Pertukaran Ion.docx

  • Uploaded by: Fianti Damayanti
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pertukaran Ion.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,928
  • Pages: 12
LAPORAN STUDI “TEKNIK-TEKNIK PEMISAHAN RADIOKIMIA”

Oleh : Rizki Amalia / 170302304001 Fianti Damayanti / 17030234019 Nur Wanda A. N. / 17030234021

KIMIA A JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2019

C. PERTUKARAN ION a) DEFINISI Pertukaran ion adalah salah satu teknik pemisahan radiokimia yang paling populer karena selektivitasnya yang tinggi dan kemampuan untuk melakukan pemisahan dengan cepat. Dalam pertukaran ion, larutan yang mengandung ion-ion yang akan dipisahkan dihubungkan dengan resin organik sintetik yang mengandung gugus-gugus fungsi spesifik yang secara selektif mengikat ion-ion tersebut. Pada langkah selanjutnya ion-ion yang menarik dapat dihilangkan dari resin melalui elusi dengan larutan lain yang sesuai yang berbeda dari larutan awal. Biasanya, larutan yang mengandung ion dijalankan melalui kolom yang dikemas dengan manik-manik resin. Resin biasanya adalah polystyren yang memiliki ikatan silang dengan gugus fungsi yang terlampir. Kromatografi pertukaran ion adalah proses pemisahan senyawa yang didasarkan pada pertukaran (penjerapan) ion antara fase gerak dengan ion pada fasa diam. Prinsip dasar pemisahan dengan kromatografi kolom penukar ion adalah perbedaan kecepatan migrasi ionion di dalam kolom penukar ion. Proses pertukaran ion dikerjakan dengan cara pembebanan ion-ion pada kolom penukar ion. Kemudian ion-ion yang terikat dalam resin dialiri eluen yang mampu memberi kondisi keseimbangan yang berbeda. Keseimbangan yang berbeda ini mengakibatkan kecepatan migrasi ion dalam kolom resin tidak sama (Biyantoro, 2006) Fasa diam dalam kromatografi pertukaran ion merupakan suatu matriks yang kuat (rigid) dan pada permukaannya mempunyai muatan yang dapat berupa muatan positif maupun negatif. Bila matriks padat tersebut mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif seperti gugus sulfonat (-SO3-), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar kation. Sebaliknya, bila bermuatan positif, misalnya mempunyai gugus amin kuaterner (-N(CH)3+), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar anion. Kromatografi ini sangat bermanfaat untuk memisahkan molekul – molekul bermuatan terutama ion – ion baik anion maupun kation. Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin.

b) JENIS Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:  Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-

CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.  Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, N+(C2H5)2H, dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.

c) PROSES PERTUKARAN ION Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus fungsi bermuatan ion tetap. Selain itu terdapat ion lawan yang dapat ditukar didekatnya, agar muatan netral. Ion cuplikan dapat bertukar dengan ion lawan dan menjadi pasangan dari muatan ion tetap. Jika ion cuplikan berpasangan dengan ion muatan tetap, ion tersebut tidak keluar dari kolom. Karena afinitas berbagai senyawa terhadap ion muatan-tetap berbeda, kita dapat memisahkan campuran senyawa ion. (Johnson dan Stevenson, 1991) Proses pertukaran ion dapat dilakukan dalam pelarut berair maupun tidak berair. Fase gerak biasanya mengandung ion lawan yang bermuatan berlawanan dengan muatan gugus ion permukaan. Ion lawan tersebut berkesetimbangan dengan resin dalam bentuk pasangan ion. Adanya ion terlarut yang muatannya sama dengan muatan ion lawan menimbulkan kesetimbangan. Pada proses pertukaran kation, ion lawan ialah Na+ dan pada pertukaran anion, ion lawannya Cl-. (Johnson dan Stevenson, 1991) Penukaran ion ini bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik. Polimer ini membawa satu muatan listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion lawannya (ion-aktif). Ion-ion aktif ini berupa kation dalam suatu penukar kation dan berupa anion dalam suatu penukar anion. Jadi sutu penukar kation terdiri dari suatu anion polimerik dan kation-kation aktif, sementara penukar anion adalah suatu polimerik kation dengan anion-anion aktif. (Basset, 1994) Beraneka ragam bahan organik dan anorganik memperagakan perilaku pertukaran ion, tetapi pada penelitian di laboratorium di mana keseragaman sangat penting, pertukaran ion yang sangat disukai biasanya adalah bahan-bahan sintesis yang dikenal sebagai resin penukar ion. Resin ini dibuat dengan cara memasukkan gugus yang dapat diionisasi ke dalam matriks polimer organik yang paling umum adalah polistirena terhubung silang yang telah dijelaskan di atas sebagai adsorben. (Day dan Underwood, 2002)

d) RESIN Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubungan silang (cross-linking) serta gugusan yang mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan gugusan fungsionalnya, resin penukar ion dibagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation mengandung kation yang dapat dipertukarkan. Sedangkan resin penukar anion, mengandung anion yang dapat dipertukarkan. (Diyah dan Setyo, 2007) Menurut Basset (1994), syarat-syarat dasar bagi suatu resin yang berguna adalah: 1. Resin itu harus cukup terangkai silang, sehingga kelarutannya yang dapat diabaikan. 2. Resin itu harus cukup hidrofilik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui strukturnya dengan laju yang terukur (finite) dan berguna. 3. Resin harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat dicapai dan harus stabil kimiawi. 4. Resin yang sedang mengembang harus lebih besar rapatannya daripada air. Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara luas diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni : a. Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3). b. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan –COOH). c. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau kuartener) d. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan labil)

e) RESIN PENUKAR KATION Resin penukar kation asam kuat mengandung gugus fungsi asam teradisi pada cincin aromatik dari resin. Penukar kation asam kuat mempunyai gugus asam sulfonat (-SO3H), yang bersifat asam kuat seperti asam sulfat. Penukar kation asam lemah mempunyai gugus fungsi karboksilat yang hanya terionisasi sebagian. Proton dari kedua jenis penukar kation dapat ditukar dengan kation-kation lain dengan persamaan reaksi berikut: nRzSO3- - H+ + Mn+ ↔ (RzSO3)nM + nH+ dan nRzCO2- - H+ + Mn+ ↔ (RzCO2)nM + nH+ dimana Rz adalah simbol dari resin. Kesetimbangan ini dapat diubah ke kiri atau ke kanan oleh penaikan [H+] atau [Mn+], atau penurunan salah atu diantaranya dengan memperhatikan banyaknya resin yang ada. (Soebagio, 2005)

Resin penukar kation biasanya tersedia dalam bentuk ion hidrogen, tetapi bentuk ini dapat diubah ke dalam bentuk ion natrium, oleh perlakuan dengan garam dapur. Ion natrium ini kemudian mengalami pertukaran dengan kation lainnya. Pada prinsipnya resin penukar kation dalm bentuk H+ dikocok dengan larutan NaCl. Pengocokan beberapa lama hingga tercapai kesetimbangan, menurut reaksi: Rz-H+ + Na+ ↔ Rz-Na+ + H+ agar reaksi berlangsung ke kanan, maka harus ditambah resin berlebih. Penggunaan resin penukar kation asam lemah dibatasi dalam rentang pH, yaitu pada pH 5 s/d 14. Sebaliknya resin penukar kation asam kuat dapat digunakan pada pH 1 s/d 14. Pada harga pH rendah, penukar kation asam lemah akan terikat kuat pada proton untuk terjadinya pertukaran. Demikian juga penukar kation asam lemah tidak akan dapat sempurna melepaskan kation dari basa sangat lemah. Hal ini sebaliknya akan terjadi untuk resin penukar kation asam kuat. Hal ini sejalan dengan ketidak sempurnaan reaksi asam lemahbasa lemah. Resin asam lemah umumnya digunakan untuk pemisahan basa kuat atau zat ionik multifungsi seperti protein atau peptida. Zat tersebut tertahan kuat pada penukar kation asam kuat, sementara resin asam kuat lebih disukai terutama untuk campuran yang kompleks. (Soebagio, 2005)

f) RESIN PENUKAR ANION Prinsip dasar resin jenis ini ialah dapat ditukarnya anion hidroksil oleh anion lain yang terjadi pada resin penukar ion. Ada dua jenis resin penukar anion, yaitu resin yang memiliki gugus basa kuat (gugus ammonium kuartener) dan resin yang memiliki gugus basa lemah (gugus anion). Reaksi pertukaran dapat dituliskan sebagai berikut: nRzNR3+ OH- + An- ↔ (RzNR3)nA + nOHnRzNH3+ OH- + An- ↔ (RzNH3)nA + nOHdimana R merupakan gugus organic, biasanya metil. Penukar basa kuat dapat digunakan di atas rentangan pH 0 s/d 12, sedangkan resin penukar basa lemah hanya di atas rentangan pH 0 s/d 9. Golongan penukar basa lemah tidak akan melepaskan asam yang sangat lemah, tetapi akan lebih disukai untuk asam kuat yang mungkin tertahan oleh resin basa kuat seperti sulfonat. (Soebagio, 2005)

g) KESETIMBANGAN REAKSI PERTUKARAN ION Secara sederhana reaksi kesetimbangan penukaran ion bisa dituliskan: RzH + Na+ ↔ RzNa + H+

RzCl + OH- ↔ RzOH + ClAda dua cara untuk melaksanakan penukaran ion, yaitu cara “unggun” (bath exchange) dan cara penukaran dalam kolom. Cara pertama jarang digunakan, oleh karena itu pembicaraan difokuskan pada cara kedua, yaitu penukaran di dalam kolom. Ada persesuaian antara proses penukaran ion di dalam kolom penukar ion dengan proses kromatografi partisi cair-cair. Seperti halnya pada kolom kromatografi akan terjadi juga banyak sekali proses kesetimbangan secara bersamaan. Untuk memahami proses yang terjadi, maka dibayangkan bahwa di dalam kolom tersebut terdapat lapisan-lapisan imajiner (pelat-pelat teori) tempat terjadinya proses kesetimbangan. Oleh karena itu konsep pelat teori yang dikembangkan oleh Martin dan Synge pada kromatografi partisi dapat diaplikasikan secara langsung dalam kromatografi penukaran ion dengan beberapa perubahan terminologi. Secara kuantitatif afinitas resin penukar ion terhadap ion-ion yang ditukar dinyatakan dengan besaran angka banding distribusi (D) sebagai berikut: 𝐷=

𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

dalam praktek sehari-hari sering juga didefinisikan sebagai 𝐷=

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛/𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 / 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

dalam kromatografi penukar ion, persamaan fundamental yang umum digunakan adalah VR = VM + K.VS, dengan; VR = Volume retensi komponen X VM = Volume fasa gerak dalam kolom K = Koefisien distribusi komponen X antara fasa gerak dan fasa diam VS = Volume fasa diam dalam kolom Bila tR adalah waktu retensi, dan F adalah laju alir fasa gerak dalam kolom, maka VR = tR × F. Selain itu VS dapat pula dinyatakan dalam bentuk lain yaitu VR = VM (1 + k’), dimana k’ = factor kapasitas. (Soebagio, 2005)

h) KELEMAHAN DAN KELEBIHAN Kromatografi pasangan ion digunakan untuk mengatasi masalah ionisasi dimana spesi ion tersebut sangat polar, ionisasi ganda, dan basa kuat. Manfaat utama dari kromatografi ini adalah adanya fase kebalikan dari kromatografi cair yang bertahap atau pertukaran-ion HPLC yang dapat memfasilitasi analisis dari sampel yang mengandung ion sekaligus molekul. Tidak

seperti pertukaran ion yang konvensional, kromatografi pasangan ion dapat memisahkan senyawa ionik dan nonionik dalam sampel yang sama. Kelebihan dari metode kromatografi penukar ion: 

Waktu pengerjaan relatif singkat



Memberikan hasil yang reproducible



Menghasilkan bentuk peak yang tajam



Dapat langsung memperoleh hasil pemisahan analit terionisasi dan tidak terionisasi



Pemilihan zat tambahan (berupa reagen tau larutan buffer) lebih beragam untuk meningkatkan proses pemisahan. Kemurnian zat tambahan pada eluen mempengaruhi reprodusibilitas dan keakuratan hasil percobaan.



Jika dibandingkan dengan kromatograti cair, teknik ini mempunyai kelebihan untuk medukung pemisahan spesies ion dan molekul



Dapat memisahkan senyawa ionik dan non ionik dalam sampel yang sama Kekurangan metode kromatografi penukar ion:



Larutan ionik seringkali bersifat korosif dan mengakibatkan kolom tidak bertahan lama



Beberapa larutan ionik mengabsorbsi pada panjang gelombang UV tetapi membatasi detektor UV



Bahan berdasar silika terbatas pada pH di bawah 7,5



Fase gerak tidak boleh dibiarkan semalaman tetapi diganti dengan air

i) PENGGUNAAN KPI Menurut Soebagio (2005), kromatografi penukar ion dapat digunakan antara lain untuk pemurnian, pemekatan dan pemisahan analitik. 1. Pemurnian Salah satu pemakaian terpenting penggunaan kromatografi penukar ion adalah untuk membebaskan ion-ion yang berasal dari garam-garam yang terdapat di dalam air (air bebas ion = deionized eater = pemurnian air). Pembuatan air sering disebut juga aqua demineralization memberikan keuntungan besar bagi para analis kimia untuk menganalisis zat-zat kimia yang konsentrasinya berada dalam ukuran mikro atau ultra mikro (konsentrasi analitnya berada pada satuan konsentrasi ppm atau ppb). 2. Pemekatan

Bahan-bahan ionic yang berada dalam konsentrasi sangat rendah (konstituen renik = trace) seringkali dapat dipekatkan dengan kolom penukar ion dan kemudian mengelusinya dengan pengelusi yang cocok. Pemekatan unsure-unsur renik dari air laut dilakukan dengan cara ini. 3. Pemisahan analitik Penggunaan terpenting kromatografi penukar ion adalah untuk pemisahan analitik. Di samping untuk pemisahan asam-asam amino dan ion-ion logam, kromatografi penukar ion yang digunakan untuk memisahkan anion-anion dan ion-ion logam alkali dan alkakli tanah. Analisis kuantitatif penukar ion dari ion-ion pada tingkatan konsentrasi ppm, dapat dilakukan menggunakan teknik otomatis kromatografi ion yaitu Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

D. KROMATOGRAFI EKSTRAKSI Kromatografi ekstraksi adalah teknik pemisahan analitik yang terkait erat dengan ekstraksi pelarut. Kromatografi ekstraksi adalah bentuk ekstraksi pelarut di mana salah satu fase cair dibuat diam dengan adsorpsi pada pendukung padat. Zat pengekstraksi yang sama seperti yang digunakan dalam ekstraksi pelarut dapat digunakan dalam kromatografi ekstraksi. Aplikasi awal kromatografi ekstraksi telah menggunakan berbagai ekstraktan tradisional seperti senyawa organofosfat asam [di- (2etilheksil) asam fosfat, HDEHP] atau TBP sebagai ekstraktan untuk unsur aktinida. Kemajuan terbaru telah menyebabkan berbagai ekstraktan penukar pelarut baru seperti eter mahkota, cryptand, atau senyawa organofosfat bifunctional. Aplikasi yang sangat berhasil adalah penyerapan selektif aktinida pada resin TRU, yang melibatkan larutan senyawa karbamolimetil-fosforil (CMPO) dalam TBP yang diserap pada Amberlite XAD-7. Resin ini telah menemukan sejumlah aplikasi dalam isolasi dan penentuan selanjutnya dari aktinida dalam matriks kompleks.

E. PEMISAHAN RADIOKIMIA YANG CEPAT Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk pemisahan radiokimia cepat adalah kromatografi gas, yang telah dikembangkan untuk digunakan dengan elemen transuranium oleh Zvara dan rekan kerja (1972). Dalam kromatografi gas, elemen atau senyawa volatil dipisahkan satu sama lain oleh perbedaan dalam distribusi antara fase gas bergerak dan fase padat stasioner. Termokromatografi melibatkan pengaliran gas melalui

kolom yang suhunya terus menurun dengan jarak dari pintu masuk. Dengan demikian, spesies yang kurang mudah menguap mengembun di dinding kolom terlebih dahulu dengan spesies yang lebih mudah menguap terakhir. Pengukuran waktu migrasi, suhu pengendapan, gradien suhu dalam kolom, dan sebagainya dapat memungkinkan seseorang untuk menyimpulkan entalpi molar penyerapan senyawa pada bahan kolom. Kuantitas fisik ini dapat dibandingkan dengan perhitungan kimia kuantum dari kuantitas ini untuk mendapatkan wawasan tentang sifat ikatan elemen yang dimaksud. Teknik ini digunakan untuk menunjukkan sifat-sifat kimia (Scha¨del, 1997; Eichler, 2000; Du¨llmann et al., 2002) dari transactinides Rf-Hs dan perilaku mereka relatif terhadap bahan kimia yang sesuai. Teknik pemisahan kimia cepat lainnya adalah pemisahan dengan penguapan. Ada berbagai senyawa yang mudah menguap yang dapat dilepaskan dari bahan yang diradiasi setelah disolusi yang dapat, dengan kondisi yang tepat, berfungsi untuk secara cepat memisahkan unsur-unsur yang terlibat secara kimiawi. Contoh spesies yang mudah menguap seperti itu meliputi I2, At, GeCl4, AsCl3, SeCl4, OsO4, RuO4, Re2O7, Tc2O7, dan sebagainya. Pemisahan dengan penguapan telah banyak digunakan untuk elemen pembentuk hidrida volatil, As, Se, Sn, Sb, dan Te.

CONTOH SOAL

1. Sebutkan jenis-jenis kromatografi pertukaran ion! Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:  Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.  Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, N+(C2H5)2H, dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.

2. Jelaskan prinsip pertukaran ion! Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus fungsi bermuatan ion tetap. Selain itu terdapat ion lawan yang dapat ditukar didekatnya, agar muatan netral. Ion cuplikan dapat bertukar dengan ion lawan dan menjadi pasangan dari muatan ion tetap. Jika ion cuplikan berpasangan dengan ion muatan tetap, ion tersebut tidak keluar dari kolom. Karena afinitas berbagai senyawa terhadap ion muatan-tetap berbeda, kita dapat memisahkan campuran senyawa ion. (Johnson dan Stevenson, 1991) Proses pertukaran ion dapat dilakukan dalam pelarut berair maupun tidak berair. Fase gerak biasanya mengandung ion lawan yang bermuatan berlawanan dengan muatan gugus ion permukaan. Ion lawan tersebut berkesetimbangan dengan resin dalam bentuk pasangan ion. Adanya ion terlarut yang muatannya sama dengan muatan ion lawan menimbulkan kesetimbangan. Pada proses pertukaran kation, ion lawan ialah Na+ dan pada pertukaran anion, ion lawannya Cl-. (Johnson dan Stevenson, 1991)

3. Jelaskan prinsip kromatografi pertukaran gas! Dalam kromatografi gas, elemen atau senyawa volatil dipisahkan satu sama lain oleh perbedaan dalam distribusi antara fase gas bergerak dan fase padat stasioner. Termokromatografi melibatkan pengaliran gas melalui kolom yang suhunya terus menurun

dengan jarak dari pintu masuk. Dengan demikian, spesies yang kurang mudah menguap mengembun di dinding kolom terlebih dahulu dengan spesies yang lebih mudah menguap terakhir. Pengukuran waktu migrasi, suhu pengendapan, gradien suhu dalam kolom, dan sebagainya dapat memungkinkan seseorang untuk menyimpulkan entalpi molar penyerapan senyawa pada bahan kolom. Kuantitas fisik ini dapat dibandingkan dengan perhitungan kimia kuantum dari kuantitas ini untuk mendapatkan wawasan tentang sifat ikatan elemen yang dimaksud. Teknik ini digunakan untuk menunjukkan sifat-sifat kimia (Scha¨del, 1997; Eichler, 2000; Du¨llmann et al., 2002)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris. 2010. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press. Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC. Biyantoro, dkk. 2006. Pemisahan Ce dan Nd Menggunakan Resin Dowex 50W-X8 Melalui Proses Pertukaran Ion, Jurnal Batan, Vol 9, No 1, Hal 29 – 35. Christian, G.D. 2004. Analytical Chemistry 6th edition. Washington: John Wiley and Sons Inc. Day, R. A dan A.L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Johnson, Edward. L dan Robert Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair (Penerjemah: Kosasih Padmawinata). Bandung: ITB Press. Lestari, Diyah Erlina dan Setyo Budi Utomo. Karateristik Kinerja Resin Penukar Ion Pada Sistem Air Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS (Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta 21-22 November 2007). Loveland, Walter D. David J. Morrissey, dan Glenn T. Seaborg. 2006. Modern Nuclear Chemistry. Hooken: John Willey & Sons, Inc. Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: UM Press.

Related Documents


More Documents from "Bunga Laily Ruslan"