Persebaran Manusia Di Kepulauan Indonesia.docx

  • Uploaded by: nhur intan suraya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Persebaran Manusia Di Kepulauan Indonesia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,395
  • Pages: 6
PERSEBARAN MANUSIA DI KEPULAUAN INDONESIA

Berdasarkan geologi, waktu sejak terjadinya bumi hingga sekarang terbagi dalam beberapa zaman. Zaman Neozoikum khususnya zaman kuarter, merupakan zaman yang penting, sebab pada masa itu mulai muncul manusia purba. Menurut penyelidikan para ahli sebelum ada manusia seperti sekarang ini, telah ada makhluk pendahulu manusia yang disebut Australopithecus, yang artinya kera dari selatan. Manusia purba yang muncul mengalami perkembangan, yakni dari Pithecanthropus sampai Homo Sapiens. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan. Pada masa antara tahun 2000 -300 SM mereka mengadakan perpindahan secara bergelombang. Gerak perpindaha mereka ke pulau-pulau di sebelah selatan. Dengan rakit dan perahu cadik mereka mengarungi lautan selatan yang luas dan akhirnya sampai ke Nusantara. Nah, untuk memahami materi bab ini dengan baik, ikuti uraian materi berikut ini dengan saksama!

A. Keadaan Alam dan Perkembangan Makhluk Hidup Berdasarkan geologi (ilmu yang mempelajari lapisan kulit bumi), sejak mulai terjadinya bumi sampai sekarang, dapat dibagi menjadi beberapa zaman sebagai berikut. 1. Zaman Azoikum Zaman ini berlangsung kurang lebih 2500 juta tahun. Kulit bumi masih sangat panas karena masih dalam proses pembentukan. Oleh karena itu, pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan. 2. Zaman Paleozoikum Zaman ini berlangsung kurang lebih 340 juta tahun. Keadaan masih belum stabil, iklim masih berubah-ubah dan curah hujan sangat besar. Akan tetapi pada zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan seperti makhluk bersel satu, hewan-hewan kecil yang tidak bertulang punggung, jenis-jenis ikan, amfibi dan reptil. Ada pula jenis tumbuh-tumbuhan ganggang dan rerumputan.

1

Zaman ini juga disebut Zaman Primer (Zaman Pertama). 3. Zaman Mesozoikum Zaman ini berlangsung kurang lebih 140 juta tahun. Zaman ini juga disebut Zaman Sekunder. (Zaman Kedua). Pada zaman ini, beberapa jenis amfibi tumbuh menjadi besar sekali bahkan ada yang melebihi seekor buaya. Demikian juga reptil mencapai bentuk yang sangat Besar seperti Dinosaurus, Tyranosaurus dan Brontosaurus. Ada pula reptil yang memiliki sayap dan mampu terbang berjamjam di udara untuk mencari mangsa. Salah satu jenis reptil ini adalah Pteranodon. Oleh karena zaman ini berkembang berbagai jenis reptil, maka zaman ini disebut juga Zaman Reptil. Pada akhir zaman Mesozoikum, hewan sejenis mamalia sudah mulai ada. 4. Zaman Neozoikum Zaman ini merupakan zaman kehidupan baru. Zaman ini berlangsung kurang lebih 60 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Zaman Neozoikum dibagi atas dua zaman, yakni Zaman Tersier dan Zaman Kwarter. a. Zaman Tersier (Zaman Ketiga) Zaman ini dibagi menjadi beberapa masa, yaitu Paleosen, Eosen, Oligosen, Miosen, dan Pliosen. Pada Zaman Tersier, binatang-bintang menyusui berkembang pesat; sedangkan reptil-reptil raksasa lambat laun lenyap. Pada zaman Pliosen, makhluk primata (binatang menyusui serupa kera) mulai nampak. Pada zaman ini pula hidup hewan yang lebih besar daripada gorilla yang disebut Gigantrhopus (Kera Manusia Raksasa). Gigantrhopus hidup berkelompok sehingga mereka bisa berkembang biak dan menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Selain Gigantrhopus, juga hidup mahkluk lain yang disebut Austalopithecus (Kera Manusia dari Selatan) yang ditemukan di Afrika Selatan dan Afrika Timur, sedangkan di Kalimantan Barat dari kala Eosen akhir ditemukan fosil hewan vertebrata, yaitu Anthracotherium dan Choeromous (sebangsa babi hutan) yang juga ditemukan di Asia. Penemuan fosil ini membuktikan bahwa zaman Eosen akhir, Kalimantan Barat bergabung dengan daratan Asia.

2

b. Zaman Kuarter (Zaman Keempat) Zaman ini mulai sejak sekitar 600.000 tahun yang lalu, dibagi menjadi dua kala, yaitu kala Pleistosen (Dilivium) dan kala Holosen (Alluvium). 1) Kala Pleistosen Kala Pleistosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Kala Pleistosen menjadi sangat penting, karena pada masa ini mulai muncul manusia purba. Keadaan alam kala ini masih liar dan lebih karena silih bergantinya dua zaman, yaitu zaman Glasial dan zaman Interglasial. Zaman Glasial adalah zaman meluasnya lapisan es di kutub utara, sehingga Eropa dan Amerika bagian utara tertutup es. Permukaan air laut turun disertai naiknya di beberapa tempat karena pergeseran bumi, Indonesia menjadi kering, sehingga muncul Sunda Plat dan Sahul Plat. Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Malaysia Barat bergabung menjadi satu benua dengan benua Asia. Kalimantan Utara bergabung dengan Filipina dan Taiwan (Formusa) terus ke benua Asia. Begitu juga Sulawesi mulai Minahasa, Pulau Sangir bergabung ke Filipina Zaman Interglasial adalah zaman di antara dua zaman Es. Temperatur naik sehingga lapisan es di kutub utara mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan terjadi banjir besar-besaran di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan banyak daratan terpisah-pisah oleh lautan dan selat. Pada kala Pleistosen ini, hanya hewan-hewan yang berbulu tebal yang mampu bertahan hidup. Salah satunya adalah Mammoth (gajah berbulu tebal). Hewan yang berbulu tipis pindah ke daerah tropis. Perpindahan binatang dari Asia Daratan ke Pulau Jawa, Sulawesi dan Filipina ada yang melalui Jalan Barat, yakni melalui Malaysia ke Jawa. Ada juga yang melalui Jalan Timur, yakni Formusa, Filipina ke Sulawesi. Garis Wallace adalah garis daratan selat Makasar dan Lombok yang merupakan batas antara dua jalan penyebaran binatang tersebut. Selain itu, juga terjadi perpindahan manusia purba dari Asia ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya dalam jumlah besar.

3

Sinanthropus Pekinesis di Peking, Cina yang sejenis dengan Pithe-canthropus Erectus dari Trinil Ngawi. Demikian pula, alat-alat Pacitan ditemukan pula di Cina, Birma dan Malaysia. Homo Wajakensis yang merupakan nenek moyang bangsa Australoid pada kala Pleistosen Tengah dan Pleistosen Atas menyebar dari Asia ke selatan. 2) Kala Holosen Pada awal kala Holosen, sebagian besar es di kutub sudah lenyap, sehingga permukaan air laut naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah Paparan Sunda dan Paparan Saul tergenang air dan menjadi laut transgresi. Dengan demikian, muncullah pulau-pulau di Nusantara. Manusia purba lenyap dan muncullah manusia cerdas (Homo Sapiens) seperti manusia sekarang.

B. Kronologis Perkembangan Biologis Manusia 1. Asal Usul Manusia Menurut penyelidikan para ahli, sebelum ada manusia seperti sekarang ini, telah ada makhluk pendahulu manusia yang disebut Australopithecus, artinya kera dari selatan. Mereka hidup antara 8 juta - 2 juta tahun yang lalu. Keadaannya mirip dengan kera, tetapi jalannya tegak seperti manusia. Mereka adalah jenis pemakan tumbuh-tumbuhan dan daging (omnivorus). Mereka hidup di padangpadang terbuka dan bertempat tinggal di gua-gua. Dalam teori evolusinya, Charles Darwin (1809-1882) mengatakan bahwa manusia dan kera adalah satu keturunan. Teori ini dikemukakan pada tahun 1864. Namun, pada waktu itu belum dapat ditemukan bukti, sehingga terdapat apa yang disebut missing link, artinya mata rantai yang hilang. Ketika E. Dubois menemukan jenis mahkluk purba Pithecanthropus Erectus (1890), di Trinil, Ngawi lembah Bengawan Solo, penemuannya dianggap sangat penting. Sebab, makhluk ini dianggap sebagai missing link seperti yang dikemukakan oleh para ahli. Berdasarkan penyelidikan dapat diketahui bahwa jenis manusia ini mempunyai isi atau volume otak 900 cc. Duduk kepalanya di atas leher, tulang keningnya menonjol ke muka, bagian hidung bergandeng menjadi satu.

4

Ciri-ciri lainnya, tulang dahinya lurus ke belakang, tulang kakinya sudah cukup besar, gerahamnya masih besar. Dari ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jenis manusia itu merupakan makhluk yang kedudukannya antara manusia dan kera, tetapi sudah dapat berjalan tegak. Penemuan tersebut dalam dunia pengetahuan dianggap sangat penting karena menjadi bukti dan dapat memecahkan permasalahan yang dikemukakan oleh Charles Darwin dalam Teori Evolusinya. Bagan konsepsi lama mengenai missing link dan konsepsi baru mengenai mahkluk induk Konsep Lama Konsep Baru Manusia, Ditinjau dari sudut biologi (ilmu hayat), manusia merupakan salah satu dari sejuta lebih jenis makhluk yang ada dan termasuk golongan binatang menyusui atau mamalia. Dalam kelas mamalia yang merupakan kelas besar dapat dibagi atas suku diantaranya ada yang disebut suku Primat. Termasuk dalam suku Primat adalah manusia jenis kera, mulai dari yang kecil (Tarsii) sampai pada yang besar, seperti Gorila dan manusia masuk di dalamnya. Suku Primat terbagi ke dalam subsuku, yaitu subsuku Prosimii dan subsuku Anthropoid. Para ahli biologi menempatkan manusia ke dalam suku-suku Anthropoid, yang kemudian masih dibagi lagi menjadi tiga infrasuku, yaitu infrasuku Ceboid, infrasuku Cercopithecoid, dan infrasuku Hominoid. Dalam infrasuku Ceboid termasuk semua jenis kera, baik yang telah punah maupunyang sekarang masih hidup di daerah khatulistiwa, khususnya di benua Amerika; dalam infrasuku Cercopithecoid termasuk semua jenis kera, baik yang telah maupun yang sekarang hidup di kawasan tropis benua Asia dan Afrika; dan dalam infrasuku Hominoid termasuk semua jenis kera besar dan manusia. Infrasuku Hominoid kemudian secara lebih khusus dibagi lagi ke dalam dua keluarga, yaitu Pongidae dan Hominidae. Keluarga Pongidae adalah beberapa jenis kera besar yang hidupnya terutama di daerah Asia dan Afrika (misalnya kera Gibbon, Orangutan, Simpanse dan Gorila) sedangkan keluarga Hominidae adalah manusia purba jenis Pithecantropus dan Neandertal, serta manusia yang ada sekarang yang disebut Homo Sapiens, artinya manusia cerdas. Fosil jenis Pithecantropus ditemukan di Jawa, sedangkan fosil jenis Neandertal ditemukan di Dusseldorf di Jerman. Secara lebih khusus Homo Sapiens terbagi ke dalam

empat ras, yakni ras Australoid, ras Mongoloid, ras Caucasoid, dan ras Negroid.

Related Documents


More Documents from "arryan budi tadjuddin"