PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL E-JOURNAL DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR ATOM DAN TABEL PERIODIK DI KELAS X SMAN 7 PADANG PRADILA DEFRIATI Artikel dengan judul di atas telah kami setujui untuk dipublikasikan di e-journal dengan keterangan : 1. Artikel ini disusun berdasarkan skripsi saudara Pradila Defriati untuk persyaratan wisuda periode 109 dan telah diperiksa/disetujui oleh kami kedua pembimbingnya. 2. Nama dan urutan nama penulis dalam artikel ini adalah : Pradila Defriati#1 Suryelita#2 Guspatni#3
Padang, Agustus 2017 Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing I
Dra. Hj. Suryelita, M.si NIP. 19640310 199112 2 001
Dosen Pembimbing II
Guspatni, S.Pd, M.A NIP. 19850831 200812 2 002
DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR ATOM DAN TABEL PERIODIK DI KELAS X SMAN 7 PADANG Pradila Defriati 1), Suryelita 2) Guspatni 3) 1) Mahasiswa SI Kimia, FMIPA UNP 2),3) Dosen Jurusan Kimia, FMIPA UNP
[email protected]
Struktur atom dan tabel periodik merupakan materi yang dipelajari siswa SMA di kelas X semester ganjil. Pada materi ini, 63% siswa belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan kegagalan dalam mencapai tujuan belajar ditandai dengan hasil belajar yang rendah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui persentase (%) kesulitan belajar siswa pada tiap indikator pembelajaran, dan mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar. Sampel penelitian berjumlah 57 siswa dengan populasi penelitian semua siswa kelas X MIPA SMAN 7 Padang dengan menggunakan teknik cluster sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah tes diagnostik dan angket. Untuk analisis data digunakan analisis deskriptif. Data kesulitan belajar tiap indikator diperoleh sebagai berikut: 1) menjelaskan partikel dasar penyusun atom dari proses penemuannya 91,2%; 2) menentukan nomor atom dan nomor massa suatu unsur serta isotop berkaitan dengan partikel penyusun atom 13,2%; 3) menjelaskan model atom menurut Dalton, Thomson, Rutheford, Borh, dan Mekanika Gelombang 88,3%; 4) menjelaskan aturan penulisan konfigurasi elektron dan diagram orbital 51%; 5) menentukan bilangan kuantum dan bentuk orbital 70%; 6) menjelaskan perkembangan sistem periodik 64%; 7) menjelaskan sistem periodik modren 84%; 8) menentukan perioda dan golongan dalam tabel periodik berdasarkan konfigurasi elektron 84%; dan 9) menganalisis sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan) 74,99%. Penyebab kesulitan belajar siswa dari faktor eksternal yaitu faktor sekolah meliputi: metode mengajar sebesar 35,8%; kurikulum 47,5%; relasi guru dengan siswan 41,7%; relasi siswa dengan siswa 49,1%; waktu dan disiplin sekolah 33,3%; alat pengajaran 39,4%; serta kondisi gedung sekolah 17,7%. Kata Kunci : Kesulitan Belajar, Struktur Atom dan Tabel Periodik, Tes Diagnostik
I. PENDAHULUAN Struktur atom dan tabel periodik merupakan materi kimia yang dipelajari siswa SMA di kelas X semester ganjil. Berdasarkan silabus mata pelajaran kimia kurikulum 2013 revisi, materi struktur atom dan tabel periodik terdiri atas partikel dasar penyusun atom, nomor atom dan nomor massa, isotop, perkembangan model atom, konfigurasi elektron dan diagram orbital, bilangan kuatum dan bentuk orbital, hubungan konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam tabel periodik, serta tabel periodik dan sifat keperiodikan unsur.
Berdasarkan wawancara penulis dengan guru kimia dan siswa yang dilakukan tanggal 12 Agustus 2016 di SMAN 7 Padang pada tahun ajaran 2016/2017, diperoleh informasi bahwa SMAN 7 Padang menggunakan Kurikulum 2013 revisi. Guru menyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 7 Padang belum terlaksana sepenuhnya. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran kimia pada materi sruktur atom dan tabel periodik adalah metode ceramah dan diskusi. Dalam proses pembelajaran guru mengunakan bahan ajar berupa buku paket, PowerPoint dan tabel periodik.Hasil belajar siswa pada materi struktur atom dan tabel
periodik hanya 63% siswa yang dibawah kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan yaitu 75, artinya sebagian besar siswa mengalami kesulitan belajar. Sesuai dengan pendapat Makmum (2001: 208) bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Untuk mengetahui secara jelas kesulitan belajar siswa dapat dilakukan pemberian tes diagnostik. Tes diagnostik adalah tes yang diujikan secara individual dan dirancang untukmengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran (Hariyanto dan Basuki, 2015: 30). Tes diagnostik memiliki beberapa jenis diantaranya tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai alasan. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai alasan disebut juga two-tier mutiple choice diagnostik instrument. Two-tier mutiple choice diagnostik instrument terdiri atas dua bagian, bagian pertama adalah berisi pertanyaan yang mengandung berbagai pilihan jawaban, bagian ke dua adalah isian yang dituliskan siswa untuk memberikan alasan terhadap jawaban yang dipilihnya (Tan, dkk: 2005). Berdasarkan latar belakang diatas, 63% siswa memperoleh nilai dibahwah KKM. Untuk mengetahui pada indikator apa dan faktor-faktor penyebabnya, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Deskripsi Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Struktur Atom dan Tabel Periodik di Kelas X SMAN 7 Padang”. II. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang mengambarkan objek apa adanya (Sukardi, 2014: 157). Peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Trianto, 2011: 197). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 7 Padang yang terdiri enam kelas serta pengambilan sampel dilakukan secara cluster sampling. Caranya adalah siswa terdiri dari 6 kelas dipilih secara random yaitu 2 menjadi kelas, yaitu X MIPA 2 dan X MIPA 6 dengan jumlah 57 siswa. Intrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes diagnostik (bentuk soal objektif dilengkapi alasan) dan angket dengan jenis angket tertutup untuk mengetahui faktor
penyebab kesulitan belajar siswa. Untuk mendapatkan soal yang baik, maka dilakukan analisis soal dengan uji validitas butir soal, reabilitas tes, daya beda soal, dan indeks kesukaran soal. Persentase kesulitan belajar siswa per indikator pembelajaran digunakan rumus sebagai berikut ini. P=
Skor Total Skor maksimum
x 100%
% K = 100% - P Keterangan : P = Persentase siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar tiap butir soal. %K=Persentase siswa yang mengalami kesulitan belajar tiap butir soal (Sriningsih, dkk. 2015: 3). Data tersebut diinterpretasi berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto (2010: 355) seperti pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Kriteria Kesulitan Belajar
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah Sangat rendah
Persentase (%) 81 – 100% 61 – 80% 41 – 60% 21 – 40% 0 – 20%
∑N
Selanjutnya, fakor-faktor penyebab kesulitan belajarp siswa digunakan analisis statistic dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut (Riduan, 2011:41). P= ∑ F ∑N Keterangan: P = Persentase ∑ F= Skor jawaban responden ∑ N = Skor Total III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian ini berupa pemberian soal tes diagnostik dan angket, dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan belajar seperti berikut ini. 1. Kesulitan belajar siswa pada materi struktur atom dan tabel periodik. Materi struktur atom dan tabel periodik terdiri dari 9 indikator pembelajaran.
Untuk menentukan tinggi rendahnya kesulitan belajar siswa diberikan 22 soal dari 9 indikator pembelajaran dan terlihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Interpretasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Indikator Pembelajaran Struktur Atom Dan Tabel Periodik.
Keterangan: Indikator ke-1: Menjelaskan partikel dasar penyusun atom dari proses penemuannya. Indikator ke-2: Menentukan nomor atom dan nomor massa suatu unsur serta isotop berkaitan dengan partikel penyusun atom. Indikator ke-3: Menjelaskan model atom menurut Dalton, Thomson, Rutheford, Borh, dan mekanika gelombang. Indikator ke-4: Menjelaskan aturan penulisan konfigurasi elektron dan diagram orbital. Indikator ke-5: Menentukan bilangan kuantum dan bentuk orbital. Indikator ke-6: Menjelaskan perkembangan sistem periodik. Indikator ke-7: Menjelaskan sistem periodik modren. Indikator ke-8: Menentukan perioda dan golongan dalam tabel periodik berdasarkan konfigurasi elektron. Indikator ke-9: Menganalisis sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan). Untuk kategori jawaban siswa terdiri atas kategori memahami, miskonsepsi, menebak dan tidak paham terdapat pada tabel 2 dan terlihat pada Gambar 1 berikut ini. Kategori Jawaban Siswa 29% 1% 68% 2%
Gambar 1. Kategori Jawaban Siswa
Paham (29%) Miskonsepsi (1%) Menebak (2) Tidak Paham (68%)
2.
Angket Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa dari faktor ekternal yaitu faktor sekolah maka dilakukan pemberian angket kepada siswa. Dimana hasil penelitian terdapat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa. Sub. Variabe l
Faktor Ekstena l
Indikato r
Faktor Sekolah
Sub Indikator
% Sub. Indikator
Metode Mengajar
35,8%
Kurikulum
47,5%
Relasi guru dengan siswa
49,1%
Relasi siswa dengan guru
41,7%
Waktu dan disiplin sekolah
33,3%
Alat pengajaran
39,4%
Kondisi gedung
17,7%
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 5-10 Mei 2017, maka dapat diidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa SMAN 7 Padang pada materi struktur atom dan tabel periodik. Dari hasil tes diagnostik dan angket dapat diketahui tingkat kesulitan belajar siswa pada tiap indikator pembelajaran dan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar adalah sebagai berikut. 1. Tingkat Kesulitan Belajar Siswa Tiap Indikator Pembelajaran. Menjelaskan partikel dasar penyusun atom dari proses penemuannya
Pada soal nomor 1, soal yang diujikan berupa percobaan penghamburan sinar alfa oleh lempeng emas tipis. Dimana bunyi soal nomor 1 adalah partikel alfa bermuatan positif jika ditembakan pada lempeng emas tipis sebagian besar diteruskan, tetapi sebagian kecil dibelokkan dan sebagian lagi dipantulkan. Jawaban benar terdapat pada option B, yaitu partikel alfa yang mengalami pemantulan apabila menabrak inti atom dengan alasan bahwa inti atom bermuatan positif tempat berpusat massa atom. Pada soal ini siswa mengalami kesulitan belajar sebesar 91,2% dengan kategori sangat tinggi. Letak kesulitan belajar pada konsep ini karena siswa mengalami miskonsepsi 1,8%, menebak 1,8%, serta tidak paham 87,7%. Bentuk miskonsepsi yang terjadi adalah siswa menjawab option A dengan benar tetapi alasan yang diberikan konsep yang salah. Kesalahan konsep yang ditemukan adalah bahwa siswa menganggap inti atom bermuatan negatif. Padahal inti atom bukan bermuatan negatif tetapi bermuatan positif tempat berpusatnya massa atom. Untuk kategori jawaban menebak ditemukan bahwa siswa memilih option salah (C. Melewati ruang kosong jauh dari inti atom) tetapi alasan yang diberikan benar yaitu pemantulan ini disebabkan oleh adanya gaya tolak pada partikel alfa oleh inti atom dan adanya yang bagian inti atom yang bermuatan positif. Untuk kategori jawaban tidak paham ditemukan bahwa siswa memilih option yang salah yaitu partikel alfa yang mengalami pemantulan adalah partikel alfa yang melewati ruang kosong jauh dari inti atom. Pada soal nomor 2 berbunyi tentang fakta eksperimen sinar katoda yang memperlihatkan bahwa sinar katoda dapat dibelokkan oleh medan listrik menuju kutup positif. Eksperimen ini membuktikan bahwa sinar katoda merupakan elektron bermuatan negatif terdapat pada option A karena sinar katoda berasal dari kutup negatif menuju kutup positif yang mengalami pembelokan akibat adanya medan listrik. Berdasarkan analisis dari jawaban siswa kesulitan belajar yang dialami adalah sebesar 91,2%. Artinya sebesar 91,2% siswa tidak paham dengan konsep ini. Siswa menjawab option B yaitu sinar katoda merupakan proton bermuatan positif. Padahal sinar katoda adalah elektron bermuatan negatif yang dipancarkan atom jika menerima energi/panas.
Menentukan Nomor Atom, Nomor Massa suatu Unsur serta Isotop berkaitan dengan Partikel Penyusun Atom. Pada soal nomor 3, soal yang diujikan adalah siswa dapat menentukan nomor atom dan nomor massa atom X dengan diketahui jumlah proton 13 dan jumlah neutron 14. Jawaban yang benar untuk soal ini adalah option B yaitu yaitu nomor atom X adalah 13 dan nomor massa X adalah 27, dengan alasan bahwa nomor atom sama dengan jumlah proton dan nomor massa adalah jumlah neutron dengan jumlah proton. Pada soal ini siswa mengalami kesulitan belajar 8,7%. Berdasarkan analisis dari jawaban, siswa tidak paham terhadap konsep ini. Siswa cenderung memilih jawaban B (13 dan 27) tetapi tidak dapat menuliskan alasan mereka memilih option tersebut. Pada soal nomor 4 konsep yang diujikan adalah siswa dapat menentukan pasangan unsur yang merupakan isotop dan jawaban yang benar adalah option C ( 147𝑁 dan 157𝑁) dengan alasan bahwa isotop adalah atom-atom dari unsur yang samatetpai memiliki nomor massa massa yang berbeda. Setelah dianalisis siswa mengalami kesulitan belajar dengan persentase 17,5%. Letak kesulitan belajar siswa disebabkan karena mengalami miskonsepsi sebesar 3,5% dan tidak paham sebesar 14%. Bentuk miskonsepsi yang ditemukan adalah siswa menjawab option C ( 147𝑁 dan 157𝑁) dengan alasan bahwa isotop adalah unsur yang memiliki nomor massa yang sama. Sedangkan untuk konsep yang tidak paham, ditemukan bahwa siswa tidak dapat menuliskan alasan kenapa mereka memilih jawaban tersebut. Menjelaskan Model Atom menurut Dalton, Thomson, Rutheford, Borh, dan Mekanika Gelombang. Indikator pembelajaran 3 diujikan dengan 5 soal tentang perkembangan teori atom. Untuk soal nomor 5 konsep yang diujikan adalah tentang kelemahan teori atom John Dalton. Jawaban yang benar adalah option D yaitu atom bukanlah partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi, dengan alasan bahwa pada kenyataannya atom dapat dibagi lagi menjadi partikel yang lebih kecil yang disebut dengan partikel subatomik. Pada soal ini siswa mengalami kesulitan belajar sebesar 84,2%.
Dimana sebagian besar siswa tidak paham pada konsep ini. Siswa menjawab option A (salah) yaitu kelemahan teori atom John Dalton adalah tidak dapat menerangkan bagaimana susunan muatan positif dan jumlah elektron. Jawaban yang mereka pilih sebenarnya adalah kelemahan teori atom JJ. Thomson bukan kelemahan teori atom John Dalton. Pada soal nomor 6, konsep yang diujikan adalah mengenai teori atom JJ.Thomson. Jawaban yang benar option E dengan alasan bahwa atom menurut JJ.Thomson seperti roti kismis, yaitu materi bermuatan positif dan elektron tersebar dipermukaannya. Siswa mengalami kesulitan belajar sebesar 73,7%. Kesulitan belajar siswa ditemukan karena siswa tidak paham sebesar 66,7% dan menebak sebesar 7%. Untuk kategori menebak siswa memilih option D yang salah, yaitu teori atom JJ.Thomson adalah atom terdiri dari inti bermuatan positif dan hampir seluruh massa atom terpusat pada inti. Dimana alasan memilih jawaban tersebut dikarenakan bahwa teori atom Thomson seperti roti kismis. Artinya antara pilihan jawaban dengan alasan yang diberikan siswa termasuk kedalam kategori menebak. Karena pada dasarnya teori atom JJ.Thomson belum terdapat inti atom, tetapi materi bermuatan positif dan elektron tersebar dipermukaannya bagaikan kimis dalam roti kismis. Untuk kategori tidak paham, siswa memilih option C yaitu kelemahan teori atom JJ.Thomson adalah dalam atom terdapat orbital dimana kemungkinan elektron dapat ditemukan serta siswa tidak menuliskan alasan kenapa mereka memilih jawaban tersebut. Kelemahan teori atom Rutherford diujikan pada soal nomor 7. Jawaban yang benar pada option A, dimana kelemahan teori atom ini adalah tidak dapat menerangkan kenapa elektron tidak jatuh ke dalam inti, dengan alasan bahwa menurut hukum fisika klasik pergerakan elektron mengelilingi inti atom disertai pemancaran energi lama kelamaan elektron akan kehilangan energi dan akhirnya jatuh keinti. Kesulitan belajar yang ditemukan adalah sebesar 94,7% dengan kategori sangat tinggi. Kesulitan belajar dikarenaka siswa mengalami miskonsepsi 3,5%, menebak 1,8% dan tidak paham sebesar 86%. Bentuk miskonsepsi siswa adalah siswa mengganggap elektron akan mengelilingi orbital yang paling kecil. Selain itu juga ditemukan bahwa siswa menjawab dengan
kategori menebak artinya jawaban option salah tetapi alasan yang diberikan benar. Siswa tersebut menjawab option C yaitu kelemahan model atom Rutherford adalah elektron bergerak mengitari inti atom dengan menyerap energi serta alasanya yang diberikan adalah karena bertentangan dengan teori klasik. Sedangkan siswa yang tidak paham menjawab option D yang salah serta alasan yang tidak benar. Pada soal nomor 8, soal yang diujikan adalah mengenai teori atom Niels Bohr. Dimana jawaban yang benar adalah option D yaitu selama mengelilingi inti atom, elektron tidak dapat memancarkan energi dan beredar mengelilingi inti pada lintasan-lintasan (orbit) tertentu. Persentase kesulitan belajar yang ditemui adalah sebesar 91,2%. Dimana siswa mengalami miskonsepsi sebesar 8,7% dan tidak paham sebesar 82,5%. Bentuk miskonsepsi yang ditemukan adalah siswa menganggap bahwa atom dan neutron berkeliling di lintasan (orbit). Sedangkan untuk kategori tidak paham, antara option dan alasan yang diberikan mengulang kembali jawaban yang terdapat pada option. Teori atom mekanika gelombang diujikan pada soal nomor 9. Jawaban yang benar mengenai kedudukan elektron dalam atom menurut teori mekanika gelombang adalah option D, yaitu posisi elektron tidak dapat dipastikan dengan alasan karena elektron berada pada orbital (daerah kebolehjadian ditemukannya elektron). Kesulitan belajar yang ditemukan pada konsep ini, dimana sebesar 89,5% siswa tidak paham. Ditinjau dari jawaban mereka, siswa cenderung menjawab option C yang salah. Option ini berbunyi kedudukan elektron dalam atom adalah mengelilingi inti atom dan berada pada lintasan dengan tingkat energi tertentu yang bergerak secara stasioner. Menjelaskan Aturan Penulisan Konfigurasi Elektron dan Diagram Orbital. Untuk indikator 4, terdapat soal nomor 10. Soal yang diujikan adalah pengisian elektron dalam diagram orbital untuk atom 9X. Kesulitan belajar ditemukan pada soal ini, dimana 47,4% siswa tidak paham dan 3,5% siswa menebak. Untuk kategori menebak, siswa memilih option A yang salah dan alasan yang benar dan alasan yang diberikan
benar. Dimana mereka terkecoh tanpa melihat dengan teliti pengisian elektron dalam diagram orbital. Jika pengisian elektron dimulai dengan tanda panah keatas maka semua kolom terisi penuh baru diisi dengan tanda panah kebawah begitu juga sebaliknya. Sedangkan untuk kategori siswa tidak paham, siswa memilih option A dan tidak menuliskan alasan kenapa mereka memilih jawaban tersebut. Menentukan Bilangan Kuantum dan Bentuk Orbital. Untuk soal nomor 11, siswa diminta untuk menentukan empat bilangan kuantum elektron terakhir dari atom 11Na. Jawaban yang benar pada option E. Persentase kesulitan belajar yang dialami siswa sebesar 40,35% dengan kategori tidak paham. Jika dianalisis dari jawaban, siswa menjawab option A serta mengosongkan alasan kenapa memilih jawaban tersebut. Hal ini dikarenakan pemahaman siswa pada konsep bilangan kuantum masih rendah. Untuk soal nomor 12, soal yang diujikan mengenai bentuk orbital. Siswa diharapkan dapat menentukan bentuk orbital dxy, dimana jawaban benar terdapat option D. Persentase kesulitan belajar yang ditemukan cukup besar yaitu 100%. Artinya kebanyakan siswa tidak paham dan menjawab dengan jawaban salah, dimana versi jawaban mereka beraneka ragam seperti memilih bentuk orbital dz2, dxz, dyz, dx2- y2. Dari jawaban tersebut siswa belum mampu membedakan bentukbentuk orbital yang ada, karena tingkat pemahaman siswa pada konsep ini masih rendah. Menjelaskan Perkembangan Sistem Periodik. Pada indikator pembelajaran ke lima 5, terdapat 4 soal yang diujikan. Untuk soal nomor 13, soal yang diujikan adalah pengelompokan unsur yang bersifat logam, dimana jawaban benar terdapat pada option D (emas,perak, dan logam). Dimana persentase kesulitan belajar siswa adalah 52,6%. Artinya 23 dari 57 siswa tidak paham mengenai pengelompokan unsur yang bersifat logam. Letak kesalahan siswa dalam menjawab adalah siswa memilih option E yang mana unsur yang bersifat logam yaitu hidrogen, nitrogen, dan karbon. Padahal unsur yang merupakan logam adalah emas, perak, dan nikel. Berdasarkan hasil
jawaban siswa tersebut, siswa belum mampu membedakan antara unsur logam dengan unsur non logam. Untuk soal nomor 14, soal yang diujikan adalah siswa dapat menentukan massa atom relatif unsur Natrium dari pengelompokan unsur menurut Triad Doberainer. Dimana unsur yang disediakan adalah Litium, Natrium, dan Kalium dan jawaban yang benar pada soal ini adalah option D yaitu massa atom relatif unsur Natrium adalah 23,02 rata-rata dari massa atom Litium dan Kalium. Berdasarkan hasil analisis jawaban, siswa mengalami kesulitan belajar mencapai 61,4% dengan kategori tidak paham konsep. Jika dilihat dari hasil jawaban, letak kesalahan siswa adalah memilih option B yaitu massa atom relatif unsur Na adalah 22,99 tanpa harus melakukan perhitungan antara rata-rata dari massa atom unsur pertama (Litium) dan unsur ketiga (Kalium). Padahal didalam soal sudah disediakan massa atom untuk unsur Litium (6,94) dan Kalium (39,10). Untuk soal nomor 15, soal yang diujikan mengenai pengelompokan unsur menurut Oktaf Newland. Dimana pada soal tersebut disediakan tabel periodik Oktaf Newland. Siswa diminta untuk menentukan unsur yang memiliki kemiripan sifat dengan unsur Li dan jawaban yang benar pada soal ini adalah option D yaitu unsur Na. Berdasarkan hasil analisis jawaban, siswa mengalami kesulitan belajar sebesar 57,9%. Artinya sebagian besar siswa belum paham mengenai konsep pengelompokan unsur menurut Oktaf Newland. Hal ini terlihat dari hasil jawaban siswa, rata-rata siswa memilih option C yaitu unsur Mg. Pada soal nomor 16, konsep yang diujikan mengenai kelebihan tabel periodik Mendeleyev. Pada soal tersebut disediakan tabel periodik Medeleleyev, dimana siswa diminta untuk menganalis kenapa Mendeleyev menggosongkan beberapa tempat pada tabel periodiknya tersebut. Jawaban yang benar terdapat pada option E , bahwa Mendeleleyev memprediksi bahwa akan ada ditemukannya unsur yang akan mengisi ruang kosong tersebut. Berdasarkan hasil analisis dari jawaban, siswa mengalami kesulitan belajar mencapai 84,2% dengan kategori tidak paham. siswa cenderung memilih option D yang salah. Jawaban yang diberikan siswa tersebut adalah kelemahan dari
tabel periodik Mendeleyev, bukan kelebihan tabel periodik Mendeleyev. Berdasarkan jawaban tersebut, siswa belum memahami kelebihan tabel periodik Mendeleyev sehingga jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan maksud soal yang diujikan. Menjelaskan Sistem Periodik Modren. Penulisan konfigurasi elektron atom 23V terdapat pada soal nomor 17, dimana jawaban yang benar untuk konfigurasi elektron atom 23V adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3. Jika dianalisis dari jawaban siswa, persentase kesulitan belajar yang diperoleh siswa adalah 84,2% dengan kategori tidak paham. Letak kesalahan siswa tersebut terlihat dengan memilih option D yaitu konfigurasi elektron untuk atom 23V adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 4p3. Dari jawaban tersebut artinya siswa tidak memahami aturan penuliskan konfigurasi elektron menurut Aufbau. Karena menurut aturan Aufbau, pengisian elektron pada orbital dimulai dari tingkat energi terendah ketingkat energi yang lebih tinggi. Sehingga berdasarkan soal tersebut, setelah mengisi tingkat energi 4s2, elektron seharusnya mengisi tingkat energi 3d3 bukan 4p3. Dengan demikian penulisan konfigurasi elektron yang benar untuk atom 23V adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3. Menentukan Perioda dan Golongan dalam Tabel Periodik berdasarkan Konfigurasi Elektron. Pada soal nomor 18, konsep yang diujikan adalah siswa dapat menentulan perioda dan golongan berdasarkan konfigurasi elektron (1s2 2s2 2p6 3s2 3p5), dimana jawaban yang benar adalah option D yaitu pada golongan VIIA periode 3. Siswa mengalami kesulitan dengan persentase 80,7%. Adapun letak kesulitan siswa disebabkan siswa tidak paham serta hanya menebak. Untuk kategori menebak siswa memilih option B yang salah (golongan IIIA periode 3) dan memberikan alasan yang benar (elektron valensi menyatakan golongan dan perioda menyatakan jumlah kulit). Jika dianalisis dari alasan mereka, siswa hanya paham konsep golongan dan perioda secara teori saja tetapi siswa tidak dapat menentukan golongan dan perioda berdasarkan konfigurasi elektron yang telah diberikan, sehingga antara jawaban dengan alasan yang diberikan tidak berhubungan. Untuk
kategori tidak paham terlihat bahwa antara jawaban dan alasan yang diberikan adalah tidak benar. Menganalisis sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan) Pada indikator 9, siswa dituntut untuk dapat menganalisis sifat keperiodikan unsur. Soal yang diujikan untuk nomor 20 adalah siswa dapat menganalisis kecenderungan energi ionisasi terbesar pada golongan alkali (3Li, 11Na, 19K, 37Rb, 55Cs), dimana jawaban yang benar adalah atom 3Li. Kesulitan belajar yang ditemukan sebesar 91,% dengan kategori tidak paham. Siswa menjawab option B yaitu energi ionisasi yang terbesar adalah atom 55Cs. Letak kesalahan siswa disini adalah siswa terkecoh menjawab atom 55Cs, karena melihat nomor atom yang besar. Hal ini karena siswa belum memahami konsep tentang energi ionisasi. Energi ionisasi dalam satu golongan dari atas kebawah cenderung menurun. Hal ini disebabkan dalam satu golongan jumlah kulit bertambah dan jarak antara inti dengan elektron terluar menjadi makin jauh. Sehingga tarikan inti terhadap elektron menjadi semakin lemah yang membuat elektron lebih mudah terlepas. Pada soal nomor 20, konsep yang diujikan adalah tentang afinitas elektron. Siswa diminta untuk menentukan afinitas elektron terbesar dalam satu perioda (3Li, 4Be, 5B, 7N, 9F), dan jawaban yang benar adalah option E yaitu unsur 9F. Karena menurut teori semakin kekanan dalam sistem periodik afinitas elektron semakin besar, dimana jari-jari atom semakin kecil. Akibatnya daya tarik inti atom terhadap elektron semakin kuat sehingga kecenderungan membentuk ion negatif juga semakin besar. Pada soal ini siswa mengalami kesulitan belajar 91,2% dengan kategori menebak dan tidak paham. Untuk kategori menebak siswa menjawab option A yang salah (unsur 3Li) dengan alasan yang benar (semakin kekanan dalam satu perioda afinitas elektron semakin besar). Pilihan jawaban dengan alasan yang diberikan siswa tidak sinkron/tidak berhubungan. Sedangkan untuk kategori tidak paham, siswa menjawab option E yaitu unsur 9F tetapi tidak menuliskan alasan kenapa memilih jawaban tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami konsep tentang afinitas elektron.
Sifat keperiodikan jari-jari atom diujikan pada soal nomor 21, bahwa jari-jari atom dalam satu perioda semakin kecil dengan kenaikan nomor atom. Berdasarkan analisis dari jawaban, siswa mengalami kesulitan sebesar 100% dengan kategori tidak paham. Siswa menjawab option B yang salah, dimana mereka beranggapan bahwa dalam satu perioda jari-jari atom semakin besar dengan kenaikan nomor atom. Konsep yang benar adalah dalam satu perioda dari kiri ke kanan jari-jari atom semakin menurun. Hal ini disebabkan muatan inti atom bertambah dengan jumlah kulit yang tetap sehingga tarikan inti terhadap elektron lebih kuat. Sedangkan dalam satu golongan, meskipun muatan inti bertambah namun pengaruh jumlah kulit lebih mendominasi dan jarak antara inti dengan elektron terluar lebih jauh sehingga jari-jari atom semakin besar. Untuk soal nomor 22 konsep yang diujikan adalah menentukan keelektronegatifan suatu unsur. Pada soal tersebut disediakan beberapa unsur dengan harga keelektronegatifannya yang berbeda-beda dari yang kecil sampai yang besar. Siswa diminta untuk dapat menentukan unsur yang paling mudah menarik elektron, dan jawaban yang benar adalah unsur yang dimisalkan dengan huruf T. Berdasarkan analisis dari jawaban siswa, kesulitan belajar yang dialami siswa adalah sebesar 43,9%. Letak kesalahan siswa yang ditemui adalah siswa menjawab option A yaitu unsur yang paling mudah menarik elektron adalah unsur yang dimisalkan dengan huruf P yang harga keelektronegatifanya adalah 1,2. Artinya siswa memilih harga keelektronegatifan yang kecil, padahal unsur yang paling mudah menarik elektron adalah unsur yang dimisalkan dengan huruf T yang harga kelekronegatifan adalah 4,0. Berdasarkan jawaban siswa tersebut, siswa belum paham mengenai konsep keelektronegatifan. Konsep yang benar adalah unsur-unsur dengan keelektronegatifan yang besar memiliki kemampuan menarik pasangan elektron lebih kuat dibandingkan unsur-unsur dengan keelektronegatifan yang kecil. 2. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa. Penyebab kesulitan belajar siswa dapat diketahui dari faktor ekternal pada Tabel 9 serta
pada lampiran 19. Faktor eksternal yaitu faktor sekolah meliputi metode mengajar sebesar 35,8%, kurikulum 47,5%, relasi guru dengan siswan 41,7%, relasi siswa dengan siswa 49,1%, waktu dan disiplin sekolah 33,3%, alat pengajaran 39,4%, serta kondisi gedung sekolah 17,7%. Metode mengajar merupakan suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar yang digunakan guru sangat berperan terhadap tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Hal ini terlihat bahwa di SMAN 7 Padang guru menyampaikan materi struktur atom dan tabel periodik sudah cukup baik serta setiap selesai pemberian materi guru juga memberikan tugas. Karena menurut Dalyono (1997:232) untuk menentukan kesuksesan belajar siswa, pemilihan metode mengajar harus disesuaikan dengan kondisi siswa, kondisi sekolah, dan kebutuhan pembelajaran agar pembelajaran berjalan dengan baik. Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan dengan siswa. Kurikulum yang tidak baik berpengaruh terhadap hasil belajar yang kurang baik juga. Berdasarkan angket penelitian, 51,7% siswa menjawab bahwa materi struktur atom dan tabel periodik dianggap sulit. Selain itu waktu pelajaran yang disediakan sekolah untuk mata pelajaran struktur atom dan tabel periodik kurang cukup untuk dilaksanakan. Hal ini akan membawa kesulitan belajar bagi siswa-siswa. Karena jika kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, maka akan membawa kesuksesan dalam belajar (Dalyono, 2007: 245). Selanjutnya hubungan/relasi guru dengan siswa di SMAN 7 Padang cukup baik artinya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika mereka belum paham dalam pembelajaran. Hal ini akan memotivasi siswa agar selalu aktif dalam pembelajaran, karena sesuai dengan kurikulum 2013 dimana siswa dituntut untuk lebih aktif (student centered) dalam proses pembelajaran. Selain itu, relasi/hubungan siswa dengan siswa mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan belajar siswa. Berdasarkan angket penelitian, 45% dari siswa masih ada yang kurang berprilaku baik dan kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Hubungan yang tidak harmonis antar siswa akan memberikan pengaruh yang negatif
dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan tidak adanya sikap yang mendukung antar teman sehingga akan mengganggu dalam proses belajar mengajar. Waktu dan disiplin sekolah yang baik akan membuat anak menjadi lebih baik. Hal ini terlihat bahwa 66,7% siswa SMAN 7 Padang semangat untuk masuk sekolah pada pagi hari. Oleh karena itu, belajar dipagi hari akan lebih baik hasilnya dari pada belajar disiang/sore hari. Belajar disiang atau sore hari akan menyebabkan kondisi anak tidak lagi dalam keadaan optimal dalam menerima pelajaran, karena energi mereka sudah berkurang (Djamarah, 2008: 240). Alat pengajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik (Djamarah, 2008: 240). Dalam hal ini sarana atau alat pembelajaran yang di SMAN 7 Padang sudah cukup lengkap, dengan adaya LCD, komputer, dan internet serta kelengkapan buku catatan atau literature diperpustakan. Hal ini akan membantu siswa dalam proses pembelajaran disekolah. Kondisi gedung merupakan keseluruhan ruang yang ada di sekolah. Keadaan gedung disekolah dapat menunjang belajar siswa, tetapi dapat pula menghambat belajar siswa. Dalam hal ini kondisi gedung SMAN 7 Padang sudah memadai. Hal ini dapat dilihat dari lampu dan ventilasi udara dikelas yang sudah baik, penataan meja dan kursi sudah sesuai dengan jumlah siswa serta pencahayaan ruang kelas pada saat pembelajaran sudah memadai. Karena keadaaan gedung yang sudah memadai dapat membuat siswa berkonsentrasi dalam belajar (Ahmadi dan Supriyono, 2003: 91). IV. KESIMPULAN Siswa kelas X SMAN 7 Padang mengalami kesulitan belajar pada materi struktur atom dan tabel periodik dengan tingkat kesulitan yang dialami siswa pada tiap indikator pembelajaran sebagai berikut. 1. Menjelaskan partikel dasar penyusun atom dari proses penemuannya sebesar 91,2 % dengan kategori tinggi. 2. Menentukan nomor atom, nomor massa suatu unsur serta isotop berkaitan dengan partikel penyusun atom sebesar 13,2% dengan kategori sangat rendah.
3. Menjelaskan dan mengambarkan model atom menurut Dalton, Thomson, Rutheford, Borh, dan Mekanika Gelombang sebesar 88,3% dengan kategori sangat tinggi. 4. Menjelaskan aturan penulisan konfigurasi elektron dan diagram orbital sebesar 51% dengan kategori cukup tinggi. 5. Menentukan bilangan kuantum dan bentuk orbital sebesar 70% dengan kategori tinggi. 6. Menjelaskan perkembangan sistem periodik sebesar 64% dengan kategori tinggi. 7. Menjelaskan sistem periodik modren sebesar 84% kategori sangat tinggi. 8. Menentukan perioda dan golongan dalam tabel periodik berdasarkan konfigurasi elektron sebesar adalah 81% kategori sangat tinggi. 9. Menjelaskan sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan) sebesar 74,99 % kategori tinggi. Penyebab kesulitan belajar siswa dari faktor eksternal yaitu faktor sekolah meliputi: metode mengajar sebesar 35,8%; kurikulum 47,5%; relasi guru dengan siswan 41,7%; relasi siswa dengan siswa 49,1%; waktu dan disiplin sekolah 33,3%; alat pengajaran 39,4%; serta kondisi gedung sekolah 17,7% UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Hj. Suryelita, M.Si, Ibu Guspatni, MA, Ibu Dr. Fajriah Azra, S.Pd, M.Si, Bapak Dra. Mawardi, M.Si, dan Bapak Alizar, S.Pd, M.Sc, Ph.D, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan artikel ini. REFERENSI Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Algensido. Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hariyanto & Basuki. 2015. Assesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Makmum. 2001. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riduan. 2011. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Sriningsih, Lukum, Astin., dan Mohamad Erni. 2015. “Analisis Kesalahan Konsep Mahasiswa Pokok Bahasan Reaksi Reduksi Oksidasi”. Junal Penelitian. Hlm.3. Sukardi. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Tan, D. KC., Keith S. Taberb, Ngoh Khang Goha, dan Lian-Sai Chiaa.2005. The ionisation energy diagnostic instrument: a two-tier multiple-choice instrument to determine high scholl student’s understanding of ionisation energy. Chemistry education Research and Practice, 180-197. Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.