Critical Book Report
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Materi : Perkembangan Emosi Pada Anak
Dosen Pengampu : Dr. Wildansyah Lubis, M.Pd. Oleh : Ani Lestari Dalimunthe 4141141001 Biologi Dik B 2014
Jurusan Biologi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan 2016
A. PENDAHULUAN IDENTITAS BUKU 1 Judul Penulis
Perkembangan Peserta Didik 1. Prof. Dr. H. Sunarto 2. Dra. Ny. B. Agung Hartono
Tahun Terbit
2008
Halaman
245 Halaman
Penerbit
PT. Rineka Cipta
Kota Terbit
Jakarta
ISBN
978-979-518-826-1
Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. H. Sunarto dan Dra. Ny. B. Agung Hartanto. Keduanya memang sudah memiliki pengalaman yang sangat banyak dan memang sudah ahli di bidangnya. Sasaran dalam penulisan buku ini adalah guru, dosen, serta mahasiswa kependidikan yang memang membutuhkan buku ini sebagai pedoman dalam menghadapi para peserta didik. IDENTITAS BUKU 2 Judul
Perkembangan Anak
Penulis
John W. Santrock
Tahun Terbit
2008
Halaman
245 Halaman
Penerbit
PT. Rineka Cipta
Kota Terbit
Jakarta
ISBN
978-979-518-826-1
Buku ini ditulis oleh John W. Santrock yang merupakan ahli psikologi. Beliau sudah banyak menulis buku tentang psikologi, baik psikologi pendidikan maupun psikologi anak. Di dalam bukunya sudah lengkap tercantum tentang psikologi perkembangan pada anak yang dapat dijadikan sumber referensi oleh para guru, dosen, maupun mahasiswa kependidikan dalam menghadapi para peserta didik.
B. RANGKUMAN
1. Buku 1 Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud dari suatu tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik, seperti peredaran darah meningkat, bernafas panjang, tegang, dan lain-lain. Meningginya emosi terutama karena anak (laki-laki atau perempuan) berada dibawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa anak-anak ia kurang memepersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konskuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Pola emosi pada remaja adalah sama dengan pola emosi pada anak-anak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu dan sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Perkembangan emosi bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian, anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda. Selain itu, perkembangan kelenjar endokrin juga penting untuk mematangkan perilaku emosional.
Ada beberapa metode belajar yang dapat menunjang perkembangan emosi seperti belajar dengan
coba-coba, belajar dengan
cara meniru, belajar dengan
cara
mempersamakan diri (learning by identification), belajar melalui pengkondisian, serta pelatihan atau belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Rasa takut atau marah dapat menyebakan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak/berdenyut, derasnya aliran darah/tekanan darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama pemunculan emosi merupakan perilaku yang mungkin terjadi pada saat seseorang sedang emosi. Gangguan emosi juga dapat menyebabkan kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan dalam berbicara bukan hanya disebabkan oleh kelainan, tetapi bisa juga disebabkan oleh ketegangan emosional yang cukup lama. Sikap takut dan malu-malu
atau agresif juga merupakan dampak dari
ketegangan emosional ataupun frustasi. Jika hal seperti itu terjadi kepada peserta didik, maka hal yang dapat dilakukan adalah memotivasi untuk belajar dan membantu siswa tersebut dalam memusatkan perhatian pada apa yang sedang ia kerjakan dan dengan cara itu berarti ia akan memperoleh kepuasan. Karena reaksi belajar setiap anak tidak sama, rangsangan untuk belajar yang diberikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak. Dengan demikian, rangsangan-rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa belajar. Meskipun pola perkembangan emosi dapat diramalkan, tetapi terdapat perbedaan dalam segi frekuensi, intensitas, serta jangka waktu dari berbagai macamm emosi, dan juga saat pemunculannya. Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi di ekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan ataupun emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan labih lama daripada jika emosi itu di ekspresikan secara lebih terbuka. Oleh karena itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan.
Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Guru-guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan/tugas-tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Seorang guru hendaknya dapat menjadi pendengar yang simpatik terhadap permasalahan yang mungkin diceritakan siswanya, serta mendorong siswa untuk selalu berusaha dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan apapun agar apa yang diinginkannya bisa tercapai. 2. Buku 2 Emosi adalah sebuah perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada
dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggapo penting olehnya,
terutama well-being dirinya. Emosi diwakili oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi juga bisa berbentuk sesuatu yang spesifik seperti rasa senang, takut, marah dan lainlain. Emosi dipengaruhi oleh dasar biologis dan juga pengalaman masa lalu. Meskipun begitu faktor biologis ini hanya merupakan bagian dari emosi. Analisis tradisional mengenai emosi berokus pada apa yang terjadi pada individu. ahli psikologi masa kini cenderung memandang emosi sebagai hasil dari usaha individu untuk beradaptasi terhadap harapan tertentu pada konteks tertentu. Oleh karena itu respon emosi seorang anak tidak bisa dipisahkan dari situasi dimana emosi itu muncul, yang biasanya merupakan konteks interpersonal. Dalam pandangan fungsionalis, emosi adalah sesuatu yang bersifat relasional, alih-alih sekedar fenomena internal atau intrapsikis. Perkembangan emosi terdiri dari masa bayi, masa anak-anak awal, masa anak-anak madya dan masa anak-anak akhir, dan yang terakhir adalah masa remaja. Semua masa itu memiliki ciri-ciri ataupun karakteristik perkembangan emosi masing-masing. Kemampuan dalam mengontrol emosi merupakan dimensi yang paling penting dari perkembangan emosi. Adapun pengaturan emosi terdiri dari kemampuan untuk mengatur rangsangan (arousal) dalam rangka beradaptasi dan meraih suatu tujuan secara efektif. Rangsangan terdiri dari keadaan siaga atau aktivasi, yang dapat saja mencapai level yang terlalu tinggi.
Kadang-kadang masalah emosional dapat menimbulkan masalah besar bagi anakanak. Masalah yang mungkin saja terjadi adalah stress, depresi, bahkan bunuh diri. Seperti contohnya pada masa remaja awal, sangat penting bagi orang dewasa untuk menyadari bahwa moody adalah aspek normal dari masa remaja awal, dan kebanyakan remaja akan melalui masa ini untuk kemudian berkembang menjadi orang dewasa yang berkompeten. Meskipun begitu, untuk remaja tertentu emosi-emosi yang dialaminya pada masa remaja dapat menyebabkan masalah seperti depresi. Jadi, sebagai orang tua hendaknya harus mampu memahami perkembangan emosi anak, memberikan ruang yang nyaman kepada anak-anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi tetapi tetap dalam pengawasan, dengan begitu hal-hal tersebut dapat di hindari.
C. KRITIKAN
Kelebihan Buku 1 : Gagasan yang dikemukakan penulis dalam buku ini disampaikan secara
menyeluruh, teratur dan detail. Setiap gagasan yang dikemukakan memiliki hubungan antara satu dengan yang lain, artinya gagasan tersebut ditulis secara teratur dan saling berhubungan. Contoh-contoh yang dikemukakan dalam buku ini juga faktual dan logis sehingga pembaca dengan mudah membayangkan situasi seperti contoh tersebut. Di dalam buku ini dituliskan bagaimana perkembangan emosi pada anak, ciri-ciri perkembangan emosi pada anak, faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi, hubungan antara emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku, perbedaan individual dalam perkembangan emsoi, serta upaya pendidik dalam menghadapi perkembangan emosi pada anak. Semua itu dijelaskan secara detail dan teratur serta dengan bahasa yang baik. Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami, sehingga gagasan yang dikemukakan penulis tersampaikan secara langsung kepada pembaca. Sumber referensi yang digunakan dalam penulisan buku ini juga sudah cukup akurat, sehingga informasi dalam buku ini juga cukup akurat.
Kekurangan Buku 1 : Akan tetapi, pada buku ini tidak dijelaskan bagaimana pandangan fungsionalis
mengenai emosi. Dalam pandangan fungsionalis, emosi adalah sesuatu yang bersifat
relasional, alih-alih sekedar fenomena internal atau intrapsikis. Di dalam buku ini dijelaskan bahwasanya faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada anak itu adalah faktor kematangan dan faktor belajar, serta tingkat kematangan kelenjar endokrinnya. Akan tetapi tidak dijelaskan bahwasanya ada faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi pada anak, yaitu lingkungan dan pola asuh orang tua. Selain itu, buku ini juga tidak mencantumkan beberapa gambar yang dapat mewakili ekspresi anak apabila sedang mengalami emosi. Meskipun sudah mencantumkan pembagian-pembagian emosi secara jelas, akan tetapi pada buku ini tidak dicantumkan masalah emosional seperti stress dan coping, depresi serta bunuh diri. yang disebabkan oleh emosi anak. Di dalam buku ini juga tidak dicantumkan contoh penelitian ilmuan tentang perkembangan anak, padahal contoh penelitian para ahli terhadap perkembangan anak itu penting untuk pembaca sebagai tambahan wawasan bagi pembaca.
Kelebihan Buku 2 : Buku ini sudah mencakup hampir semua aspek yang terdapat pada perkembangan
emosi. Mulai dari pengertian emosi, pandangan fungsionalis mengenai emosi, pengaturan emosi, kompetensi emosi, perkembangan emosi (bayi, anak-anak awal, anak-anak madya, anak-anak akhir, dan remaja), masalah emosional, serta upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian emosi dan menghadapi anak yang sedang dalam perkembangan emosi. Selain itu, di dalam buku ini juga dicantumkan penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli mengenai perkembangan anak yang dapat dijadikan sumber referensi dan menambah wawasan para pembaca. Sumber referensi yang digunakan penulis dalam pembuatan buku ini juga terpercaya, sehingga buku ini pun dapat dipercaya oleh pembaca untuk menjadi pedoman dalam memahami perkembangan emosi pada anak.
Kekurangan Buku 2 : Walaupun buku ini sudah lengkap dan kontennya sesuai, akan tetapi di dalam buku
ini ada beberapa kata-kata yang masih rancu, dan kurang dipahami oleh pembaca. Hal ini mungkin disebabkan karena buku ini merupakan hasil terjemahan dari buku yang aslinya yang menggunakan bahasa Inggris.
D. KESIMPULAN Dari hasil critical book report ini dapat disimpulkan bahwasanya : 1. Kedua buku yg digunakan, baik itu buku perkembangan peserta didik karangan Sunarto dan B. Agung Pramono sudah sama-sama bagus dan lengkap. 2. Jika dilihat dari konten, buku perkembangan peserta didik karya Sunarto sudah cukup lengkap, hanya saja di dalam buku tersebut tidak ada dicantumkan penelitian-penelitian oleh para ahli yang sudah pernah meneliti tentang topik yang bersangkutan, yaitu perkembangan anak, serta tidak adanya gambar yang mendukung untuk menggambarkan contoh ekspresi wajah anak apabila sedang mengalami emosi. Buku ini sudah menggunakan bahasa yang baik dan mudah dipahami, sehingga informasi yang ingin disampaikan penulis tersampaikan secara langsung kepada pembaca. Menurut saya, buku ini sudah cukup layak untuk dijadikan bahan referensi oleh guru, dosen, ataupun mahasiswa kependidikan dan bahkan orang tua dalam menghadapi dan memahami perkembangan emosi anak. 3. Buku perkembangan anak karya John W. Santrock, yang dalam hal ini dijadikan buku babon, sudah lengkap dalam membahas materi yang diambil yaitu perkembangan emosi anak. Mulai dari pengertian sampai kepada upaya penanggulangan emosi anak. Selain itu, didalam buku ini juga sudah dicantumkan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan materi yaitu perkembangan anak. Semua gagasan disampaikan secara teratur dan saling berhubungan. Akan tetapi, di dalam buku ini, ada beberapa kata ataupun kalimat yang kurang mudah dipahami oleh pembaca, yang menuntut pembaca untuk mencari tahu kembali apa makna dari kata tersebut. Hal ini mungkin saja terjadi, karena buku yang dijadikan babon ini merupakan buku terjemahan dari buku aslinya yang dicetak dengan menggunakan bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA Syarif, Kemali. 2016. Perkembangan Peserta Didik. Medan : Unimed Press. Sunarto, H., dan Hartanto, B. A. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2 (terjemahan). Jakarta : Erlangga.