Pernyataan Terbuka

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pernyataan Terbuka as PDF for free.

More details

  • Words: 8,088
  • Pages: 24
1

«!#$ Ο É ¡ ó 0Î Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh Muqoddimah1 Segala puji bagi Alloh, kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan memohon ampun kepada-Nya. Dan kami berlindung kepada Alloh dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan dari keburukan amal-amal kami, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh maka tidak akan ada yang mampu menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Alloh maka tidak akan ada yang mampu menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali hanya Alloh yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya.

∩⊇⊃⊄∪ tβθßϑÎ=ó¡•Β ΝçFΡr&uρ āωÎ) ¨è∫θèÿsC Ÿωuρ ϵÏ?$s)è? ¨,ym ©!$# (#θà)®?$# (#θãΨtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dengan sebenarbenarnya takwa, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan Islam.” (QS. Ali ‘Imran: 102)

£]t/uρ $yγy_÷ρy— $pκ÷]ÏΒ t,n=yzuρ ;οy‰Ïn≡uρ <§ø‾Ρ ÏiΒ /ä3s)n=s{ “Ï%©!$# ãΝä3−/u‘ (#θà)®?$# â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 tΠ%tnö‘F{$#uρ ϵÎ/ tβθä9u!$|¡s? “Ï%©!$# ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 [!$|¡ÎΣuρ #ZŽÏWx. Zω%y`Í‘ $uΚåκ÷]ÏΒ ∩⊇∪ $Y6ŠÏ%u‘ öΝä3ø‹n=tæ “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Alloh menciptakan isterinya, dan dari keduanya Alloh memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An Nisaa’: 1)

öÏøótƒuρ ö/ä3n=≈yϑôãr& öΝä3s9 ôxÎ=óÁム∩∠⊃∪ #Y‰ƒÏ‰y™ Zωöθs% (#θä9θè%uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩∠⊇∪ $¸ϑŠÏàtã #——öθsù y—$sù ô‰s)sù …ã&s!θß™u‘uρ ©!$# ÆìÏÜムtΒuρ 3 öΝä3t/θçΡèŒ öΝä3s9 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar,

1

Ini adalah khutbatul hajjah, pembuka khutbah yang seringkali dipakai oleh Rosululloh  untuk membuka khutbah-khutbahnya, yang menunjukkan betapa penting makna dan kandungan khutbah ini, maka perhatikanlah.

2

Niscaya Alloh memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Alloh dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzaab: 7071) Amma ba’du Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabulloh, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan seburukburuk perkara adalah yang diada-adakan dalam agama, setiap yang diadaadakan dalam agama adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. Pendahuluan (dimulai tanggal 30 November 2008, setelah pelatihan ISO) Teman, sejenak luangkan lah waktu kalian. Aku tau kalian sedang sibuk dengan penelitian, organisasi, agenda, dan tujuan-tujuan lainnya. Tapi sejenak saja teman, kita berbicara tentang tujuan hakiki kita di dunia ini, untuk beribadah kepada Alloh, pencipta kita, pemberi rizki kita, yang akan mematikan kita, kemudian membangkinkan kita, dan akan meminta pertangungjawaban kepada kita. Teman, semoga Alloh merahmati kalian, ini adalah sebuah pandanganku mengenai kehidupan kita. Aku tidak bermaksud menghakimi, juga tidak bermaksud menggurui, tapi aku hanya ingin berbagi kebaikan dengan kalian. Kenapa? Karena aku mencintai kebaikan, dan aku menginginkan kesempurnaan iman, sebagaimana hadits Rosululloh  yang artinya: “Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Rhodiallohu‘anhu –pelayan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam-, dari Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan seseorang diantara kamu sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”2 Selain itu, aku juga ingin menyampainkannya hal ini kepada kalian karena aku takut tertuduh sebagai “Penyembunyi Ilmu” jika aku tidak menyampaikannya kepada kalian, juga ini sebagai bentuk saling menasehati sebagaimana yang Alloh  firmankan:

ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# āωÎ) ∩⊄∪ AŽô£äz ’Å∀s9 z≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) ∩⊇∪ ΎóÇyèø9$#uρ ∩⊂∪ Ύö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

2

Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim, termuat dalam Arba’in An Nawawiyah hadits no. 13.

3

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Asr [103]: 1-3) Sebelumnya, aku sadar tulisan ini cukup berat untu dicerna, jadi sekarang pilihlah, apakah kalian akan membaca ini sampai selesai atau tidak, jika tidak maka tutuplah pesan ini lalu hapus, karena aku khawatir jika kalian membacanya hanya sebagain, atau hanya sekilas, tanpa berusaha memahaminya, justru membuat kalian menyalah artikan apa yang sebenarnya ingin kusampaikan. Jadi pilihlah, terus atau berhenti. Dan jika pilihannya adalah terus membaca sampai selesai, maka ini lah lanjutannya. Bukalah Mata Kalian Sebelumnya maaf jika hal ini akan sedikit membebani pikiran kalian. Tapi bagaimana pun ini harus disampaikan agar kalian bisa melihat sisi-sisi yang selama ini tidak pernah kalian liat. Dengan melihat berbagai sisi (baik yang saling menguatkan atau justru saling bertentangan) maka permasalahan akan lebih objektif untuk dipahami karena semakin banyak pertimbangan yang kita miliki. Aku akan memulainya dengan sebuah sabda Rosululloh  yang artinya: “Islam dimulai dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing sebagaimana ia mulai, maka beruntunglah orang-orang asing itu.”3 Dan, sebagai bukti keterasingan Islam bahkan di tengah umat Islam sendiri, renungilah beberapa hal ini, maaf jika hal-hal ini akan sedikit banyak menggugat prinsip-prinsip hidup kalian, tapi ya itu, bagaimana pun juga kalian harus tau, agar kalian memiliki bahan untuk pertimbangan atas prinsip-prinsip hidup kalian. Betapa Terasingnya Ajaran Islam Sebelumnya, tancapkan dulu ayat ini dalam jantung-jantung kalian:

ôÏΒ äοuŽzÏƒø:$# ãΝßγs9 tβθä3tƒ βr& #—øΒr& ÿ…ã&è!θß™u‘uρ ª!$# |Ós% #sŒÎ) >πuΖÏΒ÷σãΒ Ÿωuρ 9ÏΒ÷σßϑÏ9 tβ%x. $tΒuρ ∩⊂∉∪ $YƏÎ7•Β Wξ≈n=|Ê ¨≅|Ê ô‰s)sù …ã&s!θß™u‘uρ ©!$# ÄÈ÷ètƒ tΒuρ 3 öΝÏδ̍øΒr& “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab [33]: 36) Dan juga firman-Nya :

3

Diriwayatkan oleh Muslim dakam kitab Al Iman, bab: Penjelasan bahwa Islam itu dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing (di dalam Sandiwara Langit karya Abu Umar Basyier)

4

(#θçΡθä3tƒ Ÿωuρ Èd,ptø:$# zÏΒ tΑt“tΡ $tΒuρ «!$# ̍ò2Ï%Î! öΝåκæ5θè=è% yìt±øƒrB βr& (#þθãΖtΒ#u tÏ%©#Ï9 Èβù'tƒ öΝs9r& öΝåκ÷]ÏiΒ ×ŽÏWx.uρ ( öΝåκæ5θè=è% ôM|¡s)sù ߉tΒF{$# ãΝÍκöŽn=tã tΑ$sÜsù ã≅ö6s% ÏΒ |=≈tGÅ3ø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$%x. ∩⊇∉∪ šχθà)Å¡≈sù “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Alloh dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hadiid [57]: 16). Jika hati kalian sudah siap, maka inilah beberapa hal yang menunjukkan keterasingan Islam itu: Pertama, yang paling mendasar, tentang makna kalimat La ilaha illalloh. Sering kita dapati sebagian orang yang mengartikan kalimat La Ilaha Illalloh dengan “Tidak ada tuhan selain Alloh”. Sekilas pengartian ini benar, padahal di dalamnya terdapat kesalahan fatal. Kenapa? Karena ini hanya penerjemahan kata per kata, tidak menggambarkan makna yang sesungguhnya. Kata Ilah berarti sesembahan, sesuatu yang disembah. Jadi, bila kita artikan secara bahasa, maka kalimat tersebut berarti “Tidak ada sesembahan selain Alloh” yang mengandung pengertian “Bahwa sesuatu yang disembah, itulah Alloh”. Kalimat ini hanya benar bila sesembahan itu hanya satu. Padahal, di dunia ini ada begitu banyak sesembahan, nasrani menyembah ‘Isa, budha menyembah sidarta, hindu menyembah brahmana, wisnu, dan siwa, pemburu harta menyembah uang, dan lain sebagainya. Akibatnya, kalimat sebelumnya akan bermakna “Semua sesembahan adalah Alloh”. Jadi, dapat dikatakan bahwa isa, budha, wisnu, siwa, dan lainya adalah Alloh. Padahal telah pasti bahwa Alloh hanya satu. Jika seperti ini, maka apalah gunanya diutus para Rosul untuk menegakkan tauhid padahal kalimat tauhid sendiri menjadi pintu syirik? Tampak jelas kesalahan fatal dari penerjemahan ini. Maka kita perlu penerjemahan yang menggambarkan makna sebenarnya. Setelah kita mengetahui kesalahan penerjemahan di atas, maka pengertian yang benar dari kalimat La Ilaha Illalloh adalah “La Ma’bud bi Haqqin Illalloh”, yaitu “Tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Alloh”. Makna ini mengandung dua hal yaitu: 1. An-Nafyu atau meniadakan, yaitu membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Alloh. 2. Al-Itsbat atau penetapan, yaitu menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Alloh, dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya (yaitu pemurnian ketaatan hanya pada Alloh dalam segala hal).

5

Kemudian, kalimat La ilaha ilalloh memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk kesempurnaan iman kita, yaitu ilmu, yakin, ikhlas, jujur, cinta, tunduk, menerima, dan kufur kepada semua sesembahan selain Alloh. Sudahkah syarat-syarat ini kita penuhi? Sudahkah kita mengilmui makna La ilaha ilalloh sehingga setiap kita mengucapkan kalimat itu kita paham dengan segala konsekuensi dari kalimat itu, dengan segala susah dan senang yang harus kita terima akibat mengucapkan kalimat itu? Sudahkah kita mengilmuinya sehingga kita mengucapkan kalimat itu dengan kesadaran? Dengan yakin, ikhlas, jujur, cinta, tunduk, menerima, dan kufur kepada semua sesembahan selain Alloh ? Ataukah kita hanya mengucapkannya begitu saja? Atau ikut-ikutan karena orang tua kita muslim? Sudahkah kita mengucapkan kalimat itu dengan yakin? Yang dengan yakin itu akan membedakan kita dengan orang-orang yang ragu akan keesaan Alloh . Yang dengan keyakinan itu akan membuat kita mantap menjalankan segala konsekuensi berupa perintah dan larangan dengan yakin. Ataukah kita mengucapkannya dengan keraguan yang kemudian membuat kita ragu dan enggan untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Sudahkah kita ikhlas mengucapkan kalimat tauhid itu? Ikhlas yang benarbenar bersumber dari kesadaran yang dibangun di atas ilmu dan keyakinan. Ikhlas yang membuat kita begitu mudah menjalankankan perintah dan menjauhi larangan karena kita tahu apa balasan yang akan kita terima. Ataukah kita hanya mengucapkannya karena ikut-ikutan? Sudahkah kita jujur mengucapkannya? Jujur yang menunjukkan keserasian antara apa yang kita ucapkan dengan apa yang kita yakini dalam hati. Jujur yang membedakan kita dengan orang munafik yang lisannya mengaku beriman namun hatinya mengingkari. Ataukah kita mengucapkan apa yang tidak ada di hati-hati kita? Sudahkah kita mengucapkannya dengan penuh cinta? Cinta yang membuat kita selalu ingat pada-Nya, yang membuat kita patuh pada perintah-Nya? Atukah kita mengucapkan kalimat itu dalam keadaan kecintaan kita penuh tertuju pada selain Dia ? Sudahkah kita mengucapkan kalimat itu dengan penuh ketundukan terhadap segala konsekuensinya berupa perintah dan larangan? Ataukah kita mengucapkan kalimat itu sementara menanggapi perintah dan larangan dengan ucapan “Iya sih, tapi kan...”? Sudahkah kita mengucapkan kalimat itu dengan penuh penerimaan? Menerima segala konsekuensi seberat apapun sebagaimana menerima konsekuensi yang paling manis. Menerima dengan tidak membeda-bedakan antara yang ringan dan berat. Menerima dengah kaffah (menyeluruh). Ataukah kita mengucapkannya sementara kita menolak perintah dan larangan Alloh  dan begitu berat untuk menerima perintah-Nya?

6

Sudahkah kita mengucapkan kalimat itu dengan mengkufuri semua sesembahan selain Alloh ? Yang dengannya kita hanya berhukum dengan hukum Alloh? Atau kah kita mengucapkan kalimat itu sementara kita membuang begitu saja hukum-hukum Alloh ? Enggan mencari tahu atau bahkan pura-pura tidak tahu tentang hukum Alloh? Sudahkah? Dan Sudahkah? Kemudian, termasuk iman adalah loyalitas terhadap kaum muslimin dan anti pati terhadap kaum kuffar. Sudahkah ini dilakukan? Bukankah sebagian kaum muslimin dengan begitu mudahnya mengucapkan “Selamat Natal” pada kaum nashrani? Dimanakah sikap antipati itu? Kembalilah teman, kembalilah, lihatlah kondisi umat Islam yang terhina di berbagai belahan bumi. Siapa yang akan mengembalikan kemulian Islam jika umat Islam nya sendiri jauh dari agamanya? Percuma kita teriak-teriak di jalan membawa bendera, poster, spanduk, dan lainnya, sementara pemikiran orangorang kafir bercokol di kepala-kepala kita. Ketahuilah teman, umat ini hanya akan jaya jika kita kembali pada ajaran agama kita, ajaran yang sempurna. Lihatlhah, bahkan di masalah yang paling prinsip, betapa terasingnya Islam. Kedua, tentang amalan yang akan menjadi amal pertama yang dihisab kelak diakhirat, yang bila amal ini baik maka akan baik lah amal lainnya, tapi bila amal ini buruk, maka akan buruklah amal lainnya, yaitu sholat. Pertanyaannya, sudah benarkan sholat kita? Apa dasarnya? Sebelumnya, aku ingin menunjukkan sebuah kenyataan yang cukup menyedihkan, ketika kita telah dibutakan oleh dunia, lalu mengabaikan (jika tidak mau disebut “melupakan”) akhirat. Cobalah renungkan, ketika kita kuliah mempelajari suatu materi, kita begitu kritis, ingin mengetahui sepaham-pahamnya dan sedetail-detailnya, kita cari sumber ilmunya, kita bangga bila belajar dari dosen-dosen dengan gelar profesor dan doktor, kita korbankan waktu tidur untuk mengejar laporan, apalagi jika sedang ujian, lupalah kita pada kelelahan, dan seterusnya, dan seterusnya. Yah, begitu semangatnya kita mengejar ilmu dunia, padahal yang kita dapatkan (kasarnya) hanyalah penghargaan berupa huruf “A”. Tapi lihatlah ketika kita belajar ilmu agama, khususnya masalah sholat, cukup ambil satu buku “Bimbingan praktis” atau “Bimbingan singkat” lalu membaca dan mempraktekkannya, tanpa ada kekritisan berpikir “Apakah ini cara sholat yang benar”. Tanpa peduli bagian detail dari ibadah itu berupa rukun, syarat, dan wajibnya. Jika kita bertanya pun, kita mencukupkan bertanya pada orang-orang yang dangkal ilmunya, kakak-kakak tingkat yang biasa disebut mentor (!). Padahal, penilaian yang akan kita dapatkan adalah penilaian dari Alloh , nilai mutlak antara surga atau neraka. Inikah yang disebut keadilan? Inikah yang disebut dengan ungkapan klise “Kita harus seimbang antara dunia akhirat”, seimbang macam apakah ini? Betapa sedikitnya orang yang memahami sholat yang benar, betapa terasingnya Islam.

7

Ketiga, tentang menjamurnya musik pada kebanyakan kaum muslimin. Terasa hampa hidup mereka bila tidak bersama musik. Padahal Alloh  berfirman:

$yδx‹Ï‚−Gtƒuρ 5Οù=Ïæ ΎötóÎ/ «!$# È≅‹Î6y™ tã ¨≅ÅÒã‹Ï9 Ï]ƒÏ‰ysø9$# uθôγs9 “ΎtIô±tƒ tΒ Ä¨$¨Ζ9$# zÏΒuρ óΟ©9 βr(x. #ZŽÉ9ò6tGó¡ãΒ 4’‾#x‹tã öΝçλm; y7Í×‾≈s9'ρé& 4 #—ρâ“èδ ∩∠∪ AΟŠÏ9r& A>#x‹yèÎ/ çν÷ŽÅe³t6sù ( #\ø%uρ ϵø‹tΡèŒé& þ’Îû ¨βr(x. $yγ÷èyϑó¡o„ “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Alloh tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Alloh itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” (QS. Lukman [31]: 6-7) Berkata Ibnu Mas’ud  (sahabat Rosululoh yang termasuk ulamanya sahabat) mengenai ayat “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Alloh”, “Demi Alloh, itu adalah lagu. Demi Alloh yang tidak ada Ilah (yang hak) kecuali Dia.” Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. Demikian juga yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas (Sahabat yang merupakan ahli tafsir), Jabir, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Mujahid, Mak-hul, ‘Amr bin Syu’aib, dan Ali bin Badzimah.4 Juga sabda Rosululloh  yang artinya: “Sungguh akan ada sekelompok orang dari umatku yang menghalalkan perzinaan, sutra, minuman keras, dan alat-alat musik.”5 Tapi, kenyataannya, yah kalian punya mata untuk melihatnya, tidak perlu aku perlihatkan. Padahal mereka memiliki Al Qur’an yang tergeletak berdebu di ujung kamar. Padahal jika mereka mau, mereka bisa melantunkan Al Qur’an itu dengan jauh lebih indah dari pada lagu-lagu yang berisi ucapan-ucapan kosong. Bandingkan pula berapa ayat Al Qu’an yang mereka hapal dengan berapa album musik yang mereka hapal. Lihatlah, ketika Al Qur’an terlupakan, betapa terasingnya Islam.

4

di dalam Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 terbitan Pustaka Imam Syafi’i, tafsir surat Luqman ayat 6-7, hal 395. 5 Shahih Bukhori yang dicetak bersama Fathul Bari no. 5590, 10/51 (di dalam Bahaya Lidah, Penyakit Lisan dan Terapinya, tulisan Dr. Sa’id bin ‘Ali Wahf Al Qohthoni, terbitan Media Hidayah, hal. 143)

8

Keempat, telah umum seorang wanita pergi jauh (sebagai musafir) tanpa mahrom (mahromnya wanita: laki-laki yang haram menikah dengannya untuk selamanya). Padahal Rosululloh  bersabda yang artinya: “Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Alloh dan hari akhir untuk melakukan safar selama satu hari satu malam tanpa mahrom.”6 Juga sabda Rosululloh  yang artinya: “Tidak halal bagi wanita muslimah melakukan safar dalam jarak semalam kecuali ditemani seorang laki-laki yang merupakan mahromnya.”7 Aku berbaik sangka bahwa pelanggaran ini bukanlah pada pelanggaran larangan, tapi terjadi karena faktor ketidaktahuan. Sekali lagi lihatlah, betapa asingnya ajaran Islam. Kelima, begitu mudahnya seorang muslim berjabat tangan dengan muslimah yang bukan mahromnya, bahkan mungkin ini terjadi antara muslim dengan non muslim. Padahal, Rosululloh  bersabda yang artinya: Sungguh, kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum itu lebih baik daripada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.”8 Parahnya, banyak juga dari kita yang tidak mengetahui siapa yang mahrom dan siapa yang bukan. Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa sepupu tidak boleh menikah satu dengan lainnya, padahal sepupu adalah “bukan mahrom” yang boleh menikah satu dengan lainnya. Lebih tinggi lagi tingkat pelanggaran ini adalah dalam bentuk pacaran. Perhatikanlah, menyentuh saja diancam seperti itu, bagaimana dengan pacaran?! Jangan membela diri dengan berkata “Pacarannya ga ngapa-ngapain kok”, kalo emang ga ngapa-ngapain, trus ngapai pacaran?! Kalau pun bener ga ngapa-ngapain, tetep aja itu pintu menuju pelanggaran, padahal Alloh melarang mendekati pelanggaran itu:

∩⊂⊄∪ Wξ‹Î6y™ u!$y™uρ Zπt±Ås≈sù tβ%x. …çµ‾ΡÎ) ( #’oΤÌh“9$# (#θç/tø)s? Ÿωuρ “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Israa’ [17]: 32) Dan jangan ada yang berkata “Kan yang dilarang mendekati zina, kalo zina sekalian ya ga papa”, betapa bodohnya ucapan seperti ini. Dari Abu Huroiroh  dari Rosululloh  beliau bersabda: “Sesungguhnya Alloh telah menetapkan pada setiap anak Adam bagiannya dari zina yang pasti akan menemuinya, zinanya mata adalah memandang, zinanya lisan adalah berucap, tangan zinanya adalah memukul, kaki zinanya adalah 6

HR. Bukhori (1088) dan Muslim (1339) (di dalam majalah Al Furqon tahun 6 edisi 5, artikel Haji Wanita Tanpa Mahrom, hal. 58). 7 HR. Bukhori (1088), Muslim (1339), Ahmad (7181), at Tirmidzi (1170), Abu Daud (1733), Ibnu Majah (2899), dan Malik (1833) (di dalam Fiqih Adab karya Fuad bin Abdil Aziz asy Syalhub, terbitan Griya Ilmu, hal. 309). 8 HR. Thabrani, hasan (di dalam Al Furqon IV/10)

9

berjalan, sedangkan jiwa dengan berharap dan berkhayal, yang semua itu dibenarkan atau didustakan oleh kemaluan.”9 Tapi, kenyataannya, sekali lagi kalian pun punya mata untuk melihat ini, betapa terasingan ajaran Islam. Keenam, tentang berpakaian. Aneh bin ajaib, kenapa bisa tertukar antara pria dan wanita. Wanita diperintahkan berhijab10, nyatanya malah berpakaian tapi 9

HR. Bukhori (6243) dan Muslim (2657) (di dalam artikel Ikhtilath, Penyakit Kronis Umat, Majalah Al Furqon tahun VI edisi 6, hal 52) 10

Saudariku, berjilbablah sesuai ajaran Nabimu ! Islam adalah ajaran yang sangat sempurna, sampai-sampai cara berpakaiannya pun dibimbing oleh Alloh Dzat yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita. Bisa jadi sesuatu yang kita sukai, baik itu berupa model pakaian atau perhiasan pada hakikatnya justru jelek menurut Alloh. Alloh berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu adalah baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu, Allohlah yang Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Al Baqoroh : 216). Oleh karenanya marilah kita ikuti bimbingan-Nya dalam segala perkara termasuk mengenai cara berpakaian. Perintah dari atas langit Alloh Ta’ala memerintahkan kepada kaum muslimah untuk berjilbab sesuai syari’at. Alloh berfirman, “Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu serta para wanita kaum beriman agar mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka mudah dikenal dan tidak diganggu orang. Alloh Maha pengampun lagi Maha penyayang”. (Al Ahzab : 59). Ketentuan jilbab menurut syari’at Berikut ini beberapa keentuan jilbab syar’i ketika seorang muslimah berada di luar rumah atau berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahrom (bukan ‘muhrim’, karena muhrim berarti orang yang berihrom) yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah yang shohihah dengan contoh penyimpangannya, semoga Alloh memudahkan kita untuk memahami kebenaran dan mengamalkannya serta memudahkan kita untuk meninggalkan busana yang melanggar ketentuan Robbul’alamiin. 1. Pakaian muslimah itu harus menutup seluruh badannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan (lihat Al Ahzab : 59, An Nuur :31). Selain keduanya seperti leher dan lain-lain, maka tidak boleh ditampakkan walaupun cuma sebesar uang logam, apalagi malah buka-bukaan. Bahkan sebagian ulama mewajibkan untuk ditutupi seluruhnya tanpa kecuali-red.

10

telanjang, sekalipun pake kerudung, yah, tapi pakaiannya ketat, geleng-geleng aja deh. Sedangkan cowo nya, dilarang berpakaian menjulur melebihi mata kaki (yang secara istilah disebut “Isbal”), eh malah sampe tanah, geleng-geleng lagi. 2. Bukan busana perhiasan yang justeru menarik perhatian seperti banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar mahluk bernyawa, apalagi gambarnya lambang partai politik!!!; ini bahkan bisa menimbulkan perpecahan diantara sesama muslim. Sadarlah wahai kaum muslimin… 3 Harus longgar, tidak ketat, tidak tipis dan tidak sempit yang mengakibatkan lekuk-lekuk tubuhnya tampak atau transparan. Cermatilah, dari sini kita bisa menilai apakah jilbab gaul yang tipis dan ketat yang banyak dikenakan para mahasiswi ataupun ibu-ibu di sekitar kita dan bahkan para artis itu sesuai syari’at atau tidak. 4. Tidak diberi wangi-wangian atau parfum karena dapat memancing syahwat lelaki yang mencium keharumannya. Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian hendak ke masjid, maka janganlah sekalikali dia memakai wewangian” (HR. Muslim). Kalau pergi ke masjid saja dilarang memakai wewangian lau bagaimana lagi para wanita yang pergi ke kampus-kampus, ke pasar-pasar bahkan berdesak-desakan dalam bis kota dengan parfum yang menusuk hidung ?! Wallohu musta’an. 5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki seperti memakai celana panjang, kaos oblong dan semacamnya. Rosululloh melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki. (HR. Bukhori). 6. Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir. Nabi senantiasa memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka diantaranya dalam masalah pakain yang menjadi ciri mereka. 7. Bukan untuk mencari popularitas. Untuk apa kalian mencari popularitas wahai saudariku? Apakah kalian ingin terjerumus ke dalam neraka hanya demi popularitas semu. Lihatlah isteri Nabi yang cantik Ibunda ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha yang dengan patuh menutup dirinya dengan jilbab syar’i, bukankah kecerdasannya amat masyhur di kalangan umat ini? Wallohu muwaffiq. (Disarikan oleh Abu Mushlih dari Jilbab Wanita Muslimah karya Syaikh Al Albani). Lantas, bagaimana dengan yang belum berjilbab, apa yang kalian tunggu wahai teman? Maut??

11

Padahal telah ada (bahkan banyak, hanya akan aku sebutkan satu saja) hadits dari Rosululloh  yang artinya: “Dari Mugiroh bin Su’bah , adalah Rosululloh  bersabda: “Wahai Sufyan bin Sahl! Janganlah kamu isbal, sesungguhnya Alloh tidak menyenangi orang-orang yang isbal.”11 Pahamilah, bahwa larangan Isbal adalah untuk pria, sementara perintah menutup seluruh tubuh kecuali yang dikecualikan untuk wanita, maka jangan ditukar. Parahnya, telah menjadi kebiasaan meniru gaya berpakaian orang kafir, padahal Rosululloh  melarang meniru-niru mereka, karena kita punya ajaran sendiri yang lebih sempurna. Juga beliau  bersabda yang artinya: “Selisihilah orang-orang musyrik, yaitu potonglah kumis dan biarkan jenggot tumbuh panjang!”12 Juga tentang jenggot, ketika para pria mencukurnya, padahal Rosululloh  bersabda seperti hadits di atas. Dan jika kalian menganggap ini hanya masalah-masalah kecil, maka aku katakan, bagaimana mungkin kita akan mampu mengangkat yang besar jika tidak mampu mengangkat yang kecil, bukankah yang besar itu tersusun dari yang kecil?? Dan lagi-lagi, aku berbaik sangka ini terjadi bukan karena pembangkangan, tapi karena ketidaktahuan, dan lagi-lagi betapa asingnya ajaran Islam. Ketujuh, ikhtilath (bercampur baurnya laki-laki dan wanita yang bukan mahromnya), kholwat (berdua-duannya wanita dan pria yang bukan mahromnya, lagi-lagi contonya adalah pacaran, rawan nih bagi para pasangan “Mayat-mayat cinta” yang salah menafsirkan “Ayat-ayat cinta” menjadi tindakan murahan sekelas pacaran 13 ), tabarruj (wanita berhias di hadapan pria yang bukan mahromnya), wanita karier yang melupakan tanggungjawabnya sebagai ibu rumah tangga. Ya Alloh, betapa asingnya agama-Mu, agama Islam. Kedelapan, ramalan bintang, dukun, jimat, kepercayaan mistik hantu ini ruh gentayangan itu, ramalan jodoh, dan seabrek kemaksiatan yang bahkan tergolong syirik. Bahkan ajaran pokok berupa tauhid pun tidak dipahami, tidak dikenal, betapa asingnya Islam. 11

HR. Ibnu Majah 3574, Ahmad 4/246, Thobroni dalam Al Kabir 7909, dishohihkan oleh Al Albani dalam As Shohihah 2862 (di dalam majalah Al Furqon edisi 3 tahun IV) 12 HR. Al Bukhori (X: 288), Muslim (I :153), dan lainnya (di dalam Jilbab Wanita Muslimah, tulisan Syaikh Al Albani, hal 205) 13 Maaf jika kata-kata ini cukup kasar, tapi aku harap ini cukup menjadi tamparan agar beberapa orang yang masih “pacaran” segera sadar dari mimpinya. Panjang pembahasan mengenai pacaran, bukan di sini pembahasannya, tapi ketahuilah teman, pacaran adalah pintu zina, sementara Alloh berfirman “Dan janganlah kalian mendekati zina…”

12

Kesembilan, tentang gambar dan foto 14 . Begitu mudahnya seorang menggambar mahluk bernyawa (baik asli maupun modifikasi dan imajinasi menjadi kartun) padahal ini sebuah dosa besar. Begitu pula, meskipun foto hukumnya asalnya boleh, tapi manusia berlebih-lebihan dalam berfoto hingga berujung pada pelanggaran syariat (memajang foto di dinding, tabarruj, ajang maksiat mata, dll). Adapun untuk kenang-kengangan, maka aku katakanan bahwa pada dasarnya hidup ini bukanlah untuk mengenang, apalagi mengenang kemaksiatan. Bukankah Alloh berfirman:

∩∈∉∪ Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 āωÎ) }§ΡM}$#uρ £Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz Dzariyat [51]: 56) 14

Perhatikan lah fatwa berikut ini: Pertanyaan: Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ditanya: Dengan segala hormat saya memohon penjelasan anda tentang hukum menggambar, baik dengan menggunakan tangan (melukis) atau dengan alat pembuat gambar (kamera), apa hukum menggantung gambar di atas dinding, dan apa hukum memiliki gambar hanya sekedar dijadikan sebagai kenangan? Jawaban: Segala puji bagi Alloh Robb semesta alam, sholawat dan salam disampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam serta para sahabatnya. Melukis dengan tangan adalah perbuatan yang diharamkan, bahkan melukis termasuk salah satu dosa besar, karena Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam melaknat para pembuat gambar (pelukis), sedangkan laknat tidak akan ditujukan kecuali terhadap suatu dosa besar, baik yang digambar untuk tujuan mengungkapkan keindahan, atau yang digambar sebagai alat peraga bagi para pelajar, atau untuk hal lainnya, maka hal itu adalah haram. Tetapi bila seseorang menggambar bagian dari tubuh, seperti tangan saja, atau kepala saja (!, perlu ditinjau ulang), maka hal itu diperbolehkan. Adapun mengambil gambar dengan menggunakan alat fotografi, maka hal itu diperbolehkan karena tidak termasuk pada perbuatan melukis. Yang menjadi pertanyaan adalah: Apa maksud dari pengambilan gambar tersebut? Jika pengambilan gambar (pemotretan) itu dimaksudkan agar dimiliki oleh seseorang meskipun hanya dijadikan sebagai kenangan, maka pengambilan gambar tersebut hukumnya menjadi haram, hal ini dikarenakan segala macam sarana tergantung dari tujuan untuk apa sarana tersebut dipergunakan, sedangkan memiliki gambar hukumnya adalah haram. Karena Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa malaikat enggan memasuki rumah yang ada gambar di dalamnya, dimana hal itu menunjukkan kepada haramnya memiliki dan meletakkan gambar di dalam rumah. Adapun menggantungkan gambar atau foto di atas dinding adalah haram hukumnya sehingga tidak diperbolehkan untuk menggantungkannya meskipun sekedar untuk kenangan, karena malaikat enggan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar. Kemudian aku katakan, pahamilah fatwa ini dengan mengacu pada perkataan ulama lainnya sehingga pemahaman menjadi lebih jelas. Hanya saja aku ingin menegaskan sebuah pertanyaan tentang foto yang biasa kita buat, apa hukumnya? Apalagi di foto-foto itu ada wanita-wanita yang terbuka auratnya, lalu disebar untuk dipandang siapa saja yang ingin memandangnya, termasuk pria yang bukan mahromnya, hanya Alloh tempat mengadu.

13

Kemudian, jika memang pada hal-hal tertentu kita memang boleh mengenang, tidakkah sebaiknya kita membuat kenangan yang lebih baik, yang akan membuat kita tersenyum, tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat kelak?Yah lagi-lagi aku hanya bisa berbaik sangka bahwa pelanggaran ini bukan karena pembangkangan, tapi karena ketidaktahuan, betapa terasingnya Islam. Kesepuluh, lagi-lagi aneh bin ajaib. Disaat perintah diabaikan dan larangan diterjang, eh ada yang nambah-nambahin ajaran Islam (baca: Bid’ah). Tapi, apa itu bid’ah? Jawabannya: Bid’ah, menurut bahasa artinya Sesuatu yang baru yang tidak ada contoh sebelumnya. Sedangkan secara istilah bid’ah maknanya Sesuatu yang baru di dalam agama yang tidak pernah disyariaatkan oleh Alloh dan RosulNya. Atau Suatu cara yang diadakan (dibuat-buat) oleh orang di dalam Agama Islam yang menyerupai syari’at untuk tujuan beribadah kepada Alloh. Dan bid’ah yang tercela adalah bid’ah yang menurut istilah. Adapun bid’ah menurut bahasa (seperti mobil, internet, pesawat, hp, dll) tidaklah tercela selama tidak digunakan untuk yang haram. Bid’ah (untuk seterusnya, bid’ah yang dimaksud adalah bid’ah secara istilah) ditolak dalam Islam karena menentang firman Alloh Shubhanahu wa ta’ala:

4 $YΨƒÏŠ zΝ≈n=ó™M}$# ãΝä3s9 àMŠÅÊu‘uρ ÉLyϑ÷èÏΡ öΝä3ø‹n=tæ àMôϑoÿøCr&uρ öΝä3oΨƒÏŠ öΝä3s9 àMù=yϑø.r& tΠöθu‹ø9$# “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi agama bagimu.”( QS Al Maidah [5]: 3) Hal ini karena tidaklah dikatakan sempurna jika masih dapat di tambah, di kurangi, ataupun dirubah-ubah. Adapun amalan bid’ah tertolak, berdasarkan sabda Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam: “Dari ‘Aisyah, ia berkata: “Telah bersabda Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang mengadakan di dalam urusan (agama) kami ini apaapa yang tidak ada darinya, maka dia tertolak.”15 Maka tingggalkan lah bid’ah karena di luar sana masih banyak sunnah yang belum kita jalankan. Masih banyak perintah yang terabaikan dan masih banyak larangan yang diterjang. Bukankah sederhana dalam sunnah jauh lebih baik dari bersusah payah mengerjakan bid’ah? Adapun perkataan, “Yang penting kan niatnya baik” maka tidak bisa digunakan untuk membela bid’ah, karena: 15

Riwayat Bukhori dan Muslim, serta dalam Arba’in An Nawawiyah hadits no. 5.

14

Pertama, tidak adanya kejelasan batasan “baik” pada kalimat tersebut, dan manusia pun akan berselisih padanya, karena sesuatu yang dianggap baik oleh seseorang, belum tentu dianggap baik oleh orang lain. Kedua, syarat diterimanya amal tidaklah hanya niat yang ikhlas kepada Alloh  semata, tapi juga harus ittiba’ (mengikuti) kepada Rosululloh . Ketiga, dalam ikhlas dan ittiba’ kita harus mengikuti pemahaman para sahabat. Perhatikanlah kaidah ini. Sahabat Rhodiallohu ‘anhum adalah orangorang yang paling dalam ilmunya, paling baik amalnya, paling besar semangatnya dalam melakukan kebaikan, paling mencintai Alloh dan Rosul-Nya, paling paham terhadap agama, paling dekat dengan Rosululloh, kaum yang menyaksikan turunya wahyu, dan seterusnya dari keutamaan-keutamaan mereka sebagai kaum terbaik umat ini karena kebersamaan mereka bersama Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Camkan lah baik-baik kaidah ini, para sahabat adalah orang yang paling semangat mengerjakan kebaikan, maka jika ada penyeru bid’ah berkata pada kalian “Yang penting kan niatnya baik”, maka katakanlah kepadanya:

KALAU SEKIRANYA PERBUATAN ITU BAIK, TENTULAH PARA SAHABAT TELAH MENDAHULUI KITA MENGAMALKANNYA Keempat, kelima, keenam, dan seterusnya dari bantahan yang banyak terhadap omong kosong “Yang penting kan niatnya baik”. Kemudian, bid’ah itu terbagi menjadi bid’ah haqiqiyah dan bid’ah idhofiyah. Bid’ah haqiqiyah adalah bid’ah yang benar-benar tidak ada dasarnya dalam agama, seperti keyakinan sufi mengenai tingkatan syariat, ma’rifat, dan hakikat. Adapun bid’ah idhofiyah, bid’ah ini terbagi menjadi dua elemen, elemen pertama adalah amalan yang sebenarnya disyariaatkan, akan tetapi ahli bid’ah memasukkan elemen kedua, yaitu suatu perkara yang berasal dari dirinya sendiri ke dalam amalan tersebut (seperti penghususan waktu, tempat, bilangan, cara, dan sebab yang tidak ada dalilnya, red), sehingga mengeluarkan amalan (syar’i) tersebut dari sumber pensyariaatannya sebagai akibat dari perbuatannya (memasukkan elemen kedua, red) itu. 16 Contohnya adalah puasa nisfu sya’ban, puasa memang disyariatkan (elemen pertama), tapi penghususan waktu pertengan bulan sya’ban tidaklah disyariatkan (elemen kedua). Maka telitilah sebelum beribadah, karena pada dasarnya ibadah itu haram kecuali yang ada dalilnya dalam agama. Dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kalian lakukan.

16

Kriteria bid’ah dan dampak negatifnya terhadap umat, Dr. Ali bin Muhammad Nashir Al Faqihi, Al Qowam, 2002.

15

Kemudian, ada tiga alasan utama munculnya bid’ah, yaitu kebodohan terhadap syari’at, berbaik sangka terhadap akal, dan mengikuti hawa nafsu. Aku kira hal ini sudah cukup jelas untuk dipahami mahasiswa secerdas kalian. Lihalah perayaan-perayaan isro’ mi’roj, maulid nabi, tahun baru Islam, dan seabrek “ibadah” tanpa dasar. Dengan perayaan yang terkesan mewah, foyafoya, tapi ga berpengaruh nyata pada peningkatan keimanan, bahkan selesai perayaan mereka tidur, kelelahan, lalu sholat pun terlewatkan. Yah, lagi-lagi salah satu alasannya adalah kebodohan terhadap syari’at, betapa terasingnya Islam. Kesebelas, perang pemikiran, ketika umat Islam meniru kaum kafir karena menganggap mereka sebagai kaum yang maju, maka lihatlah dari penampilan mereka. Dan ketahuilah bahwa perang pemikiran ini terjadi lewat buku, novel, majalah, televisi, internet, dan lainnya. Perang pemikiran yang berusaha menjauhkan masyarakat Islam dari agamanya. Mungkin bagi kalian yang ikut mentoring (!) waktu SMA, atau mungkin sampai sekarang, atau mungkin saat mata kuliah PAI pernah mendengar tentang ini. Maka waspadalah kalian, kembalilah pada ajaran agama kalian, jangan TASYABUH (meniru-niru) kepada orang kafir. Kita punya ajaran yang sempurna, yang membuat takut orang-orang non Islam jika ajaran-ajaran itu diterapkan karena akan membuat mereka hina, hingga mereka berusaha menjauhkan kita dari ajaran Islam, maka kembalilah wahai teman! Dan tidaklah tasyabuh ini terjadi, melainkan karena terasingnya ajaran Islam. Yah, sebelas contoh cukuplah, masih banyak, tapi cukuplah itu menggambarkan keterasingan Islam. Kenapa aku menyampainkan ini? Karena aku ingin kalian membuka mata kalian bahwa kehidupan kita sehari-hari telah jauh dari nilai-nilai Islam. Tenang, tenang, jangan pusing dulu. Jangan kalian berhenti membaca sampai di sini. Segala masalah ada jalan keluarnya. Kalian telah menyaksikan masalah-masalah di atas, dan bila kalian berhenti membaca sampai di sini, maka masalah-masalah itu hanya akan berputar-putar di akal kalian, tanpa penyelesaian. Jadi teruskanlah membacanya. Teman, semoga Alloh  menjaga kalian, seperti yang ku katakan tadi, setiap masalah ada jalan keluarnya. Lalu, pertanyaannya adalah, bagaimana? Padahal masalahnya sedemikian kompleks yang telah menyentuh seluruh sendi kehidupan? Yah, jawabannya simpel, belajar. Jika kita bermasalah dengan kuliah toh kita buka-buka buku cari jawaban, tanya-tanya dosen cari penjelasan, searching-searching internet (walaupun ini sumber kacau yang memuat hal-hal kontradiksi yang sangat banyak), dan lainnya. Nah, jika kalian mulai belajar mendalami agama ini, kalian akan temui masalah baru. Loh, si A bilang gini, si B bilang gitu, si C malah plin-plan bikin bingung, nah loh, kok gini? Inilah fenomena perpecahan yang telah dikabarkan oleh Rosululloh . Untuk lebih jelasnya, kita mulai lagi pembahasan masalah baru. Sekali lagi maaf kalo harus ngebuat kalian rada memguras otak dikit, dikit kok, belum sebanding dengan nguras otak buat kimpang et al.

16

Fenomena Perpecahan Umat Islam Pada dasarnya perpecahan itu dilarang sebagaimana firman Alloh :

[!#y‰ôãr& ÷ΛäΖä. øŒÎ) öΝä3ø‹n=tæ «!$# |Myϑ÷èÏΡ (#ρãä.øŒ$#uρ 4 (#θè%§xs? Ÿωuρ $Yè‹Ïϑy_ «!$# È≅ö7pt¿2 (#θßϑÅÁtGôã$#uρ Í‘$¨Ζ9$# zÏiΒ ;οtøãm $xx© 4’n?tã ÷ΛäΖä.uρ $ZΡ≡uθ÷zÎ) ÿϵÏFuΚ÷èÏΖÎ/ Λäóst7ô¹r'sù öΝä3Î/θè=è% t÷t/ y#©9r'sù ∩⊇⊃⊂∪ tβρ߉tGöκsE ÷/ä3ª=yès9 ϵÏG≈tƒ#u öΝä3s9 ª!$# ßÎit6ムy7Ï9≡x‹x. 3 $pκ÷]ÏiΒ Νä.x‹s)Ρr'sù “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Alloh, orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”(QS. Ali Imron [3]: 103) Tapi merupakan kebijaksanaan Alloh, ketika Dia melarang sesuatu, maka Dia jadikan sesuatu itu sebagai ujian, sebagaimana Alloh mengharamkan khamr dan babi, tapi Dia tetap menciptakannya, Maha Suci Alloh dengan segala perbuatan-Nya yang penuh kebijaksaan. Inilah ujian itu, apakah kita mampu menjalaninya, atau tidak, semoga Alloh menguatkan kita menghadapi ujian ini. Maka ujian berupa perintah menjauhi perpecahan, adalah berupa kenyataan terjadinya perpecahan itu sendiri. Apakah kita akan ikut berpecah belah, atau bertahan pada kelompok yang dimenangkan. Kita mulai dengan hadits Rosululloh : “Orang yahudi telah telah terpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua kelompok, orang nashrani juga telah terpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua kelompok, dan umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga kelompok. 17 Semuanya di dalam neraka kecuali satu, yaitu al Jama’ah.”18 Hadits dari Mughirah bin Syu’bah : “Senantiasa ada dari umatku sekelompok orang yang dimenangkan Alloh, sampai datang hari kiamat dan mereka tetap dalam keadaan demikian.”19 Pertanyaannya, siapa jamaah yang dimaksud? Siapa kelompok yang dimenangkan? Apakah mereka orang-orang yang terasing? Maka sebelum kita membahas itu, mari kita cek kebenaran hadits perpecahan di atas dengan kondisi nyata, ga usah jauh-jauh, kita lihat saja di kampus: 17

Hadits Hasan di dalam Mengapa Memilih Manhaj Salaf? karya Syaikh Abu Usamah Salim bin “Id al Hilali terbitan Pustaka Imam Bukhori, hal 54). 18 Tambahan kalimat ini dari hadits Anas bin Malik , hadits hasan dengan syahid-syahidnya (di dalam Mengapa Memilih Manhaj Salaf? karya Syaikh Abu Usamah Salim bin “Id al Hilali terbitan Pustaka Imam Bukhori, hal 55). 19 Muttafaqun ‘alaihi (di dalam Mengapa Memilih Manhaj Salaf? karya Syaikh Abu Usamah Salim bin “Id al Hilali terbitan Pustaka Imam Bukhori, hal 57).

17

1. Pihak-pihak yang menekankan dakwahnya pada kekusaan. Mereka bergabung dalam partai-partai politik dalam sebuah kancah sistem demokrasi yang menuhankan suara mayoritas. Ciri mereka jelas sekali karena orang-orang seperti inilah yang mendominasi dakwah di kampus. 2. Pihak yang menyerukan berdirinya negara Islam, mereka ada dua. Satu pihak berdakwah terang-terangan menentang pemerintah. Satu pihak lagi bergerak dengan gerakan bawah tanah mempersiapkan kudeta. 3. Pihak yang menekankan dakwahnya pada ibadah dan ibadah. Sayangnya semangat beribadah tersebut dibangun di atas persangkaan tanpa dalil. 4. Pihak yang dalam dakwahnya mengaggap kafir orang-orang yang di luar kalangan mereka. Mereka menetapkan bai’at (janji setia setiap anggota pada pimpinannya masing-masing). Mereka menganggap orang di luar mereka najis sampai-sampai bila kita masuk masjid mereka, langsung deh di pel tu masjid. 5. Pihak yang menyerukan kebebasan berpikir tentang kebebasan beragama sebebas-bebasnya, menyamakan setiap agama, sampai pada level mengkritik Al Qur’an. 6. Pihak yang menekankan dakwahnya pada usaha mengembalikan umat pada agamanya yang murni, berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah menurut pemahaman para sahabat. 7. Dan lainnya. Lalu, yang mana yang merupakan kelompok yang akan dimenangkan? Jawabannya, ya kembali pada apa yang dikabarkan oleh Rosululloh : “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Alloh, patuh dan taat walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak habasyi. Sesungguhnya siapa yang masih hidup dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah pada Sunnahku dan Sunnah para Khulafa’ Rasyidin yang memberi petunjuk, berpegang teguhlah pada sunnah itu dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Waspadalah, jangan sekali-kali mengadakan perkara baru dalam agama, karena setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”20 Merekalah kelompok itu, mereka yang berpegang teguh pada sunnah, mereka bukanlah kelompok-kelompok fisik yang memiliki pemimpin, organisasi, bendera, dan partai. Bukan, bukan hal itu yang membuat mereka menjadi kelompok. Satu-satunya hal yang membuat mereka sebagai kelompok adalah komitmen mereka untuk berpegang teguh pada Al Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat, yang secara singkat mereka disebut Salafy, yaitu mereka yang mengikuti pemahaman para Salafush Sholeh (pendahulu yang sholeh dari kalangan Sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik). Inilah kelompok itu, yang bersambung dari masa ke masa, hati-hati mereka bersatu dalam pemahaman meskipun mereka terpisah oleh jarak dan waktu, kelompok yang 20

Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Daud (4608), at Titmidzi (2676), dan ibnu Majah (44, 43) (di dalam Mengapa Memilih Manhaj Salaf? karya Syaikh Abu Usamah Salim bin “Id al Hilali terbitan Pustaka Imam Bukhori, hal 106).

18

terbentuk dalam ikatan pemahaman, bukan ikatan-ikatan fanatisme kelompok seperti ikatan partai dan lainnya. Kemudian, jika ada yang berkata, “Tapi kan tujuan kelompok-kelompok yang ada itu sama, yaitu memperjuangkan Islam”, maka dapat dijawab dari beberpa sisi: • Perlu ditanya, benarkan tujuan semua kelompok ini sama? Tidak adakah ambisi-ambisi tersembunyi di balik gerakan dakwahnya? • Kita bukanlah yahudi yang memiliki slogan “Tujuan menghalalkan segala cara” • Jika memang tujuannya sama, lalu kenapa selalu terjadi konflik antar golongan yang ada? Bukankah konflik menunjukkan adanya perbedaan? • Rosululloh  hanya menjamin satu kelompok yang akan selamat. Kemudian, bagaimana kita mengetahui yang mana yang sesuai sunnah, dan mana yang bukan? Di sinilah diperlukan sikap kritis untuk beragama, tidak sekedar ikut-ikutan. Jika untuk masalah dunia saja kita ga mau sekedar ikut-ikutan apalagi masalah agama, bukankah kita ini kaum akademik yang berbicara dengan data?

Jadi teman, inilah yang ingin aku bangkitkan dari kalian, sikap kritis dalam beragama, sikap ilmiah dalam beragama, sehingga kita beragama dengan keyakinan yang dibangun di atas ilmu, bukan sekedar prasangka semata. Belajarlah, mulailah, jika kemudian kalian menemukan banyak pertentangan dalam proses belajar itu, maka pahamilah kaidah-kaidah ketika berbeda pendapat: Ketika Berbeda Pendapat Telah dimaklumi bersama, bahwa perbedaan pendapat bukanlah sesuatu yang baru dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan beragama. Karena itu, jauh-jauh hari Alloh  dan Rosul-Nya  telah memberi jalar keluar bagaimana cara keluar dari perbedaan pendapat tersebut menuju satu pendapat yang benar. Alloh  berfirman dalam sebuah ayat yang sering kita dengar:

’Îû ÷Λäôãt“≈uΖs? βÎ*sù ( óΟä3ΖÏΒ Í÷ö∆F{$# ’Í<'ρé&uρ tΑθß™§9$# (#θãè‹ÏÛr&uρ ©!$# (#θãè‹ÏÛr& (#þθãΨtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ ׎öyz y7Ï9≡sŒ 4 ̍ÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σè? ÷ΛäΨä. βÎ) ÉΑθß™§9$#uρ «!$# ’n<Î) çνρ–Šãsù &óx« ∩∈∪ ¸ξƒÍρù's? ß|¡ômr&uρ

19

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al Quran) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’ [4]: 59) Kemudian, bila setelah kita kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah masih ada perbedaan pendapat, maka solusi lebih lanjutnya pun telah dijelaskan oleh Alloh  dan Rosululloh , bahwa dalam kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah tersebut kita butuh hal ketiga, yaitu pemahaman para sahabat . Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:

9≈|¡ômÎ*Î/ Νèδθãèt7¨?$# tÏ%©!$#uρ Í‘$|ÁΡF{$#uρ t̍Éf≈yγßϑø9$# zÏΒ tβθä9¨ρF{$# šχθà)Î6≈¡¡9$#uρ !$pκŽÏù tÏ$Î#≈yz ã≈yγ÷ΡF{$# $yγtFøtrB “̍ôfs? ;M≈¨Ζy_ öΝçλm; £‰tãr&uρ çµ÷Ζtã (#θàÊu‘uρ öΝåκ÷]tã ª!$# š†Å̧‘ ∩⊇⊃⊃∪ ãΛÏàyèø9$# ã—öθxø9$# y7Ï9≡sŒ 4 #Y‰t/r& “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Alloh dan Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At taubah [9]: 100) Sementara Rosululloh  bersabda, yang telah aku sampaikan sebelumnya di atas, yang artinya: “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Alloh, patuh dan taat walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak habasyi. Sesungguhnya siapa yang masih hidup dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah pada Sunnahku dan Sunnah para Khulafa’ Rasyidin yang memberi petunjuk, berpegang teguhlah pada sunnah itu dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Waspadalah, jangan sekali-kali mengadakan perkara baru dalam agama, karena setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”21 Kemudian, kita mengambil Al Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat ini dari para ulama yang mewarisinya, dan kemudian menyampaikannya dengan adil. Mereka pun melarang manusia untuk taklid pada

21

Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Daud (4608), at Titmidzi (2676), dan ibnu Majah (44, 43) (di dalam Mengapa Memilih Manhaj Salaf? karya Syaikh Abu Usamah Salim bin “Id al Hilali terbitan Pustaka Imam Bukhori, hal 106).

20

mereka, mereka justru menyuruh ittiba’ 22 pada Sunnah. Inilah perkataanperkataan sebagian dari mereka, mereka yang kita kenal sebagai Imam yang empat: •

Imam Abu Hanifah Rohimahulloh berkata: “Tidak halal atas seorang pun mengambil perkataan kami selama dia tidak tahu dari mana kami mengambilnya.” Dalam riwayat lain beliau berkata: “Orang yang tidak tahu dalilku (maka) haram atasnya berfatwa dengan perkataanku.”



Imam Malik Rohimahulloh berkata: “Sesungguhnya aku adalah manusia yang bisa benar dan keliru. Lihatlah pendapatku, setiap yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah maka ambillah, dan setiap yang tidak sesuai dengan Kitab dan Sunnah maka tinggalkanlah.”



Imam Asy Syafi’i Rohimahulloh berkata: “Jika kalian menjumpai Sunnah Rosululloh Sholallohu ‘alahi wa salam (maka) ittiba’ lah kepadanya, jangan kalian menoleh kepada perkataan siapapun.” Beliau juga berkata: “Setiap yang aku katakan, kemudian ada hadits shohih yang menyelisihinya, maka hadits Nabi Sholallohu ‘alahi wa salam lebih utama untuk diikuti. Janganlah kalian taklid kepadaku.”



Imam Ahmad Rohimahulloh berkata: “Janganlah engkau taklid dalam agamamu kepada seorang pun dari mereka. Apa yang datang dari Nabi Sholallohu ‘alahi wa salam dan para Sahabatnya Rhodiallohu ‘anhum ambillah.” Beliau juga berkata: “Ittiba’ adalah jika seseorang mengikuti apa yang datang dari Nabi Sholallohu ‘alahi wa salam dan para Sahabatnya Rhodiallohu ‘anhum. Beliau juga berkata23: “Jangan engkau melakukuan taklid kepadaku atau Imam Malik atau Imam Syafi’i atau Imam Auza’y atau Imam Ats Tsaury, tapi ambillahlah dari mana asal mereka mengambil (yaitu sunnah, red).” Beliau juga berkata 24 : “Barangsiapa menolak hadits Rosululloh, maka ia berada di tepi kehancuran.”

Yah, inilah sekilas dasar pemahamanku dalam memahami suatu permasalahan yang mengandung perbedaan pendapat. Intinya adalah, manhaj (jalan atau metode beragama) yang berusaha aku tempuh adalah berpegang teguh pada Al Qur’an dan Sunnah menurut pemahaman para sahabat 25, yang dengan ringkasnya manhaj ini disebut dengan istilah Salafy...

22

Perbedaan taklid dengan ittiba’ adalah pada dalilnya. Orang yang taklid adalah mengikuti tanpa dalil, sedangkan orang yang ittiba’ adalah yang mengikuti sesuatu dengan dalillnya. 23 Risalatuna, terbitan yayasan Al Ittiba’ Al Islamy, Palembang 24 Idem 25 Anehnya tetap aja ada sebagian orang yang mengaku berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat, tapi tindakannya menyalahi lisannya. Sebagai penuntut ilmu, semoga Alloh menjaga kita dari sikap demikian.

21

4 Ï&Î#‹Î7y™ tã öΝä3Î/ s−§xtGsù Ÿ≅ç6¡9$# (#θãèÎ7−Fs? Ÿωuρ ( çνθãèÎ7¨?$$sù $VϑŠÉ)tGó¡ãΒ ‘ÏÛ≡uŽÅÀ #x‹≈yδ ¨βr&uρ ∩⊇∈⊂∪ tβθà)−Gs? öΝà6‾=yès9 ϵÎ/ Νä38¢¹uρ öΝä3Ï9≡sŒ “Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalanjalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya, yang demikian itu diperintahkan Alloh agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am [6]: 153) Yah, inilah yang bisa aku sampaikan pada kalian, suatu masalah kompleks yang sedang kita hadapi, tentunya untuk diselesaikan dengan cara-cara yang benar, bukan dibiarkan begitu saja, atau diperbaiki tapi tidak dengan cara yang benar. Dan jika dikatakan ini bertentangan dengan keadaan mayoritas masyarakat, maka cukuplah firman Alloh  ini sebagai jawabannya:

÷βÎ)uρ £©à9$# āωÎ) tβθãèÎ7−Ftƒ βÎ) 4 «!$# È≅‹Î6y™ tã x8θE=ÅÒムÇÚö‘F{$# †Îû tΒ uŽsYò2r& ôìÏÜè? βÎ)uρ ∩⊇⊇∉∪ tβθß¹ãøƒs† āωÎ) öΝèδ “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Alloh).” (QS. Al An’am [6]: 116). Teman, jika hal ini terasa berat oleh kalian, maka bersabarlah. Dunia ini adalah ujian. Telah diceritakan sebuah hadits kepadaku, tentang seseorang yang sejak lahir hingga tua tidak pernah mengalami kenikmatan sedikit pun, hariharinya dipenuhi dengan kesulitan. Lalu dia dimasukkan ke surga sebentar saja, lalu ditanya “Apakah engkau pernah merasakan kesulitan?”, dia menjawab “Tidak”. Lihatlah, betapa mudahnya kesusahan dunia ini dihapus oleh kenikmatan akhirat, maka bersabarlah. Sabar memang tidak semudah membalik telapak tangan, tapi juga tidak sesulit menguras air di lautan.... Teman, aku tidak meminta kalian berubah tiba-tiba, tidak, kita bukan power ranger yang bisa begitu saja berubah bentuk. Dalam menjalani perbaikan tentu akan ada kesalahan-kesalahan yang belum bisa kita tinggalkan dengan berbagai alasan. Tapi setidaknya kita tahu bahwa apa yang kita lakukan itu salah sehingga ada keinginan untuk mempebaikinya dan bukan malah membiarkannya. Akan panjang waktu yang kita jalani untuk melakukan perbaikan, sedikit demi sedikit meninggalkan kesalahan-kesalahan kita. Berat memang, banyak hambatannya, faktor lingkungan, keluarga, teman, bahkkan diri sendiri, dan tentu saja musuh besar kita, setan dari golongan jin dan manusia. Akan banyak cobaan, akan banyak celaan, akan banyak tuduhan, dan lainnya ketika kita berusaha menegagkan kebenaran. Terlalu “ga masuk akal” jika kita merasa akan “aman-aman saja” dalam menegakkan kebenaran, bahkan Rosululloh  pun mendapat banyak tantangan dalam dakwahnya.

22

öΝåκ™:Ïtä† 5Θöθs)Î/ ª!$# ’ÎAù'tƒ t∃öθ|¡sù ϵÏΖƒÏŠ tã öΝä3ΨÏΒ £‰s?ötƒ tΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ Ÿωuρ «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû šχρ߉Îγ≈pgä† t͍Ï≈s3ø9$# ’n?tã >﨓Ïãr& tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tã A'©!ÏŒr& ÿ…çµtΡθ™6Ïtä†uρ ∩∈⊆∪ íΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ ª!$#uρ 4 â!$t±o„ tΒ ÏµŠÏ?÷σム«!$# ã≅ôÒsù y7Ï9≡sŒ 4 5ΟÍ←Iω sπtΒöθs9 tβθèù$sƒs† “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Alloh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Alloh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Alloh Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Maidah [5]: 54) Tetapi, janganlah takut, itu semua hanya cobaan yang diberikan oleh Alloh bagi mereka yang benar-benar menginginkan surga-Nya.

tΎÉ9≈¢Á9$# zΝn=÷ètƒuρ öΝä3ΖÏΒ (#ρ߉yγ≈y_ tÏ%©!$# ª!$# ÉΟn=÷ètƒ $£ϑs9uρ sπ¨Ψyfø9$# (#θè=äzô‰s? βr& ÷Λäö7Å¡ym ôΘr& ∩⊇⊆⊄∪ “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Alloh orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imron [3]: 142)

3 ÏN≡tyϑ¨W9$#uρ ħàΡF{$#uρ ÉΑ≡uθøΒF{$# zÏiΒ <Èø)tΡuρ Æíθàfø9$#uρ Å∃öθsƒø:$# zÏiΒ &óy´Î/ Νä3‾Ρuθè=ö7oΨs9uρ ∩⊇∈∈∪ šΎÉ9≈¢Á9$# ̍Ïe±o0uρ “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqoroh [2]: 155) Tetapi, berusahalah, berusahalah, dan berusahalah, semoga kita dimudahkan untuk menjadi hamba-hamba yang sholeh. Dan iringalah usaha itu dengan sabar.

∩⊇⊇∈∪ tÏΖÅ¡ósßϑø9$# tô_r& ßì‹ÅÒムŸω ©!$# ¨βÎ*sù ÷ŽÉ9ô¹$#uρ “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Alloh tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud [11]: 115)

23

Bersabar, dan kuatkan kesabaran.

šχθßsÎ=øè? öΝä3ª=yès9 ©!$# (#θà)¨?$#uρ (#θäÜÎ/#u‘uρ (#ρãÎ/$|¹uρ (#ρçŽÉ9ô¹$# (#θãΨtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ ∩⊄⊃⊃∪ “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Alloh, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imron [3]: 200) Karena sabar bagian dari takwa, dan kesudahan yang baik lah bagi orangorang yang bertakwa.

È≅ö6s% ÏΒ y7ãΒöθs% Ÿωuρ |MΡr& !$yγßϑn=÷ès? |MΖä. $tΒ ( y7ø‹s9Î) !$pκŽÏmθçΡ É=ø‹tóø9$# Ï!$t7/Ρr& ôÏΒ šù=Ï? ∩⊆∪ šÉ)−Fßϑù=Ï9 sπt6É)≈yèø9$# ¨βÎ) ( ÷ŽÉ9ô¹$$sù ( #x‹≈yδ “Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah. Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Hud [11]: 49) Terakhir, Rosululloh  mengabarkan bahwa sombong adalah menolak kebenaran dan melecehkan manusia. Maka jika kalian menemukan kesalahan ditulisanku ini, maka janganlah kikir untuk menasehati aku. Tetapi jika kalian menemukan kebenaran di dalamnya, maka janganlah kamu sombong untuk menerimanya. Yah, inilah sedikit yang bisa aku sampaikan, masih banyak yang lain, tapi aku rasa ini cukup sebagai pendahuluan, perlu diskusi panjang untuk membahas masalah-masalah yang ada, jika kalian tertarik. Oleh karena itu, besar harapanku tanggapan kalian atas tulisan ku ini, mungkin ada hal-hal yang luput dari pengamatanku. Jika kalian memang hendak menanggapi maka tuliskanlah, karena bentuk tulisan lebih mewakili pikiran yang terstruktur daripada sekedar berbicara. Kalian tahu kan kalo menulis merupakan keterampilan tertinggi dalam berbahasa. Juga memudahkan dalam peninjauan ulang atas pemahaman kita, lebih terdokumentasi dari pada sekedar berbicara, inget kan sistem dokumentasi yang sering diajari Kapten Arpah dkk. Sebagai penutup, semoga Alloh  menjadikan keikhlasan dalam tulisanku ini. Kebenaran datangnya dari Alloh , dan kesalahan timbul dari diriku dan atas godaan syaiton yang terkutuk. Semoga Alloh  mengampuniku dan menambahkan ilmu kepadaku dan kepada kalian.

24

Wallohu a’lam Semoga Sholawat dan Salam atas Rosululloh dan keluarganya Alhamdulillahirobbil ‘alamin Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Dramaga, 25 Dzulhijjah 1429 (23 Desember 2008) Musafir yang sedang berusaha menapaki jejak para Salafush Sholeh

Bombay Ibnu Zainal

Related Documents

Pernyataan Terbuka
December 2019 37
Terbuka-pkfz
June 2020 24
Terbuka-pkfz
June 2020 25
Ekon Terbuka
April 2020 26
Kalimat Terbuka
June 2020 18
Surat Terbuka Anak Palestina
November 2019 27