaik kita adalah haros selektif dalam menerima perubahan, kita harus mampu memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat.
2.7. MODERNISASI 1. Pengantar Secara historis, modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik. Negara-negara atau masyarakatmasyarakat modern pun yang sedang menjalani proses tersebut telah berkembang dari aneka warna masyarakat tradisional. Setiap Negara-negara atau masyarakatmasyarakat mengalami persoalan berbeda-beda dalam menghadapi modernisasi sesuai dengan hukum situasi, pasti ada unsur-unsur yang sama dan berlaku universal. Menyangkut Indonesia yang mengalami modernisasi melalui perubahan-perubahan 18
yang direncanakan. Misalnya dari orde lama ke orde baru, orde baru ke zaman reformasi.
2. Pengertian Modernisasi Pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, kearah polapola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil. Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat, karena di dalam prosesnya meliputi bidang yang luas, menyangkut proses disorganisasi, problemaproblema sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan, dan sebagainya.
3. Disorganisasi, Transformasi, dan Proses Modernisasi Di dalam proses modernisasi akan muncul disorganisasi pada masyarakat. Hal tersebut akan menjadi masalah-masalah sosial. Masalah sosial diartikan sebagai penyimpangan terhadap norma-norma kemasyarakatan. Disamping itu, perlawanan terhadap transformasi misalnya keyakinan yang kuat terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap penyimpanganpenyimpangan, pendidikan dan perkembangan ilmiah yang tertinggal, merupakan faktor-faktor yang menghambat modernisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang berpengaruh pada modernisasi adalah sikap dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru, dan kesepadanannya dengan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Ada kemungkinan modernisasi bertentangan dengan kebudayaan yang ada. Selain itu, ada kemungkinan modernisasi menggantikan unsur-unsur yang lama.
19
4. Syarat-syarat modernisasi Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi masyarakat akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif (mencegah) dan konstruktif (membangun). Syarat-syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut : 1.
Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun
masyarakat. 2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi. 3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. 4. Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. 5.
Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan
dilain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. 6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan social planning Apabila itu tidak dilakukan, perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat.
20
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dapat diambil kesimpulan bahwa perbahan-perubahan sosial pada masyarakat juga membawa perubahan-perubahan pada kebudayaan. Berbagai bentuk perubahan sosial dan kebudayaan disetiap tempat dan daerah tidak sama, hal ini bisa dilihat dari kambat cepatnya perubahan, kecil besarnya perubahan dan pihak-pihak yang menginginkan perubahan. Banyak faktor yang bisa mengakibatkan perubahan sosial dan kebudayaan kemudian mempengaruhi jalannya proses perubahan tersebut. Setiap perubahan sosial dan kebudayaan pasti akan menimbulkan disorganisasi, reorganisasi dan cultural lag. Dewasa ini sulit menentukan kearah mana masyarakat berkembang. Salah satu jenis arah perubahan adalah modernisasi. Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi masyarakat akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif (mencegah) dan konstruktif (membangun).
3.2 Saran Sebaiknya sebagai suatu kelompok masyarakat kita seharusnya menjaga budaya kita dan janganlah menghilangkannya, karena itu merupakan hal yang sangat berharga sekali.Di
harapkan
juga
kepada
pemerintah
agar
lebih
memperhatikan
masalah budaya masyarakat khususnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Alex Inkeles, What is Sociology? An Introduction to the Discipline and Profession, (New Delhi: Prentice Hall Of India (private) Ltd. 1965), hlm 31 dan seterusnya. Ankie M. Hoogvelt, The Sociology of Developing Societies. (London: The Macmillan Press Ltd, 1976), hlm 9. Maclver, Society; A Textbook of Sociology, (New York: Farrar and Rinehart, 1937), hlm 272 dan seterusnya. Pitirim A. Sorokin, Contemporary Sociological Theories, (New York: Harper and Brothers, 1928). Ralph Linton, The Study of Man, ( New York: Appleton Century Crofts inc, 1936) hlm 324. Selo Soemardjan, Perkembangan politik sebagai penggerak dinamika pembangunan ekonomi, pidato pengukuhan sebagai guru besar luar biasa pada Fakultas Ekonomi UI. 30 maret 1965, hlm 26 dan seterusnya`
22