Perkutan Fix.docx

  • Uploaded by: Inn Nule
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perkutan Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,939
  • Pages: 12
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Konsep pemakaian sediaan obat pada kulit telah lama diyakini dapat dilakukan. Hal ini terbukti dari peninggalan zaman mesir kuno, berupa catatan pada papyrus yang telah mencantumkan berbagai sediaan obat yang digunakan untuk pemakaian luar. Galen telah menjelaskan tentang pemakaian sediaan pada zaman romawi, yang saat ini dikenal sebagai vanishing cream. Sediaan obat yang digunakan pada kulit atau diselipkan ke dalam rongga tubuh umumnya berada dalam bentuk cairan, semi padat atau padat. Kulit merupakan bagian terbesar dari organ tubuh, rata-rata kulit manusia dewasa mempunyai luas permukaan sebesar 2 m2 dan berperan sebagai lapisan pelindung tubuh terhadap pengaruh dari luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa obat atau bahan berbahaya, yang dapat menimbulkan efek terapeutik atau efek toksik yang bersifat setempat atau sistemik. Kulit juga merupakan sawar (barrier) fisiologik yang penting, karena mampu menahan penembusan bahan gas, cair maupun padat, baik yang berasal dari lingkungan luar tubuh maupun dari komponen organism. Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung bahan pembawa (basis) yang digunakan, yaitu salep, krim, gel atau pasta. Untuk mengembangkan bentuk sediaan semisolid yang baik harus diperhatikan beberapa faktor antara lain : struktur, berat molekul dan konsentrasi obat yang dapat melalui kulit, jumlah obat yang dilepaskan dari pembawa pada permukaan kulit: jumlah obat yang terdifusi melalui stretum korneum; stabilitas fisika dan kimia sediaan selama penyimpanan dan penerimaan pasien terhadap formula yang dibuat.

1

B. Rumusan Masalah a. Apa pengertian dari Kulit ? b. Bagaimana proses biofarmasetika perkutan ? c. Apa saja prinsip pemilihan sediaan perkutan ? d. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyerapan sediaan perkutan ? e. Apa saja keuntungan dan kerugian menggunakan sediaan perkutan ?

C. Tujuan a. Untuk mengetahui pengertian dari kulit. b. Untuk mengetahui proses biofarmasetika perkutan. c. Untuk mengetahui prinsip pemilihan sediaan perkutan. d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyerapan sediaan perkutan. e. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian penggunaan sediaan perkutan.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kulit Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastic, menutupi seluruh permukaan tubuh dan terdiri dari 5% berat

tubuh. Kulit juga berperanan dalam

pengaturan suhu tubuh, mendeteksi adanya rangsangan dari luar serta untuk mengeluarkan (eskresi) kotoran atau sisa metabolisme.  Patofisiologi

Susunan kulit manusia sangat komplek, dan untuk lebih mudah memahami efek proses absorpsi pada maka, dibatasi hanya menguraikan bagian kulit yang berperanaan dalam hal tersebut. Kulit secara umum tersusun atas tiga lapisan yang berbeda dan secara berurutan dari luar kedalam adalah lapisan epidermis, lapisan dermis yang tersusun atas pembuluh darah dan pembuluh getah bening, ujung-ujung syaraf dan lapisan jaringan dibawah kulit yang berlemak atau yang disebut hypodermis.

3

B. Biofarmasetika Perkutan Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari luar kulit ke dalam jaringan di bawah kulit, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah. Penyerapan (absorpsi) perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan suatu senyawa dari lingkungan luar ke bagian kulit sebelah dalam dan fenomena penyerapan dari struktur kulit ke dalam peredaran darah dan getah bening. Masuknya obat atau zat aktif dari luar kulit ke dalam jaringan kulit dengan melewati membran sebagai pembatas. Membran pembatas ini adalah stratum corneum yang bersifat tidak permeabel terutama terhadap zat larut air, dibandingkan terhadap zat yang larut dalam lemak. Penetrasi melintasi stratum corneum dapat terjadi karena adanya proses difusi melalui dua mekanisme yaitu transepidermal dan transappendageal.

a. Mekanisme transepidermal Mekanisme transepidermal merupakan penetrasi dengan cara difusi pasif. Difusi pasif melalui mekanisme ini dapat terjadi melalui dua jalur kemungkinan yaitu difusi intraseluler yang melalui sel korneosit yang berisi keratin dan difusi interseluler yang melalui ruang antar sel stratum corneum. Transepidermal merupakan jalur yang utama pada absorpsi perkutan karena luas permukaan kulit 100-1000 kali lebih luas daripada luas permukaan kelenjar dalam kulit. Absorpsi melalui rute transepidermal sangat ditentukan 4

oleh

keadaan

stratum

corneum

yang

berfungsi

sebagai

membran

semipermeabel. Jumlah zat aktif yang terpenetrasi tergantung pada gradien konsentrasi dan koefisien partisi senyawa aktif dalam minyak dan air.

b. Mekanisme Transappendageal Mekanisme transappendageal adalah mekanisme penetrasi molekul zat aktif melalui pori-pori yang ada pada kelenjar keringat dan folikel rambut. Folikel rambut memiliki permeabilitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan stratum corneum sehingga absorpsi lebih cepat terjadi melewati pori folikel daripada melewati stratum corneum. Mekanisme ini adalah mekanisme satu-satunya yang mungkin bagi senyawa-senyawa dengan molekul besar dengan kecepatan difusi rendah atau kelarutan yang buruk yang tidak dapat menembus stratum corneum. Fenomena absorpsi perkutan terdiri dari dua tahap, yaitu pelepasan zat aktif dari pembawa untuk diabsorpsi di atas permukaan stratum corneum dan difusi molekul zat aktif ke dalam lapisan bawah kulit (Troy, 2006).

5

c. Rute Penetrasi obat melalui kulit dan contoh penggunaan obat spesifik untuk keadaan setiap lapisan.

Absorpsi sediaan topikal secara umum Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa fase:  Lag phase

6

Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati stratum korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan aktif obat dalam pembuluh darah.  Rising phase Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum, kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam pembuluh darah.  Falling phase Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan kulit dan dapat dibawa ke kapiler dermis. Mekanisme kerja sediaan topikal Secara umum, . Beberapa perbedaan mekanisme kerja disebabkan komponen sediaan yang larut dalam lemak dan larut dalam air. 

Cairan Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan cairan akan berperan melunakkan karena difusi cairan tersebut ke masa asing yang terdapat di atas permukaan kulit; sebagian kecil akan mengalami evaporasi



Bedak Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya yang terdiri dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup permukaan kulit, mencegah dan mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa.



Salep Dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan dasar hidrokarbon digunakan sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep serap (salep absorpsi) kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karena komponen airnya yang besar. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air mampu berpenetrasi jauh ke hipodermis sehingga banyak dipakai pada kondisi yang memerlukan penetrasi yang dalam



Krim Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W karena komponen minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas permukaan kulit dan mampu menembus lapisan kulit lebih jauh. Namun krim W/O kurang 7

disukai secara kosmetik karena komponen minyak yang lama tertinggal di atas permukaan kulit. Krim O/W memiliki daya pendingin lebih baik dari krim W/O, sementara daya emolien W/O lebih besar dari O/W. 

Pasta Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh. Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi yang basah seperti serum.



Bedak kocok Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit. Penambahan komponen cairan dan gliserin bertujuan agar komponen bedak melekat lama di atas permukaan kulit dan efek zat aktif dapat maksima.



Bedak kocok Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit. Penambahan komponen cairan dan gliserin bertujuan agar komponen bedak melekat lama di atas permukaan kulit dan efek zat aktif dapat maksimal.



Pasta pendingin Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan komponen cairan membuat sediaan ini lebih mudah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit, namun bentuknya yang lengket menjadikan sediaan ini tidak nyaman digunakan dan telah jarang dipakai



Gel Penetrasi gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan pada kondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan absorpsi.

C. Prinsip pemilihan Sediaan perkutan 1. Pada kulit tidak berambut, secara umum dapat dipakai sediaan salep, krim, emulsi. Krimdipakai pada lesi kulit yang kering dan superfi sial, salep dipakai pada lesi yang tebal (kronis). 2. Pada daerah berambut, losion dan gel merupakan pilihan yang cocok.

8

3. Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif seperti salep, emulsi W/O dapat menyebabkan maserasi sehingga harus dihindari. 4. Pada daerah yang mengalami ekskoriasi, formulasi berisi alkohol dan asam salisilat sering mengiritasi sehingga harus dihindari. 5. Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada lesi basah, mengandung pus, berkrusta

D. Faktor fisiologik yang mempengaruhi penyerapan perkutan 

Scott, tahun 1959 telah membuktikan bahwa kadar hidrokortison yang melintasi kulit akan berkurang bila lapisan tanduk berjamur dan akan meningkat, pada kulit dengan eritematosis. Hal yang sama juga telah dibuktikan bila kulit terbakar atau luka. Bila stratum korneum rusak sebagai akibat pengikisan oleh plester, maka kecepatan difusi air, hidrokortison.



Aliran darah Perubahan debit darah kedalam kulit secara nyata akan mengubah kecepatan penembusan molekul. Pada sebagian besar obat-obatan, lapisan tanduk merupakan faktor penentu pada proses penyerapan dan debit darah selalu cukup untuk menyebabkan senyawa menyetaraka diri dalam perjalannya. Namun, bila kulit luka atau bila dipakai cara iontoforesis untuk zat aktif, maka jumlah zat aktif yang menembus akan lebih banyak dan peranan debit darah merupakan faktor yang menentukan.



Tempat pengolesan Jumlah yang diserap untuk suatu molekul yang sama, akan berbeda akan tergantung pada susunan anatomi dari tempat pengolesan : kulit dada, punggung, tangan atau lengan. Perbedaan ketebalan terutama disebabkan oleh ketebalan lapisan tanduk yang berbeda pada setiap bagian tubuh, tebalnya bervariasi.



Kelembaban dan temperature Pada keadaan normal, kandungan air dalam lapisan tanduk rendah, yaitu 5-15%, namun dapat ditingkatkan sampai 50% dengan cara pengolesan pada permukaan kulit suatu bahan pembawa yang dapat menyumbat: vaselin, minyak atau suatu pembalut impermeable. Peranan kelembaban terhadap penyerapan perkutan telah dibuktikan oleh scheulein, R,J, dkk, tahun 1971; stratum korneum 9

yang lembab mempunyai afinitas yang sama trehadap senyawa-senyawa yang larut dalam asir atau dalam lipida. Sifat ini disebabkan oleh struktur histology sel tanduk dan benang-benang keratin yang dapat mengembang dalam air dan pada media lipida amorf yang meresap di sekitarnya. Kelembaban dapat mengembangkan lapisan tanduk dengan cara pengurangan bobot jenisnya atau tahanan difusi. Air mula- mula meresap diantara jaringan-jaringan, kemudian menenbus kedalan benang keratin, membentuk suatu anyaman rangkap yang stabil pada daerah polar yang kaya air dan daerah nonpolar yang kaya lipida.

E. Keuntungan dan kerugian Pemberiaan Obat Secara Perkutan  Keuntungan 

Menghindari metabolisme lintas pertama obat



Mencegah rusaknya obat-obat yang tidak tahan terradap Ph , saluran pencernaan dan juga mencegah terjadinya iritasi saluran cerna oleh obat yang bersifat iritatif.



Mudah untuk menghentikan pemberiaan obat, jika terjadi kesalahan obat sehingga dapat mencegah terjadinya tooksistas

 Kerugian Pemberian Obat secara Perkutan 

Efek terapi yang timbul lebih lambat dibandingkan secara oral



Tidak sesuai untuk obat-obat yang iritatif terhadap kulit.



Hanya obat dengan kriteria tertentu (yang dapat menembus kulit), sehingga tidak semua obat coco diberikan secara tperkutan.

10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari luar kulit ke dalam jaringan di bawah kulit, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah. Masuknya obat atau zat aktif dari luar kulit ke dalam jaringan kulit dengan melewati membran sebagai pembatas yang biasa disebut dengan stratum corneum. Penetrasi melintasi stratum corneum dapat terjadi karena adanya proses difusi melalui dua mekanisme yaitu transepidermal dan transappendageal. 

Mekanisme transepidermal merupakan penetrasi dengan cara difusi pasif. Difusi pasif melalui mekanisme ini dapat terjadi melalui dua jalur kemungkinan yaitu difusi intraseluler yang melalui sel korneosit yang berisi keratin dan difusi interseluler yang melalui ruang antar sel stratum corneum.



Mekanisme transappendageal adalah mekanisme penetrasi molekul zat aktif melalui pori-pori yang ada pada kelenjar keringat dan folikel rambut.

Contoh sediaan perkutan yaitu krim, salep, pasta, gel, dll. Faktor fisologi yang mempengaruhi penyerapan sediaan perkutan adalah aliran darah, tempat pengolesan serta kelembapan dan temperature.

11

DAFTAR PUSTAKA

M.T Simanjuntak : Biofarmasi Sediaan Yang Diberikan Melalui Kulit, 2005, [USU Repository©2006]. Yanhendri, Satya Wydya Yenny. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi. vol. 39 no. 6, th. 2012.

12

Related Documents

Perkutan Fix
August 2019 21
Perkutan Fix.docx
August 2019 16
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113

More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"

Perkutan Fix
August 2019 21
Perkutan Fix.docx
August 2019 16
Afine Pentru Iarna Fara.docx
December 2019 12
June 2020 10
June 2020 12