A. Persarafan kandung kemih, Pengendalian kandung kemih dan pengeluaran kandung kemih merupakan proses yang sangat kompleks dan melibatkan persarafan antara lain: 1. Medula Spinalis Sistim saraf parasimpatis kandung kemih berasal dari medulla spinalis sakralis II-IV, yang keluar sebagai pleksus pelvikus dan pleksus sakralis dan menuju kandung kemih sebagai N. Pudendus. Perangsangan sistem parasimpatis ini akan menyebabkan kontraksi otot-otot detrusor dan sedikit silatsi sfingter unternum kandung kemih. (Nanan, 2004). Safar simpatis kandung kemih berasal dari medulla spinalis torakal XIlumbal II, keluar melalui pleksus hipogastrik terus kekandung kemih Reseptor sistim simpatis terdiri dari alfa dan beta. Reseptor alfa terutama terletak dibagian leher kandung kemih otak polos disekitar pangkal uretra. Perangsangan pada reseptor alfa akan menyebabkan kontraksi bagian bawah kandung kemih. Sehingga menghambat pengosongan kandung kemih. Inhibisi reseptor alfa akan menyebabkan relaksasi leher kandung kemih dan bagian proksimal uretra sehingga terjadi miksi. (Nanan, 2004). Reseptor beta terutama terletak dibagian korpus kandung kemih. Perangsangan reseptor beta mengakibatkan relaksasi otot-otot detrusor, sehingga terjadi penampungan air kemih dan inhibisi reseptor beta menyebabkan kontraksi otot detrusor dan peningkatan tekanan di dalam kandung kemih diikuti dengan pengosongan kandung kemih.(Nanan S, 2004). 2. Pengaturan miksi oleh otak dibagi menjadi 3 : Pengosongan kandung kemih merupakan reflex medulla spinalis yang bersifat otomatis. Tapi hal ini dapat dihambat atau dipermudah oleh pusat-pusat di otak. Di otak terdapat 3 pusat yang dapat mengendalikan miksi, yaitu: a.
Pusat inhibisi menggambar reflex miksi dalam beberapa saat sampai kita ingin miksi. b. Pusat inhibisi akan menghambat miksi walaupun telah timbul refleks miksi dengan jalan kontraksi tonus otot sfingter eksternum kandung kemih, sampai ada tempat dan waktu yang tepat untuk miksi. c. Bila tiba waktunya untuk miksi, maka pusat-pusat ini akan: - Mempermudah pusat miksi di medula spinalis sakralis untuk memulai refleks miksi. - Menghambat kontraksi otot sfingter eksternum kandung kemih, sehingga terjadi pengeluaran air kemih. 3. Siklus miksi A. Fase penampungan Fase ini tergantung pada kapasitas kandung kemih yang adekuat, kemampuan memperbesar volume kandung kemih dengan tekanan yang tetap rendah elastisitas kandung kemih. Faktor-faktor ini akan menghambat timbulnya perasaan penuh serta mampu menahan mekanisme pengeluaran air kemih. (Nanan S, 2004)
B. Fase ekspulsi Fase ini terdiri dari: a. Mampu mengawali otot detrusor secara lengkap sehingga terjadi peningkatan tekanan yang cepat dan progresif di dalam kandung kemih. b. Kemampuan relaksasi dari sistim pengeluaran saluran kemih, sehingga air kemih bisa dikeluarkan dari kandung kemih. c. Kemampuan hubungan ureterovesika untuk melindungi saluran kemih bagian atas dari tekanan tinggi di dalam kandung kemih, sehingga air kemih tidak mengalir ke ureter. 4. Perkembangan pengendalian kandung kemih Neonates: miksi terjadi secara spontan dan merupakan refleks modula spinalis. Bila jumlah air kemih bertambah, maka kandung kemih akan mengambang dan akan terjadi lingkaran refleks yang menimbulkan kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter eksternum kandung kemih. (Nanan, 2004). Umur 1-2 tahun: kapasitas kandung kemih mulai bertambah besar dan terjadi maturasi lobus frontalis dan parietalis otak. Pada saat ini anak sudah menyadari bahwa kandung kemihnya penuh, tetapi mereka belum mampu mengendalikan miksi. (Nanan S, 2004). Umur 2-5 tahun: kurang lebih 90% anak wanita dan 80% anak laki-laki sudah mengetahui cara dan gunanya miksi. Bila seorang anak sudah berjalan dan membuka celana sendiri, mereka sudah dapat mengendalikan kandung kemih sesuai dengan tempat dan waktu misi. (Nanan S, 2004). Umur 3 tahun: anak akan pergi ke kamar mandi bila ingin miksi dan mereka sudah dapat menahan miksi dalam waktu yang cukup lama, terutama sedang bermain. Anak-anak biasanya akan kencing sekitar 8-14 kali/hari. Pada umurnya anak berumur 3 tahun sudah mampu mengendalikan kandung kemih pada siang hari. (Nanan S, 2004). Pengendalian ngompol pada malam hari biasanya tercapai pada umur 2,5-3,5 tahun, dan sekitar 75% anak berumur 3,5 tahun sudah tidak ngompol pada malam hari. Kematangan seorang anak untuk dapat mengendalikan kandung kemih tergantung dari : 1) kapasitas kandung kemih yang adekuat. 2) pengendalian sfingter eksternum kandung kemih secara sadar untuk memulai atau mengakhiri miksi.
3) pengendalian pusat miksi di otak untuk merangsang atau 4) menghambat miksi pada berbagai tingkat kapasitas kandung kemih. (Nanan S, 2004). Umur 4,5 tahun: kurang lebih dari 88% anak sudah mampu mengendalikan kandung kemih secara lengkap. Umur 5 tahun: anak akan kencing 5-8 kali/hari dan mereka akan menolak miksi bila bukan pada tempatnya. Pada umur ini 98,5% anak sudah mampu mengendalikan kandung kemih secara lengkap.