MEMBUAT BANGUNAN PERKECAMBAHAN DAN PEMBIBITAN TANAMAN KOPI (Coffea sp.)
LAPORAN OLEH : TITIN CANTIKA MANURUNG 160301124 HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN 2016
LABORATORIUM PERKEBUNAN C : KOPI, KAKAO DAN TEH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019
Judul Nama Nim
: Membuat Tempat Perkecambahan dan Pembibitan Tanaman Kopi (Coffea sp.) : Titin Cantika Manurung : 160301124
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta kemudahan sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapaun judul dari laporan ini adalah “Membuat Tempat Persemaian Biji Kopi (Coffea sp.)”. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Perkebunan C: Budidaya Tanaman Kopi, Kakao dan Teh Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa baik secara moral dan material kepada penulis. Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada Ir. Risal, MP., dan Ir. T. Irmansyah, MP., selaku dosen mata kuliah Perkebunan C: Budidaya Tanaman Kopi, Kakao dan Teh yang telah membantu penulisan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan,
Maret 2019
Penulis i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Percobaan Kegunaan Penulisan
1 2 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Syarat Tumbuh Iklim Tanah Persemaian Benih
4 5 5 6 7
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Praktikum Bahan dan Alat Praktikum Metode Percobaan
10 10 10
PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Naungan Persiapan Media Tanam Persiapan Benih Kopi Pembuatan Tempat Persemaian Persemaian Pemeliharaan Penyiraman
11 11 11 11 11 11
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan
12 15
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
ii
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraria yang subur dan sudah terkenal dengan produksi hasil pertaniannya. Dibuktikan dengan sejarah kedatangan bangsa-bangsa lain ke Indonesia yang ingin menjajah dan menguasai sumberdaya alam indonesia berupa hasil pertanian yang melimpah. Letak geografis negara Indonesia juga menjadi salah satu faktor yang menjadikan negara ini memiliki potensi tersebut. Indonesia terletak di daerah katulistiwa yaitu dengan koordinat 6 0 LU - 110 LS dan 950 BT – 1410 BT, sehingga Indonesia memiliki iklim tropis yang mendapatkan sinar matahari yang cukup sepanjang tahun dan curah hujan yang cukup tinggi dibeberapa daerah. Bahkan negara Indonesia disebut sebagai “Zambrud Katulistiwa”, sehingga tanah di Indonesia menjadi subur untuk ditanami berbagai macam tanaman pertanian, termasuk kopi (Rakasiwi, 2018). Kopi merupakan komoditi penting dalam sub sektor perkebunan, karena berperan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber devisa negara. Hal ini bisa dilihat dari komoditi ini yang mampu menembus pasar internasional sebagai komoditi ekspor. Ekspor kopi Indonesia menduduki posisi ke 3 di dunia setelah Negara Brazil dan Negara Vietnam dengan volume ekspor 10.627.654 kantung. Subsektor perkebunan ini berperan penting dalam mencukupi kebutuhan penduduk, penyediaan bahan baku industri, memberi peluang usaha serta kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan petani (Lestari, 2016). Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi robusta dengan pangsa sebesar 20 % dari ekspor kopi robusta dunia. Areal kopi robusta tersebar di hampir seluruh kepulauan Indonesia dengan urutan dan persentasi areal sebagai
2
berikut Sumatera (66%), Jawa (12%), Bali dan Nusa Tenggara (8%), Sulawesi (7%), Kalimantan (4%), serta Maluku dan Papua (1%) (Ditjen Perkebunan, 2013). Sumatera memiliki persentase areal kopi yang besar pada tingkat nasional, dibandingkan dengan pulau-pulau yang lain (Lestari, 2016). Kebijakan pemerintah dalam pengembangan komoditas kopi adalah meningkatkan proporsi produksi kopi arabika. Kebijakan tersebut ditempuh didasarkan pada fenomena pangsa pasar kopi dunia, hampir 75% merupakan kopi arabika dan Indonesia menyumbang 10% dari jumlah tersebut, sisanya yakni 25% merupakan kopi robusta dan Indonesia menyumbang 90% dari jumlah tersebut (Anonim, 2004). Berdasarkan data tersebut, berarti ekspor kopi arabika Indonesia hanya mencapai 7,50% dan ekspor kopi robusta mencapai 92,50%. Kebijakan pengembangan kopi arabika ditempuh melalui perluasan areal pada lahan yang sesuai dan konversi kopi robusta ke kopi arabika pada lahan yang memenuhi persyaratan ketinggian tempat (Tondok, 1999) Kopi arabika akan tumbuh dengan baik apabila lahan tanam memenuhi persyaratan dengan temperatur 18 – 25 oC, dengan curah hujan 1200 – 2000 mm per tahun dan 1 – 3 bulan kering. Kondisi lahan tersebut tidak cocok untuk
perkembangan
cendawan
Hemileia
vastatrix,
yang menyebabkan
penyakit daun tanama kopi. Penyakit tersebut merupakan penyakit utama tanaman kopi arabika. Lahan-lahan yang memenuhi persyaratan
tersebut di atas
hanya dapat diperoleh pada daerah dengan ketinggian di atas 1000 m dpl (Cambrony, 1992). Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuat tempat persemaian kopi (Coffea sp.)
3
Kegunaan Penulisan Kegunaan dari penulisan laporan ini adalah untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Perkebunan C: Budidaya Tanaman Kopi, Kakao dan Teh, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut : Kigdom : Plantae; Subkigdom : Tracheobionta; Super Divisi : Spermatophyta; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida; Sub Kelas : Asteridae;
Ordo
:
Rubiales;
Famili
:
Rubiaceae;
Genus
:
Coffea;
Spesies : Coffea sp. (Cofffea arabica L., Coffea canephora, Coffea liberica, Coffea excels). Tanaman kopi merupakan tanaman semak belukar yang berkeping dua (dikotil), sehingga memiliki perakaran tunggang. Perakaran ini hanya dimiliki jika tanaman kopi berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang bawahnya berasal dari bibit semai. Sebaliknya, tanaman kopi yang berasal dari bibit setek, cangkok atau okulasi yang batang bawahnya berasal dari bibit setek tidak memiliki akar tunggang, sehingga relatif mudah rebah (AAK, 1988). Tanaman kopi memiliki lima jenis cabang yaitu cabang primer, sekunder, reproduktif, cabang balik, dan cabang kipas. Daun tanaman kopi hampir memiliki perwatakan yang sama dengan tanaman kakao yang lebar dan tipis, sehingga dalam budidayanya memerlukan tanaman naungan (Panggabean 2011). Bagian pinggir daun kopi bergelombang dan tumbuh pada cabang, batang, serta ranting. Letak daun pada cabang plagiotrop terletak pada satu bidang, sedangkan pada cabang orthrotrop letak daun berselang seling. Tanaman kopi mulai berbunga setelah berumur sekitar dua tahun. Bunga tanaman ini tersusun dalam kelompok yang tumbuh pada buku-buku cabang tanaman dan memiliki mahkota yang berwarna putih serta kelopak yang berwarna hijau (AAK, 1988). Buah kopi mentah berwarna hijau dan ketika matang akan berubah
5
menjadi warna merah. Buah kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging buah terdiri atastiga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) (AAK, 1988). Kulit tanduk buah kopi memiliki tekstur agak keras dan membungkus sepanjang biji kopi. Daging buah ketika matang mengandung lender dan senyawa gula yang rasanya manis (Panggabean 2011). Syarat Tumbuh Iklim Kopi yang memiliki perbedaan dalam jumlah penerimaan cahayanya akan berdampak pada pertumbuhan kopi itu sendiri. Daun kopi merupakan bagian utama pada kopi yang terkena dampak pertama ketika mendapatkan cahaya matahari yang berbeda. Struktur dan fungsi dari tanaman kopi itu sendiri dapat berubah karena kurangnya serapan cahaya matahari yang di terima oleh daun salah
satunya
adalah
tidak
maksimalnya
fotosintesis
pada
daun
(Baliza et al., 2012). Produksi kopi di pengaruhi oleh faktor luar hal ini di karnakan tanaman kopi memerlukan bantuan angin ketika melakukan penyerbukan sehingga jika angin atau cuaca tidak dapat berjalan dengan baik pertemuan putik dan benag sari akan gagal sehingga pembuahan pada tanaman kopi tidak dapat terjadi (Merry, dkk., 2015). Kopi merupakan tanaman yang sangat membutuhkan perhatian pada kondisi lingkungan di mana kopi harus memiliki kondisi lingkungan yang tepat agar tanaman kopi dapat tumbuh dan memiliki produksi yang baik. Kopi memiliki sarat tumbuh lain agar menghasilkan produksi yang maksimal yaitu ketingian lahan yang akan di gunakan sebagai lahan pertanaman kopi. Curah hujan juga
6
sanggat penting bagi kelangsunggan tumbuh baiknya sebuah tanaman kopi apabila kopi mendapatkan karakteristik yang tepat pada tempat pertumbuhannya maka tanaman kopi akan berproduksi secara baik (Rr Ermawati, dkk., 2008). Tanah Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan kaya bahan organik. Untuk itu tanah di sekitar tanaman harus sering ditambah dengan pupuk organik agar sistem perakarannya tetap tumbuh baik dan dapat mengambil unsur hara sebagai mana mestinya (Syamsulbahri, 2006). Kopi menghendaki tanah yang mempunyai yang mempunyai pH berkisar antara 5 – 6,4. Kurang dari angka tersebut kopi arabika juga masih bisa tumbuh, tetapi kurang bisa menyerap beberapa unsur hara sehingga kadang-kadang perlu dikapur. Sebaliknya tanaman kopi arabika tidak menghendaki tanah yang agak basa (pH lebih dari 6,5) oleh karena itu pemberian kapur tidak boleh berlebihan (Danarti dan Najayati, 2004). Pada kopi Arabika memerlukan kemiringan tanah kurang dari 30 % dengan kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, tekstur tanah berlempung (loamy) dengan struktur tanah lapisan atas remah. Sifat kimia tanah (terutama pada lapisan 0 – 30 cm) : a) Kadar bahan organik > 3,5 % atau kadar C > 2 %. b) Nisbah C/N antara 10 – 12. c) Kapasitas Pertukaran Kation (KPK)>15 me/100 g tanah. d) Kejenuhan basa > 35 %. e) pH tanah 5,5 – 6,5. f) Kadar unsur hara N, P, K, Ca, Mg cukup sampai tinggi. Sedangkan pada kopi Robusta memerlukan kemiringan tanah kurang dari 30 % dengan kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, dan tekstur tanah berlempung (loamy) dengan struktur tanah lapisan atas remah. Sifat kimia tanah (terutama pada lapisan 0 – 30 cm) : a) Kadar bahan organik > 3,5 % atau kadar C > 2 %. b) Nisbah C/N antara 10 – 12. c) Kapasitas
7
Pertukaran Kation (KPK) > 15 me/100 g tanah. d) Kejenuhan basa > 35 %. e) pH tanah 5,5 – 6,5. f) Kadar unsur hara N, P, K, Ca, Mg cukup sampai tinggi (Danarti dan Najayati, 2004). Persemaian Benih Persemaian untuk mendapatkan bahan tanaman diperlukan benih dan entres untuk sambungan dan stek. Benih yang akan digunakan untuk batang bawah harus dipilih dari buah kopi yang baik dan masak dari bahan yang dikehendaki.Kulit dan daging buah dipisahkan dan lendir dibersihkan dengan abu. Setelah itu benih diangin-anginkan selama kurang lebih dua sampai tiga hari (Rr Ermawati, dkk., 2008). Benih yang tersedia kemudian disemaikan pada media yang telah disiapkan. Tanah persemaian harus dipacul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisasisa akar dan bebatuan. Pada bagian atas bedengan diberi lapisan pasir tebal kirakira 5 cm. Bedengan harus diberi naungan dan setiap hari harus disiram dengan air yang cukup tetapi tidak tergenang. Setelah benih berusia tiga bulan harus dipindahkan kepenyemaian lapangan(Tjokrowinoto, 2002). Pada tahap persamaian langkah-langkah yang dilakukan sama seperti budidaya kopi arabika, yaitu benih yang digunakan berasal dari buah yang baik dan masak, dibersihkan terlebih dahulu dari lendir dengan abu sebelum dianginanginkan selama kurang lebih dua sampai tiga hari. Kedalaman tanah persemaian kira-kira 30 cm dan dibersihkan dari sisa akar dan bebatuan. Pada usia tiga bulan,benih
baru
siap
(Rr Ermawati, dkk., 2008).
untuk
dipindahkan
pada
persemaian
lapangan
8
9
10
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Adapun percobaan ini dilakukan pada tanggal 15 Maret 2019 di Lahan Laboratorium Perkebunan C: Budidaya Tanaman Kopi, Kakao dan Teh Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, pada ketinggian ±25 mdpl. Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah benih kopi (Coffea sp.) secukupnya, bambu sebagai penyangga paranet dan membuat tempat persemaian, paranet sebagai naungan, plastik sebagai sungkup, top soil dan pasir sebagai media tanam dan air untuk menyiram tanaman semaian. Adapun alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah cangkul untuk mengambil media tanam top soil dan membersihkan tempat persemaian, parang untuk membuat tempat persemaian, dan kamera sebagai alat dokumentasi. Metode Percobaan Percobaan ini dilakukan dengan membuat tempat persemaian benih kopi (Coffea sp.) di dalam sungkupan dengan media tanam top soil.
11
PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Naungan Naungan dibuat menggunakan paranet dengan panjang naungan 8 m dan lebar 5 m yang disanggah denngan bambu di tiap ujung dan sisinya. Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan adalah top soil : pasir dengan perbandingan 2:1 Persiapan Benih Kopi Benih kopi yang disiapkan adalah benih yang bermutu tinggi dengan daya kecambah dan viabilitas yang tinggi serta sedang tidak mengalami dormansi. Pembuatan Tempat Persemaian Tempat persemaian dibuat menggunakan bambu dengan panjang 4 m dan disungkup dengan plastik serta diberi penyekat. Persemaian Benih kopi yang sudah disiapkan disemai pada media tanam yang terdapat dalam tempat persemaian dengan tinggi guludan adalah 15 cm. Pemeliharaan Penyiraman Setelah benih ditanam, dilakukan penyiaraman agar benih kopi tersebut dapat melakukan imbibisi.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
NO. 1.
GAMBAR
KETERANGAN Dilakukan
sanitasi
lahan
berupa pencabutan gulma baik menggunakan tangan maupaun cangkol.
2.
Dilakukan pembuatan naungan berupa
daun
kelapa
yang
sudah kering dengan tujuan pengaturan
cahaya
yang
masuk secara tidak langsung. 3.
Dilakukan pembuatan media tanam berupa pencampuran top soil dan pasir dengan perbandingan 2:1
4.
Dilakukan
pemilihan
benih
untuk ditanam dengan cara memilih benih yang bagus, sehat dan tidak cacat.
13
5.
Dilakukan penanaman benih kedalam
media
perkecambahan
yang
telah
disipakan. 6.
Dilakukan penyiraman setelah di tanam. Hasil dari gambar merupakan penyiraman dihari kedua.
7.
Dilakukan penutupan dengan serasah pada media tanam setelah
penanaman
benih
selesai. 8.
Dilakukan penutupan di media kecambah
dengan
menggunakan plastik bening.
9.
Diambil foto bersama setelah semua
kegiatan
selesai
dilakukan dengan baik dan benar.
14
Pembahasan Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat dilihat bahwa pada penanaman kopi diperlukannya naungan. Hal ini dikarenakan kopi tidak membutuhkan cahaya matahari penuh sehingga naungan yang digunakan adalah paranet. Hal ini sesuai dengan literatu Tjokrowinoto (1002) yang menyatakan bahwa bedengan harus diberi naungan dan setiap hari harus disiram dengan air yang cukup tetapi tidak tergenang. Setelah benih berusia tiga bulan harus dipindahkan kepenyemaian lapangan. Penanaman kopi yang telah dilakukan diupayakan tidak terjadi kegagalan. Untuk itu, benih kopi yang digunakan haruslah benih kopi yang bermutu. Benih kopi yang digunakan sebagai bahan tanam haruslah berasal dari buah yang berkualitas baik untuk menghindari terjadinya gagal dikarenakan
akan
mengalain
kerugian
baik
berkecambah. Hal ini
secara
ekonomi
maupun
produktivitasnya. Hal ini sesuai dengan literatur Rr Ermawati, dkk. (2008) yang menyatakan bahwa pada tahap persamaian langkah-langkah yang dilakukan sama seperti budidaya kopi arabika, yaitu benih yang digunakan berasal dari buah yang baik dan masak, dibersihkan terlebih dahulu dari lendir dengan abu sebelum diangin-anginkan selama kurang lebih dua sampai tiga hari. Berdasarkan praktium yang telah dilaksanakan, persemaian benih yang dilakukan menggunakan media tanam lapisan atas atau top soil yang remah sesuai dengan syarat tumbuh dari kopi arabika maupun kopi robusta. Hal ini sesuai dengan literatur Danarti dan Najayati (2004) yang menyatakan bahwa pada kopi Arabika memerlukan kemiringan tanah kurang dari 30 % dengan kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, tekstur tanah berlempung (loamy) dengan struktur tanah lapisan atas remah. Sedangkan pada kopi Robusta memerlukan kemiringan tanah
15
kurang dari 30 % dengan kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, dan tekstur tanah berlempung (loamy) dengan struktur tanah lapisan atas remah. Dari percobaan membuat tempat persemaian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa adanya menggunakan naungan untuk menghindari cahaya matahari penuh sehingga dalam pembibitan kopi, perlunya diperhatikan intensitas cahaya matahari. Hal ini sesuai dengan literatur Baliza et al (2012) yang menyatakan bahwa kopi yang memiliki perbedaan dalam jumlah penerimaan cahayanya akan berdampak pada pertumbuhan kopi itu sendiri. Daun kopi merupakan bagian utama pada kopi yang terkena dampak pertama ketika mendapatkan cahaya matahari yang berbeda. Dalam dilakukannya pembibitan kopi, diperlukannya untuk mengetahui jenis kopi yang hendak ditanam yang dapat disesuaikan dengan lingkungan setempat. Cita rasa dan kualitas buah kopi yang akan dihasilkan sangat tergantung pada ketinggian tempat. Hal ini sesuai dengan literatur Rr Ermawati, dkk. (2008) yang menyatakan bahwa kopi harus memiliki kondisi lingkungan yang tepat agar tanaman kopi dapat tumbuh dan memiliki produksi yang baik. Kopi memiliki sarat tumbuh lain agar menghasilkan produksi yang maksimal yaitu ketingian lahan yang akan di gunakan sebagai lahan pertanaman kopi.
16
KESIMPULAN 1. Dari gambar yang tertera pada hasil, dapat dilihat bahwa pada penanaman
kopi diperlukannya naungan. 2. Benih kopi yang digunakan sebagai bahan tanam haruslah berasal dari buah
yang berkualitas baik untuk menghndari terjadinya gagal berkecambah. 3. Pada persemaian benih yang dilakukan, menggunakan media tanam lapisan
atas atau top soil yang remah sesuai dengan syarat tumbuh dari kopi arabika maupun kopi robusta. 4. Dari percobaan membuat tempat persemaian yang dilakukan, dapat dilihat
bahwa adanya menggunakan naungan untuk menghindari cahaya matahari penuh sehingga dalam pembibitan kopi, perlunya diperhatikan intensitas cahaya matahari. 5. Dalam dilakukannya pembibitan kopi, diperlukannya untuk mengetahui jenis
kopi yang hendak ditanam yang dapat disesuaikan dengan lingkungan setempat. Cita rasa dan kualitas buah kopi yang akan dihasilkan sangat tergantung pada ketinggian tempat.
17
DAFTAR PUSTAKA AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta : Kanisius. Cambrony, H.R. 1992. Coffee Growing. The tropical agriculturist. The Macmillan Press LTD, London. Danarti dan Najayati. 2004. Kopi Indonesia. Visindo. Jakarta. Lestari, O. 2016. Analisis Usaha Tani dan Efisiensi Pemasaran Kopi (Coffea sp.) Di Kecamatan Pulau Panggun Kabupaten Tanggamus. Universitas Lampung: Lampung. Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta Selatan: PT Agro Media Pustaka Rahardjo, P. 2012. Kopi Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Jakarta : Penebar Swadaya. Rakasiwi, D. 2018. Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Tani Kopi Di Desa Sukapura Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Universitas Lampung: Lampung. Rr.Ernawati.R.,Arief. W., dan Slameto.2008.Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Bogor : Agro Inovasi. Syamsulbahri. 2006. Pertanian Kopi Indonesia. Tarsito. Bandung. Tondok, A.R. 1999. Kebijakan Pengembangan Kopi di Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 15 (1) : 1-21